Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

ANTROPOLOGI KESEHATAN

“ Konsep Lapisan – Lapisan Sosisal Masyarakat ”

Dosen Pengampu : Sudiharto, M.kes.,phD

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

1. Amelia Eka Putri ( 2010701006 )


2. Siti Sopiatussolehah ( 2010701007)
3. Dina Valentina ( 2010701009 )
4. Dyah Ayu Nurkholidah ( 2010701010 )

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

APRIL

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Antropologi Kesehatan karena telah membantu kelancaran
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan makalah
ini dibuat dengan judul “ Konsep Lapisan – Lapisan Sosial Masyarakat ”. Penulis berharap
dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang perbedaan dan ciri
masyarakat tradisional dan modern, perilaku kesehatan masyarakat tradisional, perilaku
kesehatan masyarakat di Negara industry dan masyarakat berkembang.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu,
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya
tujuan dari penulisan makalah ini.

Bogor, April 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2

A. Perbedaan dan ciri masyarakat tradisional dan modern ..............2


B. Perilaku kesehatan masyarakat tradisional ....................................4
C. Perilaku kesehatan masyarakat di Negara industry
dan masyarakat berkembang ...........................................................6

BAB III PENUTUP ........................................................................................8

A. Kesimpulan .........................................................................................8
B. Saran ...................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat dengan segala latar belakangnya yang berbeda-beda, merupakan
suatu kenyataan sosial yang tidak dapat di hindari. Karena perbedaan itulah kemudian
muncul beberapa fakta sosial yang didalamnya menciptakan banyak hal, baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Salah satunya yakni adanya stratifikasi
sosial dalam masyarakat yang muncul. Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia,
satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi
(tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui
proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial,
maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap
bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka. Fenomena dari
stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana apapun
kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain, semua
tergantung bagaimana mereka menempatkannya . Biasanya keadaan ini muncul
dikarenakan beberapa sebab, antara lain dikarenakan oleh kehidupan sosial
masyarakat tersebut, maupun kehidupan ekonomi masyarakat. Stratifikasi sosial ini
muncul karena adanya si “kaya” dan si “miskin”. Perbedaan kelas ini juga
memunculkan hal-hal yang semakin membedakan masyarakat dalam satu wilayah
tersebut, dimana orang-orang yang memiliki strata kelas yang tinggi menjadi
penguasa dalam suatu wilayah yang dihuni.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perbedaan dan ciri masyarakat tradisional dan modern ?
2. Bagaimana perilaku kesehatan masyarakat tradisional ?
3. Bagaimana perilaku kesehatan masyarakat di Negara industry dan masyarakat
berkembang ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui perbedaan dan ciri masyarakat tradisional dan modern
2. Memahami perilaku kesehatan masyarakat tradisional

1
3. Memahami perilaku kesehatan masyarakat di Negara industry dan masyarakat
berkembang

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Dan Ciri Masyarakat Tradisional Dan Modern


1. Perbedaan masyarakat tradisional dan modern
a) Daerah tempat tinggal atau wilayah yang didiami
Berdasarkan wilayah, masyarakat modern tinggal secara menutup pada suatu
wilayah. Sementara masyarakat tradisional dapat tinggal secara berpindah-pindah
sesuai dengan persediaan sandang dan pangan, biasanya berada di desa atau di
pedalaman.
b) Rumah tempat tinggal
Rumah masyarakat modern cenderung lebih bervariasi sesuai dengan selera
mereka. Sementara masyarakat tradisional cenderung sama dan bahan yang
digunakan pun sama misalnya memakai geribik atau papan.
c) Peralatan yang digunakan
Peralatan yang dipakai oleh masyarakat modern merupakan alat yang sudah
canggih dan biasanya dibuat oleh orang lain. Sementara peralatan yang digunakan
oleh masyarakat tradisional masih sangat sederhana dan biasanya hasil buatan
sendiri.
d) Bahasa
Masyarakat modern menggunakan bahasa yang cenderung bervariasi dapat berupa
bahasa suku, bahasa resmi dan bahasa internasional. Sementara masyarakat
tradisional cenderung menggunakan bahasa suku.
e) Kepercayaan / Keyakinan
Kepercayaan/Keyakinan yang dianut oleh masyarakat modern berbagai macam
kepercayaan, Agama sebagai kepercayaan pun bermacam-macam. Sementara
masyarakat tradisional kepercayaan bersifat sama satu dengan yang lainnya.
f) Pakaian

2
Pakaian yang digunakan masyarakat modern mengikuti perkembangan yang
dipakai secara umum. Sementara masyarakat tradisional memakai pakaian yang
apa adanya bahkan daun atau kulit kayu jadi bahan pakaian.
g) Makanan/Konsumsi
Adapun makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat modern bervariasi mulai dari
makanan tradisional hingga makanan modern (instan). Sementara masyarakat
tradisional makanan yang dikonsumsi bersifat monoton.

2. Ciri-ciri masyarakat tradisional dan masyarakat modern antara lain:


a) Ciri – ciri masyarakat tradisional :
1) Pandangan kebutuhan hidup diutamakan pada keperluan utama dari pada
kehidupannya. Contohnya, bila memasak dan menghidangkan makanan,
yang diutamakan adalah pemenuhan kebutuhan biologis, bukan perkara
senang atau tidak senang.
2) Kehidupan keagamaannya sangat religius. Hal ini karena efektivitas cara
berpikir masyarakat pedesaan. Kehidupan warga desa cenderung ke arah
keagamaan (religious trend).
3) Masyarakat desa pada umumnya hidup dalam kebersamaan, dan lebih
mementingkan kelompok dan keluarganya. Jalan pikiran orang-orang desa
pada umumnya lebih praktis dan lebih mementingkan pada kekerabatan.
Karena itulah, sulit sekali mengubah jalan pikiran berasas sosial ke arah
yang ekonomis.
4) Pada masyarakat pedesaan tidak dikenal adanya pembagian kerja
berdasarkan keahlian,tetapi biasanya pembagian kerja berdasarkan pada
usia. Sistem kerja mereka adalah gotong royong, bukan merupakan lembaga
yang sengaja dibuat.
5) Masyarakat pedesaan umumnya hidup dari pertanian dan dekat dengan alam.
Bahkan kebanyakan dari mereka bertani hanya untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri.
6) Perubahan-perubahan sosial pun berlangsung lambat karena masyarakat
tertutup terhadap pengaruh dari luar. Hingga lapangan pekerjaan pun pada
umumnya kurang.
b) Ciri-ciri masyarakat modern antara lain:

3
1) Pandangan penggunaan kebutuhan hidup sesuai dengan pandangan
masyarakat sekitarnya. Contohnya, bila menghidangkan makanan yang
diutamakan adalah bahwa hidangan tersebut mempunyai kedudukan sosial
yang tinggi.
2) Kehidupan keagamaan berkurang. Hal ini karena cara berpikir yang rasional
(realita masyarakat). Memang orang di kota-kota juga beragama, tetapi
segala kegiatan keagamannya hanya dipusatkan di tempat-tempat
peribadatan. Cara demikian mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian
(secular trend).
3) Masyarakat kota pada umumnya bersikap individualistis, mereka dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Kehidupan keluarga di kota 48 sering sulit untuk disatukan, karena
perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dan sebagainya.
4) Pembagian kerja di antara warganya lebih tegas dan mempunyai batas-batas
nyata. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan pun lebih besar karena lingkup
perkerjaan yang ada di kota lebih luas. Namun pada akhirnya kondisi
tersebut menciptakan kelompok-kelompok kecil dalam pergaulan hidup
mereka. Kelompok kecil tersebu bisa didasarkan pada pekerjaan yang sama,
keahlian yang sama atau hal lainnya. Misalnya, mahasiswa bergaul dengan
mahasiswa, guru dengan guru.
5) Jalan pikiran orang-orang kota biasanya lebih rasional. Hal ini membuat
interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi.
6) Pembagian waktu diatur lebih teliti agar segala kebutuhan indidu dapat
tercukupi.
7) Perubahan-perubahan sosial berlangsung lebih cepat karena masyarakat kota
lebih terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Terkadang hal
ini masih menimbulkan pertentangan antara golongan muda dengan
golongan tua karena golongan muda lebih mudah menyerap pengaruh-
pengaruh dari luar.

B. Perilaku Kesehatan Masyarakat Tradional


Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia
sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan tentang
suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan

4
perilaku anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai
upaya mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut
berperan serta memperbaiki status kesehatan masyarakat tersebut. Dalam tiap kebudayaan
terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan masyarakat
Jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya ikan) karena menurut
kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti.
Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi
karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran
petugas kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut.

Implementasi Hubungan Sosial Budaya Tradisional dan Pengaruhnya


Nilai-nilai budaya banyak ditemukan pada tradisi-tradisi yang turun-menurun
mempengaruhi pola pikir dan cara pandang kita dalam melakukan sesuatu, begitu juga
perubahannya dengan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh yang dapat dijadikan
perbandingan seberapa besar pengaruh sosial budaya dalam praktik kesehatan
masyarakat.
a. Pengaruh sosial budaya pada saat kehamilan
1) Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan di puskesmas atau
sara kesehatan lainnya. Mereka lebih senang memeriksakan kehamilannya dengan
dukun kampung karena dianggap sudah terpercaya dan turun-menurun dilakukan.
Padahal, dukun kampung tersebut tidak memiliki pengetahuan standar dalam
pelayanan kehamilan yang normal.
2) Pada saat ibu hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur, atau makanan bergizi
lainnya karena dipercaya akan menimbulkan bau amis saat melahirkan. Hal ini
sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan dapat
mengakibatkan ibu kekurangan asupan gizi akan protein yang terkandung pada
ikan.
b. Pengaruh sosial pada masa kelahiran
1) Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang sudah dipercaya
turun-menurun. Kemudian, menekan tali pusar tersebut dengan logam. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena sebenarnya akan mengakibatkan iritasi dan infeksi
kuman pada tali pusar bayi baru lahir.

5
2) Apabila proses persalinan yang ditolong dukun kampung menyebabkan kematian
ibu atau anak. Maka hal itu dianggap wajar karena dipercaya ibu hamil telah
melanggar pantangan yang diberikan oleh si dukun.
3) Plasenta bayi diberi sisir, gula merah, kelapa, pensil, kertas, dan kembang tujuh
rupa kemudian dimasukan kedalam kendi baru dikuburkan. Jika mempercayai
mitos tersebut jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga jadi
sebaiknya tidak dilakukan.
4) Plasenta bayi baru lahir, setalah di cuci hendak nya di injak dulu oleh kakanya jika
bayi tersebut memiliki kakak. Jika mempercayai mitos tersebut jika tidak
terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga, jadi sebaiknya tidak dilakukan.
5) Pusar bayi yang sudah Puput di simpan dan jika bayi sudah besar, pusar tersebut
bisa jadi obat untuk bayi, caranya tali pusat direndam dan diminum kan kepada si
bayi. Mitos seperti ini malah merugikan karena jika sampai terminum oleh bayi
makan akan membiarkan mikroorganisme yang ada di plasenta akan masuk ke
tubuh bayi.
c. Pengaruhi sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan tradisional biasanya menggunakan cara-cara menyakitkan seperti
mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita, akan tidak puas
hanya dengan memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut bisa menjadi suatu
penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya
waktu Meraka akan berfikir dan menerima.
2) Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap
penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka
digunakan pengobatan secara tradisional.
3) Banyak masyarakat pedalaman Tidka mempercayai kemampuan petugas
kesehatan karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan di tempat terpencil.
Mereka lebih senang melakukan ritual-ritual khusus saat terserang penyakit
daripada datang ke unit kesehatan terdekat.
4) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan pencegahan kehamilan
atau pelayanan keluarga berencana karena bertentangan dengan budaya ataupun
kepercayaan yang dianut. Sehingga mereka cenderung memilih memiliki anak
banyak. Hal ini sebenarnya merugikan karena dapat menimbulkan ledakan

6
penduduk dan ketidakseimbangan jumlah populasi masyarakat di Indonesia
dengan kesempatan kerja yang tersedia.

C. Perilaku kesehatan masyarakat Negara industry dan masyarakat berkembang


Perbedaan antara negara maju dan negara berkembang telah menjadi semakin kabur
karena banyak negara yang kurang berkembang membuat langkah penting dalam kondisi
sosial serta pengembangan ekonomi. Meskipun telah lama diakui bahwa bangsa bangsa di
dunia tidak termasuk secara rapi menjadi kategori “lebih” dan “kurang” maju melainkan
meluas di sebuah kontinum keragaman ekonomi, hanya baru-baru ini pengamat
menacatat bahwa indikator kesehatan dan kualitas hidup bisa sangat bervariasi di negara
negara yang secara tradisional dianggap terbelakang (prillay & Shannon 1995) beberapa
negara sangat miskin telah membuat perbaikan yang luar biasa dalam kesehatan
masyarakat mereka, sedangkan negara negara yang relatif kaya bernasib begitu baik
(caldwell 1990) hal ini umum untuk menemukan empat etiologi yang di gunakan untuk
mengklasifikasikan negara menjadi negara terbelakang,kurang bekembang,negara negara
industri baru dan negara kurang berkembang.
Penelitian tentang perilaku kesehatan negara berkembang berbeda beda nyata dari
mitranya di negara maju, karena beberapa alasan pertama kesehatan anak dan
kelangsungan hidup adalah masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di dunia
Ketiga karena dominasi kaum muda dalam populasi (sebuah dampak dari kesuburan yang
tinggi ) dan karena kematian pada kelompok usia ini melebihi kematian orang dewasa.
Kedua infeksi dan parasit penyakit lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang
daripada kronis, penyakit noncomunicable, dan faktor risiko lingkungan untuk masalah
kesehatan ini lebih penting daripada perilaku kesehatan individu. Ketiga ketika penelitian
perilaku kesehatan di negara maju cenderung diorganisir sekitar perilaku tertentu
(misalnya merokok, olahraga, diet, penggunaan sabuk pengaman). Penelitian perilaku di
negara berkembang sebagian besar berpusat disekitar penyakit, biomedis dan upaya
terorganisir untuk mengontrol mereka (misalnya malaria, AIDS, TBC,Diare). Keempat
pemerintah dan keluarga di negara-negara berkembang memiliki sumber daya yang lebih
sedikit pilihan dan kontrol perilaku yang berhubungan dengan kesehatan mereka
dibandingkan yang khas dari negara-negara maju. Dengan demikian, penelitian perilaku
kesehatan di negara-negara berkembang di bentuk oleh tujuan kesehatan yang demikian
mengurangi angka kematian anak dari penyakit menular yang dapat dicegah, sedangkan

7
di negara maju penekanan pada mengurangi angka kesakitan dewasa dari penyakit kronis,
terutama melalui modifikasi gaya hidup.

BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka
yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan
itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa
gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial, maupun benda-benda) akan ada dalam
masyarakat karena mereka menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna
untuk mereka. perbedaan masyarakat tradisional dan modern dapat dilihat dari daerah
tempat tinggal atau wilayah yang didiami, rumah tempat tinggal, peralatan yang
digunakan, bahasa, kepercayaan/keyakinan, pakaian, dan makanan/konsumsi.
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia
sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan
tentang suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai
kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari
kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut
sehingga dapat turut berperan serta memperbaiki status kesehatan masyarakat
tersebut. Perbedaan antara negara maju dan negara berkembang telah menjadi
semakin kabur karena banyak negara yang kurang berkembang membuat langkah
penting dalam kondisi sosial serta pengembangan ekonomi.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat dibaca dan dipahami serta dapat diaplikasikan
kedalam kehidupan kita sehari-hari dan dapat bermanfaat untuk pembelajaran kita
mengenai konsep lapisan-lapisan sosial masyarakat. Penulis mengharapkan kritikan

8
yang mambangun untuk memperbaiki kesalahan yang ada dalam penulisan makalah
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Candrika Smanstar (2019). Lapisan Sosial Antro.


https://id.scribd.com/document/428919906/Lapisan-Sosial-Antro. Diakses Pada 24
Februari 2022

Dewi Murdiyanti, Nunung Rachmawati. (2018). Antropologi Kesehatan. Pustaka Baru


Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai