Disusunoleh :
WAHYU AGUSTINA (18144367A)
DEVI ARDIYANTI (19133709A)
MUFIT NUR K (19133710A)
MUHAMMAD FARIE (19133711A)
GALUH KIRANA D (19133712A)
KELOMPOK 3
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016
VENTRICULAR TACHYCARDIA
I. DASAR TEORI
Ventrikel takikardi (VT) adalah terdapat tiga atau lebih premature
ventricular contraction (PVC) atau ventricular extrasystoles (VES) dengan
laju lebi hdari 120 kali permenit (Sudoyo, A.W. et al, 2009).
Ventrikel takikardi (VT) adalah disritmia jantung yang diakibatkan oleh
peningkatan iritabilitas miokard (Muttaqin, A. 2012).
Ventrikeltakikardi (VT) adalah denyut jantung cepat yang dimulai di
ruang jantung bagian bawah (ventrikel). Konduksi listrik ventrikel
berlangsung abnormal sehingga mengganggu sinyal listrik yang datang dari
nodussinoatrial, alat pacu jantung alami sehingga tidak memungkinkan
cukup waktu bagi jantung untuk terisi sebelum berkontraksi, sehingga aliran
darah keseluruh tubuh terganggu. Takikardia ventrikel biasanya berhubungan
dengan masalah jantung termasuk penyakit arterikoroner, kardiomiopati,
prolapskatup mitral, kelainan katup jantung, dan penyakit lain seperti
sarkoidosis.
A. EPIDEMIOLOGI
Ventricular Tachycardi adalah gangguan ritme jantung yang ditandai
dengan detak jantung yang teratur dan cepat. Pada ventrikel tachycardi
jantung pada umumnya berdetak > 100 msec, karena adanya gangguan
pada impuls elektrik normal. Impuls yang cepat masuk ke ventrikel yang
menyebabkan ventrikel berkontraksi dengan cepat sehingga tidak
memugkinkan ventrikel terisi darah dengan cukup yang pada akhirnya
ventrikel tidak dapat memompakan darah dengan baik keseluruh tubuh,
jika tidak dirawat.
B. KLASIFIKASI
Secaraumum VT dibagimenjadi 2 yaitu :
a. Monomorfik
VT monomorfik memiliki kompleks QRS yang sama pada tiap
denyutan dan menandakan adanya depolarisasi yang berulang dari
tempat yang sama. Umumya disebabkan oleh adanya focus atau
substrat aritmia yang mudah dieliminasi dengan teknik ablasi kateter.
b. Polimorfik
VT polimorfik ditandai dengan adanya kompleks QRS yang
bervariasi dan menunjukkan adanya urutan depolarisasi yang berubah
dari beberapa tempat. Biasanya VT ini berkaitan dengan jaringan parut
(scar tissue) akiba tinfark miokard (ischemic VT). Bila VT
berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya
bilakurang dari 30 detik disebut non sustained.
C. FAKTOR RESIKO
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kebiasaan minum kopi, merokok , alkohol
4. Adanya penyakit jantung organik
5. Penyakit Jantung Koroner
6. KelainanJantung
7. Stress dan gangguan kecemasan
8. Gangguan elektrolit
II. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa mekanisme terjadinya VT, yaitu:
a. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial
aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya
tercetus pada keadaan infark miokrd akut, gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa dan tonus adrenergic yang tinggi.
b. Reentry merupakan mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dilatasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard
yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk
terbentuknya sirkui reentry. Bila sirkui ini sudah terbentuk maka eritmia
ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian
mendadak.
c. Triggered activity memiliki gambaran capuran dari kedua mekanisme diatas.
Mekanismenya adalah adanya kebocoran ion positif ked lam sel sehingga
terjadi lonjakan potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari potensial
aksi jantung.
A. PATOGENESIS
Pada ventrikel tachycardi jantung pada umumnya berdetak > 100
msec, karena adanya gangguan pada impuls elektrik normal. Impuls yang
cepat masuk ke ventrikel yang menyebabkan ventrikel berkontraksi
dengan cepat sehingga tidak memugkinkan ventrikel terisi darah dengan
cukup yang pada akhirnya ventrikel tidak dapat memompakan darah
dengan baik keseluruh tubuh, jika tidak dirawat maka akan berkelanjutan
dan berubah menjadi ventrikel fibrilasi.
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab VT yang paling sering adalah penyakit
jantung koroner (PJK), termasuk infark miokard yang disebabkan PJK.
VT akut biasanya terjadi 48 jam setelah Infark myocard acute(IMA).VT
dapat pula disebabkan oleh structural heart disease, seperti:prolaps
katup mitral, Tetralogi offalot (TOF), dilatasi dan hipertrofi
kardiomiopati atau bisa juga oleh efek obat-obatan (intoksi digitalis).
C. GEJALA
Keluhan keluhan yang sering timbul :
1. Palpitasi, detak jantung sering berhenti / meloncat, letih, lemas, cepat
lelah, kesadaran menurun, kejang.
2. Keluhan lain sesuai penyakit dasar, komplikasi dan faktor presipitasi
(sesak, nyeri dada, stroke).
3. Palpitasi dapat ditandai oleh heart rate yang irregular dan cepat,
umumnya disebabkan oleh adanya ektopik beats (denyut ektopik),
seperti pada PAC dan PVC.
D. MANIFESTASI KLINIK
Pasien dengan VT dapat menunjukkan manifestasi klinik yang
merupakan dampak dari gangguan hemodinamik yang signifikan dan
aritmia yang terjadi yaitu berupa dispnea, angina, hipotensi, oliguria, dan
sinkop.Jika laju ventrikel <160/menit, pasien mungkin tidak
menunjukkan gejala atau gejala yang ringan seperti kelelahan dan
pusing. Simptom yang berat terjadi saat diakibatkan oleh infark miokard.
E. DIAGNOSA
1. Durasi dan morfologi kompleks QRS
Pada VT urutan aktivasi tidak mengikuti arah konduksi normal
sehingga bentuk kompleks QRS menjadi panjang (biasanya lebih dari
0,12 s). pedoman umum yang berlaku adalah semakin lebar kompleks
QRS semakin besar kemungkinannya suatu VT.
2. Laju dan irama
Laju VT berkisar antara 120-300 kali permenit dengan irama
yang teratur atau hampir teratur (variasi antardenyut adalah <0,04 s).
jika takikardia disertai irama yang tidak teratur maka harus dipikirkan
adanya AF dengan konduksi aberan atau preeksitasi.
3. Aksis kompleks QRS
4. Disosiasi antara atrium dan ventrikel
5. Capture beat dan fusion beat
6. Konfigurasi kompleks QRS
V. STRATEGI TERAPI
Implantable Cardiac Defibrilator (ICD) adalah sistem pengatur detak
jantung yang terus memantau irama jantung. ICD mengobati takiaritmia
(detak jantung cepat). Jika jantung berdetak terlalu cepat, ICD bekerja
dengan memberikan sentakan listrik untuk mengembalikan irama normal
jantung dan mencegah kematian jantung mendadak.
Alasan : Pasien dengan ICD memiliki tingkat signifikan lebih tinggi
hidup dibandingkan mereka yang diobati dengan terapi obat (89% vs 82%, p
<0,02). Digunakan bila keadaan hemodinamik tidak stabil (hipotensi, syok
angina, gagal jantung, dan gejala hipoperfusi otak) maka pilihan pertama
dalah kardioversi elektrik.
Dosis : Bila gagal dengan obat, dilakukan kardioversi elektrik yang dapat
dimulai dengan energy rendah (10 J dan 50 J).
A. TATALAKSANA TERAPI
1. Monomorfik
Pengobatan pada monomorfik VT yaitu : Amiodaron 150 mg bolus
melalui intra vena diberikan selama 10 menit. Bila tidak berhasil
dilanjutkan dengan pemberian amiodaron dosis pemeliharaan 360
mg/6 jam pertama kemudian 540 mg/18 jam berikutnya. Dosis
maksimal kumulatif adalah 2,2 gr/24 jam termasuk yang diberikan
pada saat tindakan resusitasi. Lidokain merupakan obat pilihan lain
selain amiodaron atau jika amiodaron tidak tersedia.
Dosislidokainadalah 0,5-0,75 mg/kg BB diberikan bolus intra vena,
dapatdiulang 5-10 menitsampaidosismaksimal 3 mg/kg BB, dosis
pemeliharaan adalah 1-4 mg/menit. Kardioversi adalah tindakan
berikutnya jikaobat-obatan gagal mengatasi takikardi ventrikel.
Energi awal yaitu 100 joule.
2. Polimorfik
Jika terdapa tperpanjangan QT interval tindakan yang harus
dilakukan adala hmengoreksi kelainan elektrolit. Obat pilihan adalah
magnesium sulfat. Kardioversi merupakan tindakan berikutnya jika
obat-obatan gagal mengatasi takikardi ventrikel.
B. GUIDELINE TERAPI
C. TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Hentikan / kurangi minum kopi
2. Psikoterapi
3. Hentikan obat diet ( Amfetamin )
a. Amfetamin : obat adrenergik , berefek anoreksik , efek samping
dapat berupa sakit kepala , palpitasi , pusing , gangguan
vasomotor
4. Hindari merokok dan juga alkohol
5. Terapi ablasi . Menurut ACC/AHA/ESC 2006 dapat dilakukan pada :
a. Pasien dengan frekuen , simptomatis , monomorfik PVC yang
refrakter dengan terapi medikamentosa
b. Pasien yang menghindari /menolak terapi medikamentosa jangka
panjang
6. Pemasangan Implantable Cardioverter Defibrilator (ICD). Indikasi
pemasangan ICD adalah pasien dengan resiko sudden death yang
tinggi, misalnya pasien dengan PVC yang frekuen , muncul pasca
infark dengan penurunan fungsi fraksi ejeksi (<35%) atau
kardiomiopati dilatasi
D. TERAPI FARMAKOLOGI
a. Amiodaron ( anti aritmia kelas III)
Alasan:Amiodaron digunakan sebagai tahap awal pada situasi
takikardi ventriculer pada keadaan ini pasien mengalami serangan
jantung secara mendadak dan tidak sadarkan diri.
Indikasi:Digunakan untuk mengobati ventricular tachycardia atau
fibrilasi ventrikular.
Dosis : Amiodaron 150 mg bolus melalui intra vena diberikan selama
10 menit. Bila tidak berhasil dilanjutkan dengan pemberian amiodaron
dosis pemeliharaan 360 mg/6 jam pertama kemudian 540 mg/18 jam
berikutnya. Dosis maksimual kumulatif adalah 2,2 gr/24 jam termasuk
yang diberikan pada saat tindakan resusitasi.
Efek samping: Gaya berjalan yang abnormal/ataksia, kepeningan,
kelelahan, pusing, tidak enak badan, gangguan ingatan, gerakan yang
tidak disengaja, insomnia, lemah koordinasi, peripheral neuropathy,
gangguan tidur, gemetar); Efek Dermatologis (fotosensitivitas); Efek
GI N/V, anoreksia, konstipasi); Efek hati (LFT tidak normal); Efek
Ophtha (mikrodeposit korneal).
2. Objek
Tidak ada
3. Assessment
4. Plan
C. TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi untuk Bapak A.D 52 tahun yaitu :
a. Amiodaron ( anti aritmia kelas III)
Alasan: Amiodaron digunakan sebagai tahap awal pada situasi
takikardi ventriculer pada keadaan ini pasien mengalami serangan
jantung secara mendadak dan tidak sadarkan diri.
Indikasi: Digunakan untuk mengobati ventricular tachycardia atau
fibrilasi ventrikular.
Dosis : Amiodaron 150 mg bolus melalui intra vena diberikan selama
10 menit. Bila tidak berhasil dilanjutkan dengan pemberian amiodaron
dosis pemeliharaan 360 mg/6 jam pertama kemudian 540 mg/18 jam
berikutnya. Dosis maksimual kumulatif adalah 2,2 gr/24 jam termasuk
yang diberikan pada saat tindakan resusitasi.
Efek samping: Gaya berjalan yang abnormal/ataksia, kepeningan,
kelelahan, pusing, tidak enak badan, gangguan ingatan, gerakan yang
tidak disengaja, insomnia, lemah koordinasi, peripheral neuropathy,
gangguan tidur, gemetar); Efek Dermatologis (fotosensitivitas); Efek
GI N/V, anoreksia, konstipasi); Efek hati (LFT tidak normal); Efek
Ophtha (mikrodeposit korneal).
E. KIE
Pasien harus didorong untuk terlibat dalam mereka perawatan sendiri
melalui beberapa jalan:
1. Selfmonitoring. Penjelasan umum gejala terkait dengan VT harus
dimasukkan pada memulai pengobatan. Non-kepatuhan merupakan
isu penting yang berkaitan dengan akut eksaserbasi VT.
2. Hati-hati terhadap obat-obatan
Sebaiknya pasien VT tidak mengkonsumsi obat tanpa resep dokter
karena berbahaya untuk kesehatan.
F. MONITORING
1. Memonitor denyut jantung pasien
2. Memonitor terapi obat yang diberikan
3. Memonitor efek samping obat
DAFTAR PUSTAKA