ANALISIS KASUS
3.1.2 Etiologi
1. Idiopatik, dimana ditemukan pada hampir setengah pasien dan sering
terjadi pada bayi dan anak-anak.
2. Sindrom Wolf Parkinson White terjadi pada 10-20% kasus dan terjadi
hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom ini adalah suatu
sindrom dengan interval P-R yang pendek dan interval QRS yang lebar,
yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel
melalui jaras tambahan.
3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali ebstein’s)
26
27
3.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi supraventrikular takikardi dibagi menjadi: 10,11
1. Atrioventrikular Nodal Reentrant Takikardi (AVNRT)
AVNRT merupakan salah satu tipe SVT yang paling sering terjadi.
Kebanyakan tipe AVNRT ini tidak memiliki kelainan pada jantung. Akan
tetapi, terdapat kelainan pada jantung yang dapat menyebabkan AVNRT,
diantaranya: mitral regurgitasi, perikarditis, infark miokard.
AVNRT timbul karena adanya sebuah lingkaran reentrant yang
menghubungkan antara nodus AV dan jaringan atrium. Pada pasien dengan
takikardi jenis ini, nodus AV memiliki dua jalur konduksi yaitu jalur konduksi
cepat dan jalur konduksi lambat. Jalur konduksi lambat yang terletak sejajar
dengan katup trikuspid, memungkinkan sebuah lingkaran reentrant sebagai
jalur impuls listrik baru melalui jalur tersebut, keluar dari nodus AV secara
retrograde (yaitu, mundur dari nodus AV ke atrium) dan secara anterograde
(yaitu, maju ke atau dari nodus AV ke ventrikel) pada waktu yang bersamaan.
Akibat depolarisasi atrium dan ventrikel yang bersamaan, gelombang P jarang
terlihat pada gambaran EKG, meskipun pada depolarisasi atrium kadang-
kadang akan memunculkan gelombang P pada akhir kompleks QRS pada lead
V1.
2. Atrioventrikular Reprocating Takikardi (AVRT)
AVRT merupakan salah satu tipe SVT yang sering terjadi pada usia muda.
Penyebabnya adalah bertambahnya jalur baru sehingga mengakibatkan adanya
konduksi yang menyimpang. AVRT biasanya terjadi bersamaan faktor
komorbid yaitu sindrom Wolff Parkinson White.
AVRT disebabkan oleh adanya satu atau lebih jalur konduksi aksesori
yang secara anatomis terpisah dari sistem konduksi jantung normal. Jalur
aksesori merupakan sebuah koneksi miokardium yang mampu menghantarkan
impuls listrik antara atrium dan ventrikel pada suatu titik selain nodus AV.
AVRT terjadi dalam dua bentuk yaitu orthodromik dan antidromik. Pada
AVRT orthodromik, impuls listrik akan dikonduksikan turun melewati nodus
AV secara antegrade seperti jalur konduksi normal dan menggunakan sebuah
28
Gejala klinis lain SVT dapat berupa palpitasi, lightheadnes, mudah lelah,
pusing, nyeri dada, nafas pendek dan bahkan penurunan kesadaran. Pasien juga
mengeluh lemah, nyeri kepala dan rasa tidak enak di tenggorokan. Gejala klinis
yang sering dijumpai yaitu terdapat episode palpitasi dengan onset mendadak atau
tiba-tiba. Durasi palpitasi sangat bervariasi pada setiap individu, dengan episode
yang dapat berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam. Pasien biasanya
tidak mengetahui pencetus pemicu yang menimbulkan takikardi yang mendadak.
Berdasarkan EKG, paroksimal supraventrikular takikardi memperlihatkan
gelombang yang teratur dan memiliki gelombang P retrograde. Untuk
frekuensinya didapatkan 150-250 kali per menit dan gejala ini akan berhenti saat
pemijatan karotis dilakukan.8,10
Gejala klinis SVT ini juga berhubungan dengan presinkop, sinkop, nyeri
dada, dan denyut jantung yang abnormal. Pada PSVT dapat terjadi dengan
episode yang sangat cepat, sehingga adanya kompromi curah jantung, atau
mungkin mengikuti jeda berkepanjangan segera setelah spontan pemutusan
takikardi. Sinkop mungkin juga terkait dengan respon vasovagal yang disebabkan
oleh takikardia itu sendiri. Mekanisme nyeri dada jelas terlihat, meskipun nyeri
dada di PSVT biasanya berhubungan penyakit arteri koroner. Nyeri seperti pada
pasien yang lebih tua menimbulkan kemungkinan iskemia miokard.7
SVT kronik dapat berlangsung selama berminggu-minggu bahkan sampai
bertahun-tahun. Hal yang menonjol adalah frekuensi denyut nadi yang lebih
lambat, berlangsung lebih lama, gejalanya lebih ringan dan juga lebih dipengaruhi
oleh sistem susunana saraf autonom. Pada sebagian besar pasien terdapat
disfungsi miokard akibat SVT pada saat serangan atau pada SVT sebelumnya.9
3.1.6 Penatalaksanaan
Tatalaksana pada supraventrikular takikardi adalah sama halnya dengan
situasi jantung darurat, "gold standard ABC" (airway, breathing, circulation) harus
diikuti dalam manajemen darurat PSVT. Pemeriksaan cepat jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi harus dilakukan, dan semua tanda-tanda vital harus
32
dibersihkan dari aliran darah (sekitar 10 detik) dengan cellular uptake oleh sel
endotel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan blok segera pada nodus AV
sehingga akan memutuskan sirkuit pada mekanisme reentry. Adenosin
mempunyai efek yang minimal terhadap kontraktilitas jantung. Adenosin
merupakan obat pilihan dan sebagai lini pertama dalam terapi SVT karena dapat
menghilangkan hampir semua SVT. Efektivitasnya dilaporkan pada sekitar 90%
kasus.13 Adenosin diberikan secara bolus intravena diikuti dengan flush saline,
mulai dengan dosis 50 µg/kg dan dinaikkan 50 µg/kg setiap 1 sampai 2 menit
(maksimal 200 µg/kg). Pada sebagian pasien diberikan digitalisasi untuk
mencegah takikardi berulang. Efek samping adenosin dapat berupa nyeri dada,
dispnea, facial flushing, dan terjadinya A-V bloks. Bradikardi dapat terjadi pada
pasien dengan disfungsi sinus node, gangguan konduksi A-V, atau setelah
pemberian obat lain yang mempengaruhi A-V node (seperti beta blokers, calsium
channel blocker, amiodaron). Adenosin bisa menyebabkan bronkokonstriksi pada
pasien asma.7,12
d. Prokainamid
Pada pasien AVRT atau AVNRT, prokainamid mungkin juga efektif. Obat ini
bekerja memblok konduksi pada jaras tambahan atau pada konduksi retrograd
pada jalur cepat pada sirkuit reentry di nodus AV. Hipotensi juga sering
dilaporkan pada saat loading dose diberikan.
34
vena femoralis dan akses subklavia, dan studi elektrofisiologi dilakukan untuk
sepenuhnya menjelaskan sifat SVT tersebut.7
Kateter ablasi memiliki tingkat keberhasilan prosedural tinggi sekitar 95%
untuk pasien dengan takikardia klinis, khususnya AVNRT dan AVRT. Penelitian
menunjukkan ablasi yang mungkin lebih efektif untuk AVRT dan AVNRT (>
95% tingkat keberhasilan) daripada untuk takikardi atrium (> 80% tingkat
keberhasilan). Namun demikian pada pertimbangan tertentu, seperti pasien
dengan usia yang sangat tua atau penyakit penyerta, untuk tidak dilakukan kateter
ablasi. Cryoablation (menggunakan dingin yang ekstrim untuk menghasilkan
"lesi") adalah prosedur lain yang dapat digunakan untuk mengikis baik AVNRT
atau AVRT. Cryoablation mungkin memiliki risiko lebih rendah blok AV dari
ablasi kateter. Ini merupakan terapi bedah yang memberikan hasil yang sangat
memuaskan, tindakan ini pertama kali dilakukan pada sindrom WPW.7
Berdasarkan anamnesis, keluhan yang dialami pasien adalah dada berdebar-
debar sangat kuat dan sesak nafas. Dsda berdebar-debar dirasakan terus menerus
sejak 5 jam terakhir. Pasien muntah sebanyak 1 kali dan berkeringat banyak. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa gejala Supraventikular Takikardi (SVT) antara lain,
palpitasi lebih dari 96 %, dizziness 75%, nafas pendek 47 %, pingsan 20%, nyeri
dada 35 %, fatigue- 23 %, diaforesis 17 %, dan mual 13 %. Supraventrikular
takikardi memiliki onset dan terminasi palpitasi reguler yang tiba – tiba.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan pasien dalam kondisi
kelelahan akibat aktivitas padat yang dialami pasien yang mungkin menjadi
pemicu terjadinya SVT. Hal – hal yang dapat memicu SVT adalah alkohol,
kafein, pergerakan yang tiba – tiba, stress emosional, kelelahan dan obat – obatan.
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan yang signifikan namun, HR
pasien meningkat yaitu HR: 200 kali/ menit pada awal masuk ke IGD. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa mungkin takikardi merupakan gejala satu satunya yang
dijumpai pada pasien yang sehat dan memiliki hemodinamik yang baik.
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang dengan Elektrokardiografi (EKG)
dan didapatkan hasil Supraventikular takikardia dengan HR 200 kali / menit
secara regular dengan komplek QRS yang sempit dan gelombang p yang ada.
37
harus digunakan bila diperlukan. Strategi awal untuk mengakhiri PSVT yang
umumnya manuver vagotonic, seperti pemijatan sinus karotis. Namun dokter
harus mengevaluasi pasien apakah adanya bruit karotis (suara abnormal) sebelum
mencoba manuver ini, terutama pada pasien usia lanjut. Manuver Valsava atau
perendaman mungkin wajah dalam air dingin juga dapat dicoba. Metode ini
berfungsi untuk meningkatkan tonus vagal, yang dapat memperpanjang AV nodal
refractoriness ke titik AV block sehingga mengakhiri takikardia. Perlu dicatat
bahwa manuver vagotonic tidak akan menghentikan takikardia atrium, tetapi
mereka dapat membuat blok AV sementara, memperjelas mekanisme yang
mendasari dengan memungkinkan visualisasi dari gelombang P.
Jika upaya ini tidak berhasil dalam mengakhiri SVT, langkah berikutnya
dalam pengobatan intervensi farmakologis. Strategi sebelumnya menggunakan
infus simpatomimetik obat (misalnya, methoxamine hidroklorida, phenylephrine),
obat parasympatomimetic (misalnya, neostigmin, edrophonium), atau digoxin
sekarang jarang digunakan. Penggunaan verapamil intravena dan adenosin telah
menjadi pengobatan standar. Adenosine memiliki waktu paruh yang cepat hanya
beberapa detik (sekitar 10 detik), dan menghasilkan intens namun transien AV
blok. Adenosine aman untuk digunakan pada pasien yang memiliki struktur
penyakit jantung karena tidak menghasilkan negative inotropik efek. Dosis awal
standar adenosin adalah bolus 6-mg, yang harus diberikan dengan cepat melalui
jalur intravena mengalir bebas. Dosis 12 mg atau bahkan 18 mg juga dapat
digunakan. Efek samping adenosine dapat berupa nyeri dada, dispnea, facial
flushing dan terjadinya AV blok.
adalah obat yang paling umum digunakan sebagai alternatif untuk adenosin.
Verapamil sangat berguna jika adenosine merupakan kontraindikasi atau jika SVT
berakhir cepat tapi segera berulang. Selain itu amiodarone sebagai terapi
antiaritmia juga dapat digunakan.
Evaluasi tetap dilakukan dengan melakukan EKG perhari yang dilihat dari
monitor yang dipasang pada pasien. Hasilnya menunjukkan SVT perbaikan
dimana HR mengalami penurunan menjadi normal yaitu mencapai <100
kali/permenit dan komplek QRS normal dan gelombang p yang mulai terlihat.
nyeri sendi ada di kedua lutut, kedua siku, dan pergelangan kaki dan tangan, nyeri
menelan, mual, badan lemas Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya murmur
sistolik grade 1 Pada pemeriksaan penunjang ekokardiografi didapatkan kesan
prolaps katup mitral. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan ASTO positif.
Namun pada pasien ini tidak dapat ditegakkan suatu penyakit jantung rematik,
berdasarkan kriteria jones belum memenuhi. Kemungkinan pasien ini telah
mengalami demam rematik dalam waktu yang lama dan tidak ditatalaksana
dengan baik. Penyakit jantung kongenital juga belum dapat disingkirkan sebagai
penyebab kelainan katup jantung pada kasus ini.
Adapun anatomi katup mitral terdiri dari empat komponen utama yaitu: 6
1. Anulus katup mitral
Terdiri dari bagian yang kaku yang berhubungan dengan annulus katup
aorta. Terdiri dari jaringan fibrosa dan merupakan bagian dari pangkal katup
mitral bagian anterior. Bagian annulus mitralis yang lain yaitu bagian yang
dinamik, bagian yang terbesar dan tempat pangkal dari daun katup mitral bagian
posterior.
Terdiri dari daun katup anterior dan posterior. Keduanya asimetris. Celah
dari kedua katup ini disebut komisura, bagian antero medial dan postero lateral.
3. Chordae tendinea
Terdiri dari dua berkas, berpangkal pada muskulus papillaris. Berkas
chordae tendineo ini menempel pada masing-masing daun katup, yang berfungsi
untuk menopang daun katup mitral dalam berkoaptasi. Setiap berkas chordoterdiri
dari beberapa serabut yang fleksibel.
4. Muskulus papillaris
Terdiri dari dua buah, tempat berpangkalnya kedua chordoe tendinea, dan
berhubungan langsung dengan dinding ventrikel kiri. Berfungsi untuk
menyanggah kedua chordae. Muskulus popilloris adalah bagian dari endokardium
yang menonjol, satu di medial, dan satu lagi di dinding lateral. Kelainan pada
apparatus mitral ini pada keadaan regurgitasi bisa saja hanya satu dari keempat
komponen tadi, misalnya pada annulus yang melebar; pada penyakit jantung
degeneratif seperti penyakit jantung koroner namun bisa saja mengenai dua atau
lebih, seperti katup mitral memendek, mengapur dan kelainan pada chordoe, fusi
dan memendek seperti pada penyakit jantung reumatik. Pada akut infark, dapat
terjadi ruptur dari muskulus papillaris yang dapat bermanifestasi syok kardiogenik
maupun edema paru akut.