Disusun Oleh:
Muhammad Dahriyan Ramadhan
2008434561
Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KARDIOLOGI & KEDOKTERAN VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
kondisi lebih parah kemampuan jantung dalam memompa darah dapat hilang.1,
Sindrom koroner akut terdiri dari infark miokard dengan elevasi segmen ST
(STEMI), infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI), dan angina
dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 17,9 juta orang yang
kardiovaskuler pada tahun 2019.3 Angina pektoris dialami oleh sekitar 4% pria
dan 5% wanita berusia 45-64 tahun dan angka ini meningkat hingga 12% pada
pria dan 10% pada wanita berusia 65-84 tahun. 4 Menurut hasil Riset Kesehatan
jantung hipertensi merupakan hasil adaptasi struktural dan fungsional yang dapat
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, kelainan aliran darah akibat penyakit arteri
jantung kongestif.2
2
Penderita hipertensi akan berkembang menjadi penyakit jantung.
sistolik dan diastolik miokard yang akan bermanifestasi klinis sebagai angina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Angina pektoris tidak stabil merupakan angina pektoris atau rasa tidak
nyaman karena iskemia yang sama disertai dengan minimal satu dari tiga
gambaran yaitu terjadi saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal), biasanya
berlangsung >10 menit; berat dan merupakan onset baru (dalam kurun waktu 4-6
karena iskemia miokard. APTS merupakan bagian dari SKA dimana terdapat
dada yang khas, yaitu dada seperti ditekan benda berat, nyeri dada seperti ditusuk-
3
tusuk dan nyeri yang menjalar ke lengan kiri atau kedua lengan. Nyeri dada
biasanya akan timbul saat melakukan aktivitas dan nyeri dapat menghilang saat
miokardium.6
Association (AHA), perbedaan APTS dan NSTEMI ialah apakah iskemia yang
2.1.2 Etiologi
mendasari terjadinya angina pektoris tidak stabil pada hampir semua pasien
dengan iskemia miokard akut. Penyebab paling umum dari APTS adalah karena
endotel atau pembuluh darah halus juga dapat menjadi penyebab tidak umum
terjadinya APTS.6
2.1.3 Epidemiologi
kematian pada orang di atas usia 35 tahun. Hal ini menjadi penyebab utama
4
kematian pada kelompok usia tertentu. Sekitar 18 juta penduduk di Amerika
Insiden terjadi lebih tinggi pada pria, tetapi ketika individu melampaui
usia 75 tahun, insiden pria dan wanita menjadi lebih dekat. 7 Prevalensi penyakit
terendah berada di provinsi Nusa Tenggara Timur (0,7%) dengan usia tertinggi
2.1.4 Klasifikasi
1. Terjadi saat istirahat (atau aktivitas minimal) dan biasanya berlangsung >20
menit.
pasien dari tidur atau nyeri semakin parah, terus menerus atau lebih sering
dari sebelumnya).
A. Beratnya angina:
1. Kelas I
Angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah beratnya nyeri
dada.
2. Kelas II
5
Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1 bulan, tapi tidak
3. Kelas III
Adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadinya secara akut baik sekali
C. Intensitas pengobatan:
2.5. Patofisiologi
Perfusi inisial dimulai langsung dari jantung menuju aorta, kemudian
menuju arteri koroner yang menyuplai bagian-bagian dari jantung. Arteri koroner
kiri akan bercabang menjadi arteri desenden anterior dan arteri sirkumfleksa kiri.
Selanjutnya arteri tersebut terbagi menjadi cabang-cabang yang jauh lebih kecil.
Arteri koroner kanan juga akan bercabang menjadi pembuluh darah yang lebih
kecil.8
6
yang menyebabkan obstruksi arteri, biasanya karena plak aterotrombotik di arteri
APTS, yaitu:2
1. Ruptur atau erosi plak dengan lapisan trombus nonoklusif, diyakini sebagai
penyebab paling sering terjadi, NSTEMI dapat terjadi karena embolisasi aliran
Prinzmetal [PVA]).
● Ruptur Plak
stabil sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner
dan pada 97% pasien dengan APTS mempunyai penyempitan kurang dari 70%.
Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung
jaringan fibrotic (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti yang banyak
mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi
pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu
timbunan lemak. Kadang-kadang keretakan timbul pada dinding plak yang paling
7
lemah karena adanya enzim protease yang dihasilkan makrofag dan secara
darah 100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila
thrombus tidak menyumbat 100%, dan hanya menimbulkan stenosis yang berat
disebabkan karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag
thrombus kaya trombosit, sedangkan sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang
ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi factor jaringan dalam plak tidak
dan platelet melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas,
● Vasospasme
8
Terjadinya vasokontriksi juga mempunyai peranan penting pada angina
tak stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh darah
Prinzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil. Adanya spasme seringkali
terjadi pada plak yang tak stabil, dan mempunyai peranan penting dalam
terbentuknya thrombus.7
migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel. Adanya
perubahan bentuk dan lesi karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan
Pada seseorang, mungkin saja terjadi lebih dari proses patofisiologi tersebut.
vessels disease [CAD 3VD]), 30% di dua pembuluh, 40% di satu pembuluh, dan
10% tidak ditemukan stenosis arteri koroner; beberapa pasien dari kelompok
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang
tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Perlu dibedakan apakah
nyeri dada yang dirasakan pasien merupakan nyeri dada kardiak atau non-kardiak.
9
Keluhan angina tipikal berupa rasa tertekan/berat di daerah retro sternal, menjalar
ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu atau epigastrium. Keluhan
dapat berlangsung intermiten (beberapa menit) atau persisten (>20 menit). Angina
angina tipikal, gangguan pencernaan (indigesti), sesak napas yang tidak dapat
diterangkan, atau rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan. Keluhan angina
atipikal sering dijumpai pada pasien usia muda (25-40 tahun) atau usia lanjut
(>75 tahun), wanita, penderita diabetes, gagal ginjal menahun, atau demensia.9
Pada pemeriksaan fisik dapat kita temukan pasien tampak cemas, tidak
dapat istirahat (gelisah), sering kali ekstremitas pucat disertai keringat dingin.
hipotensi). Dapat ditemukan juga terjadi peningkatan suhu sampai 38ºC dalam
1. Elektrokardiografi (EKG)
Semua pasien dengan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah
10
mungkin sesampainya di ruang gawat darurat. Sedapat mungkin, rekaman
Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan keluhan angina dapat
menit) maupun tidak persisten, atau depresi segmen ST dengan atau tanpa
EKG juga normal. Namun, pada APTS juga dapat ditemukan depresi
yang ditemukan pada 30-50% pasien. Pada pasien dengan gambaran klinis
APTS, adanya gambaran deviasi segmen-ST baru, bahkan bila hanya 0,05
11
2. Uji Latih
(PJK). Yang dapat ditunjukkan pada ULJ adalah ada tidaknya respon
miokard yang ditunjukkan pada ULJ dapat berupa perubahan pada EKG,
ischemia).10
exercise test dengan alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka prognosis
besar.7
3. Ekokardiografi
12
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk
diagnosis APTS secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal
diagnostik pada pasien dengan risiko tinggi dan diagnosis banding yang
tidak jelas. Penemuan angiografi yang khas antara lain eksentrisitas, batas
yang ireguler, ulserasi, penampakan yang kabur, dan filling defect yang
5. Foto Toraks
6. Laboratorium
13
CK-MB atau troponin I/T menunjukkan kadar yang normal dalam 4-6 jam
setelah awitan angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan
Kadar troponin pada pasien IMA meningkat di dalam darah perifer 3-4
kadar troponin biasanya hilang dalam 2-3 hari, namun apabila terjadi
akan meningkat dalam waktu 4-6 jam, mencapai puncaknya pada 12 jam
laboratorium yang dapat dilakukan adalah tes darah rutin, gula darah
sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal dan panel lipid.
2.7 Penatalaksanaan
Terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis
kerja kemungkinan SKA atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang gawat
darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG dan/atau marka jantung. Terapi awal
yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin (disingkat MONA), yang
1. Tirah baring
2. Oksigen diindikasikan pada pasien hipoksemia (SaO2 <90% atau PaO2 <60%
≥90%.
14
3. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. jika nyeri dada tidak
hilang dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai
maksimal tiga kali. Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak
responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual. Dalam keadaan tidak
6. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien
yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual (kelas IIa-B).
yang
15
Tabel 2.2 Skor TIMI untuk APTS dan STEMI8
1. Obat anti-iskemia
● Nitrat
16
juga menambah suplai oksigen dengan vasodilatasi pembuluh koroner
● β-blocker
dalam waktu 24 jam pertama dengan dosis yang dapat dilihat pada tabel
2.5.
17
● Penyekat kanal kalsium/calcium channel blockers (CCB)
Tabel 2.6 Jenis dan dosis penghambat CCB untuk terapi IMA9
2. Obat Antiplatelet
● Aspirin
kematian jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal dari 51%
18
sampai 72% pada pasien dengan angina tidak stabil. Aspirin harus
● Ticagrelor
● Clopidogrel
selanjutnya 75 mg/hari.7,9
3. Obat Antikoagulan
19
Terapi antikoagulan harus ditambahkan pada terapi antiplatelet secepat
antiplatelet.9
dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin molekul rendah (low weight
tidak tersedia.
Hypertension 2013:11
20
Klasifikasi Sistolik Diastolik
gagal jantung, penyakit arteri koroner, stroke, penyakit ginjal dan penyakit arteri
kelainan aliran darah akibat penyait arteri koroner aterosklerosis dan penyakit
yang diterapkan secara umum untuk penyakit jantung, seperti hipertrofi ventrikel
kiri, penyakit arteri koroner, aritmia jantung, dan gagal jantung kongestif yang
disebabkan oleh efek langsung atau tidak langsung dari peningkatan tekanan
darah.12
21
tekanan darah yang terlalu cepat terutama tekanan diastolik, karena hal ini dapat
baring, monitor EKG dan hemodinamik, oksigen, nitrogliserin dan bila angina
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
• Nama : Tn. J
• No RM : 00873494
• Umur : 65 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat : Bukit koto, kampar
• Status : Menikah
• Masuk RS : 29 november 2021
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri dada yang semakin memberat 1 minggu SMRS.
punggung dan lengan kiri, nyeri dada muncul tiba-tiba, nyeri dada dirasakan terus
menerus dan berlangsung selama >20 menit, nyeri diperberat saat aktivitas ringan
dan berkurang dengan istirahat. Keluhan disertai sesak napas, sesak tidak
dipengaruhi debu, suhu dingin dan makanan, keluhan lain seperti demam (-), sakit
22
kepala (-), mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-), penurunan kesadaran (-),
bengkak pada bagian kaki/tangan (+). BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
minggu SMSR,tetapi pasien dapat menahan nyeri dan hanya meminum obat untuk
meredakan nyeri.
yang sama dengan nyeri dada yang dirasakan 1 minggu SMRS, pasien langsung
dibawa ke IGD RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Pasien dirawat dan
pertama. 6 bulan SMRS pasien merasakan keluhan nyeri dada kiri lagi, pasien
ring yang kedua. Pasien diberikan beberapa jenis obat namun tidak selalu rutin
diminum.
23
● Riwayat diabetes melitus (-)
● Riwayat penyakit ginjal (-)
● Riwayat asma (-)
● Riwayat penyakit keganasan (-)
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
TD : 152/93 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,80C
Keadaan Gizi : Obesitas tipe 1
TB : 165 Cm
BB : 60 Kg
BMI : 25,4
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat, isokor
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+)
Telinga : Tidak ada keluar cairan
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Pursed-lip breathing (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), JVP 5+2 cmH2O
24
Toraks
Paru-paru
Inspeksi : Statis: simetris kiri dan kanan, retraksi iga (-), deformitas (-)
Dinamis: pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dinding dada yang tertinggal (-/-)
Palpasi : Vokal fremitus melemah kanan dan kiri
Perkusi : Redup pada kedua lapangan basal paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (+/+)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada SIK VI linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan linea parasternalis dextra SIK IV
Batas jantung kiri linea midclavicularis sinistra SIK VI
Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Ekstremitas
Ekstremitas atas: edema (-/-), akral hangat, capillary refilling time < 2 detik.
Ekstremitas bawah: edema (-/-), akral hangat, capillary refilling time < 2 detik.
Pemeriksaan penunjang
25
Pemeriksaan darah rutin (28/11/2021)
Hb : 11,8 mg/dL (L)
Leukosit : 6.29 /uL
Ht : 37,2 % (L)
Eritrosit : 4.78 x 106/uL (L)
Trombosit : 218.000 /uL
Hitung Jenis
Basofil : 0,6%
Eosinofil : 1,6%
Neutrofil : 67,5%
Limfosit : 23,1%
Monosit : 7,2%
Kimia Klinik
Elektrolit
26
CRP
Crp kuantitatif : 5.2 (H)
Albumin : 3.5
AST :17
ALT :19
Glukosa darah sewaktu :161
IMUNOLOGI
Troponin I Kuantitatif :10.1 (Negatif)
Interpretasi:
27
- Identitas sesuai, TN. J (65 tahun)
- Marker R
- Posisi AP, L
- Kekerasan foto cukup
- Tulang clavicula, scapula, costae, vertebrae intak dan tidak ada tanda-tanda
fraktur.
- Trakea midline
- Sela iga kanan dan kiri tidak melebar
- Jaringan lunak : 2 cm
- Diafragma tidak bisa dinilai.
- Sudut costofrenikus dextra tumpul dan kiri tidak bisa dinilai
- CTR: Tidak bisa dinilai
Pulmo :
Corakan bronkovaskular bertambah
Infiltrat di kedua lapang paru
Kesan:
Cor : Cardiomegali
Pulmo: Efusi pleura bilateral
EKG:
28 November 2021
28
Interpretasi:
● Ritme : Sinus rhytm
● Heart Rate : 300/4 = 75 x/menit reguler
● Axis : Left axis deviation (LAD)
● Gelombang P : 0,12 s
● Q patologis : Lead II, Lead III, aVF (OMI inferior)
● PR interval : 0,20 s
● QRS durasi : 0,08 s
● ST segmen : ST depresi pada sadapan Lead I, aVL
● T Wave : T inverted (+) di V3-V6
● LVH (-) RVH (-)
● RBBB (-), LBBB (-)
● Kesan : Sinus rhytm, LAD, OMI inferior
29
Kesan:
- LM:Normal
- LAD:Stent patent, stent patent, stenosis 80% mid
- D1:stenosis 80%
- D2:small vessel
- RCA:stenosis
30
Kesan:
- Pemasangan wire pada LAD yang terdapat stenosis 90%
RESUME
Tn. J, 65 tahun datang ke RSUD Arifin Achmad dengan keluhan utama
nyeri dada memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan
seperti dihimpit beban berat, menjalar sampai ke punggung dan lengan kiri, nyeri
dada muncul tiba-tiba, nyeri dada dirasakan terus menerus dan berlangsung
selama >20 menit, nyeri diperberat saat aktivitas dan berkurang dengan istirahat,
pasien merasa gelisah. Keluhan disertai sesak napas yang tidak dipengaruhi debu,
suhu dingin dan makanan. Pasien merasakan keluhan nyeri dada kiri dengan
31
penyakit jantung sejak 7 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pasien merupakan
merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 152/93 mmHg, dan
dari pemeriksaan EKG didpatkan adanya sinus rhytm, LAD dan OMI inferior.
Daftar masalah
- Angina pektoris tidak stabil
- Penyakit jantung hipertensi
- CAD 3VD
Penatalaksanaan di bangsal
Non Farmakologis
- Bedrest, membatasi aktifitas fisik sehari-hari
- O2 3L/menit
- Modifikasi gaya hidup
- Rawat di bangsal
Pemeriksaan lanjutan
- Echocardiography
Farmakologis:
- IVFD RL 12 tpm
- Inj. Furosemide 20mg 2x2
- Clopidogrel 75 mg 1x1
- Aspilet 1 x 80 mg
- ISDN 5 mg 3x1
- Alprazolam 0,25mg 1x1
- Nitrogliserin 2,5mg 2x1
- Candesartan 8mg 1x1
- Lansoprazole 30 mg 2x1
32
Follow Up (30-11-2021)
- S : Tampak sakit sedang, nyeri dada (-), sesak (+), lemas (-)
- O : Kesadaran Komposmentis
x/menit,
T: 36,6oC
- P : IVFD RL 12 tpm
Clopidogrel 75 mg 1x1
Aspilet 1 x 80 mg
ISDN 5 mg 3x1
Lansoprazole 30 mg 2x1
Follow Up (1-12-2021)
- S : Tampak sakit sedang, nyeri dada (-), sesak (-), lemas (+)
- O : Kesadaran Komposmentis
x/menit,
T: 36,3oC
- P :Clopidogrel 75 mg 1x1
33
Aspilet 1 x 80 mg
ISDN 5 mg 3x1
Lansoprazole 30 mg 2x1
Follow Up (2-12-2021)
- S : Tampak sakit sedang, nyeri dada (-), sesak (-), lemas (+)
- O : Kesadaran Komposmentis
x/menit,
T: 36,3oC
- P :Clopidogrel 75 mg 1x1
Aspilet 1 x 80 mg
ISDN 5 mg 3x1
Lansoprazole 30 mg 2x1
Follow Up (3-12-2021)
- S : Tampak sakit sedang, nyeri dada (-), sesak (-), lemas (-)
- O : Kesadaran Komposmentis
34
- Tekanan Darah: 124/94 mmHg, HR : 84 x/menit, RR : 17
x/menit,
T: 36,3oC
Aspilet 1 x 80 mg
ISDN 5 mg 3x1
Nitrogliserin 2x1
Candesartan 1x8 mg
Lansoprazole 30 mg 2x1
BAB IV
PEMBAHASAN
ditegakkan berdasarkan keluhan yang dialami pasien yaitu nyeri dada sebelah kiri,
35
nyeri dirasakan seperti dihimpit beban berat, menjalar sampai ke punggung dan
lengan kiri, nyeri dada timbul saat pasien sedang istirahat, nyeri dada berlangsung
>20 menit, nyeri diperberat dengan aktivitas dan berkurang dengan istirahat,
keluhan disertai dengan sesak napas dan pasien merasa mual. Keluhan pada
pasien ini mengarah pada keluhan nyeri angina tipikal dengan karakteristik nyeri
dada pada daerah substernal, yang dirasakan seperti tertekan/berat yang menjalar
hingga ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu dan epigastrium dan
yang berlemak dan jarang berolahraga serta memiliki Riwayat merokok. Faktor
gangguan, sehingga pada kondisi supply dan demand yang tidak seimbang akan
lama terjadi dan pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 152/93
disertai dengan angina pektoris tidak stabil. 10 Akibat dari peningkatan yang tidak
konduksi jantung. Maka, hipertensi yang sudah lama diderita pasien dapat
36
menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya penyakit jantung hipertensi dan
Dari rekaman EKG, didapatkan ST depresi pada sadapan lead I dan aVL,
lead II, lead III dan aVF menggambarkan telah terjadi infark yang lama pada
troponin dan CK-MB yang negatif dapat menegakkan diagnosis dari APTS dan
kateterisasi jantung untuk mengevaluasi luas dan keparahan penyakit jantung pada
stenosis arteri koroner pada arteri koroner kanan, arteri desenden anterior kiri dan
CAD 3VD.2,9
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah tirah baring semi
aspilet merupakan golongan obat antiplatelet yang merupakan salah satu dasar
darah serta mengurangi preload dan afterload. Untuk mengurangi rasa cemas dan
yaitu alprazolam. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi, dapat diberikan obat
37
furosemide yang merupakan golongan diuretik dan candesartan yang merupakan
golongan angiotensin receptor blocker (ARB). Keluhan mual pada pasien dapat
diatasi dengan pemberian obat golongan proton pump inhibitor yaitu lansoprazol,
selain itu lansoprazol juga dapat mencegah terjadinya iritasi lambung akibat efek
DAFTAR PUSTAKA
38
1. Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia 2018. Pedoman
2018.
7. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu
2021.
39
14. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan Terapi
16. Trisnohadi, Hanafi B. 2006. Angina Pectoris Tak Stabildalam Aru W.S,
Bambang S, Idrus A, Marcelius S.K, Siti S.S (Editor). Buku Ajar Ilmu
8.
40