Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“ISCHEMIC HEART DISEASE”

Dosen Pengampu
Dr. Ika Purwidyaningrum, M.Sc., Apt

KELOMPOK A.2.3
DISUSUN OLEH:

Bobi Hananda (1820353882)


Cici Dwi Hastianingsih H.P (1820353883)

PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXIV


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dikenal juga Penyakit arteri koroner (PAK), didefinisikan
sebagai kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke miokardium
yang disebabkan oleh penyempitan atau terhalangnya arteri koroner. PJI dapat terjadi pada
Gejala Koroner Akut (GKA), yang melibatkan angina pektoris tidak stabil dan Infark
Miokardial Akut (IMA) berhubungan dengan perubahan ECG baik peningkatan pada bagian
ST (STEMI) atau peningkatan bagian non-ST (NSTEMI). PJI dapat muncul juga sebagai
Miokardial Infark (MI) didiagnosis hanya oleh penanda biokimia, angina eksersional stabil
kronis, iskemia tanpa gejala, atau iskemia disebabkan vasospasmus arteri koroner (angina
Prinzmetal atau varian).

B. Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit
jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan
dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau
penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya
adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang
meninggi, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu
penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya
disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan
tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner ada berbagai macam,
yaitu iskemia mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung
dan mati mendadak.

C. Patofisiologi
Faktor penentu utama kebutuhan oksigen miokardium/myocardial oxygen demand
(MVO2) adalah detak jantung (HR), kontraktilitas, dan tegangan dinding intramiokardial
selama sistol. Karena konsekuensi IHD biasanya sebagai akibat dari peningkatan kebutuhan
suplai oksigen, perubahan MVO2 berperan dalam menyebabkan iskemia dan intervensi untuk
pencegahannya. Tingkatan tahanan/resistensi pembuluh dalam menyalurkan darah ke
miokardium dan nilai MVO2 merupakan faktor penentu utama kejadian iskemia.
Sistem koronari normal terdiri dari banyak epikardial atau permukaan pembuluh koroner
(R1) yang memberi tahanan kecil pada aliran miokardial dan arteri intramiokardial dan
arteriola (R2) yang bercabang ke dalam jaringan kapiler tebal untuk mensuplai aliran darah
dasar. Dalam keadaan normal, tahanan di R2 lebih besar daripada di R1. Aliran darah
miokardial berhubungan secara terbalik dengan tahanan arteriolar dan berhubungan secara
langsung dengan tekanan yang mengatur koroner.
Lesi aterosklerosis menghambat R1 meningkatkan tahanan arteriolar dan R2 dapat
mempertahankan vasodilatasi aliran darah koroner. Dengan tingkatan obstruksi yang lebih
besar, respons tersebut tidak adekuat, dan aliran koroner yang yang divasodilatasi R2 tidak
mampu mencapai kebutuhan oksigen.
Diameter dan panjang dari obstruksi lesi serta pengaruh tekanan yang melewati daerah
stenosis (yang mengalami penyempitan) juga mempengaruhi aliran darah koroner. Obstruksi
koroner yang dinamis dapat terjadi pada pembuluh normal dan pembuluh dengan stenosis
vasomotion (gerakan pembuluh) dan spasmus dapat memberikan beban tambahan sangat
berat pada stenosis stabil. Iskemia yang bertahan dapat mendukung pertumbuhan aliran darah
kolateral (aliran darah baru) yang sedang berkembang.
Stenosis kritis terjadi ketika lesi obstruksi melewati batas diameter lumen dan melampaui
70%. Lesi membuat hambatan yang dapat mengurangi aliran darah, sebesar 50-70% namun
hambatan ini tidak tetap, dan vasospasmus dan thrombosis terbebani berat pada lesi non kritis
akan mengarah ke kejadian klinik seperti infark miokardial.
Kehilangan kontraktilitas pada daerah tertentu dapat membebani sisa jaringan miokardial,
mengakibatkan terjadinya gagal jantung, peningkatan MVO2, dan pengosongan cepat aliran
darah cadangan. Pada kondisi iskemia yang tetap, jaringan dengan aliran darah terbatas dapat
berisiko untuk menjadi kerusakan lebih parah jika episode iskemia menetap, tidak tertangani,
atau bertambah parah.
D. Klasifikasi
Menurut Braunwald (2001), PJK memiliki beberapa klasifikasi sebagai berikut:
1. Angina Pektoris Stabil
Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu ketidaknyamanan
(jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan yang
sulit dilokalisasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau stres emosional dan
menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat dan atau dengan obat nitrogliserin
sublingual. Angina pektoris stabil adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium yang merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen miokard. Iskemia miokard dapat disebabkan oleh stenosis arteri
koroner, spasme arteri koroner dan berkurangnya kapasitas oksigen di dalam darah.
2. Angina pektoris tak stabil adalah angina pektoris (atau jenis ekuivalen ketidaknyamanan
iskemik) dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal berikut;
a. Timbul saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal) biasanya berakhir
setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin).
b. Lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan onset baru
(dalam 1 bulan).
c. Timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama, atau lebih sering
dari sebelumnya).

E. Diagnosis
 Riwayat medis untuk mengidentifikasi nyeri dada, faktor yang berpengaruh, durasi,
radiasi nyeri, dan respon terhadap pemberian nitrogliserin dan istirahat.
 Faktor risiko pasien Penyakit Jantung Koroner/coronary heart disease (CHD):
merokok, hipertensi, DM
 Riwayat keluarga: informasi tentang premature CHD, hipertensi, penyakit lipid, dan
DM.
 Pemeriksaan jantung: pembengkakan sistolik precordial abnormal, penurunan
intensitas S1, pemisahan paradoksikal S2, kehadiran S3 atau S4, murmur sistolik dan
diastolik apical.
 Tes laboratorium: Hb, GDP, kolesterol saat puasa, hsCRP, hemosistein, keberadaan
infeksi Chlamydia, peningkatan lipoprotein (fibrinogen dan plasminogen activator
inhibitor). Enzim pada karniak normal pada angina stabil, Troponin T atau I,
myoglobin, dan CK-MB meningkat pada angina tidak stabil.
 Pemeriksaan EKG: normal pada setengah pasien angina tanpa iskemia. Iskemia yang
signifikan ditandai dengan penurunan ST-segment lebih dari 2 mm, hipotensi
eksersional, dan penurunan toleransi dalam aktivitas.
 Pemeriksaan lain: Tes toleransi aktivitas/Exercise tolerance (stress) testing (ETT),
skintigrafi perfusi miokardial thallium, angiokardiografi radionuklida, angiografi
koroner, radiografi dada.

F. Terapi Farmakologi
Tujuan terapi jangka pendek adalah menurunkan atau mencegah gejala angina yang
dapat meningkatkan kemampuan beraktivitas sehari-hari dan kualitas hidup. Tujuan terapi
jangka panjang adalah mencegah kejadian PJK seperti IM, aritmia, dan gagal jantung.
Terapi non-farmakologi dengan modifikasi faktor risiko. Faktor risiko tidak dapat
diubah: jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, genetik, pengaruh lingkungan, DM. Faktor
risiko dapat diubah: merokok, hipertensi, hyperlipidemia, obesitas, gaya hidup,
hiperurisemia, faktor psikologi seperti stress, atau penggunaan obat detrimental (progestin,
kortikosteroid, calcineurin inhibitor). Strategi untuk modifikasi faktor risiko adalah berhenti
merokok, mengurangi asupan garam, gula, dan lemak, dan meningkatkan aktivitas olahraga.
Terapi farmakologi PJI:
1. Beta-adrenergik Blocker
 Menurunkan HR, kontraktilitas, dan tekanan darah, menurunkan MVO2 dan
kebutuhan oksigen pada pasien angina karena aktivitas.
 BB digunakan pada pasien dengan aktivitas yang dibatasi karena timbulnya serangan,
hipertensi, aritmia supraventrikuler, angina post-MI, dan kecemasan karena episode
angina.
 Efektif untuk angina eksersional kronis sebagai monoterapi atau kombinasi dengan
nitrat dan/atau CCB. Terapi first line maintenance angina kronis untuk menurunkan
episode iskemia silent.
 Contoh obat: propranolol, labetolol
 Efek samping: hipotensi, gagal jantung dekompensasi, bradikardi, bronkospasm,
kelelahan, depresi. Dosis harus di-tapering untuk meminimalkan risiko dan reaksi
withdrawal.
2. Nitrat
 Nitrat menurunkan MVO2 sekunder venodilatasi dan dilatasi arterial-arterilar,
menyebabkan reduksi tegangan dinding dari penurunan tekanan dan volume
ventrikuler.
 Digunakan untuk serangan angina akut, mencegah serangan karena aktivitas ata stress,
profilaksis jangka panjang, dan biasa dikombinasi dengan BB atau CCB. Nitrat
sublingual, bukal, atau spray biasa digunakan untuk absorbs yang lebih cepat. Obat
kunyah, oral, dan transdermal untuk profilaksis.
 Contoh obat: nitrogliserin SL, ISDN.
 Efek samping: hipotensi dengan gejala berhubungan dengan SSP, takikardi, sakit
kepala, mual. Hipotensi berlebihan dapat menyebabkan IM ata stroke.
 Untuk mencegah toleransi harus diberikan interval harian bebas-nitrat 8-12 jam. ISDN
tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali sehari.
3. Antagonis Kanal Kalsium/Calcium Channel Blockers
 Vasodilatasi arteriola sistemik dan arteri koroner, dapat menurunkan tekanan arterial
dan tahanan vaskuler koroner, dan kontraktilitas miokardial dan konduksi kecepatan
nodul sinoatrial (SA) dan atrioventricular (AV).
 Contoh obat: nondihidropiridin (verapamil, diltiazem) menyebabkan vasodilatasi
perifer lebih sedikit daripada dihidropiridin (nifedipin) namun menurunkan nodul AV
lebih baik.
 Digunakan pada pasien kontraindikasi BB, angina varian, penyakit arteri perifer,
disfungsi ventrikuler parah, dan hipertensi kambuhan.
Terapi digunakan untuk mengatasi dan mencegah penyakit yang berhubungan dengan
serangan jantung antara lain:
1. Antiplatelet
 Antiplatelet mengurangi mekanisme pengumpalan darah, sehingga mencegah
terjadinya bekuan darah yang dapat memblok aliran darah di pembuluh darah koroner.
 Contoh obat: golongan salisilat (aspirin), clopidogrel
2. Antikoagulan
 Antikoagulan bekerja mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam sistem
sirkulasi baik dalam jantung dan pembuluh darah.
 Contoh obat: warfarin, heparin
3. Diuretik
 Diuretik menambah ekskresi garam dan air ke dalam urin, sehingga mengurangi
jumlah cairan dalam sirkulasi dan dengan demikian menurunkan tekanan darah.
Efektif dalam perawatan kegagalan jantung.
 Contoh obat: Diuretik loop (Furosemid)
4. Antiaritmia
 Antiaritmia dipakai pada perawatan dan pencegahan aritmia jantung.
 Contoh obat: Amiodarone
5. Antidislipidemia
 Obat penurun kolesterol digunakan untuk mengurangi kolesterol darah sehingga dapat
menurunkan risiko kejadian penyakit jantung.
 Contoh obat: golongan statin, niacin

Rekomendasi Terapi Angina Pectoris Stabil


Algoritma Angina Pektoris Stabil

 BB digunakan untuk profilaksis kronis karena frekuensi dosis lebih rendah dan
keuntungan lainnya (efek kardioprotektif, antiaritmia, antihipertensi).
 CCB meningkatkan oksigenasi otot skeletal menyebabkan penurunan derajat keleahan
dan toleransi aktivitas yang lebih baik. Digunakan jika kontraindikasi BB.
 Profilaksis untuk jangka panjang adalah NTG (oral atau transdermal), ISDN, ISMN
G. Terapi Nonfarmakologi
Aktivitas fisik, meskipun baru dimulai pada usia tua, secara bermakna mengurangi
risiko penyakit kardiovaskuler. Wanita seharusnya melakukan aktivitas fisik intensitas
sedang (misalnya berjalan cepat) minimal 30 menit terus-menerus perhari dan sebaiknya
dilakukan setiap hari. Modifikasi gaya hidup dan farmakoterapi harus dilakukan pada
wanita dengan diabetes untuk mencapai kadar HbA1c<7% (hati-hati jangan terjadi
hipoglikemia). Asupan lemak jenuh sebaiknya tidak lebih dari 7% dari kebutuhan kalori
perhari, disamping farmakoterapi untuk memperbaiki keadaan dislipidemia.
Tekanan darah optimal dapat dicapai (disamping farmakoterapi) melalui
modifikasi gaya hidup, seperti kontrol berat badan, retriksi garam, meningkatkan aktivitas
fisik, dan memperbanyak konsumsi buah segar, sayur dan susu rendah lemak. Penyuluhan
tentang faktor risiko PJK dapat dilakukan melalui media cetak atau audio-visual serta
ceramah kesehatan di sekolah-sekolah, tempat ibadah dan tempat umum lainnya.
BAB II

STUDI KASUS

KASUS 3 : ISCHEMIC HEART DISEASE

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn KS
Bangsal/ Poli : Fransiskus ICCU
Umur : 58 tahun
Tanggal MRS : 16 Februari 2016
Tanggal KRS : 19 Februari 2016
Diagnosa : IHD-Pneumonia (efusi pleura dextra)
No. RM : 60-27-44

II. SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama : sesak nafas, nyeri dada, saat tidur susah bernafas, nafas pendek
pasien dalam kondisi pingsan (tidak sadarkan diri) saat masuk rumah sakit
2. Keluhan tambahan : mual, muntah
3. Riwayat penyakit dahulu : serangan IMA 2 kali sehingga di rawat di rumah sakit
pada Februari 2015 dan September 2015)
4. Riwayat pengobatan : -
5. Alergi obat : -

III. OBYEKTIF
Pemeriksaan Tanggal 17 Februari 2016
JENIS HASIL SATUAN NILAI KETERANGAN
PEMERIKSAAN RUJUKAN
KIMIA KLINIK
JANTUNG
CK-MB 23 U/L < 24
HBDH 174 U/L < 182
JENIS HASIL SATUAN NILAI KETERANGAN
PEMERIKSAAN RUJUKAN
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Kalium (K+) 4.2 mmol/L 3.5 – 5.1

Pemeriksaan Tanggal 16 Februari 2016 :


JENIS HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.9 g/dL 13.2 – 17.3
(HGB)
Hematokrit (HCT) 42.4 VOL % 40 - 52
Leukosit (WBC) 4,510 /mm3 3,800 – 10,600
Trombosit (PLT) 108,000 * /mm3 150,000 – 440,000
Eritrosit (RBC) 4.52 Juta/mm3 4.4 – 5.9
MCV 93.8 Mikron kubik 77 – 99
MCH 30.8 Pikogram 27 – 31
MCHC 32.8 * % 33 – 37
KIMIA KLINIK
HATI
AST/SGOT 47 * U/L < 35
ALT/SGPT 62 * U/L <41
GINJAL
BUN 18 mg/dL 7 – 19
Ureum 39 mg/dL 17 – 43
Kreatinin 1.28 * mg/dL 0.7 – 1.2
ELEKTROLIT
Kalium (K+) 3.2 * mmol/L 3.5 – 5.1
Natrium (Na+) 137 mmol/L 136 – 146
Calcium (Ca++) 1.09 mmol/L 1.09 – 1.30

IV. TERAPI
NO Nama Obat Dosis, Frek, Rute Tanggal Pemberian
16 17 18 19 20
1 Oksigen v v v v
2 Dextrose 5% Selama di rawat 8 colf v v v v
3 Lasix inj Selama di rawat 4 v v v
ampul
4 Ringer Lactat Selama di rawat 4 colf v v v v v
5 Antrain inj Selama di rawat 1 vial v
6 KCL 7,46% inj v v v v
7 Ondansetron inj Selama di rawat 8 v v v v
ampul
8 Ordarone tab v v v v v
9 Farsorbid tab v v v v v
10 Vaclo tab v v v v v
11 Aspilet tab v v v v v
12 Furosemid 40 mg v v
PENYELESAIAN KASUS

FORM DATA BASE PASIEN


UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

A. Identitas Pasien
Nama : Tn.KS No. Rekam Medik : 60-27-44
Tempat/tgl lahir : - Dokter yg merawat : -
Umur : 58 tahun
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial :-
Diagnosa : IHD-Pneumonia (efusi pleura dextra)
B. Riwayat masuk RS : IHD-Pneumonia (efusi pleura dextra)
C. Riwayat penyakit terdahulu : Serangan IMA 2 kali sehingga dirawat di rumah sakit
pada Februari 2015 dan September 2015.
D. Riwayat pengobatan :-
E. Riwayat sosial
Kegiatan
Pola makan/diet
Vegetarian Ya / tidak
Merokok Ya / tidak ………..batang/hari
Meminum alkohol Ya / tidak
Meminum obat herbal Ya / tidak

F. Riwayat alergi :-
G. Riwayat keluarga :-
H. Keluhan/ tanda umum
Tanggal Subyektif Obyektif
16 Sesak nafas, nyeri dada, saat tidur Trombosit (PLT) : 108,000 mm3
Februari susah bernafas, nafas pendek pasien (150,000-440,000)
2016 dalam kondisi pingsan (tidak MCHC : 32,8% (33-37%)
sadarkan diri) saat masuk rumah AST/SGOT : 47 (<35)
sakit. ALT/SGPT : 62 (<41)
Mual, muntah Kreatinin: 1,28 mg/dL (0,7-1,2)
Kalium: 3,2 (3,5-5,1)
I. Hasil pemeriksaan laboratorium
16 Februari 2016
Parameter Kondisi pasien Nilai Normal Keterangan

Hemoglobin (HGB) 13.9 g/dL 13.2 – 17.3 g/dL Normal

Hematokrit (HCT) 42.4 VOL % 40 – 52 VOL % Normal

Leukosit (WBC) 4,510/mm3 3,800 – Normal


10,600/mm3
Trombosit (PLT) 108,000/mm3 150,000 – Rendah
440,000/mm3
Eritrosit (RBC) 4.52 Juta/mm3 4.4 – 5.9 Juta/mm3 Normal

MCV 93.8 Mikron kubik 77 – 99 Mikron Normal


kubik
MCH 30.8 Pikogram 27 – 31 Pikogram Normal

MCHC 32.8% 33 – 37% Rendah


AST/SGOT 47U/L < 35 U/L Tinggi
ALT/SGPT 62U/L <41 U/L Tinggi
BUN 18 mg/dL 7 – 19 mg/dL Normal

Ureum 39 mg/dL 17 – 43 mg/dL Normal

Kreatinin 1.28 mg/dL 0.7 – 1.2 mg/dL Tinggi


Kalium (K+) 3.2 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L Rendah
Natrium (Na+) 137 mmol/L 136 – 146 mmol/L Normal

Calcium (Ca++) 1.09 mmol/L 1.09 – 1.30 Normal


mmol/L

17 Februari 2016
Parameter Kondisi pasien Nilai Normal Keterangan

CK-MB 23 U/L < 24 U/L Normal

HBDH 174 U/L < 182 U/L Normal

Kalium (K+) 4.2 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L Normal


PLT kurang berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura,
anemia hemolitik, aplastic, dan pernisiosa. Leukemia,
multiple myeloma, dan multipledysplasia syndrome.
MCHC kurang pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia
karena piridoksin, talasemia, dan anemia hipokromik.
AST lebih MI, penyakit hati, pankreatitis akut, trauma, anemia
hemolitik akut, penyakit ginjal akut
ALT lebih penyakit hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan
hepatitis
Kalium kurang diare, muntah, luka bakar, aldosterone primer, asidosis
tubular ginjal, diuretic, stress, penyakit hati dengan asites
J. Obat Yang Digunakan Saat Ini
No Nama obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome terapi
pemberian
1. Oksigen Menambah suplai - - - - Suplai oksigen
oksigen bertambah
2. Dextrose 5% Nutrisi Selama Infus - Hipersensitivitas Menambah asupan
dirawat 8 energi (gula)
colf
3. Lasix inj Hipertensi, Edema Selama injeksi - Diuresis, Gangguan GI Mencegah terjadinya
(furosemid 10 jantung dirawat 4 edema jantung
mg/ml injeksi) ampul
4. Ringer Lactat Nutrisi Selama Infus - Hipersensitivitas Menyeimbangkan
dirawat 4 cairan
colf
5. Antrain inj Nyeri sedang-berat Selama injeksi - Reaksi alergi Nyeri sedang-berat
(natrium dirawat 1
metamizole) vial
6. KCl 7,46% inj Nutrisi - Infus - Hipersensitivitas Menambah asupan
nutrisi
7. Ondansetron inj Mual, muntah Selama injeksi Serious Reaksi hipersensitivitas Mengurangi mual,
dirawat 8 interaction muntah
ampul
Amiodarone
and
ondansentron
both increase
QTc interval.
8. Cordarone tab Antiaritmia - Oral - Mual, muntah, sembelit, Ritme jantung normal
(amiodaron) kehilangan selera makan,
gemetar, kelelahan
9. Farsorbid tab Vasodilator koroner, - Oral - Pusing, detak jantung Mengurangi serangan
(isosorbit dinitrat) angina pektoris cepat, kegelisahan, mual, angina
sakit kepala ringan
10. Vaclo tab Mengurangi terjadinya - Oral - angguan GI, stroke Mengurangi terjadinya
(Clopidogrel) aterosklerosis hemoragik, aterosklerosis
agranulositosis, anemia
aplastik
11. Aspilet tab pengobatan dan - Oral - Iritasi saluran cerna Mencegah pembekuan
pencegahan angina darah
pectoris dan infark
miokard
12. Furosemid Hipertensi, Edema 40 mg Oral - Diuresis, Gangguan GI Mencegah terjadinya
jantung edema
K. Asessment
Problem Medik Subyektif Obyektif Terapi DRP
IHD nafas pendek, pasien dalam Trombosit (PLT) 108,000 mm3 Vaclo tab Terapi kurang tepat antara
kondisi pingsan (tidak (Vaclo tab, Aspilet tab)
sadarkan diri) saat masuk Aspilet tab
rumah sakit, saat tidur susah Cordarone menyebabkan
Cordarone tab trombisitopenia
bernafas, nyeri dada

AST/SGOT 47 (<35) Ringer Lactat Terapi kurang tepat


ALT/SGPT 62 (<41)
Pneumonia Sesak nafas Furosemid Terapi kurang tepat
dengan efusi
pleura
L. Care Plan
1. Pasien mengeluhkan nyeri dada, saat tidur susah nafas dan nafas pendek yang
didiagnosa penyakit jantung iskemik dan mendapatkan terapi Cordarone tablet,
Aspilet, Vaclo, Farsobid tablet, terapi dapat diteruskan dengan tetap
memonitoring terapi atau efek obat karena pasien mendapatkan multipledrug
antara Vaclo dan Aspilet kemungkinan menyebabkan meningkatkan toksisitas
yang lain dengan sinergimodinamika farmakodinamik.
2. Pemberian infus Ringer Laktat sebaikanya diganti denga Ringer Asetat, pasien
kemungkinan memiliki gangguan hati dilihat dari AST dan ALT yang tinggi,
untuk pasien yang memiliki gangguan hati sebaiknya diberi Ringer Asetat, karena
metabolisme utamanya terjadi di otot sehingga tidak memberatkan kerja hati
untuk metabolisme.
3. Pasien pneumonia dengan efusi pleura dextra membutuhkan terapi antibiotik
empiris karena belum dilakukan kultur bakteri. Terapi empiris yang digunakan
adalah obat golongan beta-laktam (cefotaksim, seftriakson, atau ampisilin-
sulbactam) + makrolida (azitromisin) atau fluorokuinolon respiratory
(levofloksasin, moxifloksasin) untuk pasien yang alergi penisilin untuk
mengobati pneumonia dan mencegah infeksi saluran pernafasan yang lebih parah.
4. Diperlukan pemeriksaan kultur bakteri agar pemilihan antibiotik untuk terapi
pneumonia secar tepat.
5. Diperlukan pemeriksaan hati lebih lanjut untuk mengetahui fungsi hati mengingat
kadar AST dan ALT yang tinggi.

M. Monitoring
1. Monitoring nilai trombosit
2. Monitoring nyeri dada dan sesak nafas
3. Monitoring parameter hati, AST dan ALT
4. Monitoring tekanan darah
5. Monitoring suhu badan pasien
6. Lakukan pemeriksaan EKG
7. Monitoring tekanan darah pasien
8. Monitoring kadar lipid
N. Terapi Non Farmakologi
1. Asupan lemak jenuh sebaiknya tidak lebih dari 7% dari kebutuhan kalori perhari.
2. Modifikasi gaya hidup, seperti kontrol berat badan, cek kadar kimia darah
3. Mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan produk susu serta makanan rendah
lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh
4. Istirahat yang cukup
5. Hindari keadaan stress
6. Olahraga

O. KIE
1. Meningkatkan pemahaman atau pengetahuan keluarga akan kondisi pasien,
sehingga pasien memiliki harapan hidup lebih lama dengan kualitas hidup yang
optimal.
2. Menginformasikan kepada keluarga pasien tentang obat-obat yang digunakan,
dosis, cara pakai, waktu penggunaan dan efek samping obat.
3. Ikut mendukung pengobatan dari dokter atau rumah sakit.
4. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang cara penggunaan
obat yang tepat, dan kalau penggunaan antibiotik harus dihabiskan.
Memberikan edukasi tentang modifikasi gaya hidup seperti:
a. Pola makan yang tidak memicu atau memperparah penyakit jantung iskemik
seperti, mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak
serta mengurangi konsumsi lemak jenuh
b. Tujuan perawatan adalah untuk mengurangi simtom pasien, menjaga kapasitas
fungsional, memperkecil efek samping perawatan.

Anda mungkin juga menyukai