Anda di halaman 1dari 30

OLEH

SUDARYANTO, SST.Ft, M.Fis

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


BENTUK SENDI
 Tipe gerakan yang terjadi antara 2 pasangan tulang didlm
sendi dapat dipengaruhi oleh bentuk permukaan sendi.
 Bentuk permukaan sendi terdiri dari :
 Ovoid : salah satu permukaan konveks sedangkan permuka-
an lainnya konkaf.
 Sellar (saddle) : salah satu permukaan adalah konkaf dalam
salah satu arah dan konveks dalam arah lainnya, dengan
permukaan lainnya adalah konveks dan konkaf secara
berurutan  serupa dengan alas/t4 duduk penunggang
kuda.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


TIPE GERAKAN
 Lever tulang akan bergerak disekitar axis gerak.
 Selama gerakan sendi, juga terjadi gerakan didalam sendi
yaitu gerakan pada permukaan tulang terhadap permuka-
an tulang lawanannya.
 Tipe gerakan terdiri dari :
 Swing : gerakan yang terjadi pada lever tulang, atau gerakan
yang menunjukkan peningkatan atau penurunan sudut
diantara 2 tulang. Swing biasa disebut dengan gerak
angular. Besarnya gerakan swing dapat diukur dengan go-
niometer  nilai ROM.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


 Gerakan yang terjadi pada permukaan tulang didalam sendi
yaitu roll, slide, atau spin. Gerakan asesori ini memberikan
gerak angulasi tulang yang besar saat terjadi swing. Untuk
menghasilkan gerak roll, slide, atau spin maka dibutuhkan
laxity kapsul yang cukup atau joint play movement.
 Gerak swing termasuk kedalam osteokinematika,
sedangkan gerak roll, slide, & spin termasuk kedalam
arthrokinematika.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Karakteristik Roll dan Slide
 Karakteristik Roll :
 Gerak roll menghasilkan gerak angular pada tulang (swing).
 Gerak roll selalu dalam arah yang sama dengan gerak angu-
lasi tulang, apakah permukaannya konveks atau konkaf.
 Jika roll terjadi dengan sendiri maka dapat menyebabkan
kompresi pada salah satu sisi permukaan tulang dan pemi-
sahan pada sisi lainnya. Pada kondisi ini, gerakan tulang
akan cenderung menghasilkan dislokasi sebelum terjadi
gerakan yang lebih jauh.
 Secara normal gerakan pada sendi menghasilkan kombinasi
gerak roll dengan slide, bukan gerak roll murni yang terjadi
dengan sendiri.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Pada mobilisasi klasik yaitu force pasive movement selalu
menggunakan gerakan angulasi tulang itu sendiri sehingga
dapat menyebabkan kompresi yang hebat pada bagian per-
mukaan sendi.  potensial terjadi kerusakan sendi

 Karakteristik Slide :
 Slide yang murni tidak terjadi didalam sendi, karena per-
mukaan tulang tidak ada sebangun secara sempurna.
 Arah slide bergantung pada permukaan tulang yang berge-
rak apakah konkaf atau konveks
 Jika hanya slide yang terjadi didalam sendi, maka akan terja-
di impingement pada permukaan sendi yang dapat mence-
gah gerakan penuh.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Teknik mobilisasi sendi yang menggunakan komponen
slide bertujuan untuk mengembalikan JPM (mengulur
kapsul sendi yang ketat/memendek)
 Teknik mobilisasi sendi yang hanya menggunakan rolling
(force passive movement) tidak digunakan untuk mengulur
kapsul sendi yang ketat/memendek karena dapat menye-
babkan kompresi sendi

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


Gerak Asesoris lainnya yang mempengaruhi sendi

 Kompresi
 Adalah penurunan space sendi diantara kedua permukaan
tulang.
 Kompresi secara normal terjadi pada extremitas dan sendi-
sendi spine ketika menumpu berat badan.
 Beberapa kompresi dapat terjadi saat otot berkontraksi,
yang memberikan stabilitas pada sendi.
 Pada saat salah satu permukaan tulang roll terhadap
permukaan lainnya maka beberapa kompresi juga terjadi
pada sisi tulang yang angulasi.
 Beban kompresi intermitten yang normal dapat membantu
menggerakkan cairan sinovial sehingga membantu
mempertahankan kesehatan cartilago.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Beban kompresi tinggi yang abnormal dapat menyebabkan
perubahan cartilago sendi dan kemunduran (degenerasi).
 Traksi/distraksi
 Traksi adalah suatu tarikan longitudinal, sedangkan
distraksi adalah suatu pemisahan atau tarikan yang
menghasilkan pemisahan.
 Pemisahan permukaan sendi (distraksi) tidak selalu terjadi
ketika gaya traksi diaplikasikan pada axis longitudinal
tulang. Sebagai contoh, jika traksi diaplikasikan pada shaft
humeri akan menghasilkan glide pada permukaan sendi,
sedangkan distraksi glenohumeral joint memerlukan
tarikan pada sudut yang benar (sudut siku) terhadap fossa
glenoidalis.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


 Untuk lebih jelasnya, kapanpun tarikannya terjadi pada axis
longitudinal tulang maka digunakan istilah “long-axis
traction”, dan kapanpun permukaan sendi ditarik terpisah
maka digunakan istilah “distraction, joint traction, atau
joint separation”.
 Untuk teknik mobilisasi sendi, distraksi digunakan untuk
mengontrol atau menurunkan nyeri ketika diaplikasikan
secara gentle. Ketika diaplikasikan dengan gaya stretch,
distraksi digunakan untuk menghasilkan stretch pada
kapsul.
 Gaya distraksi yang kecil juga dapat digunakan ketika
mengaplikasikan teknik gliding.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


HUKUM KONKAF-KONVEKS
 Gerak roll selalu terjadi dalam arah yang sama dengan
gerak swing tulang.
 Arah slide dapat ditentukan jika bentuk permukaan sendi
diketahui.
 Hukum Konkaf-Konveks adalah :
 Jika permukaan tulang yang konkaf bergerak terhadap per-
mukaan tulang yang konveks maka gerak roll dan slide
harus terjadi dalam arah yang sama.
 Jika permukaan tulang yang konveks bergerak terhadap
permukaan tulang yang konkaf maka gerak roll dan slide
harus terjadi dalam arah yang berlawanan.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


 Untuk mengembalikan gerak sendi yang terbatas maka
mobilisasi sendi harus mengaplikasikan konsep hukum
konkaf-konveks.
 Sebagai contoh, jika tibia bergerak kearah ekstensi terha-
dap femur, maka permukaan tibia harus roll ke depan dan
slide ke depan terhadap condylus femur untuk mencapai
gerakan penuh.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Pasif Angular Stretching versus Joint Glide Stretching
 Prosedur Pasif Angular Stretching menggunakan lever
tulang untuk melakukan stretching pada kapsul sendi
yang tight ; prosedur ini dapat menyebabkan peningkatan
nyeri atau trauma sendi karena :
 Penggunaan lever secara signifikan meningkatkan gaya
pada sendi.
 Gaya tersebut menyebabkan kompresi sendi yang
berlebihan dalam arah rolling tulang.
 Roll tanpa disertai slide tidak mengikuti mekanik sendi
normal
 Prosedur Joint Glide Stretching menggunakan komponen
slide translatoric untuk melakukan stretching pada kapsul
sendi yang tight.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Prosedur Joint Glide Stretching lebih aman dan selektif
karena :
 Gaya yang diaplikasikan dekat dengan permukaan sendi dan
terkontrol pada intensitas yang sesuai dengan patologi.
 Arah gaya mengikuti komponen sliding dari mekanik sendi
dan tidak menghasilkan kompresi pada cartilago.
 Amplitudo gerakan adalah kecil namun spesifik pada bagian
yang terbatas (adhesion) dari kapsul atau ligamen. Oleh
karena itu, gaya yang diaplikasikan selektif pada jaringan
yang diinginkan.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


EFEK MOBILISASI SENDI
 Mobilisasi sendi dapat menghasilkan gerak intraartikular
dan gerak fisiologis
 Gerak intraartikular/fisiologis dpt merangsang aktivitas
biologis dgn gerakan cairan sinovial, yg membawa nutrisi2
ke cartilago sendi yg avaskular & fibrocartilago
intraartikular dari meniskus. Atropi/degenerasi cartilago
segera terjadi setelah immobilisasi.
 Gerakan intrartikular/fisiologis dpt memelihara ekstensi
bilitas & kekuatan tensile sendi & jar.periartikular. Adanya
immobilisasi menghslkan proliferasi fibrofatty yg
menyebabkan adhesion intraartikular, serta perubahan
biochemical pd tendon, ligamen & kapsul sendi  tjd
kontraktur sendi & lemahnya ligamen.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Adanya gerakan/posisi sendi dpt merangsang saraf
afferent dari reseptor sendi, yg mengirim informasi ter-
sebut ke SSP. Adanya injury/degenerasi sendi, scr po-
tensial dpt menurunkan sumber proprioceptive feedback
yg penting shg dpt mempengaruhi respon keseimbangan
seseorang. Gerakan sendi dpt memberikan input sensorik
yg relatif pada :
 Tipe I reseptor ttg posisi statik & rasa kecepatan gerakan.
 Tipe II reseptor ttg perubahan kecepatan gerakan.
 Tipe I & III reseptor ttg rasa arah gerakan.
 Tipe I, II & III reseptor ttg regulasi tonus otot.
 Tipe IV receptor ttg stimulus nociceptive/nyeri

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


JOINT PLAY MOVEMENT
 Semua sendi sinovial mampu menghasilkan gerak aktif
dengan ROM yang luas, yang dikenal dengan gerak volun-
ter.
 Selama gerak volunter, terjadi gerakan kecil didalam sendi
yang hanya dapat diperiksa secara pasif  gerakan ini
dikenal joint play movement (JPM) atau gerak assesori.
 Gerak assesori ini (JPM) tidak dibawah kontrol volunter,
tetapi dibutuhkan untuk mencapai ROM penuh.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


 JPM merupakan komponen esensial untuk menghasilkan
fungsi sendi yang normal, karena :
 Space yang kecil (gerak yang kecil) pada sendi yang inkong-
ruen diperlukan untuk komponen hydrodinamik dari lubri-
kasi sendi.
 Permukaan sendi adalah bervariasi sehingga sangat dibu-
tuhkan laxity kapsul sendi untuk menghasilkan gerak dgn
ROM penuh.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


LOOSE PACKED POSITION
 Untuk memeriksa JPM maka pemeriksa harus memposi-
sikan sendi dalam posisi resting (loose packed position),
yaitu posisi suatu sendi didalam ROMnya dimana sendi
dalam keadaan melonggar atau dibawah beban/stress
yang minimal.
 Dalam posisi LPP, kapsul-ligamen sendi dalam keadaan
laxity yang sangat besar dan pemisahan permukaan sendi
secara pasif dapat terjadi secara besar.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


Posisi LPP
No. Sendi Posisi LPP
1. Glenohumeral Joint + 55 – 60o abduksi, + 55 – 60o fleksi, 30o
horizontal adduksi/fleksi
2. Acromioclavicular & Sternoclavi- Lengan istirihat disamping badan dalam
cular joint posisi fisiologis normal
3. Humeroulnar joint + 70o fleksi, + 10o supinasi
4. Humeroradial joint Ekstensi dan supinasi penuh
5. Proksimal radioulnar joint + 70o fleksi, + 35o supinasi
6. Distal radioulnar joint + 10o supinasi
7. Radiocarpal joint + 5o palmar fleksi, + 5o ulnar deviasi
8. Carpometacarpal I + 5o fleksi, + 5o abduksi
9. Metacarpophalangeal joint + 5o fleksi
10. PIP/DIP jari-jari tangan + 5o fleksi
11. Hip joint + 30o fleksi, + 30o abduksi, sedikit exorotasi

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


No. Sendi Posisi LPP
12. Knee Joint + 25 – 30o fleksi
13. Talocruralis Joint (Ankle joint) + 10o plantar fleksi
14. Subtalar Joint Middle antara ROM yang ada
15. Midtarsal Joint Middle antara ROM yang ada
16. Tarsometatarsal Joint Middle antara ROM yang ada
17. Metatarsophalangeal Joint Netral/+ 10o ekstensi
18. PIP/DIP jari-jari kaki + 5o fleksi

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


CLOSE PACKED POSITION
 Close Packed Position adalah posisi dimana permukaan
tulang didalam sendi mengalami kontak maximum.
 Dalam posisi ini, permukaan sendi terkompresi satu sama
lain, kapsul-ligamen mengalami tight/ketat secara maksi-
mal
 Close Packed Position harus dihindari selama pemeriksa-
an.

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


Posisi CPP
No. Sendi Posisi CPP
1. Glenohumeral Joint Maksimal abduksi & exorotasi
2. Acromioclavicular Abduksi lengan sampai + 30o
3. Sternoclavicular joint Maksimum elevasi shoulder
4. Humeroulnar joint Maksimum ekstensi
5. Humeroradial joint + 90o fleksi, + 5o supinasi
6. Proksimal radioulnar joint + 5o supinasi
6. Distal radioulnar joint + 5o supinasi
7. Radiocarpal joint Maksimal dorsofleksi disertai dengan radial
deviasi
8. Carpometacarpal I Maksimal opposisi
9. Metacarpophalangeal joint Maksimal fleksi
10. PIP/DIP jari-jari tangan Maksimal ekstensi
11. Hip joint Maksimal hiperekstensi

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


No. Sendi Posisi CPP
12. Knee Joint Maksimal hiperekstensi
13. Talocruralis Joint (Ankle joint) Maksimal dorsofleksi
14. Subtalar Joint Maksimal inversi/supinasi
15. Midtarsal Joint Supinasi
16. Tarsometatarsal Joint Supinasi
17. Metatarsophalangeal Joint Maksimal ekstensi
18. PIP/DIP jari-jari kaki Maksimal ekstensi

18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST


18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST

Anda mungkin juga menyukai