TINJAUAN PUSTAKA
adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen
jantung dan pembuluh darah termasuk stroke, penyakit jantung rematik dan
Manifestasi akut dari plak pembuluh darah koroner yang koyak atau
pecah disebut juga dengan sindroma koroner akut (PERKI, 2015). Akibat
dari penumpukan plak yang ada dapat menyebabkan timbulnya iskemia yang
ditandai dengan keluhan nyeri dada (angina pectoris). Berikut adalah tipe
angina pectoris:
1. Angina Pektoris Stabil adalah suatu keadaaan yang ditandai oleh adanya
fisik atau stress emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan
Angina pectoris tidak stabil adalah angina pektoris (atau jenis ekuivalen
berikut:
9
10
B. Klasifikasi
Myocardial Infarction)
keluhan angina pectoris akut tanpa segmen ST yang persisten di dua sandapan
yang bersebelahan. Rekaman EKG dapat berupa depresi segmen ST, inversi
Marka jantung yang biasa digunakan adalah TROPONIN I/T atau CKMB.
maka diagnosis menjadi NSTEMI. Pada angina pectoris tidak stabil marka
(Braunwald,2008)
kali dibuat oleh dr. Killip T pada tahun 1967 dalam penelitiannya
C. Definisi STEMI
(SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST dan
STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan, terjadi
peningkatan baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat di atasi dengan
pemberian nitrat, yang dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang
13
disertai Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena
adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil
(Pusponegoro,2015)
yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. Infark miokard
2010).
darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh
otot jantung yang permanen karena suplai oksigen ke jantung menurun yang
electrocardiogram.
14
D. Etiologi
koroner yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan faktor
Menurut Muttaqin (2009), ada lima faktor risiko yang dapat diubah
darah tinggi, dan pola tingkah laku. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah
a. Merokok
hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan
d. Hiperglikemia
pembentukan thrombus.
e. Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut
mempercepat serangan.
Menurut Iman Soeharto, 2005 terdapat beberapa faktor risiko yang tidak
dapat diubah atau disebut alami, seperti keturunan, jenis kelamin, dan
a. Keturunan
Pada faktor faktor yang dapat diubah telah disebutkan antara lain
kolesterol.
b. Usia
degeneratif.
c. Jenis Kelamin
pada perempuan setelah usia remaja dan terus demikian sampai usia
60 tahun. Pada rentang usia tersebut laki-laki memiliki 2-3 kali lipat
Skor resiko TIMI pada STEMI (TIMI risk score for STEMI) adalah sistem
skoring untuk menilai resiko kematian dalam 30 hari pada pasien STEMI.
ketiga
Hitung skor resiko TIMI total pasien STEMI dengan memasukkan faktor-
waktu 30 hari sesuai dengan total skor resiko TIMI yang dimilikinya.
19
ketiga
Skor resiko TIMI pada UA/STEMI (TIMI risk score for UA/NSTEMI)
dalam waktu 14 hari sesuai dengan total skor resiko TIMI yang
dimilikinya.
20
ketiga
Keterangan:
urgen
E. Patofisiologi
mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosis yang sudah ada
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika thrombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injury vascular, dimana injuri ini di cetuskan oleh faktor-
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau iskemik
plak koroner cenderung mengalami rupture jika mempunyai fibrous cap yang
tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis
klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang dipercaya menjadi dasar
glikoprotein IIb/IIIa.
tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin)
menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi
oleh thrombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin. Pada kondisi yang
22
F. Pathway
Terlampir
G. Manifestasi Klinis
waktu yang lama, kebanyakan orang tidak tahu bahwa mereka sudah memiliki
penyakit yang parah ini. Biasanya gejala yang paling awal adalah nyeri dada
atau angina serta sesak napas. Tidak semua nyeri dada disebabkan oleh
penyakit jantung koroner. Angina atau nyeri dada karena penyakit jantung
koroner timbul setelah melakukan aktifitas dan hilang ketika beristirahat. Rasa
nyeri timbul karena otot jantung tidak mendapat oksigen cukup. Angina
biasanya berlangsung selama 2-3 menit dan tidak lebih dari 10 menit. Tiga
2. Biasanya terasa di tengah dada, bisa menyebar kesisi kiri, kedua lengan,
(Maulana, 2008).
1. Pada anamnesis
23
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada dengan sifat nyeri dada angina
b. Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda
kanan.
e. Faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan
2. Pemeriksaan fisik
pasca STEMI
24
3. Pemeriksaan Penunjang
katup.
obstruksi.
H. Penatalaksanaan
rekaman EKG dan/ atau marka jantung yaitu dengan Morfin, Oksigen, Nitrat,
Aspirin (MONA), yang tidak harus diberikan semua atau secara bersamaan
(PERKI, 2015).
1. Morfin
dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai
2. Oksigen
arteri <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan
3. Nitrat
4. Aspirin
efektif aspirin 80-320 mg per hari. Dosis lebih tinggi selain meningkatkan
jam pertama onset gejala. Dan lebih dari separuhnya tejadi pada jam
pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra hospital pada pasien yang
tindakan resusitasi
I. Komplikasi STEMI
1. Disfungsi Ventrikel
2. Gangguan hemodinamik
3. Syok Kardiogenik
6. Fibrilasi Ventrikel
1. PENGKAJIAN
a. Primery Survey
1) Circu lation
b) Takikardi.
c) TD meningkat/menurun.
d) Edema.
e) Gelisah.
f) Akral dingin.
2) Airway
3) Breathing
c) Ronki,krekels
4) Disability
a) Penurunan kesadaran.
b) Penurunan refleks.
5) Eksposure
b. Secondary Survey.
(disritmia).
4) Suhu hipotermi/normal.
5) Pemeriksaan fisik
b) Nyeri dada
30
f) Odem ekstremitas.
6) Pemeriksaan selanjutnya
e) Riwayat alergi
c. Tersier
1) Pemeriksaan Laboratorium
4) GDA (hipoksia).
d. Pemeriksaan lainnya
arteri koroner.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul menurut NANDA yaitu Nyeri akut
b.d agen injuri (fisik) iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.
1. Definisi
Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng,
32
(Mutaqin, 2008).
(Devi, 2013).
sedikit saja dari semua itu yang akan mencapai tingkatan untuk dirasakan.
Banyak informasi yang dibuang selain banyak pula yang digunakan dalam
dan substansi nyeri lain meningkat. Pada tahap modulasi stimulasi nyeri
3. Klasifikasi Nyeri
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
menghilang
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat
dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.
Pola nyeri ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi
interval bebas dari nyeri lalu nyeri timbul kembali. Adapula pola
4. Penyebab Nyeri
fisik.
38
Untuk mendapatkan penilaian intensitas nyeri yang paling valid dan dapat
yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri “ diukur dan
hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas
nyeri, sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6 adalah nyeri sedang, 7-
41
2) Distraksi
disukai oleh klien, tentunya aktivitas yang tidak berat agar tidak
3) Stimulasi kutaneus
4) Herbal
Alizadeh, 2011).
5) Akupresur
6) Anticipatory guidance
(Tamsuri, A. 2007).
7) Sentuhan Terapeutik
8) Hipnoterapi
perawat.
range theory karena mempunyai tingkat abstraksi yang rendah dan mudah
peningkatan kenyamanan.
b. Comfort
c. Comfort measures
dan tepat waktu, model perawatan yang perhatian dan empati, berfokus
yaitu:
e. Intervening variables
f. Enhanced Comfort
HSBs adalah perilaku pasien atau keluarga yang terlibat secara sadar
ini merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang
(HSBs).
h. Institusional integrity
9. Intervensi
a. Observation
b. Nursing
dukungan
6) Tingkatkan istirahat
prosedur
hipnoterapi.
c. Education
d. Colaboration
mengurangi nyeri.
darah pasien
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi