OLEH
1
3.6 PLANNING ........................................................................................ 24
3.7 INTERVENSI...................................................................................... 24
BAB IV ............................................................................................................. 27
KESIMPULAN ................................................................................................. 27
4.1 Simpulan ............................................................................................. 27
4.2 Pesan dan Kesan .................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28
LAMPIRAN ...................................................................................................... 29
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dan SMA/ Paket C. Selama pelaksanaa Praktik Kerja Lapangan di Yayasan
Mentari Fajar, ditemukan berbagai kondisi anak yang berkebutuhan khusus.
Masalah tumbuh kembang anak yang sering dijumpai salah satunya adalah
Cerebral Palsy (CP). CP merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang
bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. Kelainan atau
kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (pre-natal), selama
proses melahirkan (natal), atau setelah proses kelahiran (post-natal). CP dapat
menyebabkan gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot
yang biasanya disertai gangguan neurologik berupa kelumpuhan, spastik,
gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan mental (mental retardation).
Permasalahan utama yang dialami oleh penderita CP spastic quadriplegia
adalah gangguan motoris berupa spastisitas antara lain peningkatan ketegangan
otot pada keempat anggota gerak seperti lengan atas, lengan bawah, wrist, trunk,
tungkai atas, tungkai bawah dan kaki, selain itu juga menghambat tumbuh
kembang motorik pada anak dimana terjadi keterbatasan untuk melakukan
aktivitas yang seharusnya sudah bisa dilakukan. Fisioterapi berperan dalam
meningkatkan kemampuan fungsional agar penderita mampu hidup mandiri
sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain.
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL) sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa Program Studi Fisioterapi
Universitas Bali Internasional untuk menerapkan ilmu dan keterampilan
secara langsung berdasarkan apa yang telah didapatkan selama
perkuliahan di tempat Praktik Kerja Lapangan.
2. Memberikan pengalaman dan gambaran tentang dunia kerja fisioterapi
dari tempat Praktik Kerja Lapangan agar mahasiswa mampu memahami
tugas dan kewajiban sebagai seorang fisioterapis.
3. Menambah ilmu pengetahuan, serta kemampuan dalam mengaplikasikan,
mengkaji, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengetahui
gambaran umum tentang down syndrome dalam bidang pengetahuan dan
keterampilan dari tempat Praktik Kerja Lapangan.
4
1.3 Profil Lahan Praktik
Yayasan Mentari Fajar terletak di Jalan Goa Gong, Br. Angga Swara,
Jimbaran. Dimana Yayasan Mentari Fajar merupakan sebuah Yayasan pemerintah
(swasta) yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dengan
mengunggunakan prinsip inklusi.
1.3.1 Profil Yayasan Mentari Fajar
Nama Yayasan : Yayasan Mentari Fajar
No Yayasan : AHU-2653.AH01.04
Alamat Yayasan : Jalan Goa Gong Gang Mentari, Br. Angga Swara
Kelurahan : Jimbaran
Lintang dan Bujur: -5.4437557/114.421127
Kabupaten : Badung
Provinsi : Bali
Status : Swasta
Tahun Beroperasi : 28 Juni 2009
No. Tlp : 085101182086
Email : mentarifajar16@yahoo.co.id
1.3.2 Latar Belakang Yayasan Mentari Fajar
Sebagai makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Tuhan, manusia
diberi tugas yang mulia untuk memakmurkan dan mensejahterakan kehidupan
di bumi ini agar dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam membekali diri
dengan berbagai sikap dan tindakan seperti iman dan taqwa, berakhlak mulia
yang luas, cerdas dan bertanggung jawab.
Agar dapat melaksanakan nilai-nilai luhur serta melaksanakan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) maka Yayasan Mentari Fajar
memilih pendidikan di bidang pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman
Kanak-Kanak (TK), Kesetaraan SD, Kesetaraan SMP, Kesetaraan SMA dan
terapi anak-anak berkebutuhan khusus.
1.3.3 Visi Dan Misi Yayasan Mentari Fajar
a) Visi Yayasan Mentari Fajar
Menjadikan Lembaga Yayasan Mentari Fajar-Jimbaran, sebagai
wahana bermain dan belajar bagi anak usia dini, pendidikan dan
5
keterampilan untuk kesetaraan SD, kesetaraan SMP, Kesetaraan
SMA dan terapi anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan
potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus dan ability
sehingga melahirkan anak usia dini yang bertaqwa kepasa Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan sehat
ceria.
b) Misi Yayasan Mentari Fajar
Adapun misi dari Yayasan Mentari Fajar sebagai berikut:
1. Memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini,
Kesetaraan SD, Kesetaraan SMP, Kesetaraan SMA dan anak
berkebutuhan khusus yang berkualitas dan menyenangkan.
2. Mengembangkan potensi anak secara bertahap, berulang, dan
menyeluruh sesuai tahap perkembangannya.
3. Mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan dasar anak dengan
“asah”, “asih”, “asuh”.
4. Menyiapkan anak berkebutuhan khusus menjadi generasi yang
terampil dan mandiri.
5. Membentuk karakter yang mulai pada anak sehingga nantinya
menjadi generasi penerus yang senantiasa taat kepada tuhannya
dan berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.
1.4 Tujuan Yayasan Mentari Fajar
Tujuan Yayasan Mentari Fajar ialah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Meninggalkan kemampuan anak dalam membangun pengetahuan
tentang dirinya, benda-benda
3. Meningkatkan kemampuan berbahasa anak, agar anak mampu
berkomunikasi dengan lancar, baik dan santun.
4. Meningkatkan kemampuan fisik anak agar secara fungsional siap
digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupannya.
6
5. Meningkatkan kemampuan pengembangan emosi / sosial anak agar
dapat hidup bersama, bahagia, damai dan sejahtera dengan sesama
makhluk ciptaan tuhan laiinya.
6. Membentuk dan memperkokoh budi pekerti yang luhur pada anak
sebagai bekal untuk hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara kelak dikemudian hari.
1.4.1 Struktur Yayasan Mentari Fajar
7
3 Pemberdayaan stakeholder / kemampuan masyarakat dalam
penyelenggaraan yayasan.
1.5.3 Program Jangka Panjang:
1. Peningkatan kerja sama lembaga yayasan dengan mitra lain
dan sektor dunia usaha.
2. Peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan.
3. Meningkatkan wawasan hidup anak dan tentang budi pekerti
dalam masyarakat, perencanaan kegiatan yayasan.
4. Meningkatkan kualitas kemampuan dan kapasitas pendidik
melalui workshop, penataran dan magang, kuliah di perguruan
tinggi.
5. Pemanfaatan ruang pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus agar lebih representative.
6. Peningkatan fasilitas pembelajaran dan alat permainan,
keterampilan, dan bina diri anak-anak berkebutuhan khusus.
1.5.4 Perencanaan kegiatan yayasan:
1. Meningkatkan kualitas kemampuan dan kapasitas pendidik
melalui workshop, penataran dan magang, kuliah di perguruan
tinggi.
2. Pemanfaatan ruang pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus agar lebih representative.
3. Peningkatan fasilitas pembelajaran dan alat permaina,
keterampilan guna menunjang kelancaran pelaksanaan
pembelajaran, keterampilan dan bina diri anak-anak
berkebutuhan khusus.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cerebral Palsy (CP) adalah salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan
gangguan postur dan gerak nonprogresif. Spatisitas menyebabkan gangguan
postur tubuh, gerak control, keseimbangan dan koordinasi sehingga akan
mengganggu aktivitas fungsional anak dengan CP (deformitas) (Rahma, 2017).
Sedangkan Menurut (Kharisma, 2017) Istilah Cerebral Palsy yang berhubungan
dengan otak palsy adalah ketidakmampuan fungsi otot. Dimana anak yang
menderita Cerebral Palsy dapat mengalami gangguan syaraf permanen yang
mengakibatkan anak terganggu fungsi motorik kasar, motoric halus, juga
kemampuan bicara dan gangguan lainnya. Karena Cerebral palsy berpengaruh
pada fungsi koordinasi.
2.2 Etiologi
Penyebab CP dapat dibagi dalam 3 bagian (Sheresta N, 2017), yaitu prenatal,
perinatal, dan pasca natal:
a. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang mencolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “Palsi Serebral”.
b. Natal
1. Anoksia/hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal adalah “brain
injury”. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini
terdapat pada keadaan. presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo pelvik,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan
instrumen tertentu dan lahir dengan SC (Sheresta N, 2017).
2. Pendarahan Otak
9
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi
anoksia. Perdarahan dapat terjadi diruang subaraknoid akan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga menyebabkan hidrosefalus. Perdarahan
diruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul
kelumpuhan spastis.
3. Prematuritas
Bayi yang kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan
otak yang lebih banyak daripada bayi yang cukup bulan karena pembuluh
darah, enzim, dan faktor pembekuan darah dan lain lain masih belum
sempurna. Otak belum matang pada bayi premature memiliki lebih banyak
ekuipotensial atau plastisitas. Keduanya merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan kemampuan yang jauh lebih besar dari bagian
terluka otak belum matang untuk mengasumsikan fungsi bagian yang
cedera.
4. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP.
5. Postnatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan
dapat menyebabkan CP, misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis
dan luka parut pada otak pasca-operasi, dan juga kern ikterus seperti kasus
pada gejala sekuele neurogik dan eritroblastosis fetal atau defisiensi enzim
hati.
Trauma lahir bisa menimbulkan gejala sisa akibat lesi irreversible pada
otak. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan ruangan yang bisa
berhubungan dengan ventrikel atau berupa kista yang mengandung cairan.
Dinding kista itu terdiri dari jaringan ganglia, yang bereaksi setelah terjadi
perdarahan. Kista tersebut dinamakan porensefalus dan pada umumnya sering
di jumpai pada konveksitas hemisferium. CP, konvulsi,dan retardasi mental
merupakan manifestasi dari porensefalus.
10
2.3 Patofisiologis
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan
terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri terjadi
kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan karena tidak terdapatnya
inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat pada system
ekstra pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak atau hypotonic,
termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera ringan maka gerakan
gross motor dapat dilakukan tetapi tidak terkoordinasi dengan baik dan gerakan
motorik halus sering kali tidak dapat dilakukan. Gangguan proses sensorik primer
terjadi di sereblum yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada keterbatasan
gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada proses sensorik
(Herdiman, 2013)
2.4 Klasifikasi
Menurut (Kemala, 2014) Berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi gerak
Cerebral palsy dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Cerebral Palsy Spastik
Merupakan bentukan CP Anatomi yang mengalami kerusakan pada kortex
cerebellum yang menyebabkan hiperaktive reflex dan stretch reflex terjadi
terbanyak (70-80%). Otot mengalami kekakuan dan secara permanen akan
menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas pada saat
seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Cerebral
Palsy spastik dapat dikelompokkan menurut kelainan pokoknya (Kemala,
2014), yaitu berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena:
a. Monoplegia Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan.
b. Diplegia Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat
daripada kedua lengan.
c. Tetraplegia/Quadriplegia Tetraplegia bila mengenai 3 ekstremitas, yang
paling banyak adalah mengenai kedua lengan dan 1 kaki. Quadriplegia
bila keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama.
d. Hemiplegia Bila mengenai salah satu sisi tubuh dan lengan terkena lebih
berat, Serangan epilepsi fokal tidak begitu umum, tetapi secara banding
11
lebih sering dijumpai pada anak hemiplegia spastik daripada anak non
spastik.
2. Cerebral Palsy athetosis/diskenetik/koreoatetosis
Bentuk CP ini menyerang kerusakan pada bangsal banglia yang
mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan
(Kemala, 2014). Kondisi ini melibatkan sistem ekstrapiramidal. Karakteristik
yang ditampakkan adalah gerakan-gerakan yang involunter dengan ayunan
yang melebar.
Gerakan abnormal ini mengenai lengan atau tungkai dan pada sebagian
besar kasus, otot muka dan lidah menyebabkan anak-anak menyeringai dan
selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode
peningkatan stress dan hilang pada saat tidur.
Pasien juga mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria).
CP atetosis terjadi pada 10-20% penderita CP (Kemala, 2014). Atetotis dibagi
menjadi 2 yaitu;
a. Distonik
Kondisi ini sangat jarang sehingga penderita yang mengalami distonik
dapat mengalami misdiagnosis. Gerakan distonia tidak seperti kondisi
yang ditunjukkan oleh distonia lainnya. Umumnya menyerang otot kaki
dan lengan sebelah proksimal. Gerakan yang dihasilkan lambat dan
berulang-ulang, terutama pada leher dan kepala.
b. Diskinetik
Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan-gerakan involunter
tidak terkontrol, berulang-ulang dan kadang melakukan gerakan stereotipe.
3. Cerebral Palsy Ataxia
Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan
tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki
dengan posisi saling berjauhan, berjalan gontai kesulitan dalam melakukan
gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis, atau mengancingkan baju
(Kemala, 2014).
4. Cerebral Palsy Campuran
12
Seseorang mempunyai kelainan dua atau lebih dar tipe-tipe kelainan di atas.
Berdasarkan estimasi tingkat derajat kecacatan (Sheresta N, 2017) :
a. Minimal
1) Perkembangan motrik normal hanya terganggu secara kualitatif
2) Gejala : kelainan tonus sementara, reflex primitif menetap tidak terlalu
lama, kelainan postur ringan, gangguan motoric kasar dan halus,
misalnya clumpsy.
3) Penyakit penyerta gangguan komunikasi, dan gangguan belajar
spesifik.
b. Ringan
1) Perkembangan motoric Berjalan usia 24 bulan -36 bulan , penderita
masih bisa melakukan pekerjaan atau aktvitas sehari-hari sehingga
sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan
khusus
2) Gejala: beberapa kelainan pada pemeriksaan neurologis, perkembangan
refleks primitive abnormal,respon postural terganggu, gangguan
motoric (tremor), gangguan koordinasi.
3) Penyakit penyerta gangguan komunikasi, dan gangguan belajar
spesifik
c. Sedang
1) Perkembangan motoric : berjalan usia >3 tahun, anak berjalan dengan
atau tanpa alat bantu ,kadang memerlukan bracing untuk ambulasi
seperti tripod atau tongkat. Kaki atau tungkai masih dapat berfungsi
sebagai pengontrol gaya berat badan. Aktivitas terbatas akan tetapi
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, penderita
membutuhkan sedikit bantuan khusus dan pendidikan khusus agar
dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak dan berbicara.
Pengertian atau rasa keindahan masih ada , dengan pertolongan khusus
diharapkan penderita dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga
dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat.
2) Gejala: Berbagai kelainan neurologis, refleks primitif menetap dan
kuat, respon postural melambat
13
3) Penyakit penyerta tingkat kecerdasan ,gangguan belajar, komunikasi,
kadang disertai kejang.
d. Berat
1) Perkembangan motoric : Penderita sama sekali tidak bisa melakukan
aktivitas fisik(berjalan) atau berjalan dengan alat bantu khusus seperti
kursi roda kadang perlu operasi. Penderita tidak mungkin hidup tanpa
pertolongan orang lain, dan membutuhkan perawatan tetap dalam
ambulasi, bicara serta tidak dapat menolong diri-sendiri. pertolongan
atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya.
Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dengan reterdasi mental,
yang pengertian dan rasa keindahan tidak ada sehingga akan
menimbulkan gangguan social-emosional baik bagi keluarganya
maupun lingkungannya.
2) Gejala : neurolgis dominan, refleks primitif menetap dan respon
postural tidak muncul.
14
BAB III
HASIL KEGIATAN
Nama Mahasiswa :
1. Desak Gede Dewi Herayanti (19031001)
2. Desak Putu Resmi Widyantar (19031002)
3. Jabbar Naufal Ramdhethya (19031006)
4. Kadek Arya Putra Surya Wisesa (19031007)
5. Made Ganggas Dwiatmaja Empuaji (19031009)
6. Md Panji Kamajaya Subagia (19031010)
Tempat Praktik : Yayasan Mentari Fajar
Clinical Educator) (CE) : Sri Sudiarsih, S.Pd., S.Sos., S.Fis., Ftr
Tanggal pembuatan Laporan : 4-9 Maret 2023
3.1 ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : Md. A N
b. Umur : 9 tahun 9 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Tanggal lahir : 06-6-2013
e. Anak ke- : 2 (dua)
f. Jumlah saudara kandung : 1 (satu) orang
g. Alamat : Tanjung Benoa, Br Kertha Pascima
h. Agama : Hindu
II. Identitas Orang Tua
a. Nama Ayah : M. W
b. Pekerjaan Ayah : Pegawai Swasta
c. Nama Ibu : N. M
15
d. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
e. Alamat : Tanjung Benoa, Br Kertha Pascima
III. Pemeriksaan Subjektif
a. Kesan Umum
d. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Saat usia kehamilan 3 bulan terjadi pendarahan
b. Natal
Anak lahir premature saat usia kehamilan 7
bulan, dengan kelahiran normal (kembar
buncing) di RS Sanglah.
c. Post Natal
Berat badan 1,6 kg
Ketika lahir memiliki pola nafas abnormal
Tidak ada
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
h. Riwayat Pengobatan
17
3.3 Pemeriksaan Per-Kompetensi
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Inspeksi Statis - Ekspresi wajah datar
- Ada kontak mata namun terdapat
stadismus
- Kesulitan saat berjalan dan berdiri
Inspeksi Dinamis Jalan jinjit
Palpasi Saat dipalpasi merespon dengan sedikit
gerakan tubuh namun ekspresi wajah datar
b. kemampuan sensorik
18
mengunyah makanan dengan lidah
bergerak
Angkat kepala √
Tengkurap √
Berguling √
Duduk disokong √
Duduk tidak disokong √
Merayap √
Merangkak √
Berdiri √
Berlari √
Melompat √
Tangan menggenggam √
Mengambil benda di depan √
Memasukan benda ke mulut dengan dua √
tangan
Menggenggam dengan satu tangan √
Finger to finger √
Memindahkan benda dari tangan ke tangan √
Menggenggam dengan ibu jari dan telunjuk √
e. Kemampuan Berkomunikasi
Ability Disability
- Anak mampu bercanda - Anak belum mampu
dengan terapis mengucapkan kata-kata
dengan jelas
19
Algoritma Pemeriksaan
Disability:
Fine motor
- Tidak terdapat disabulity
20
Clinical Reason
Cerebral Palsy
Cerebral palsy
21
3.4 DIAGNOSIS ICF-CY Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)
Body structure :
- d170 Writing
- d145 learning to write
- d330 Speaking
- d445 hand and arm use
- d450 Walking
- d510 Washing one self
- d530 Toileting
- d599 self-care other spcified
22
a. Associated Problem
Tactile problem
Vestibular problem
Proprioceptive problem
Auditori problem
Visual problem
Emosional problem
b. Participation Restriction
- d9200 play
- d910 Community life
- d920 Recreation and leisure
- d9201 sports
Kesulitan berjalan
Lomunikasi belum lancar
Diagnosa Fisioterapi
23
3.4 PROGNOSIS
I. Quo ad vitam
Malam
II. Quo ad sanam
Dubia ad sanam
Malam
3.6 PLANNING
I. Jangka pendek
3.7 INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
24
penekanan dan ditahan
selama 30detik
Correct Pasien dilatih berdiri Tim Takken, Ms C,P Hd,
dengan tegak dan
posture Monique W.M. Van
ekstremitas bawah difiksasi
Bergen, Ms C,Ralph J.B.
Sakkers, Md, Phd, Paul
J.M. Helders, Ms C,P Hd,
Pt, Pcs, And Raoul H.H.
Engelbert,P Hd, Pt,
Pcs.2006.Cardiopulmonary
Exercise Capacity, Muscle
Strength, And Physical
Activity In Children And
Adolescents With
Achondroplasia.University
Of Utrecht Medical Center,
Utrecht, Netherlands.
25
Exercise Capacity, Muscle
Strength, And Physical
Activity In Children And
Adolescents With
Achondroplasia.University
Of Utrecht Medical Center,
Utrecht, Netherlands.
Edukasi
Edukasi
Home program
Home Program
26
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
Kegiatan Pra Klinik ini berlangsung selama lima hari kerja yang bertempat
di Yayasan Mentari Fajar. Yayasan Mentari fajar adalah yayasan non pemerintah
yang bergerak di bidang pendidikan, Kesehatan, dan social. Dalam bidang
Pendidikan Yayasan Mentari fajar menyelenggarakan Pendidikan inklusi yang
terdiri dari Pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK),
kesetaraan A (SD), kesetaraan B (SMP), dan kesetaraan C (SMA). Tujuan
penyelengaaraan kesetaraan di Yayasan Mentari fajar adalah untuk meningkatkan
kemampuan anak dalam membangun pengetahuan tentang dirinya, meningkatkan
kemampuan komunikasi Bahasa, meningkatkan kemampuan fisikanak agar secara
fungsional siap digunakan dalam kehidupannya. Selain itu Yayasan Mentari fajar
menyediakan beberapa layanan terapi untuk anak dengan berkebutuhan khusus,
yaitu fisioterapi, terapi ABA (Applied Behavior Analysis)/ terapi prilaku.
Program studi Fisioterapi Universitas Bali Internasional melakukan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk melakukan observasi dan
membantu melakukan intervensi pada berbagai permasalahan pada anak.
4.2 Pesan dan Kesan
Selama 5 hari kami menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Yayasan
Mentari Fajar yang dimulai dari tanggal 4-9 maret 2023 begitu banyak
manfaatdan pengalaman yang kami dapatkan baik dari segi ilmu pengetahuan,
pengalaman dan semua yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan fisioterapi.
Pesan yang dapat kami sampaikan agar kedepannya Yayasan Mentari fajar
berkembang menjadi yayasan yang lebih baik lagi, baik dalam hal sarana dan
prasarana maupun dalam bidang terapi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Rahma, F. A., & Kuswanto, D. 2017. Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural
pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral
palsy. Jurnal Sains dan Seni ITS, 6(2), F142-F147.
Kharisma, A., & Indrojarwo, B. T. 2017. Desain Kursi Roda dengan Sistem
Kemudi Tuas sebagai Sarana Mobilitas bagi Anak Penderita Cerebral
Palsy Usia 6 hingga 10th. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).
Shrestha, N., Paudel, S., Thapa, R., Thapa, R., Shrestha, N. D., & Naresh, M.
2017. Children with cerebral palsy and their quality of life in Nepal. J.
Nepal Paediatr, 122-8.
Herdiman, B. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus
Cerebral Palsy Quadripelgi dengan Metode NDT di Yayasan
Sayap Ibu Kota Jakarta. Dikutipi Quarti Indrayani Hafifa Arif
(pp.1-16)
Kemala, I. B. 2014. PENYESUAIAN PSIKOLOGIS ORANGTUA
DENGAN ANAK CEREBRAL PALSY. Jurnal Pemikiran &
Penelitia Psikolgis , Vol. 9, No.2, hal. 57-64.
28
LAMPIRAN
29
15.30-17.00 Melanjutkan observasi di
masing-masing pembagian
tempat observasi
17.00 Pulang
3 Selasa/7 maret 07.30-08.00 Pengarahan bersama CE
2023 pembagian tempat observasi
08.00-09.30 Observasi di masing-masing
tempat
- Ruang fisioterapi
1&2
- Kelas ABA
09.30-11.00 Morning report bersama CE
dan pengarah tugas-tugas
PKL
11.00-12.00 Kembali melakukan
observasi di masing-masing
ruangan
- Ruang fisio 1 & 2
13.00-13.30 Pembagian tempat observasi
- PAUD
- Ruang Fisio 1
- Ruang Fisio 2
13.30-15.00 Melakukan observasi dan
mendampingi anak terapi di
masing-masing tempat
pembagian tugas
15.00-16.00 Afternoon report Bersama
CE
16.00-17.00 Kembali melakukan
observasi di masing-masing
ruangan terapi
17.00 Pulang
30
4 Rabu/8 maret 07.30-08.00 Morning report sekaligus
2023 pengarahan dan pembagian
tempat observasi dengan CE
08.00-08.40 Membantu mengajar dan
mendampingi di kelas Pak
joko dalam pelajaran
sosiologi dan matematika
08.40-12.00 Observasi di kelas dan
tempat terapi
- Kelasterapi ABA
- Ruang Fisioterapi
1&2
13.00-13.15 Pengarahan dan pembagian
tempat observasi
13.15-15.00 Melakukan observasi di
kelas ABA dan ruang
fisioterapi
15.00-17.00 Tukar tempat observasi dan
melakukan observasi di
ruang berbeda dengan kasus
yang berbeda.
17.00 Pulang
5 Kamis/9 maret 07.30-07.15 Briefing pembagian tugas
2023
07.15-08.40 Membantu mengajar mata
pelajaran Bahasa bali di
kelas pak joko
08.40-11.00 Melakukan pengukuran dan
pemeriksaan pada Agastya
untuk pembuatan laporan
dan bantu fisioterapi agastya
11.00-12.00 Observasi dan melihat
31
proses terapi fisioterapi pada
anak-anak
13.00-13.15 Briefing pembagian tempat
observasi
13.15-15.00 Melakukan observasi di
Ruang ABA
5.00-17.00 Melihat dan melakukan
observasi di ruang ABA dan
ruang fisioterapi 1&2
Lampiran 2. Dokumentasi
32
33