Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Jantung adalah pusat fungsi tubuh yang fungsional karena peranannya sebagai
pemompa darah agar dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah arteri dan
vena (Susilawati, 2014). Penyakit jantung sendiri merupakan penyakit pembunuh nomor satu
didunia terutama pada kalangan dewasa dan yang berusia tua. Menurut catatan WHO di tahun
2015, angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan
meningkat menjadi 20 juta jiwa dan ditahun 2030 akan meningkat kembali hingga mencapai
angka 23,6 juta jiwa penduduk. Penyakit jantung koroner merupakan sebuah penyakit
kompleks yang disebabkan oleh menurunnya atau terhambatnya aliran darah pada satu atau
lebih arteri yang mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung (Nor, 2011).
Penyakit kardiovaskuler khususnya penyakit jantung koroner menyebabkan angka
kematian yang tinggi di Indonesia, yaitu mencapai 26% (WHO, 2011). Penyakit jantung
koroner merupakan penyakit kardiovaskular terbanyak yang menyebabkan kematian di dunia,
yaitu 7.2 juta orang per tahun atau 41% dari kasus penyakit kardiovaskular (Firmansyah,
2010)

2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di ungkapkan di atas terdapat masalah yang
perlu dipecahkan sebagai berikut:
a. Apa definisi dari penyakit acute coronary syndrom ?
b. Apa etiologi dari penyakit acute coronary syndrom ?
c. Apa patofisiologi dari penyakit acute coronary syndrom?
d. Apa amanifestasi klinis dari penyakit acute coronary syndrom?
e. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penatalaksanaan dari penyakit acute coronary
syndrom?

3. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan Askep ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal
Bedah 2 mengenai penyakit Acute Coronary Syndrome (ACS) atau penyakit jantung
coroner.
b. Tujuan khusus
1) Mendiskripsikan definisi penyakit acute coronary syndrom.
2) Mendiskripsikan etiologi penyakit acute coronary syndrom.
3) Mendiskripsikan patofisiologi penyakit acute coronary syndrom.
4) Mendiskripsikan manifestasi klinis penyakit acute coronary syndrom.
5) Mendiskripsikan pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan penyakit acute coronary
syndrom.

4. Manfaat
Setelah membaca makalah tentang acute coronary syndrom ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
a. Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan pada kasus acute
coronary syndrom.
b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan acute coronary
syndrome
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep medis
1. Defenesi
Andra (2016) mengatakan Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan pada
pembuluh darah koroner.Wasid (2017) menambahkan bahwa SKA adalah suatu fase akut dari
Angina Pectoris Tidak Stabil/ APTS yang disertai Infark Miocard akut/ IMA gelombang Q
(IMA-Q) dengan non ST elevasi (NSTEMI) atau tanpa gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST
elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang
tak stabil
Harun (2017) berpendapat istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk menggambarkan
kejadian kegawatan pada pembuluh darah coroner. Sindrom coroner Akut merupakan satu
sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit coroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina),
infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca
infark atau pasca tindakan intervensi coroner perkutan. Sindrom coroner Akut merupakan
keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai
akibat iskemia miokardium
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan yang diakibatkan oleh gangguan
pada pembuluh darah Koroner yang bersifat progresif, terjadi perubahan secara tiba-tiba dari
stabil menjadi tidak stabil. (Susilo., 2013; Oktavianus & Sari., 2014)
Sindrom Koroner Akut adalah suatu kadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi
klinik brupa perasaan tidak enak didada atau gejala- gejala lain sehingga akibat dari iskemia
miokard. Sindrom Koroner Akut adalah istilah untuk tanda-tanda klinis dan gejala iskemia
miokard: angina tidak stabil, non ST segmen elevasi infark miokard, dan elevasi ST segmen
infark myocard. Sindrom Koroner Akut merupakan satu dari tiga penyakit pembuluh darah arteri
koroner, yaitu: STEMI, non STEMIdan unstable angina pectoris. (mulyadi., 2015)
Suatu spektrum penyakit dengan etiologi bermacam-macam, terdapat ketidakseimbangan
antara pemberian dan kebutuhan oksigen miokardium Meliputi STEMI, non-STEMI, dan angina
tak stabil. (Widya., 2014).
Namun, dalam beberapa kasus, penyakit arteri koroner yang stabil dapat mengakibatkan
ACS jika tidak ada ruptur plak dan trombosis, ketika stres fisiologis (misalnya trauma,
kehilangan darah, anemia, infeksi, takiaritmia) meningkatkan tuntutan pada jantung
Klasifikasi
Wasid (2007) mengatakan berat/ ringannya Sindrom Koroner Akut menurut Braunwald
(1993) adalah:
a. Kelas I: Serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progresif, berat, dengan nyeri pada waktu
istirahat, atau aktivitas sangat ringan, terjadi >2 kali per hari.
b. Kelas II: Sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1 bulan pada waktu
istirahat.
c. Kelas III: Akut, yakni kurang dari 48 jam.

Secara Klinis:
a. Kelas A: Sekunder, dicetuskan oleh hal-hal di luar koroner, seperti anemia, infeksi, demam,
hipotensi, takiaritmi, tirotoksikosis, dan hipoksia karena gagal napas.
b. Kelas B: Primer.
c. Klas C: Setelah infark (dalam 2 minggu IMA). Belum pernah diobati. Dengan anti angina
(penghambat beta adrenergik, nitrat, dan antagonis kalsium ) Antiangina dan nitrogliserin
intravena.

2. Etiologi
Rilantono (2016) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada
penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh empat
hal, meliputi:
a. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol
tinggi.
b. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
c. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus menerus.
d. Infeksi pada pembuluh darah
Wasid (2007) menambahkan mulai terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan,
yakni:
a. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan)
b. Stress emosi, terkejut
c. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas
simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung meningkat, dan
kontraktilitas jantung meningkat.
3. Patofisiologi
Rilantono (1996) mengatakan SKA dimulai dengan adanya ruptur plak arteri
koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet, pembentukan trombus, serta aliran
darah coroner yang mendadak berkurang. Hal ini terjadi pada plak coroner yang kaya
lipid dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque). Ini disebut fase plaque disruption
‘disrupsi plak’. Setelah plak mengalami ruptur maka faktor jaringan (tissue factor)
dikeluarkan dan bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex
mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa sebagai penyebab terjadinya produksi trombin
yang banyak. Adanya adesi platelet, aktivasi, dan agregasi, menyebabkan pembentukan
trombus arteri koroner. Ini disebut fase acute thrombosis ‘trombosi akut’. Proses
inflamasi yang melibatkan aktivasi makrofage dan sel T limfosit, proteinase, dan sitokin,
menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis tersebut. Sel inflamasi tersebut
bertanggung jawab terhadap destabilisasi plak melalui perubahan dalam antiadesif dan
antikoagulan menjadi prokoagulan sel endotelial, yang menghasilkan faktor jaringan
dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur plak. Oleh karena itu, adanya leukositosis
dan peningkatan kadar CRP merupakan petanda inflamasi pada kejadian coroner
akut(IMA) dan mempunyai nilai prognostic. Pada 15% pasien IMA didapatkan kenaikan
CRP meskipun troponin-T negatif. Endotelium mempunyai peranan homeostasis vaskular
yang memproduksi berbagai zat vasokonstriktor maupun vasodilator lokal. Jika
mengalami aterosklerosis maka segera terjadi disfungsi endotel (bahkan sebelum
terjadinya plak). Disfungsi endotel ini dapat disebabkan meningkatnya inaktivasi nitrit oksid
(NO) oleh beberapa spesies oksigen reaktif, yakni xanthine oxidase, NADH/ NADPH
(nicotinamide adenine dinucleotide phosphate oxidase), dan endothelial cell Nitric Oxide
Synthase (eNOS). Oksigen reaktif ini dianggap dapat terjadi pada hiperkolesterolemia, diabetes,
aterosklerosis, perokok, hipertensi, dan gagal jantung.

4. Manifestasi Klinik
ACS NSTEMI timbul sebagai nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang berlangsung 20
menit atau lebih. Nyeri di gambarkan sebagai tekanan, rasa seperti diikat, rasa berat, seperti
terbakar, atau sensasi seperti diperas atau diremas, biasanya di dada bagian tengah atau
epigastrum ; keluhan ini dapat menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, atau punggung.
Rasa tidak nyaman dapat disertai kelemahan, dyspnea, diaphoresis, atau ansietas, yang
tidak hilang dengan NTG. Pasien diabetes mungkin tidak menunjukkan tanda dan gejala IMA
klasik. Pasien lansia dapat mengalami sesak, edema paru, pusing dan perubahan status mental
(Jones & Fix, 2009
Brunner & Suddarth, 2002 dan Torpy, et all (2018) menyebutkan tanda dan gejala yang
dapat ditemukan pada pasien ACS adalah :
a. Nyeri dada, tidak nyaman, rasa ditekan, diremas, atau rasa penuh
b. Rasa tidak nyaman pada badan bagian atas; Nyeri atau tidak nyaman di kedua lengan,
punggung, leher, rahang, atau perut
c. Sesak napas
d. Gejala lain termasuk berkeringat, mual, dan pusing

5. Komplikasi
a. Syok Kardiogenik
b. Aritmia Maligna
c. Gagal Jantung
d. Mechanical rupture, VSD
e. Gangguan Hantaran

6. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
b. Ekokardiogram
c. Marker jantung (troponin I, CK, CKMB, Mioglobin, Proteiin reaktif C)

7. Penatalaksanaan
a. Fokus pada penjalaran nyeri, sesak, dan diaphoresis
b. Pemeriksaan EKG 12 sandapan dan lab marker jantung
c. MONA: Morfin, O2, NTG dan aspirin 160-325 mg, per oral. Jika alergi aspirin, berikan
ticklopidin (ticlid) atau clopidogrel (Plavix)
d. Berikan O2 tambahan untuk mempertahankan SpO2>90%
e. Berikan tablet NTG SL atau bentuk semprot
f. Berikan morfin IV 2-4 mg setiap 1 menit sampai nyeri terkontrol (pantau adanya hipotensi
atau depresi pernapasan)
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien (umumnya jenis kelamin laki-laki dan usia > 50 tahun)
b. Keluhan (nyeri dada, Klien mengeluh nyeri ketika beristirahat , terasa panas, di dada retro
sternal menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri
berlangsung ± 10 menit)
c. Riwayat penyakit sekarang (Klien mengeluh nyeri ketika beristirahat , terasa panas, di dada
retro sternal menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri
berlangsung ± 10 menit)
d. Riwayat penyakit sebelumnya (DM, hipertensi, kebiasaan merokok, pekerjaan, stress), dan
Riwayat penyakit keluarga (jantung, DM, hipertensi, ginjal).
e. Pemeriksaan Penunjang:
1) Perubahan EKG (berupa gambaran STEMI/ NSTEMI dengan atau tanpa gelombang Q
patologik)
2) Enzim jantung (meningkat paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal, terutama CKMB
dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk nekrosis miokard. Nilai normal
troponin ialah 0,1-0,2 ng/dl, dan dianggap positif bila > 0,2 ng/dl).
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1: dispneu (+), diberikan O2 tambahan
2) B2: suara jantung murmur (+), chest pain (+), crt 2 dtk, akral dingin
3) B3: pupil isokor, reflek cahaya (+), reflek fisiologis (+)
4) B4: oliguria
5) B5: penurunan nafsu makan, mual (-), muntah (-)
6) B6: tidak ada masalah

2. Diagnosis Keperawatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
4. Evaluasi
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Jantung adalah pusat fungsi tubuh yang fungsional karena peranannya sebagai
pemompa darah agar dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah arteri dan
vena (Susilawati, 2014). Penyakit jantung sendiri merupakan penyakit pembunuh nomor satu
didunia terutama pada kalangan dewasa dan yang berusia tua. Menurut catatan WHO di tahun
2015, angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan
meningkat menjadi 20 juta jiwa dan ditahun 2030 akan meningkat kembali hingga mencapai
angka 23,6 juta jiwa penduduk. Penyakit jantung koroner merupakan sebuah penyakit
kompleks yang disebabkan oleh menurunnya atau terhambatnya aliran darah pada satu atau
lebih arteri yang mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung (Nor, 2011).
Penyakit kardiovaskuler khususnya penyakit jantung koroner menyebabkan angka
kematian yang tinggi di Indonesia, yaitu mencapai 26% (WHO, 2011). Penyakit jantung
koroner merupakan penyakit kardiovaskular terbanyak yang menyebabkan kematian di dunia,
yaitu 7.2 juta orang per tahun atau 41% dari kasus penyakit kardiovaskular (Firmansyah,
2010)
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran UI, 2011. Kapita Selekta Kedokteran, editor Arif M. Dkk edisi ke 5 jilid 1,
Jakarta, Media Aesculapius

Heni Rokaeni, SMIP, CCRN, et. al. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Harapan kita. Jakarta

Nanda, 2011. Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Budi Santosa, Jakarta EGC

Price,S.A, 2011, Fatofisiologi : Konsep Klinis proses-proses penyakit, alih bahasa, Brahm U. Pendit;
editor Huriawati Hartanto edisi 6 volume 1, Jakarta EGC

Udijanti, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta ; Salemba Medika

https://www.scribd.com/document/270666127/LP-ACS

Anda mungkin juga menyukai