Skor Nilai:
Dosen Pengampu:
LISTER EVA SIMANGUNSONG S.Pd.,MA
Disusun oleh :
Kelompok 1:
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas
berkatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah rekayasa ide ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah RI ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah RI ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................17
B. Saran ................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Adapun tujuan dari penulisan makalah rekayasa ide ini adalah untuk
pemenuhan tugas rekayasa ide ilmu sosial dan budaya dasar, dan juga untuk
meningkatkan rasa cinta terhadap lingkungan social budaya di Indonesia.
4
C. Manfaat
Manfaat dari makalah rekayasa ide ini adalah sebagai sumber literasi bagi
para pembaca, dan sebagai solusi terbaik untuk meningkatkan rasa cinta
terhadap lingkungan social budaya di Indonesia.
5
BAB II
GAGASAN
6
pengaruh. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial
norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang
interaksi sosial. Seperti, contoh sederhana yang dapat kita lihat secara langsung
akibat dari perubahan tekhnologi. Sekarang ini sudah jarang sekali kita temukan
orang berinteraksi dalam jarak jauh menggunakan via surat, akan tetapi, saat ini
yang kita temui adalah semua masyarakat sudah membudaya menggunakan
telepon seluler (HP) untuk menjalin komunikasi. Semua kalangan mulai dari yang
anak kecil samapai kakek-nenek menggunakan gadget, akibatnya banyak juga
bermunculan dampak negative penyalahgunaan gadget.
Berbagai masalah sosial sesungguhnya telah terwujud jika masyarakat yang
bersangkutan berada dalam suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang
cepat, yang khususnya adalah disebabkan oleh perubahan tekhnologi. Suatu hal
dikatakan sebagai masalah sosial, biasanya dirasakan oleh masyarakat-
masyarakat yang sedang berkembang atau masyarakat-masyarakat yang sudah
maju atau kompleks.
7
atau di daerah pinggir perkotaan kebanyakanadalah termasuk dari lingkungan
sosial primer. Karena, di tempat tinggal mereka sifat kebersamaan, gotong
royong, kekeluargaan, menjaga silaturahmi masih sangat kental di dalamnya.
a) Lingkungan Sosial Sekunder
Lingkungan sosial sekunder adalah kebalikan dari lingkungan sosial
primer, lingkungan sosial sekunder adalah lingkugan sosial di mana masyarakat
yang ada di dalamnya cenderung individualis, cuek, bersikap acuh tak acuh
kepada sesamanya. Contohnya, masyarakat di komplek-komplek perkotaan,
mereka cenderung tidak mengenal satu sama lainnya di lingkungan tempat
tinggal mereka, tidak peduli akan sesamanya. Nilai-nilai sosial dalam lingkungan
sosial sekunder sangat sedikit sekali yang mengamalkan.
8
secara sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kebudayaannya, dan
masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
c) Difusi
Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu
kelompok ke kelompok lainnya. Difusi berlangsung baik di dalam masyarakat
maupun antar masyarakat. Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling
berhubungan. Masyarakat juga dapat mengelakkan diri dari difusi dengan cara
mengeluarkan larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat lain. difusi
disebut sebagai penyebaran unsure-unsur budaya dimana penyebaran unsur-
unsur kebudayaan biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu
kebudayaan yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Bentuk Penyebaran
kebudayaan itu dapat terjadi dengan berbagai cara:
Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur
kebudayaannya ke tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan musafir.
Mereka pergi hingga jauh ke suatu tempat dan mereka membawa kemudian
menyebarkan budaya-budaya mereka.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu
dalam suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu
kelompok yang lain. Di sinilah terjadi proses difusi budaya di mana mereka
saling mempelajari dan saling memahami antara budaya mereka masing-
masing.
d) Evolusi
Evolusi merupakan perubahan yang dialami suatu masyarakat yang biasanya
berkembang dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dimana
perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama dan melalui beberapa tahapan-
tahapan. Sehingga ketika dalam proses perkembangannya unsur-unsur
kebudayaan suatu masyarakat itu juga ikut mengalami perubahan yang mana
disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Evolusi yang umum biasanya
menunjukkan pada kemajuan umum dari masyarakat manusia ke dalam bentuk-
9
bentuk yang lebih tinggi, bangkit dari kelemahan dan melampaui bentuk-bentuk
yang lebih terbelakang.
10
d) Faktor Kepemimpinan
Perubahan-perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang
kharismatik karena mereka mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah
besar yang akan bergabung dengan mereka dalam gerakan sosial.
Contoh: Martin Luther King, Gandhi dan Soekarno-Hatta, gerakan yang dipimpin
oleh ketiga orang tersebut berhasil karena pengikut mereka menaruh
kepercayaan penuh.
e) Faktor Penduduk
Perubahan penduduk itu sendiri merupakan suatu perubahan sosial. Di
samping itu, perubahan penduduk juga merupakan faktor penyebab timbulnya
perubahan sosial dan budaya. Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk
secara radikal dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial.
Pertambahan penduduk berdampak pada pengangguran, kemiskinan,
kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah penduduk secara drastis
misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan perubahan penduduk di
bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya relawan-relawan kesetiakawanan
sosial.
11
b. Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang
enggan untuk berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil
karya orang lain. Setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya
yang bermanfaat bagi masyarakat. Karya-karya inilah yang mendorong
munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan pesawat terbang mengilhami
Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
c. Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif.
Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang
sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan
perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem
pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
d. Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka
umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh
karena itu, orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan
hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti
kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
e. Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya
dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah
menerima hal-hal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa
membawa kebaikan.
f. Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial
budaya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia
terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan
yang ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan
12
tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang
tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial
budaya.
g. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai
cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas
terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun
terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas
terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan
secara total.
h. Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang
lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju.
Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
i. Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam
perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang,
bukan sebagai pedoman hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa
sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
j. Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima
perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun
yang menanggapi perubahan tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa
ada masyarakat yang mengikutinya. Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-
hal baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.
13
6. Ide-Ide Dari Gagasan Masalah Budaya Diindonesia
Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudut-sudut dunia seakan-akan sangat
dekat di kehidupan kita sehari-hari. Informasi dari sudut dunia manapun sangat
mudah untuk kita ketahui. Akibatnya tanpa disadari difusi atau persebaran ide-
ide, baik berupa sistem sosial ataupun budaya dari luar masuk ataupun
masyarakat luar menyebar dan mungkin ikut terinternalisasi dalam kehidupan
suatu masyarakat regional tertentu, seperti masyarakat suatu negara.
Persebaran ide-ide tersebut, makin intens karena didukung oleh kemajuan
teknologi informasi dan para penyedia informasi yang berlomba-lomba
menginovasi diri sebagai penyedia jasa pemberi informasi. Pengaruh yang
kompleks tersebut, sudah pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat / bangsa
suatu negara, tak terkecuali masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pilar-pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) bangsa
menjadi fungsi kebudayaan yang mengikat kebangsaan secara keseluruhan.
Runtuhnya pilar-pilar disebabkan penetrasi budaya terutama arus globalisasi
yang begitu hebat dan lebih pragmatis sehingga bisa menimbulkan konflik.
Sebenarnya pemecahan masalah tersebut tidak hanya berkenaan dengan
mempatenkan budaya Indonesia, tetapi haruslah kita cari bagaimana sistem
sosial budaya tersebut mampu atau dapat menjadi sesuatu yang sakral sehingga
sebagaimana yang dikatakan oleh Emile Durkheim sistem sosial budaya tersebut
mampu menimbulkan solidaritas, integrasi dan rasa memiliki terhadap sistem
sosial budaya tersebut sehingga dirasakan adanya rasa ketergantungan dan rasa
memiliki anggota-anggota dari masyarakat terhadap ke sakralkan tersebut. Ini
bergayut pada keharusan kita melaukukan “ritual” dari sistem sosial budaya
tersebut sebagai suatu yang sakral, menciptakan ketergantungan dan solidaritas
sosial. Sebenarnya teori tersebut merupakan teori dari Emile Durkheim
mengenai keberlanjutan suatu agama. Saya sangat terinspirasi dengan
pembelajaran sosiologi agama, termasuk teori-teori parasosiolog dalam sosiologi
agama. Sistem sosial budaya itu dapat diibaratkan suatu agama, jika tidak
dilakukan dapat menimbulkan rasa bersalah bagi pemeluknya dan
14
mempengaruhi si pemeluk dalam dinamika sosial kemasyarakatan. Kesakralan
dan ritual tersebut baru berarti apabila diakui oleh anggota masyarakat lain,
begitu pula sistem sosial budaya Indonesia.
Perlu juga kita sadari dan lakukan, bahwa dalam pelestarian sistem sosial
budaya Indonesia itu perlulah dilakukan proses “pilih-pilih-buang”. Dalam artian
membuang atau menghapuskan nilai atau norma dalam sistem sosial budaya
Indonesia yang menghambat pembangunan, pemberdayaan dan mempengaruhi
keterbelakangan mentalitas bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang
dilakukan secara berani oleh Bangsa Jepang demi kemajuan bangsa dan
negaranya. Ini dapat memperkokoh dan memperkuat keyakinan kebangsaan dan
bernegara karena secara nyata inilah yang disebut sebagai kesadaran sosial
dalam upaya mengukuhkan dan memperkuat eksistensi masyarakat Indonesia.
15
perilaku yang positif. Jangan sampai pada saat terjadi perubahan sosial dan
budaya, masyarakat Indonesia belum punya pegangan nilai dan norma yang
kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu, masyarakat Indonesia
hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial dan
budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini
menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial
dan budaya akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada.
Sikap terbaik kita adalah harus selektif dalam menerima perubahan, kita harus
mampu memilih yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/339179762/Tugas-Rekayasa-Ide-ISBD
https://www.academia.edu/35127381/
REKAYASA_IDE_FILSAFAT_PENDIDIKAN_docx
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-medan/
kepemimpinandocx/rekayasa-ide-mata-kuliah-kepemimpinan-untuk-
memebuhi-tugas-perkuliahan-yang-telah/26243932
18