Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial

lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

(enam puluh) tahun ke atas (Kamenkes RI, 2017). Kategori umur menurut

Depkes RI (2009) membagi lanjut usia berdasarkan batasan umur menjadi

3 yaitu masa lansia awal 46- 55 tahun, masa lansia akhir 56 – 65 tahun,

dan masa manula 65 – sampai atas (Ramadhan, 2014).

Jumlah penduduk lansia di Indonesia berdasarkan data proyeksi

penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa (9,03%).

Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 27,08 juta, tahun 2025

33,69 juta tahun 2030 40,95 juta, dan tahun 2035 48,19 juta (Kamenkes

RI, 2017). Penduduk lansia di Indonesia termasuk terbesar keempat

setelah China, India, dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010).

Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan secara terus

menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan

terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Pada

tahun 2014 angka kesakitan lansia sebesar 25,05%, sedangkan di tahun

2015 sebesar 28,65% artinya bahwa setiap 100 orang lansia terdapat

sekitar 28 orang diantaranya mengalami sakit (Kemenkes, 2017).


Saat memasuki fase lansia, seorang individu mengalami berbagai

perubahan. Perubahan yang dialami oleh lansia antara lain perubahan

fisiologis, psikologis dan status sosial ekonomi. Perubahan fisiologis pada

lansia seperti rambut menjadi beruban dan berkurang, kulit menjadi kering

dan berkerut, tulang berubah susunannya, setelah umur 60 tahun manusia

menjadi lebih pendek, jantung tidak bereaksi secepat dulu, peredaran darah

berlahan-lahan mulai terganggu, dan pencernaan tidak begitu baik lagi.

Masalah psikologis yang paling umum yang berpengaruh pada lansia

adalah timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Masalah ekonomi

yang terkait dengan menurunnya produktivitas kerja akan berdampak pada

menurunnya pendapatan ekonomi pada lansia (Triningtyas, 2018).

Perbaikan kondisi sosial, kondisi fisik dan kualitas kesehatan

berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup, peningkatan itu

tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia dari tahun

ke tahun. Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia di dunia menurut

WHO sampai tahun 2050 akan meningkat kurang lebih 600 juta menjadi 2

milyar lansia, dan wilayah Asia merupakan wilayah yang paling banyak

mengalami perubahan komposisi penduduk, dan sekitar 25 tahun kedepan

populasi lansia akan bertambah sekitar 82% (M & Erwanti, 2018).

Lansia identik dengan berbagai penurunan status kesehatan

terutama status kesehatan fisik. Status kesehatan lansia yang menurun

seiring dengan bertambahnya usia akan memengaruhi kualitas hidup

lansia. Bertambahnya usia akan diiringi dengan timbulnya berbagai


penyakit, penurunan fungsi tubuh, keseimbangan tubuh dan risik jatuh.

Seiring dengan bertambahnya jumlah lansia, terdapat banyak

permasalahan yang dialami lansia diantaranya, tidak memperoleh akses

Pendidikan, kesehatan, tidak memiliki jaminan hari tua, tidak memiliki

dukungan sosial dari keluarga atau teman untuk merawat mereka, dan

kurangnya latihan fisik.

Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan/aktivitas yang

menyebabkan peningkatan penggunaan energi atau kalori oleh tubuh.

Aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan ke dalam

pekerjaan, olahraga, kegiatan dalam rumah tangga ataupun kegiatan

lainnya. Namun proses penuaan yang terjadi berdampak pada keterbatasan

lansia dalam melakukan aktivitas yang mempengaruhi kemandirian lansia

sehingga lansia menjadi mudah bergantung pada bantuan orang lain.

Keterbatasan lansia melakukan aktivitas fisik juga menyebabkan

menurunnya tingkat kesehatan.

Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka

dalam kehidupannya baik dilihat dari konteks budaya maupun system nilai

dimana mereka tinggal dan hidup yang ada hubungannya dengan tujuan

hidup, harapan, standart dan fokus hidup mereka yang mencakup beberapa

aspek sekaligus, diantaranya aspek kondisi fisik, psikologis, sosial dan

lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang mencakup kualitas

hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status
psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana

mereka berada.

Kualitas hidup saat ini merupakan sebuah konsep penting yang

dijadikan sebagai salah satu kriteria untuk mengevaluasi intervensi

pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) kualitas

hidup adalah persepsi individual tentang kesehatan fisik, status psikologis,

derajat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi, dan hubungan

yang istimewa dari seseorang di masyarakat.2 Berbagai metode

pengukuran kualitas hidup telah dikembangkan saat ini, diantaranya adalah

Medical Outcomes Study Short Form-36 atau yang dikenal dengan

kuesioner SF-36. Dengan metode ini, kualitas hidup dinyatakan dalam 2

skala yaitu: kualitas kesehatan fisik/Physical Component Summary (PCS)

dan kualitas kesehatan mental/Mental Component Summary (MCS).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia salah satunya

dapat menimbulkan masalah yaitu meningkatnya risiko jatuh yang dapat

menyebabkan cidera bagi lansia. Jatuh pada lansia adalah suatu masalah

utama yang sering dialami lansia. Survey yang dilakukan di Indonesia oleh

riset kesehatan dasar menyatakan bahwa jumlah kejadian jatuh pada lansia

yang berusia 60 tahun atau lebih sekitar 70,2%. Hal ini membuktikan

bahwa lansia di Indonesia memiliki risiko tinggi mengalami jatuh

(Gunawan, 2016).
Jatuh adalah kejadian yang tidak disadari dimana seseorang

terjatuh dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah yang

bisa disebabkan oleh hilangnya kesadaran, stroke, atau kekuatan yang

berlebihan (Deniro dkk, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap kualitas hidup

lansia ?

2. Apakah ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap adanya resiko jatuh

pada lansia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya hubungan antara aktifitas fisik terhadap

kualitas hidup dan resiko jatuh pada lansia yang nanti akan digunakan

beberapa instrument dalam penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan pembelajaran kedepannya dan langkah untuk mencegah

adanya kemungkinan maupun kejadian pada lansia yang beresiko jatuh dan

memperbaiki kualitas hidup dari lansia

Anda mungkin juga menyukai