Anda di halaman 1dari 33

Manajemen Fisioterapi Kardiovascular Pulmonal

Post OP Non ST Elevasi Myocardial Infark


(NSTEMI)

OLEH

Denycher Amando

Ryan Ramadhan

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2020

i
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Non ST Elevasi Myocardial Infark.............................................1

1.2 Etiologi Non ST Elevasi Myocardial Infark.............................................1

1.3 Tanda dan Gejala Non ST Elevasi Myocardial Infark..................................2

1.4 Patofisiologi Non ST Elevasi Myocardial Infark..........................................2

BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI

2.1 Assesment................................................................................................4

2.2 Diagnosis..................................................................................................19

2.3 Prognosis..................................................................................................20

2.4 Planning....................................................................................................20

2.5 Intervensi..................................................................................................22

2.6 Evaluasi....................................................................................................30

BAB III KESIMPULAN


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Non ST Elevasi Miokardial Infark.

NSTEMI (Non-ST-segment Elevation Myocardial Infarction) merupakan jenis


kerusakan pada jantung yang tidak menimbulkan kelainan khas pada hasil pemeriksaan
rekam jantung. Meski tidak seberbahaya STEMI (ST-segment Elevation Myocardial
Infarction), kondisi ini tetap perlu diwaspadai dan ditangani dengan cermat. NSTEMI
adalah salah satu jenis sindrom koroner akut. Sindrom koroner akut sendiri adalah
kondisi berbahaya yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah arteri
jantung. PenySumbatan ini akan membuat jantung kekurangan oksigen. NSTEMI
merupakan kasus yang jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya sekitar 3 kasus per
1000 orang per tahun, atau sekitar 30% dari total kasus serangan jantung.

1.2 Etiologi Non ST Elevasi Miokardial Infark.


Etiologi infark miokard akut (acute myocardial infarct) adalah oklusi arteri koroner
yang 90% disebabkan oleh proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit
pembuluh darah kronis akibat metabolik yang diperparah oleh inflamasi. Aterosklerosis
membentuk plak dan bila terjadi ruptur plak akan  menyebabkan agregasi tombosit dan
terbentuknya trombus yang menyumbat arteri koroner.
Faktor risiko terjadinya infark miokard akut dapat dibedakan antara faktor risiko
yang dapat diubah (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah (non-
modifiable).
A. Faktor Risiko Non-Modifiable.
1. Umur, yakni di atas 45 tahun terutama pada laki-laki.
2. Jenis kelamin, dengan risiko pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan, namun perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan
berkurang seiring meningkatnya usia.
3. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner atau sudden death.
B. Faktor Risiko Modifiable.
1. Merokok dan cara penggunaan tembakau lainnya. Hampir sepertiga kematian
akibat penyakit jantung koroner berhubungan dengan merokok baik perokok
aktif atau perokok pasif.

1
2. Diabetes, risiko lebih tinggi pada wanita dibanding pria yang mengalami
diabetes.
3. Hipertensi, risiko lebih tinggi pada wanita dibanding pria yang mengalami
hipertensi
4. Obesitas sentral
5. Depresi
6. Hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia
7. Inaktifitas.

1.3 Patofisiologi Non ST Elevasi Miokardial Infark.


Sebagian besar NSTEMI adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak
dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti
oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus
yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh
darah coroner secara parsial atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner atau dinding miokard yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat
vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran
darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium.
Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan
miokardium mengalami nekrosis (infark miokard). Non ST Elevasi Infark miokard
tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal
yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan
nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah
gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah
iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan
fungsi ventrikel). Sebagian pasien NSTEMI tidak mengalami koyak plak seperti
diterangkan di atas. Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus,
dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi Koroner.
Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi,
takikardia, obesitas, gaya hidup dapat menjadi pencetus terjadinya NSTEMI pada
pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.

2
Non Modifiable Modifiable

Arterosklerosis

Plak

Agresi Trombosit

Terbentuk Trombus

Pembuluh darah menebal

Menyumbat Aliran Darah Arteri


Kororner

Suplai darah menurun atau berhentinya


aliran darah (kekurangan O2)

Non ST Elevasi Myocard Infark


(NSTEMI)

3
1.4 Tanda dan Gejala Non ST Elevasi Miokardial Infark.
Gejala klinis yang biasanya timbul pada Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI)
adalah gejala yang hampir sama dengan apa yang terjadi pada STEMI. Gejala khas
yang biasanya timbul diantaranya:

- Nyeri pada dada yang dirasakan pasien


- Nyeri menjalar sampai ke lengan dan leher
- Nyeri pleuritik (nyeri tajam yang berhubungan dengan respirasi atau batuk)
- Berkeringat dingin
- Cemas serta gelisah
Gejala yang terjadi merupakan gejala yang umum terjadi pada seseorang dengan
penyakit jantung pada biasanya.

4
BAB II
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI

2. 1 ASSESSMENT

I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. J
b. Umur : 50 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Jln. Pemuda No. 99B
e. Pekerjaan : PNS
f. Agama : Hindu
g. No. RM : 41413079
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama (KU)
Pasien mengeluh adanya nyeri dada sebelah kanan, dan bahu kanan susah
b.
digerakkan dan adanya perasaan sesak nafas.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Pada tanggal 20 Januari 2021 ketika pasien pulang dari kantor, pasien
mengeluhkan nyeri pada dada sebelah kanan dan nyeri menjalar sampai ke
leher dan bahu disertai pengelihatan yang mulai rabun dan keringat dingin.
Saat kejadian itu keluarga pasien langsung membawa pasien ke Rumah
Sakit di Kota A. Setelah melakukan penanganan medis dan pemeriksaan
lainnya pasien didiagnosa mengalami Non ST Elevasi Miokard Infark pada
bagian jantung sebelah kanan dengan sumbatan 80%. Dengan kondisi
tersebut, Dokter menyarankan agar pasien menjalani oprasi CABG untuk
memulihkan kondisi pasien. Pada tanggal 22 Januari 2021 pasien menjalani
oprasi CABG dengan lancar. Selama beberapa hari dirumah sakit, kondisi
pasien mengalami peningkatan kondisi yang baik dan diperbolehkan pulang
ke rumah. Pada tanggal 31 Januari 2021 untuk pertama kalinya pasien
dirujuk ke fisioterapi dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan, dan bahu
kanan pasien susah digerakkan dengan adanya perasaan sesak yang
dirasakan pasien.

5
c. Riwayat Penyakit Dahulu & Riwayat Penyakit Penyerta
RPD : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.

RPP : Pasien memiliki riwayat hipertensi

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Orang tua pasien merupakan pengidap hipertensi dan kolesterol

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan seorang ayah dan bekerja aktif sebagai pegawai negri
sipil.

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*

HR : 82 x/Min Saturasi Oksien : 95 %


RR : 24 x/Min Kesadaran : Compos mentis
BP : 130/80 mmHg TB : 170 cm
Suhu : 36,40 Celcius BB : 75 kg

b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Hasil

Inspeksi Statis - Pasien tidur terlentang di atas bed.


- Kepala pasien tampak normal.
- Ekspresi wajah tampak seperti menahan rasa sakit.
- Adanya bekas oprasi CABG pada dada sebelah
kanan
Inspeksi Dinamis - Pasien masih bisa menggerakan kedua ektremitas
bawahnya dengan baik.
- Pasien kesulitan menggerakan bahu sebelah kanan.
- Pola nafas pasien tidak teratur

Palpasi - Adanya rasa thermal pada dada kanan pasien.

6
- Adanya nyeri saat di tekan pada dada kanan pasien.
- Adanya spasme otot pada kelompok otot rotator
cuff dan pectoralis muscle mayor dan minor.
Auskultasi - Pemeriksaan paru : saat dilakukan auskultasi pada
dinding thoraks pasien dengan menggunakan
stetoskop, ditemukan bunyi tambahan wheezing dan
ronchi basah pada paru sinistra lobus superior-
anterior.
- Pemeriksaan Jantung : saat dilakukan pemeriksaan
auskultasi jantung pada dinding thoraks didapatkan
bunyi tambahan yaitu murmur.
Perkusi - Tidak dilakukan.

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Pemeriksaan Hasil

Aktif - Gerak aktif dilakukan dengan kesimpulan pada


ekstremitas bawah dan ektremitas atas sinistra dapat
bergerak dengan full ROM. Sedangkan pada
ektremitas atas dextra pasien mengalami keterbatasan
gerak diakibatkan karena adanya nyeri pada dada
dextra pasien.

Pasif - Gerak pasif dilakukan dengan kesimpulan pada


ekstremitas bawah dan ektremitas atas sinistra dapat
bergerak dengan full ROM dan ekstremitas atas dextra
tidak full ROM

Isometrik - Pasien mampu melawan tahanan isometrik pada kedua


ekstremitas bawah. Namun pada ektremitas atas dektra
tidak bisa melawan tahanan isometrik dengan
maksimal.

Pengukuran
31 Januari 2021

Pengukuran Alat Ukur Hasil

Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai


Nyeri Diam 2/10
(Visual
Nyeri Tekan 4/10
Analog Nyeri Gerak 5/10
Scale)

7
Interpretasi :
Pengukuran nyeri berdasarkan jenis nyeri yang dibagi
menjadi nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak.
Skala nyeri > 0-1 : Tidak Nyeri
Skala nyeri > 1-3 : Nyeri Ringan
Skala nyeri > 3-7 : Nyeri Sedang
Skala nyeri > 7-9 : Nyeri Berat
Skala nyeri > 9-10 : Nyeri Sangat Berat
Dari hasil pengukuran didapatkan nyeri diam 2/10, nyeri
tekan 4/10, nyeri gerak 5/10.
ROM Goniometer Sendi Aktif
( Rage Shoulder S: 400-00-1000
Of Motion) Dextra F: 1000-0-450
T: 700-00-500
R: (F900)700-00-500
Shoulder S: 600-00-1800
Sinistra F: 1800-0-450
T: 900-00-800
R: (F900)900-00-800
Sendi Passif

Shoulder S: 500-00-1200
Dextra F: 1200-0-450
T: 700-00-600
R: (F900)700-00-600
Shoulder S: 600-00-1800
Sinistra F: 1800-0-450
T: 900-00-800
R: (F900)900-00-800

Interpretasi :
pada pengukuran ROM dengan menggunakan
goniometer terdapat adanya keterbatasan sendi pada
sendi bahu dextra dan pada sendi bahu sinistra normal.

8
Sesak nafas Borg Scale

Interpretasi: pada pengukuran dengan skala Borg


didapat pasien mengalami sesak dengan nilai sesak 3
(sesak sedang)
Test Panjang Otot Hasil
Otot M. Pectoralis Mayor Ektremitas atas
dextra tidak
mampu menyentuh
bed
M. Pectoralis Minor Kedua bahu pasien
menempel pada
bed.
M. Tidak adanya nyeri
Sternocleidomastoideus
M. Upper Trapezius Tidak adanya nyeri
Interpretasi: pada pemeriksaan pajang otot pernafasan
terdapat pemendekan otot pada pectoralis mayor dextra,
hal ini titunjukan pada hasil bahwa ektremitas atas dextra
pasien tidak dapat menyentuh bed.

pemeriksaan Midline Lokasi Inspirasi Ekspirasi Selisih


mobilisasi Axilla 95 cm 97 cm 2
ICS 4 90 cm 91 cm 1
sangkar 3WE2Proc. 87 cm 88 cm 1
thoraks Xypoideus
Interpretasi : pada pemeriksaan mobilitas sangkar
thoraks atau ekspansi thoraks didapatkan hasil dengan
perbandingan 2:1:1 dengan seharusnya mobilitas sangkar

9
thoraks normal didapatkan selisih 4-5
Kekuatan Otot Manual Muscle Sendi Gerakan MMT
Testing Form
Shoulder Fleksi 3
Dextra
Ekstensi 3

abduksi 3

adduksi 3

medial rotasi 3

lateral rotasi 3

Shoulder Fleksi 5
Sinistra
Ekstensi 5

abduksi 5

adduksi 5

medial rotasi 5

lateral rotasi 5

Intepretasi: Nilai kekuatan otot shoulder dextra


mengalami penurunan yaitu 3 dan pada kekuatan otot
shoulder sinistra normal.

Pemeriksaan SPADI Skala nyeri aktivitas fungsional


ADL 0: tidak ada nyeri

10: sangat nyeri, nyeri tak tertahankan

1 saat kondisi paling buruk (paling 8


nyeri)?

2 saat berbaring pada sisi lesi? 6

3 saat meraih sesuatu pada tempat yang 7


tinggi?

4 saat menyentuh bagian belakang leher 5

5 saat mendorong dengan lengan sisi 5


nyeri?

10
Skala disabilitas

0: tidak ada kesulitan

10: sangat sulit, harus dibantu orang lain

1 saat mencuci rambut (keramas)? 6

2 saat mandi membersihkan punggung? 6

3 saat memakai kaos dalam atau 6


memakai sweater?

4 saat memakai baju dengan kancing 5


didepan?

5 saat memakai celana? 6

6 saat menaruh benda ditempat yang 8


tinggi?

7 saat membawa benda dengan berat 5 6


Kg (10 pond)?

8 saat mengambil sesuatu dari saku 6


belakang?

0: best

100: worst

Interpretasi: pengukuran dengan menggunakan skala


SPADI digunakan untuk mengetahui kondisi aktivitas
fungsional dari pasien. Pada pengukuran kali ini,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Pain scale:

I. 31/ 50 x 100 = 62%


disability scale:

II. 49/ 80 x 100 = 61,3%


Total SPADI score:

III. 80/ 130 x 100 = 68,7%


Dengan hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil tersebut
masih menunjukan pasien dalam keadaan yang terbatas
dalam aktivitas fungsional dikarenakan oleh nyeri yang
dialami pasien.

11
6 Minutes Stopwatch Hasil 6 minutes walking test yang dilakukan pada pasien,
Walking test dan Rumus pasien mampu menempuh jarak 500 meter.
dan VO2 Max
VO2 MAX: 0,03 x jarak(meter) + 3,98
VO2 MAX: 0,03 x 500 m + 3,98
VO2 MAX: 18,98

Usia 60-69

Poor <13

Below Average 13-17

Average 18-23

Above Average 24-34

Excellent 35+

Interpretasi:
Hasil test 6 minutes walking test sejauh 550 meter yang
dilakukan dengan istirahat sebanyak 2 kali selama 5
menit. Dari hasil pengukuran 6 minutes walking test
tersebut diukur VO2 Max pasien menggunakan rumus
VO2 Max penyakit jantung dan didapat hasil 18,98
dengan interpretasi rata-rata. Hal yang wajar mengingat
pasien merupakan post oprasi MI dan sudah lanjut usia.

Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil


1. Elektrocardiogram Depresi segmen ST ≥1 mm dan gelombang Q yang
menetap

1. Tromponin T = 0,5 ng/mL.


2. Cardiac Marker 2. Tromponin I = 0,07 ng/mL.
3. SGOT = 28,13 U/L.

1. Adanya pola penyebaran bercak pada paru dextra.


3. Rontgen Thoraks
2. Adanya konsolidasi lobar.

12
Diagnosis Banding

Nama Kasus DIAGNOSIS


1. Non ST Elevasi Myocard Infark 1. Nyeri dada yang khas atau tipikal yang menetap
2. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau
pemberian nitrat.
3. Nyeri dapat menjalar ke rahang bawah, leher, lengan
kiri atau punggung, dan disertai gejala penyerta
seperti keringat dingin, mual dan muntah.

2. Hiperkalemia Hiperkalemia paling sering ditandai dengan gelombang


T sempit, runcing dan tinggi. Elevasi segmen ST dapat
ditemukan pada kasus hiperkalemia dengan ciri yang
turun landai (downsloping).
3. Emboli Paru Gambaran EKG emboli paru secara umum
adalah S1Q3T3, yaitu gelombang S yang
prominen pada sadapan I, gelombang Q dan T
terbalik pada sadapan III. Elevasi segmen ST
dapat ditemukan pada V1 dan aVR. Secara
umum, perubahan pada bagian anterior dan
inferior pada EKG perlu dicurigai adanya
. Pada tanggal 20 Januari 2021 sesaat pasien pulang
emboli paru.
dari kantor, pasien mengeluhkan nyeri pada dada
sebelah kanan dan nyeri menjalar sampai ke leher dan
bahu disertai pengelihatan yang mulai rabun dan
keringat dingin. Saat kejadian itu keluarga pasien
Algoritma pemeriksaan langusung membawa pasien ke Rumah Sakit di Kota
Y. Setelah melakukan penanganan medis dan
pemeriksaan lainya pasien didiagnosa mengalami Non
. Pasien mengeluh adanya nyeri dada sebelah
ST Elevasi Miokard Infark pada bagian jantung
a. Algoritma Pemeriksaan kanan,
sebelah kananbahu kanan
dengan susah
sumbatan 80%.digerakan dan
Dengan kondisi
tersebut,
adanyaTim doktersesak
perasaan menyarankan
nafas. agar pasien
Pos op Non ST Elevasi MI menjalani oprasi CABG untuk memulihkan kondisi
pasien. Pada tanggal 22 Januari 2021 pasien menjalani
oprasi CABG dengan lancar. Selama beberapa hari
dirumah sakit, kondisi pasien memngalami
Anamnesis peningkatan kondisi yang baik dan diperbolehkan
pulang ke rumah. Pada tanggal 31 Januari 2021 untuk
13 pertama kalinya pasien dirujuk kefisioterapi dengan
keluhan nyeri dada sebelah kanan, bahu kanan yang
susah digerakan dan adanya perasaan sesak yang
dirasakan pasien.
Vital Sign
 HR: 82 x/mnt
Pemeriksaan fisik  BP: 130/80 mmHg
 SPO2: 95%
 RR: 24 x/mnt
 Suhu : 36,4 0Celcius
 Kesadaran :Compos mentis

Inspeksi dinamis
dan statis

Inspeksi statis Inspeksi dinamis


- Pasien tidur terlentang di atas bed.
- Pasien masih bisa menggerakan kedua
- Kepala pasien tampak normal. ektremitas bawahnya dengan baik.
- Ekspresi wajah tampak seperti menahan rasa sakit.
- Pasien kesulitan menggerakan bahu
- Tampak bekas oprasi CABG pada dada sebelah
kanan sebelah kanan.
- Pola nafas pasien tidak teratur
- Adanya rasa thermal pada dada kanan pasien.
Palpasi
- Adanya nyeri saat di tekan pada dada kanan pasien.
- Adanya spasme otot pada kelompok otot rotator cuff
dan pectoralis muscle mayor dan minor.

Paru: wheezzing dan ronchi


Auskultasi
Jantung : murmur

14
PFGD Pemeriksaan Hasil

aktif keterbatasan

pasif keterbatasan

isometrik keterbatasan

pengukuran

Ekspansi thoraks: borg scale mendapat VAS (visual analogue 6 minutes waliking test
hasil 3 yang di scale)
- Axilla : in 95 eks 97 intepredatsikan sesak Hasil= 500 meter
- ICS4 : in 90 eks 91 sedang Jenis nyeri Hasil
- Xypoideus : in 87 eks VO2 MAX = 18,98
88 Nyeri diam 3/10
Hasil 2;1;1
Nyeri tekan 4/10

Nyeri gerak 5/10

15
c. DIAGNOSIS

ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)

Body structure :
- Structure of cardiovascular system (s410)
- Structure of shoulder region (s720 )
II. Activity- Limitation
Structure of upper extremity (s730)
- Structure of lungs, other specified (s43018)
Intercostal
- Running muscles (s43030)
(d4552.1)
- Religion and spirituality (d930)
III. Body function
Participation :
of Restriction
- Sensation of pain (b280.2)
-- Driving
Pain in body part (b 2801.3)
human-powered transportation (d 4750)
IV. -- Hobbies
Contextual
Respiration rate (b4400)
(d9204)
- Factor
Respiratory rhythm (b4401)
- Functions of the thoracic respiratory muscles (b4450)

1. Kognitif : Pasien memahami instruksi yang diberikan oleh fisioterapis saat


melakukan latihan
2. Intrapersonal : Pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh sehingga pasien
melaksanakan instruksi fisioterapis dengan baik.
3. Interpersonal : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan fisioterapis.
a. Personal Factor

b.

b. Environmental Factor

Fasilitator :

1. Immediate family (e310)


2. Extended family (e315)
Adanya dukungan istri, anak-anak, cucu, menantu, dan keluarga besar untuk tetap
melakukan terapis. Istri dan anak yang selalu menjaga dan merawat di rumah sakit
dengan baik.
Gangguan Aktifitas Fungsional karna adanya nyeri dada, keterbatasan gerak pada
bahu dan perasaan
3. Health sesak
Profesionals nafas oleh karna Pos OP Non ST Elevasi Myocard Infark.
(e355)
Mendapatkan penanganan medis yang baik dari dokter maupun fisioterapi.

Barrier : General Product and Technology for culture, recreation and support
(e1400)
Diagnosis Fisioterapi

2.3 PROGNOSIS

16
I. Quo ad vitam
Dubia

II. Quo ad sanam


Dubia

III. Quo ad cosmeticam

Dubia

IV. Quo ad Functionam

Dubia

2.4 PLANNING

IV. Jangka Pendek

1. Meningkatkan airway dan menjaga airways.


2. Menurunkan nyeri.
3. Meningkatkan ROM.
4. Meningkatkan kekuatan otot pasien.
5. Meningkatkan ekspansi thoraks.

V. Jangka Panjang

1. Pasien mampu kembali melakukan aktivitas sehari-hari dirumah.


2. Pasien mampu kembali untuk bekerja.
3. Mencegah komplikasi berlanjut.

Clinical Reasoning

POST OP NON ST ELEVASI MYOCARD


INFARK
(NSTEMI)
17

Penyakit Participation
Functional
Anatomy
Disability
Impairment Functional
Umur Impairment Contextual
Intervensi
Activity
Factor Limitation Socialization
ADL
Internal Factor
Penyerta Lingkungan Eksternal Factor
Habit Motivasi
Restriction
Non Modifable atau Modifale

plak Religion and


Breathing spirituality
arterosklerosis Nyeri Exercise, Pursed
Lips Breathing, Running
Massage
Fisura, Ruptur Plak atau Ulerasi
IR, Thoracic
sesak
Expantion
Agresi Tromosit
Exercise

Membentuk Trombus
Keterbatasan
ROM ROM Exercise
Menyumbat sirkulasi darah
pada arteri koroner

Isometric
Aliran darah menurun Kelemahan Otot Exercise,
kekurangan O2 stractic Exercise
Gangguan ADL
Monitoring
Ambulasi

V.5 INTERVENSI

I. Tabel Intervensi
Pemberian intervensi pada tanggal 31 Januari 2021

Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based

Deep Deep Breathing Lakukan latihan ini Iwang Kurniawan,

18
Breathing Exercise sebanyak 4 kali setiap 2010,
Exercise Persiapan pasien : pagi dan malam hari. Penatalaksanaan
pasien tidur Fisioterapi Pada
terlentang
Kondisi Miocard
Persiapan terapis :
terapis berada di Infark Di RSU DR.
samping pasien Kariadi Semarang
Penata laksanaan :
terapis
menginstruksikan
pasien untuk menarik
nafas panjang lewat
hidung dengan
panjang keluarkan
lewat mulut, rileks
dan ulangi
Pursed Lips Posisi pasien : tidur Dilakukan banyak 4-6 Iwang Kurniawan,
Breathing terlentang di atas bed. kali pada pagi dan 2010,
Posisi terapis : berada malam. Penatalaksanaan
di samping pasien Fisioterapi Pada
Kondisi Miocard
Pelaksanaan : terapis Infark Di RSU DR.
menginstruksikan
Kariadi Semarang
pasien untuk
merileksasikan bahu,
shoulder, lalu
menarik
nafas panjang lewat
hidung 1-2 detik.
Bibir mencucu
dengan panjang
keluarkan lewat
mulut dengna pelan
1-4 detik lalu rileks
dan ulangi.

segmental Dilakukan dengan Dilakukan 3 kali Penatalaksanan


breathing teknik melakukan pengulangan fisioterapi pada
exercise inspirasi secara dalam kasus
dan melakukan
pneumothoraks/
ekspirasi secara
rileks, dengan universitas
memberikan stimulasi muhammdiah
pada bagian thoraks surakatra
yang mengalami
penurunan.

ROM ROM exercise Selama 8-10 kali A-tos symptoms and


Exercise repetisi. mobility: a case
dilakukan dengan
study on

19
tujuan menambah uncomplicated
ruang lingkup gerak arterial thoracic
outlet syndrome
sendi pasien agar
involving
tidak terjadi kekauan conservative
sendi. Latihan ROM management

dapat dilakukan
secara aktif maupun
pasif dengan 2-3 set
dengan 8-10 kali
repetisi. Latihan ini
dapat dilakukan
setiap hari dalam
seminggu.

strengthening Latihan penguatan latihan sebanyak 10- Miokard Infark :


exercise 15 kali Biomechanical and
dilakukan dengan exercise
tujuan mengaktifkan considerations,
Nicholas.A., 2015.
kerja otot atau
mengaktifkan
kontraksi otot agar
tercipta proses
metabolisme dan
penembahan
kekuatan otot.
Strengthening
ecercise dapat
dilakukan dengan
isometric exercise
dan dapat ditambah
dengan latihan
konsentrik atau
eksentrik exercise
dengan kemampuan

20
pasien ataupun
toleransi pasien.
Latihan ini dapat
dilakukan dengan 10-
15 kali repetisi
dengan menggunakan
beban pada wanita
seberat 2 kg dan laki
laki 3 kg.

Foot Hand Pemeberian massage Dilakukan sebanyak -


Massage pada tangan dan kaki 2-3 kali sehari. Awan Hariyanto,
untuk menurunkan
nyeri, dengan adanya Suharyo
relaksasi dan teori Hadisaputro,
gate control
Supriyadi. 2015.
Efektivitas Foot
Hand Massage
Terhadap Respon
Fisiologis dan
Intensitas Nyeri
pada Pasien Infark
Miokard Akut :
Studi di Ruang
ICCU RSUD.dr.
Iskak Tulungagung.
Program Magister
Epidemiologi
Universitas
Diponegoro
Semarang.
Poltekkes
Kemenkes
Semarang

21
Infra Red Posisi pasien : tidur Dilakukan selama 5 -
miring kanan. menit. Amin Alfjri
Posisi terapis : berada Akhmad, Pengaruh
di belakang pasien Chest Therapy Dan
Infra Red Pada
Pelaksanaan :Terapis Bronchopneumonia,
mengarahkan lampu
Jurnal Fisioterapi
IR ke punggung
pasien. dan Rehabilitasi
(JFR) Vol. 2, No. 1,
Tahun 2018, ISSN
2548-8716

Six Minutes Latihan fungsional Dilakukan selama 6 -


Walking Test pasien diberikan menit. guyatt,
contoh oleh terapis GH,Sullivan,MJ,
dengan berjalan di
Thompson, PJet al,
garis lurus sebanyak
beberapa kali. The 6 Minutes walk:
a new measure of
exercise capacity in
patients with
chronic hearth
failure can med
assoc J
2009:15,130-135.

II. Edukasi

Edukasi Evidence Based


pasien harus mengikuti program latihan yang dibuat oleh terapisIwang Kurniawan,
dan taat akan anjuran terapis serta makan makanan yang bergizi 2010, Penatalaksanaan
tinggi dan tidak boleh kelelahan. Fisioterapi Pada
Kondisi Miocard
Infark Di RSU DR.
Kariadi Semarang

III. Home Program

Edukasi Evidence Based


ROM exercise A-tos symptoms and
mobility: a case study
on uncomplicated
arterial thoracic outlet
syndrome involving

22
conservative
management

Wall rise hand Lucas Gebremariam,


2013, subacromial
impingemen syndrome
effectivness of
physiotherapy and
manual therapy Vol.
10.11.

V.6 EVALUASI

5 Februari 2021

a. Vital Sign
Absolut Tambahan*

HR : 80 x/Min Saturasi Oksigen : 96 %

23
RR : 20 x/Min Kesadaran : Compos mentis
BP : 120/80 mmHg TB : 170 cm
Suhu : 36,50 Celcius BB : 74 kg

Pengukuran Alat Ukur Hasil

Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai


Nyeri Diam 1/10
(Visual
Nyeri Tekan 2/10
Analog Nyeri Gerak 2/10
Scale)

Interpretasi :
Pengukuran nyeri berdasarkan jenis nyeri yang dibagi
menjadi nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak.
Skala nyeri > 0-1 : Tidak Nyeri
Skala nyeri > 1-3 : Nyeri Ringan
Skala nyeri > 3-7 : Nyeri Sedang
Skala nyeri > 7-9 : Nyeri Berat
Skala nyeri > 9-10 : Nyeri Sangat Berat
Dari hasil pengukuran didapatkan nyeri diam 1/10, nyeri
tekan 2/10, nyeri gerak 2/10.
ROM Goniometer Sendi Aktif
( Rage Of Shoulder S: 600-00-1500
Motion) Dextra F: 1500-0-450
T: 900-00-700
R: (F900)800-00-900
Shoulder S: 600-00-1800
Sinistra F: 1800-0-450
T: 900-00-800
R: (F900)900-00-800
Sendi Passif

24
Shoulder S: 600-00-1800
Dextra F: 1700-0-450
T: 700-00-800
R: (F900)900-00-800
Shoulder S: 600-00-1800
Sinistra F: 1800-0-450
T: 900-00-800
R: (F900)900-00-800

Interpretasi :
pada pengukuran ROM dengan menggunakan
goniometer terdapat adanya peningkatan ROM.
Sesak nafas Borg Scale

Interpretasi: pada pengukuran dengan skala Borg


didapat pasien mengalami sesak dengan nilai sesak 2
(sesak ringan)
Test Panjang Otot Hasil
Otot M. Pectoralis Mayor Ektremitas atas
dextra tmampu
menyentuh bed
M. Pectoralis Minor Kedua bahu pasien
menempel pada
bed.
M. Tidak adanya nyeri
Sternocleidomastoideus
M. Upper Trapezius Tidak adanya nyeri
pemeriksaan midline Lokasi Inspirasi Ekspirasi Selisih
mobilisasi Axilla 93 cm 97 cm 4
ICS 4 90 cm 93 cm 3

25
sangkar Proc. 87 cm 91 cm 4
thoraks Xypoideus
Interpretasi : pada pemeriksaan mobilitas sangkar
thoraks atau ekspansi thoraks didapatkan hasil dengan
perbandingan 4:3:4 dengan seharusnya mobilitas sangkar
thoraks normal didapatkan selisih 4-5
Kekuatan Otot Manual Muscle Sendi Gerakan MMT
Testing Form
Shoulder Fleksi 4
Dextra
Ekstensi 4

abduksi 4

adduksi 4

medial rotasi 4

lateral rotasi 4

Shoulder Fleksi 5
Sinistra
Ekstensi 5

abduksi 5

adduksi 5

medial rotasi 5

lateral rotasi 5

Intepretasi: Nilai kekuatan otot shoulder dextra


mengalami penurunan yaitu 3 dan pada kekuatan otot
shoulder sinistra normal.

Pemeriksaan SPADI Skala nyeri aktivitas fungsional


ADL 0: tidak ada nyeri

10: sangat nyeri, nyeri tak tertahankan

1 saat kondisi paling buruk (paling 8


nyeri)?

2 saat berbaring pada sisi lesi? 4

3 saat meraih sesuatu pada tempat yang 7

26
tinggi?

4 saat menyentuh bagian belakang leher 4

5 saat mendorong dengan lengan sisi 4


nyeri?

Skala disabilitas

0: tidak ada kesulitan

10: sangat sulit, harus dibantu orang lain

1 saat mencuci rambut (keramas)? 6

2 saat mandi membersihkan punggung? 6

3 saat memakai kaos dalam atau 6


memakai sweater?

4 saat memakai baju dengan kancing 5


didepan?

5 saat memakai celana? 6

6 saat menaruh benda ditempat yang 6


tinggi?

7 saat membawa benda dengan berat 5 4


Kg (10 pond)?

8 saat mengambil sesuatu dari saku 4


belakang?

0: best

100: worst

Interpretasi: pengukuran dengan menggunakan skala


SPADI digunakan untuk mengetahui kondisi aktivitas
fungsional dari pasien. Pada pengukuran kali ini,
didapatkan hasil sebagai berikut:

Pain scale:

I. 27/ 50 x 100 = 54%


disability scale:

II. 45/ 80 x 100 = 63,7%


Total SPADI score:

27
III. 72/ 130 x 100 = 55,3%
Dengan hasil diatas dapat diketahui bahsa hasil tersebut
masih menunjukan pasien dalam keadaan yang terebatas
dalam aktivitas fungsional dikarenakan oleh nyeri yang
dialamai pasien.

6 Minutes Stopwatch Hasil 6 minutes walking test yang dilakukan pada pasien,
Walking test dan Rumus pasien mampu menempuh jarak 600 meter.
dan VO2 Max
VO2 MAX: 0,03 x jarak(meter) + 3,98
VO2 MAX: 0,03 x 600 m + 3,98
VO2 MAX: : 21,98

Usia 60-69

Poor <13

Below Average 13-17

Average 18-23

Above Average 24-34

Excellent 35+

Interpretasi:
Hasil test 6 minutes walking test sejauh 600 meter yang
dilakukan dengan istirahat sebanyak 2 kali selama 5
menit. Dari hasil pengukuran 6 minutes walking test
tersebut diukur VO2 Max pasien menggunakan rumus
VO2 Max penyakit jantung dan didapat hasil 21,98
dengan interpretasi rata-rata. Hal yang wajar mengingat
pasien merupakan post oprasi MI dan sudah lanjut usia.

28
BAB III

SIMPULAN

III.1 Simpulan

NSTEMI (Non-ST-segment Elevation Myocardial Infarction) merupakan jenis


kerusakan pada jantung yang tidak menimbulkan kelainan khas pada hasil pemeriksaan
rekam jantung. Meski tidak seberbahaya STEMI (ST-segment Elevation Myocardial
Infarction), kondisi ini tetap perlu diwaspadai dan ditangani dengan cermat. NSTEMI
adalah salah satu jenis sindrom koroner akut. Sindrom koroner akut sendiri adalah
kondisi berbahaya yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah arteri
jantung. Penyumbatan ini akan membuat jantung kekurangan oksigen. NSTEMI
merupakan kasus yang jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya sekitar 3 kasus per
1000 orang per tahun, atau sekitar 30% dari total kasus serangan jantung.

29
30
Pada
borg
6
Ekspansi
minutes
VAS scale
(visual
waliking test
thoraks:
mendapat
tanggal
analogue 14
hasil 3 yang
Januari
scale)
Hasil=
di - 500 Axill
2019
meter sesaat
aHasil
: in
intepredatsik
Jenis
pasien DAFTAR PUSTAKA

Tatalaksana ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) Di Rumah Sakit Dengan Fasilitas


PCI ; Http://Dokterpost.Com/Tatalaksana-St-Elevasi-Miokard-Infark-Di-Rumah-Sakit-
Dengan-Fasilitas-Pci/
Iwang Kurniawan, 2010, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Miocard Infark
Di RSU DR. Kariadi Semarang
Penatalaksanan fisioterapi pada kasus pneumothoraks/ universitas muhammdiah
surakatra
guyatt, GH,Sullivan,MJ, Thompson, PJet al, The 6 Minutes walk: a new measure of
exercise capacity in patients with chronic hearth failure can med assoc J 2009:15,130-135.
Lucas Gebremariam, 2013, subacromial impingemen syndrome effectivness of
physiotherapy and manual therapy Vol. 10.11.

Anda mungkin juga menyukai