Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

AVRT (Atrioventricular Reentrant Tachycardia)

Disusun Oleh:
ADE AGNES WULANDARI
1765050329
Pembimbing:
dr. Chandramin Sp.JP (K) FIHA
 
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN PENYAKIT DALAM
PERIODE JULI – 22 SEPTEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2019
Pendahuluan

 Aritmia adalah irama jantung di luar irama sinus normal.


 Hal ini bisa disebabkan oleh keadaan yang disebut Supraventrikular
tachycardia (denyut jantung melebihi 250-300 denyut permenit).
 Supraventricular Tachycardi salah satunya adanya fenomena
Atrioventricular Reentry Tachycardia (AVRT)
 AVRT disebabkan oleh jalur tambahan (accessoris pathway) dalam
sistem konduksi pada jantung, 80% ditemukan pada Wolf-Parkinson-
White syndrome.
 Accessoris pathway (AP) terjadi 1 dari 1.500-2.000 orang.
Definisi

 Atrioventricular Reentrant Tachycardia adalah suatu mekanisme


takikardia melalui sistem pemasukan kembali (reentrant) dengan sirkuit
yang nyata yang terdiri dari 2 jalur yang berbeda, konduksi sistem AV
normal dan jalur aksesoris AV.
Konduksi antegrade
melewati jalur konduksi
tambahan dan konduksi
Antidormik retrograde melalui jalur
konduksi nodus AV (jaras
his-purkinje).
AVRT Wolf-Parkinson-
White syndrome

konduksi antegrad terjadi pada


jaras his purkinje yang
merupakan jalur normal yaitu
nodus AV (slow conduction)
Orthodromik sedangkan konduksi retrograd
terjadi pada jaras tambahan
yang cepat (fast conduction).
WPW (Wolf-Parkinson-White
syndrome)
 Wolf-Parkinson-White , yaitu suatu kelainan kongenital berkaitan
dengan adanya konduksi jaringan jantung abnormal antara
atrium dan ventrikel yang memiliki hubungan dengan SVT.

 Hal ini terjadi dengan adanya preeksitasi yang muncul dan tidak
melewati sistem konduksi normal, melainkan melalui koneksi
ekstra atrioventrikular yang dinamakan Accesory Pathway (AP)
yang melewati nodal AV.
Diagnosis
 Anamnesis
 harus mengetahui durasi dan frekuensi episode SVT, onset, penyakit jantung
sebelumnya, dan hal-hal yang dapat memicu terjadinya SVT (alkohol, kafein,
pergerakan yang tiba-tiba, stress emosional, kelelahan, dan pengobatan).

 SVT memiliki onset dan terminasi palpitasi yang tiba-tiba, sedangkan sinus
takikardi memiliki onset yang mengalami percepatan ataupun perlambatan
secara bertahap.
 Dengan adanya gejala yang khas pada anamnesis yaitu onset yang tiba-tiba,
cepat, palpitasi yang reguler, dapat ditegakkan diagnosis SVT tanpa
dibutuhkannya pemeriksaan EKG berulang.
 Adapun pasien yang mengalami onset SVT yang tidak tiba-tiba sering kali
mengalami misdiagnosis dengan gangguan panik.
 Karena keparahan gejala SVT tergantung pada adanya gangguan pada
struktur jantung atau hemodinamik dari pasien, pasien dengan SVT
dapat memiliki gejala kardiopulmoner ringan atau berat.
 Palpitasi dengan dizziness merupakan gejala yang paling sering
dijumpai pada pasien SVT
 Nyeri dada dapat dijumpai sekunder terhadap nadi yang cepat dan
biasanya berkurang setelah terminasi dari takikardi.
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik umumnya terbatas pada kardiovaskular dan respirasi.


Pasien sering merasa terganggu dan mungkin takikardi satu-satunya
yang dijumpai pada pasien sehat dan memiliki hemodinamik yang baik.

 Sedangkan pada pasien yang memiliki gangguan hemodinamik dapat


dijumpai takipneu dan hipotensi, crackles dapat dijumpai pada
auskultasi sekunder terhadap gagal jantung, S3 dapat dijumpai dan
pulsasi vena jugularis dapat terlihat.
 Pada pemeriksaan fisik pada saat episode dapat menunjukkan frog sign
(penonjolan vena jugularis, gelombang yang timbul akibat kontraksi
atrium terhadap katup trikuspid yang tertutup).
Pemeriksaan penunjang

 Tes laboratorium lainnya adalah sebagai berikut :


 Kadar elektrolit : Harus diperiksa karena kelainan elektrolit dapat
berkontribusi SVT( SVT paroxysmal )
 Hitung darah lengkap : Untuk membantu menilai apakah anemia
berkontribusi terhadap takikardi atau iskemia
 Tingkat Digoxin : Untuk pasien yang mengkonsumsi digoxin, karena SVT
adalah salah satu dari banyak disritmia yang dapat disebabkan oleh
tingkat supratherapeutic obat ini
Elektrokardiografi (EKG)

 Gambaran EKG sesuai dengan tipe SVT akibat atrioventricular re-entry


tachycardia (AVRT)
 Bentuk kedua yang paling sering
 Sirkuit reentry melibatkan jalur tambahan
 Beberapa jalur disebut concealed pathway, hanya berkonduksi dengan
arah retrogard.
 Jalur yang berkonduksi dengan arah antegrad menunjukkan
preexcitation pada EKG (Wolf-Parkinson White Syndrome).
 The P wave of the atrial ectopic beat is visible as a distortion of the T wave
of
the preceding beat (solid arrow). Retrograde P waves are visible immediatel
y after the QRS complex (dotted arrows).
 This tachycardia may be due to atrioventricular re-entrant tachycardia with a
concealed pathway, or atrioventricular node re-entry. This patient did not elect to
undergo an electrophysiology study and ablation therapy, and is not on
Rontgen thorax

 Rontgen thorax untuk menilai adanya edema paru dan kardiomegali.


Infeksi seperti pneumonia, yang dalam kasus-kasus tertentu yang
terkait dengan SVT, juga dapat dikonfirmasi dengan temuan dari
metode ini pencitraan.
Ekokardiografi

 Dipertimbangkan pada pasien untuk memeriksa adanya gangguan


struktural jantung walaupun hal ini jarang ditemukan. Kebanyakan
pasien normal.
Electrophysiological testing

 Untuk mengidentifikasi mekanisme aritmia, tetapi pemeriksaan ini


dilakukan apabila ablasi kateter dipertimbangkan.
Penatalaksaan
Kardioversi listrik
 Kardioversi listrik adalah metode yang paling efektif untuk memulihkan irama
sinus
 Kardioversi Synchronized mulai 50J dapat digunakan segera pada pasien yang
hipotensi, memiliki edema paru, mengalami nyeri dada dengan iskemia, atau
sebaliknya tidak stabil.
 Jika fibrilasi atrium ada selama lebih dari 24-48 jam, menunda kardioversi
sampai pasien telah cukup antikoagulan untuk mencegah komplikasi
tromboemboli
Short term pharmacological

 Adenosine adalah obat short-acting yang berhasil menterminasi


takikardi pada 90 % kasus takikardia karena AVNRT atau AVRT.
 Dosis adenosine yang diberikan 6-12 mg secara IV.
 Ca channel blocker, seperti verapamil dan diltiazem, serta beta
blockerseperti metoprolol atau esmolol.
 Verapamil adalah Ca channel blocker yang juga memiliki sifat memblokir
AV.
Long term pharmacological

 Pasien dengan SVT awalnya diobati dengan Ca channel blocker, digoxin,


serta beta-blocker.
 Kelas IA, IC, atau agen antiarrhythmic III jarang digunakan karena
keberhasilan Radiofrequency ablation
Catheter Ablation
 Ablasi kateter adalah suatu tindakan untuk mengatasi aritmia dengan
menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung.
 Kateter dihubungkan dengan mesin khusus untuk memberikan energi
listrik untuk memutus jalur konduksi tambahan atau fokus-fokus aritmia
yang menyebabkan ketidaknormalan irama jantung.

 Kateter ablasi membuat jalur AV node menjadi lambat dan sangat


dianjurkan untuk pasien dengan episode berulang atau ketika terapi
awal tidak efektif, tidak dapat ditoleransi
Klasifikasi
 Direct current (DC) shocks
 kateter elektroda standar terhubung dengan defibrilator konvensional.
Potensi menyebabkan kerusakannya tinggi.
 Radiofrequency (RF) energy
 Merupakan prosedur nonsurgical yang digunakan untuk terapi beberapa
tipe aritmia (terutama SVT).
 Ablasi RF dilakukan dengan cara memasukkan sebuah kateter elektroda
melalui pembuluh darah untuk melakukan elektrokauter yang
ditargetkan di dalam jantung.
 RFA menggunakan panas yang dihasilkan dari frekuensi tinggi arus
bolak-balik (dalam kisaran 100kHz – 1,5 MHz). Sel otot jantung di
daerah yang sangat kecil (sekitar 1/5 inci) mati dan berhenti melakukan
dorongan ekstra yang menyebabkan takikardi.
Komplikasi

 SVT dapat menyebabkan


 gagal jantung, edema paru, iskemia miokard, infark miokard sekunder
untuk detak jantung meningkat pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri
yang buruk.
 Bahkan, satu studi menemukan bahwa sepertiga dari pasien dengan
SVT mengalami sinkop atau dibutuhkan kardioversi.
Prognosis

 Pasien dengan sindrom WPW gejala memiliki risiko kecil kematian


mendadak .
 Jika tidak, prognosis pada SVT tergantung pada penyakit jantung
struktural yang mendasari.
 Pasien dengan struktural jantung yang normal memiliki prognosis yang
sangat baik .
DAFTAR PUSTAKA
 Buku Ajar IPD edisi 5, Interna Publishing, Jakarta 2009:1644-1651
 Wang, Paul J dan N.A. Mark Estes II. Supraventricular Tachycardia. Website
http://circ.ahajournals.org/content/106/25/e206.full.pdf Accessed juli 6th, 2015
 Issa, Miller, Zipes, Braunwald’s Heart Disease. Clinical arrythmology and electrophysiology, Saunders, Philadephia; 2009:
319-363.
 Gregory, Michaud, William, Stevenson. Supraventricular Tachyarrhytmias. Dalam: Kasper, Hausper, dkk. Horrison’s Principles
of Internal medicine. Edisi ke-19. US: Mc Graw Hill Education, 2015; h.1476-1484.
 Delacretaz, Etienne. Supraventricular Tachycardia. Website http://www/nejm.org/doi/full/10/1056/NEJMep051145 Accessed
Juli 7th, 2015
 Sheerwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta: EGC, 2009: 327-65.
 Washington Heart Rhythm Associates, LLC * 10230 New Hampshire Avenue, Suite 204 * Silver Spring, MD 20903 * T: 301-
408-7890 * F: 301-408-7892 (http://www.washingtonhra.com/38.html) Accessed mei 26th, 2015
 Medi, Carolin. Jonathan M Kalman, dan Saul B Freedman. Supraventricular Tachycardia.Websitehttp
://www.mia.com.au/public/issue/190_05_020309/med107_27_fm.html Accessed July 7th, 2015
 Gugneja, Monika. Paroxysmal Supraventricular Tachycardia. Website
http://emedicine.medscape.com/article/156670-overview Accessed july 8th, 2015
  
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai