Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PRINSIP LATIHAN RESISTANCE

1. Pendahuluan
1.1 Ruang Lingkup
Performa (kualitas) otot ditujukan untuk kapasitas suatu otot untuk bekerja (Force x
Distance). Faktor yang mempengaruhi performa otot meliputi Morfologi, kualitas otot,
neurologi, biochemikal dan pengaruh biomekanik, metabolik, kardiovaskuler, respirasi, kognitif
dan emosional.
Elemen terpenting dalam performa otot adalah kekuatan, daya ledak dan daya tahan.
Resistance Exercise adalah suatu bentuk latihan aktif yang terdiri dari kontraksi dinamis ataupun
kontraksi statik dimana menggunakan tahanan manual maupun mekanik.
Pembahasan ini merupakan dasar informasi terhadap Resistance Exercise. Identifikasi
penentuan program, menyimpulkan prinsip-prinsip dan petunjuk untuk aplikasi manual dan
Resistance Exercise serta berbagai bentuk Variasi latihan Resistance Exercise.
1.2 Sasaran Pembelajaran
Kompetensi Dasar (TIU) : Memahami konsep Resistance Exercise sebagai Dasar
Penerapan Terapi Latihan

Standar Kompetensi (TIK) : Mahasiswa diharapkan mampu:


1. Menjelaskan tentang Defenisi Resistance Exercise
2. Menjelaskan tentang Tujuan dan Indikasi Resistance
Exercise
3. Menjelaskan tentang Peringatan dan Kontra indikasi
Resistance Exercise
4. Menjelaskan tentang Tipe Of Resistance Exercises
5. Menjelaskan tentang Manual Resistance Exercise
1.3 Perilaku Awal Mahasiswa
Sebelum mencermati pembahasan materi ini, mahasiswa sebaiknya telah mengikuti mata
kuliah prinsip sains dan biomedik, dasar-dasar muskuloskeletal fisioterapi, dasar-dasar neurologi
fisioterapi, dasar-dasar biomekanik fisioterapi, serta proses dan pengukuran fisioterapi sehingga
dapat mengidentifikasi dan mengaplikasikan teknik latihan Resistance yang sesuai.
1.4 Manfaat
Terapi latihan dapat dijadikan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian dan
pengembangan profesi fisioterapi. Hal tersebut dimaksudkan agar ketika seorang fisioterapis
hendak melakukan riset dapat memilih salah satu metode terapi latihan sebagai implementasi tri
dharma perguruan tinggi sebagai tanda kegiatan ilmiah yang dilakukannya berbasis bukti yang
merupakan prinsip dasar bagi penyelenggaraan riset dalam pengembangan diri maupun
pengembangan profesi fisioterapi.
Sebagai bahasa komunikasi fisioterapi kepada profesi kesehatan lainnya. Hal tersebut
dimaksudkan agar ketika seorang fisioterapis melakukan terapi latihan secara terencana, terukur
dan berbasis bukti sebagai suatu kebiasaan yang logis dalam melakukan pelayanan fisioterapi,
maka profesi lain akan memahami besarnya manfaat terapi latihan yang dilakukan oleh seorang
fisioterapis sehingga dapat mendukung peningkatan kepercayaan profesi lain terhadap profesi
fisioterapi karena menyakini manfaat akan layanan fisioterapi melalui tindakan terapi latihan.
1.5 Urutan Pembahasan
Materi pembelajaran ini memiliki urutan sebagai berikut:
1. Pembahasan mengenai pengertian, tujuan, indikasi, dan kontraindikasi latihan Resistance
2. Pembahasan mengenai tipe latihan resistance
3. Pembahasan mengenai latihan resistance secra manual.
1.6 Petunjuk Belajar
Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan model The Five Jumps, pembelajarannya
terpusat pada mahasiswa (Student Centre Learning), yang merupakan PBM baku yang
digunakan di Program Studi Fisioterapi Unhas. Hal-hal yang belum jelas, atau hal-hal baru akan
dibahas pada kuliah pakar dari dosen.

2. Penyajian Materi
2.1 Pengertian
Adalah satu bentuk latihan aktif dimana sifat dinamis dan statis otot yang berkontraksi di beri
tahanan melalui kekuatan dari luar.
1. Latihan tahanan secara manual merupakn latihan aktif dimana tahanan itu di berikan
oleh terapis atau pekerja kesehatan lainnya
2. Latihan tahanan secara mekanis merupakan salah satu bentuk dari latihan aktif dimana
tahanan yang di berikan menggunakan alat- alat mekanis.
2.2 Tujuan dan Indikasi
Tujuan spesifiknya, antara lain:
1. Meningkatkan kekuatan
2. Meningkatkan daya tahan otot
3. Meningkatkan power( tenaga )
2.3 Peringatan dan Kontraindikasi
Meskipun penggunaan latihan tahanan adalah dasar dari program latihan yang di
tunjukkan untuk meningkatkan kapabilitas fungsional pasien, terapis harus
mempertimbangkan sejumlah pencegahan dan kontraindikasi sebelum menjalankan dan
sementara menjalankan program latihan tahanan.
1. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Pencegahan cardiovasculer
1) Valsaval maneuver
2) Deskripsi dari rangkaian kegiatan
3) Latihan yang signifikan
4) Pencegahan valsava maneuver selama latihan
b. Kelelahan
c. Recovery dari latihan
1) Pencegahan otot setempat
2) Kelelahan seluruh tubuh
3) Kelelahan terkait penyakit tertentu
d. Kelebihan latihan
e. Gerakan pengganti
f. Osteoporosis
g. Kekakuan otot yang di induksi latihan
2. Kontraindikasi
a. Inflamasi (peradangan)
Resistance exercise dinamis tidak diusulkan ketika otot atau sendi mengalami
peradangan atau bengkak. Penggunaan resistance dapat menyebabkan peningkatan
bengkak atau kerusakan yg lebih pada otot atau sendi.
b. Pain (nyeri)
Jika pasien mengalami nyeri sendi atau otot berat selama exercise atau lebih
dari 24 jam setelah exercise, aktifitas sebaiknya dihilangkan sama sekali atau harus
dikurangi. Evaluasi yg hati-hati harus dilakukan oleh terapist.
2.4 Tipe Latihan Resistance
Resistance dapat digunakan pada kontraksi otot dinamis atau statis. Resistance
exercise dapat dilakukan secara isotonic ( dengan kontraksi otot concentric atau eccentric),
isokinetic, dan isometric. Dalam semua kasus, sasaran akhir nya untuk memperbaiki
keaadan fungsional kemampuan melalui perkembangan dari peningkatan kekuatan otot,
daya tahan, atau tenaga. Sebelum memilih bentuk khusus exercise, terapist harus
mempertimbangkan konsep spesifisitas latihan dan pergantian latihan.
1. Specificity of Training and Transfer Training
1. Specificity of training
Kekhususan latihan adalah anggapan yg diterima secara luas, atau prinsip tetap,
yg menganjurkan efek adaptif dari latihan seperti perbaikan kekuatan, tenaga, dan
daya tahan,cenderung menjadi terlalu khusus pada peng gunaan metode latihan.
2. Transfer of training
Pemindahan efek latihan dari jenis yang satu ke jenis yg lainnya dicatat.
Fenomena seperti ini disebut transfer training, overflow atau cross training.
2. Isotonic Exercise
Isotonic resistance exercise adalah bentuk dinamis dari exercise yg dilakukan
melawan beban konstan atau berubah sebagai pemanjangan atau pemendekan otot
melalui range of motion yg tersedia. Kekuatan dinamis, ketahanan otot, dan tenaga dapat
diperkuat dgn isotonic exercise.
a. Manual or mechanical resistance
Isotonic exercise dapat dilakukan melawan tahana manual atau mekanik,
tergantung kebutuhan dan kemampuan pasien.
b. Constant versus variable resistance
1) Isotonic resistance exercise tradisional dilakukan dengan dengan beban tetap
seperti tahanan bebas.
2) Istilah isotonic secara harafiah berarti tegangan sama atau tetap.
3) Variable-resistance exercise
4) Ketika isotonic exercise dilakukan dengan menggunakan alat resistance berubah-
ubah, kontraksi otot diperlakukan dengan sejumlah resistance yg berubah-ubah
secara terus menerus dari range sampai beban otot yang lbh efektif
5) Ketika kontraksi otot isotonic diberi manual resistance, terapist dapat merubah
resistance sewajarnya untuk menemukan perubahan kemampuan kekuatan otot
pada ROM keseluruhan.
c. Concentric versus eccentric exercise
1) Isotonic resistance exercise dapat juga dilakukan concentrically, eccentrically,
atau keduanya. Resistance dapat dilakukan pada otot memendek atau memanjang.
2) Sebagian besar program isotonic exercise melibatkan kombinasi concentric dan
eccentric, keduanya memiliki nilai berbeda, tergantung kemampuan kekuatan
pasien dan kebutuhan fungsional.
3) Meskipun kontraksi concentric maximal menghasilkan gaya yang lebih kecil
daripada kontraksi eccentric maximal kekuatan adaptif dapat tercapai jika
program concentric dan eccentric exercise tampak sama.
d. Open kinematic chain versus closed kinematic chain
1) Open chain exercise berkenaan dgn pergerakan yg terjadi pada rantai kinematic
terbuka, pada distal segment (the foot or hand) bergerak bebas. Contohnya,
pergerakan rantai terbuka terjadi ketika lengan mengangkat atau menurunkan
beban pegangan tangan.
2) Closed-chain exercise berkenaan dengan pergerakan yg terjadi pada rantai
kinematik tertutup dimana pergerakan tubuh melalui segmen distal tetap.
Contohnya, pada posisi berat tubuh ketika kaki berpijak ke tanah dan gerak otot
mengangkat atau menurunkan tubuh pada saat menaiki tangga atau berjongkok.
Pada upper extrimity, saat seorang melakukan push-up.
3. Isokinetic Exercise
Isokinetic exercise adalah bentuk exercise dinamis yang mana kecepatan
pemendekan dan pemanjangan otot dikendalikan oleh alat rate-limiting yang mengontrol
(batas) kecepatan pergerakan bagian tubuh. Istilah isokinetic mengarah pada terjadinya
kecepatan tetap (sama). Gaya otot biasanya digunakan untuk mempercepat extrimitas
bertemu sebagai resistance.
a. Karena kecepatan pergerakan extremitas tetap, resistance yang merupakan penyedia
unit isokinetik exercise akan berubah. Karena itu, isokinetic exercise kadang disebut
accommodating resistance exercise.
b. Ketika isokinetic exercise unit pertama kali dikembangkan, hanya concentric training
yang mungkin. Kemajuan teknologi telah membawa perkembangan alat eccentric
isokinetic.
c. Kecepata pergerakan extremitas adalah aspek exercise yang mengendalikan selama
isokinetic exercise.
d. Berbeda dgn isotonic exercise, yg biasanya dilakukan pada kecepatan lambat untuk
mengatur momentum dan menjaga otot atau sendi dari cedera, isocinetic exercise
dapat dilakukan dengan aman pada kecepatan tinggi pada waktu yang tepat dalam
program rehabilitasi.
e. Isokinetic exercise merupakan cara efektif kekuatan otot dan ketahanan serta tenaga.
4. Eccentric Exercise
Eccentric exercise adalah tipe beban otot dinamis dimana tegangan dalam
perkembangan otot dan perpanjangan otot secara fisik yang terjadi sebagai suatu gaya
external dipakai pada otot.
5. Isometric Exercise
Isometric exercise adalah bentuk exercise statis terjadi ketika otot berkontraksi tanpa
perubahan yg cukup besar pada panjang otot atau tanpa gerakan sendi yg tampak.
Bermacam bentuk isometric exercise dan intensitas kontraksi otot statis digunakan
untuk menemukan sasaran yang berbeda dan hasil fungsional pada masing-masing
tingkat penyembuhan jaringan setelah cedera dan pembedahan.
a. Muscle setting excercise
Muscle setting exercise pada intensitas rendah, isometric exercise diakukan
melawan tahanan yang kecil atau tidak ada tahanan.
b. Resisted isometric exercise
Isometric exercise yang dilakukan melawan tahanan manual atau mekanis
digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot ketika gerakan sendi mengalami nyeri
setelah cedera.
c. Stabilization exercise
2.5 Latihan Resistance Manual
1. Definisi
Merupakan suatu bentuk latihan yang dilakukan secara aktif dimana resistance
force berasal dari terapis sendiri.

2. Prinsip Manual Resistance Exercise


a. Sebelum latihan
1) Evaluasi ROM dan kekuatan yang dimiliki oleh pasien dan identifikasi
keterbatasan fungsi geraknya.
2) Berikan penjelasan mengenai program latihan dan prosedurnya kepada pasien.
3) Tempatkan pasien di tempat yang nyaman dan gerakan yang dilakukan tidak
dibatasi oleh pakaian.
4) Memberikan contoh gerakan yang akan dilakukan pada pasien.
5) Memberi penjelasan pada pasien bahwa gerakan harus dilakukan semaksimal
mungkin tetapi jangan sampai terjadi nyeri.
6) Pastikan bahwa pasien tidak menahan napas selama latihan berlangsung untuk
mencegah terjadinya Valsalva Maneuver.
b. Selama latihan berlangsung
1) menentukan letak tahanan.
2) menentukan arah tekanan.
3) memberikan stabilisasi.
4) memberikan tahanan yang sesuai.
5) merevisi kembali letak tahanan dan menurunkan tahanan yang diberikan jika:
a) pasien tidak dapat mencapai ROM yang maksimal.
b) letak tahanan menyebabkan nyeri
c) terjadi tremor muscular
6) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
3. Penutup
3.1 Rangkuman
Tehnik yang spesifik dijelaskan dan di illustrasikan pada fokus pembahasan Resistance
Exercise. Untuk extremitas ditujukan selama fase awal sebagai tambahan performa exercise yang
bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien atau klien dengan menggunakan alat Resistance yang
telah dijelaskan dan di ilustrasikan pada pembahasan ini.

3.2 Soal Tes/ Evaluasi


1. Buatlah suatu bentuk latihan Resistance Exercise dengan menggunakan alat serta tehnik
pelaksanaannya.
2. Diskusikan pebedaan antara Manual Resistance Exercises dengan Passive Exercises
dilihat dari sisi perubahan ROM, Peningkatan Kekuatan Otot dan Pengaruhnya terhadap
Sistem Kardiovaskuler.
3.3 Umpan Balik
Setelah membaca bahan ajar pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan telah mampu:
1. Menjelaskan tentang Defenisi Resistance Exercise
2. Menjelaskan tentang Tujuan dan Indikasi Resistance Exercise
3. Menjelaskan tentang Peringatan dan Kontra indikasi Resistance Exercise
4. Menjelaskan tentang Tipe Of Resistance Exercises
5. Menjelaskan tentang Manual Resistance Exercise
1.4 Daftar Pustaka
Martini F. 2006. Fundamental of Anatomy and Physiology. 7th Edition. Pearson Education
Inc.:USA
Kisner, Carolyn. 2012. Therapeutic Exercise: Foudation and Techniques Sixth Edition.

Anda mungkin juga menyukai