ANTROPOLOGI KESEHATAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
APRIL
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Antropologi Kesehatan karena telah membantu kelancaran
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan makalah
ini dibuat dengan judul “ Konsep Lapisan – Lapisan Sosial Masyarakat ”. Penulis berharap
dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang perbedaan dan ciri
masyarakat tradisional dan modern, perilaku kesehatan masyarakat tradisional, perilaku
kesehatan masyarakat di Negara industry dan masyarakat berkembang.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu,
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya
tujuan dari penulisan makalah ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .........................................................................................8
B. Saran ...................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat dengan segala latar belakangnya yang berbeda-beda, merupakan
suatu kenyataan sosial yang tidak dapat di hindari. Karena perbedaan itulah kemudian
muncul beberapa fakta sosial yang didalamnya menciptakan banyak hal, baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Salah satunya yakni adanya stratifikasi
sosial dalam masyarakat yang muncul. Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia,
satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi
(tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui
proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial,
maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap
bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka. Fenomena dari
stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana apapun
kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain, semua
tergantung bagaimana mereka menempatkannya . Biasanya keadaan ini muncul
dikarenakan beberapa sebab, antara lain dikarenakan oleh kehidupan sosial
masyarakat tersebut, maupun kehidupan ekonomi masyarakat. Stratifikasi sosial ini
muncul karena adanya si “kaya” dan si “miskin”. Perbedaan kelas ini juga
memunculkan hal-hal yang semakin membedakan masyarakat dalam satu wilayah
tersebut, dimana orang-orang yang memiliki strata kelas yang tinggi menjadi
penguasa dalam suatu wilayah yang dihuni.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perbedaan dan ciri masyarakat tradisional dan modern ?
2. Bagaimana perilaku kesehatan masyarakat tradisional ?
3. Bagaimana perilaku kesehatan masyarakat di Negara industry dan masyarakat
berkembang ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui perbedaan dan ciri masyarakat tradisional dan modern
2. Memahami perilaku kesehatan masyarakat tradisional
1
3. Memahami perilaku kesehatan masyarakat di Negara industry dan masyarakat
berkembang
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pakaian yang digunakan masyarakat modern mengikuti perkembangan yang
dipakai secara umum. Sementara masyarakat tradisional memakai pakaian yang
apa adanya bahkan daun atau kulit kayu jadi bahan pakaian.
g) Makanan/Konsumsi
Adapun makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat modern bervariasi mulai dari
makanan tradisional hingga makanan modern (instan). Sementara masyarakat
tradisional makanan yang dikonsumsi bersifat monoton.
3
1) Pandangan penggunaan kebutuhan hidup sesuai dengan pandangan
masyarakat sekitarnya. Contohnya, bila menghidangkan makanan yang
diutamakan adalah bahwa hidangan tersebut mempunyai kedudukan sosial
yang tinggi.
2) Kehidupan keagamaan berkurang. Hal ini karena cara berpikir yang rasional
(realita masyarakat). Memang orang di kota-kota juga beragama, tetapi
segala kegiatan keagamannya hanya dipusatkan di tempat-tempat
peribadatan. Cara demikian mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian
(secular trend).
3) Masyarakat kota pada umumnya bersikap individualistis, mereka dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Kehidupan keluarga di kota 48 sering sulit untuk disatukan, karena
perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dan sebagainya.
4) Pembagian kerja di antara warganya lebih tegas dan mempunyai batas-batas
nyata. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan pun lebih besar karena lingkup
perkerjaan yang ada di kota lebih luas. Namun pada akhirnya kondisi
tersebut menciptakan kelompok-kelompok kecil dalam pergaulan hidup
mereka. Kelompok kecil tersebu bisa didasarkan pada pekerjaan yang sama,
keahlian yang sama atau hal lainnya. Misalnya, mahasiswa bergaul dengan
mahasiswa, guru dengan guru.
5) Jalan pikiran orang-orang kota biasanya lebih rasional. Hal ini membuat
interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi.
6) Pembagian waktu diatur lebih teliti agar segala kebutuhan indidu dapat
tercukupi.
7) Perubahan-perubahan sosial berlangsung lebih cepat karena masyarakat kota
lebih terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Terkadang hal
ini masih menimbulkan pertentangan antara golongan muda dengan
golongan tua karena golongan muda lebih mudah menyerap pengaruh-
pengaruh dari luar.
4
perilaku anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai
upaya mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut
berperan serta memperbaiki status kesehatan masyarakat tersebut. Dalam tiap kebudayaan
terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan masyarakat
Jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya ikan) karena menurut
kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak berhenti.
Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi
karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran
petugas kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut.
5
2) Apabila proses persalinan yang ditolong dukun kampung menyebabkan kematian
ibu atau anak. Maka hal itu dianggap wajar karena dipercaya ibu hamil telah
melanggar pantangan yang diberikan oleh si dukun.
3) Plasenta bayi diberi sisir, gula merah, kelapa, pensil, kertas, dan kembang tujuh
rupa kemudian dimasukan kedalam kendi baru dikuburkan. Jika mempercayai
mitos tersebut jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga jadi
sebaiknya tidak dilakukan.
4) Plasenta bayi baru lahir, setalah di cuci hendak nya di injak dulu oleh kakanya jika
bayi tersebut memiliki kakak. Jika mempercayai mitos tersebut jika tidak
terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga, jadi sebaiknya tidak dilakukan.
5) Pusar bayi yang sudah Puput di simpan dan jika bayi sudah besar, pusar tersebut
bisa jadi obat untuk bayi, caranya tali pusat direndam dan diminum kan kepada si
bayi. Mitos seperti ini malah merugikan karena jika sampai terminum oleh bayi
makan akan membiarkan mikroorganisme yang ada di plasenta akan masuk ke
tubuh bayi.
c. Pengaruhi sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan tradisional biasanya menggunakan cara-cara menyakitkan seperti
mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita, akan tidak puas
hanya dengan memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut bisa menjadi suatu
penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya
waktu Meraka akan berfikir dan menerima.
2) Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap
penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka
digunakan pengobatan secara tradisional.
3) Banyak masyarakat pedalaman Tidka mempercayai kemampuan petugas
kesehatan karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan di tempat terpencil.
Mereka lebih senang melakukan ritual-ritual khusus saat terserang penyakit
daripada datang ke unit kesehatan terdekat.
4) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan pencegahan kehamilan
atau pelayanan keluarga berencana karena bertentangan dengan budaya ataupun
kepercayaan yang dianut. Sehingga mereka cenderung memilih memiliki anak
banyak. Hal ini sebenarnya merugikan karena dapat menimbulkan ledakan
6
penduduk dan ketidakseimbangan jumlah populasi masyarakat di Indonesia
dengan kesempatan kerja yang tersedia.
7
di negara maju penekanan pada mengurangi angka kesakitan dewasa dari penyakit kronis,
terutama melalui modifikasi gaya hidup.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka
yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan
itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa
gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial, maupun benda-benda) akan ada dalam
masyarakat karena mereka menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna
untuk mereka. perbedaan masyarakat tradisional dan modern dapat dilihat dari daerah
tempat tinggal atau wilayah yang didiami, rumah tempat tinggal, peralatan yang
digunakan, bahasa, kepercayaan/keyakinan, pakaian, dan makanan/konsumsi.
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia
sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan
tentang suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai
kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari
kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut
sehingga dapat turut berperan serta memperbaiki status kesehatan masyarakat
tersebut. Perbedaan antara negara maju dan negara berkembang telah menjadi
semakin kabur karena banyak negara yang kurang berkembang membuat langkah
penting dalam kondisi sosial serta pengembangan ekonomi.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat dibaca dan dipahami serta dapat diaplikasikan
kedalam kehidupan kita sehari-hari dan dapat bermanfaat untuk pembelajaran kita
mengenai konsep lapisan-lapisan sosial masyarakat. Penulis mengharapkan kritikan
8
yang mambangun untuk memperbaiki kesalahan yang ada dalam penulisan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA