Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Asuari Misda, MA

DISUSUN OLEH:

ADIA RINDANI (181422267)


NURUL FATIHA (181422289)
RADE NUGRAHA (181422293)
SELLY WULANDARI (181422297)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini adalah ”Pendidikan dan Perubahan Sosial
Budaya”. Penulisan makalah ini didasarkan pada materi-materi yang penulis
dapat dari berbagai sumber. Penulisan materi penulis buat dengan langkah-
langkah dan metode yang sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.
Dalam penyelesaian makalah, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa/i yang pengetahuannya
belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Bengkalis, 12 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
A. Konsep Perubahan Sosial ............................................................3
B. Pendidikan Sebagai Sosialisasi Kebudayaan...............................4
C. Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya.........................................7
D. Faktor-Faktor Perubahan Sosial ..................................................10
BAB III PENUTUP .........................................................................................12
A. Kesimpulan ..................................................................................12
B. Saran ............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada umumnya dilakukan melalui bimbingan orang lain,
namun belajar mandiri juga dapat terjadi apabila dimungkinkan. Pada
dasarnya, manusia telah dididik sejak dalam kandungan. Pendidikan sering
dikaitkan dengan hubungan sosial yang berfungsi sebagai pemangku
kepentingan antara sekolah dan masyarakat sekitar. Pendidikan dan
kehidupan sosial memiliki hubungan yang erat satu sama lain, hal ini juga
berdampak besar dalam kehidupan. Namun, seiring berjalannya waktu,
kehidupan sosial akan berubah sesuai dengan perubahan zaman yang sangat
cepat. Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat
direncanakan dengan adanya kepemimpinan perubahan yang dilaksanakan
oleh masyarakat. Namun, perubahan sosial juga sering mengubah dirinya
karena pengaruh budaya eksternal.
Perubahan sosial yang terkait dengan masuknya modernisasi dan
globalisasi di suatu negara merupakan langkah maju yang positif dan juga
dapat menjadi langkah mundur yang negatif dibandingkan periode
sebelumnya. Dalam masyarakat, perubahan sosial terjadi secara alami
seiring dengan perubahan waktu yang mereka alami. Perubahan yang terjadi
dalam masyarakat tidak hanya mempengaruhi masyarakat tetapi juga
pendidikan. Ada hubungan erat antara masyarakat dan pendidikan, saling
mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Peranan sosiologi
pendidikan adalah mendukung pendidikan dalam konteksnya, dimana
peranannya adalah sebagai sistem yang menata kembali arah pendidikan dan
mencakup bidang perubahan sosial.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka dalam makalah ini akan
dibahas tentang konsep perubahan sosial, pendidikan sebagai sosialisasi
kebudayaan, teori-teori perubahan sosial budaya dan faktor-faktor
perubahan sosial itu.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks yang disajikan, permasalahan yang diangkat
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep perubahan sosial?
2. Bagaimana pendidikan sebagai sosialisasi kebudayaan?
3. Bagaimana teori-teori perubahan sosial budaya?
4. Apa saja faktor-faktor perubahan sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep perubahan sosial.
2. Untuk mengetahui pendidikan sebagai sosialisasi kebudayaan.
3. Untuk mengatahui teori-teori perubahan sosial budaya.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor perubahan sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perubahan Sosial


Perubahan sosial adalah perubahan fungsional budaya dan perilaku
manusia dalam masyarakat dari satu kondisi ke kondisi lainnya.1 Perubahan
sosial merupakan gejala yang ada dalam kehidupan sosial dan dapat dikenali
dengan membandingkan kurun waktu antara masyarakat terdahulu dengan
masyarakat sekarang. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan pergeseran
struktur dan fungsi faktor sosial yang ada dalam masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, perubahan sosial
dapat dipandang sebagai perubahan yang terjadi pada aspek struktural
masyarakat seperti pola tingkah laku dan interaksi antar anggota
masyarakat, seperti nilai, sikap dan norma sosial dalam masyarakat.
Perubahan ini terjadi dengan cepat dan dilihat dari penampilannya,
perubahan sosial dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Perubahan sosial yang cepat dan perubahan sosial yang lambat
Perubahan sosial dikatakan lambat karena perubahan berlangsung
dalam jangka waktu yang lama dan serangkaian perubahan kecil
mengikuti secara perlahan (evolusi). Perubahan terjadi karena adanya
kebutuhan baru dari anggota masyarakat. Namun terjadi perubahan
sosial yang cepat (revolusioner) dimana perubahan tersebut
mempengaruhi sendi-sendi utama kehidupan manusia. Revolusi bisa
terjadi jika ada kemauan yang besar untuk melakukan perubahan.
2. Perubahan kecil dan perubahan sosial yang besar.
Perubahan kecil adalah perubahan dimana tidak terjadi perubahan
secara langsung terhadap unsur-unsur struktur sosial. Perubahan besar
adalah perubahan yang di dalamnya akan terjadi perubahan lain yang
berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.

1
Abdulsyani, Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
163.

3
3. Perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidak diinginkan.
Perubahan sosial yang tidak diinginkan adalah salah satu yang terjadi
di luar kendali masyarakat dan dapat menyebabkan konsekuensi sosial
yang tidak diinginkan.
Dalam perubahan sosial terdapat berbagai faktor terjadinya perubahan
sosial, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Konsep perubahan
sosial dapat ditelusuri dan ditelusuri lebih jauh. Konsep perubahan sosial
meliputi:
1. Internalisasi: proses dimana seorang individu belajar menanamkan
semua emosi, keinginan, dan perasaan yang diperlukan sepanjang
hidup mereka.
2. Sosialisasi: proses transisi individu dari masa kanak-kanak ke usia tua
untuk tujuan mempelajari pola tindakan dan interaksi dalam
kehidupan masyarakat.
3. Enkulturasi: proses penyesuaian individu terhadap aturan, norma dan
kebiasaan yang ada dalam kehidupannya.
4. Diffusion (penyebaran): proses pemindahan unsur budaya dari satu
kelompok ke kelompok lain.
5. Akulturasi: percampuran dua budaya tanpa menghilangkan unsur
identitas budaya sebelumnya.
6. Asimilasi: proses pencampuran dua budaya campuran daripada
akulturasi.

B. Pendidikan Sebagai Sosialisasi Kebudayaan


Kita semua tahu bahwa pendidikan lahir dengan keberadaan manusia,
tepat dalam proses pembentukan sosial, pendidikan berkontribusi pada
aktualisasi pilar masyarakat. Dalam hal ini, kita dapat mengingat kembali
salah satu ungkapan para antropolog seperti Goodenough, 1971; Spradley,
1972 dan Geertz, 1973 mendefinisikan kebudayaan dimana kebudayaan
adalah suatu sistem pengetahuan, gagasan dan gagasan yang dimiliki oleh
suatu kelompok masyarakat yang menjadi dasar dan pedoman bagi tingkah

4
laku dan tingkah laku masyarakat itu dalam lingkungan alam dan sosial. di
mana mereka ada.
Sebagai suatu sistem pengetahuan dan pemikiran, kebudayaan suatu
masyarakat merupakan suatu kekuatan tak kasat mata yang mampu
memimpin dan mengarahkan para pendukungnya untuk bersikap dan
berperilaku sesuai dengan keyakinannya.pengetahuan dan gagasan
masyarakat masyarakat itu, baik secara ekonomi, sosial, politik, seni , dll.2
Pendidikan merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan suatu
kebudayaan. Pendidikan juga merupakan alat penting untuk membuat kaum
intelektual bekerja sama dalam proses perubahan budaya. Dengan demikian,
salah satu cara yang dilakukan masyarakat untuk mengimbangi perubahan
adalah dengan memodifikasi warisan budaya yang diajarkan di sekolah dari
generasi ke generasi. Untuk tujuan ini, pendidik menafsirkan kembali
pengetahuan dan nilai lama untuk menghadapi situasi baru. Misalnya, sejak
pemisahan atom dan berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa, kita tidak lagi
mengajarkan fisika Newton atau patriotisme mutlak. Budaya juga dapat
memprediksi masa depan dengan menyiapkan generasi muda dengan
informasi, sikap, dan beberapa keterampilan yang dapat diprediksi untuk
menghadapi situasi yang diantisipasi.
Selanjutnya, pendidikan secara tidak sengaja dapat menjadi sumber
perubahan budaya. Setiap budaya telah mempersiapkan anggotanya untuk
bertindak, berpikir, dan melihat dalam apa yang disebut antropologi “alam
semesta yang dibatasi secara budaya” yang mencakup dunia yang diciptakan
oleh budaya tersebut. alam semesta yang telah mereka pilih adalah penting.
Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh begitu saja dengan
pendefinisiannya, melainkan melalui proses pembelajaran yang berlangsung
terus menerus, sejak seseorang lahir hingga meninggal dunia. Proses
pembelajaran dalam konteks budaya tidak hanya berlangsung dalam bentuk
internalisasi sistem pengetahuan yang diperoleh masyarakat melalui
pewarisan dan transmisi dalam keluarga, melalui sistem pendidikan formal

2
Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta, UNS Press dan LPP UNS, 2005), h. 63.

5
di sekolah, atau lembaga pendidikan formal lainnya, tetapi juga diperoleh
melalui interaksi. belajar dengan lingkungan alam dan sosial.
Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami
dinamika perkembangan seiring dengan kemajuan ilmupengetahuan dan
teknologi merupakan faktor dominan yang telahmembentuk eksistensi
pendidikan manusia.Penggunaan alat dansarana kebutuhan hidup yang
modern telah memungkinkan polapikir dan sikap manusia untuk
memproduk nilai-nilai baru sesuaidengan intensitas pengaruh teknologi
terhadap tatanan kehidupansosial budaya.
Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumentkekuatan social
masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaananggota
masyarakat yang relevan dengan tuntutan perubahanzaman. Abad
globalisasi telah menyajikan nilai-nilai baru, pengertian-pengertian baru
serta perubahan-perubahan diseluruh ruang lingkup kehidupan manusia
yang waktu kedatangannya tidakbisa diduga-duga.Sehingga dunia
pendidikan merasa perlu untuk membekali diri dengan perangkat
pembelajaran yang dapatmemproduk manusia zaman sesuai dengan atmosfir
tuntutan global.Penguasaan teknologi informasi, penyediaan SDM yang
profesional,terampil dan berdaya guna bagi masyarakat, kemahiran
menerapkan Iptek, perwujudan tatanan sosial masyarakat yangterbuka,
demokratis, humanis serta progresif dalam menghadapi kemajuan jaman
merupakan beberapa bekal mutlak yang harus dimiliki oleh semua bangsa di
dunia ini yang ingin tetap bertahan menghadapi tata masyarakat baru
berwujud globalisasi.
Sekolah sebagai lembaga sosial pendidikan berfungsi
mentransmisikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan kebudayaan
pada saat itu. Dalam pendidikan transformatif, peserta didik berperan
penting dalam perubahan pada diri mereka sendiri. Peran unik guru adalah

6
sebagai fasilitator yang mendukung pertumbuhan dan perubahan positif
yang diciptakan oleh siswa. Perubahan ke bentuk yang ada di masa lalu.3

C. Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya


Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari modifikasi gaya hidup
tertentu. Ada banyak kondisi yang menyebabkan perubahan tersebut.
Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan teori-teori perubahan sosial
berikut ini:
1. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Teori ini pada dasarnya didasarkan pada perubahan yang
membutuhkan proses panjang. Selama proses ini, beberapa langkah
harus diambil untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada
berbagai teori evolusi. Teori-teori ini diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori, yaitu evolusi linier tunggal, evolusi universal, dan
evolusi multilinier.4
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpandangan bahwa manusia dan masyarakat,
termasuk kebudayaannya, akan mengalami proses
perkembangan melalui tahapan-tahapan tertentu dari bentuk
yang sederhana menuju bentuk yang kompleks dan akhirnya
menuju kesempurnaan. Pelopor teori ini termasuk Auguste
Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan masyarakat tidak
harus melalui tahapan-tahapan tertentu yang tetap. Budaya
manusia telah mengikuti garis evolusi tertentu. Menurut Herbert
Spencer, prinsip dari teori ini adalah bahwa masyarakat

3
Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori dan Aplikasi, (Bandung:
Pakar Ray, 2004), h. 2.
4
Elly M. Setiadi, Ilmu dan Budaya Sosial Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 51.

7
merupakan hasil dari perkembangan kelompok-kelompok
homogen menjadi kelompok-kelompok heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penemuan tahap-tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya
melakukan penelitian tentang perubahan sistem mata
pencaharian, dari berburu menjadi menetap dengan
menggunakan pupuk dan irigasi.
2. Teori Konflik (Conflict Theory)
Dalam pandangan teori ini, konflik atau konflik berakar pada
konflik kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintah
dengan kelompok yang tertindas secara material, sehingga akan
menimbulkan perubahan sosial. Teori ini berpendapat bahwa konflik
sosial dan perubahan sosial selalu terkait dengan struktur masyarakat.
Dua pemikir yang menjadi pedoman dalam teori konflik ini
adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. Secara lebih rinci, teori
perspektif konflik lebih menitik beratkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Setiap masyarakat selalu berubah.
b. Setiap segmen masyarakat umumnya mendukung perubahan
masyarakat.
c. Semua masyarakat pada umumnya tegang dan berkonflik.
d. Stabilitas sosial akan tergantung pada tekanan yang diberikan
pada satu kelompok oleh kelompok lain.
3. Teori Fungsional (Functionalist Theory)
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah ketidakcocokan
budaya. Konsep ini mendukung teori fungsionalis untuk menjelaskan
bahwa perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dari hubungan antara
faktor budaya masyarakat.
Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan dapat berubah
dengan sangat cepat sementara yang lain tidak mengikuti laju
perubahan faktor-faktor tersebut.

8
Jadi yang terjadi adalah faktor lambat berubah tertinggal.
Keterlambatan inilah yang menjadi sumber kesenjangan sosial atau
perbedaan budaya.5
Tokoh teori ini adalah William Ogburn, sudut pandang teori
fungsional adalah sebagai berikut:
a. Setiap masyarakat relatif stabil.
b. Setiap segmen masyarakat umumnya mendukung stabilitas
sosial.
c. Setiap masyarakat umumnya relatif terintegrasi.
d. Stabilitas sosial sangat tergantung pada konsensus di antara
anggota kelompok masyarakat.
4. Teori Siklus (Cyclical Theory)
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial tidak
dapat sepenuhnya dikendalikan oleh siapapun dan apapun. Karena
dalam setiap masyarakat ada siklus atau siklus yang harus diikuti.
Menurut teori ini, naik turunnya suatu kebudayaan atau kehidupan
sosial adalah wajar dan tidak dapat dielakkan.
Sementara itu, beberapa bentuk teori siklis adalah sebagai
berikut:
a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, perkembangan manusia melewati empat
tahap, yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia tua. Tahapan
Spengler ini digunakan untuk menjelaskan perkembangan
masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses
kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Siklus ini memakan
waktu sekitar seribu tahun.
b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Pandangan Sorokin adalah bahwa semua peradaban besar adalah
bagian dari siklus tiga sistem budaya yang terus berputar. Siklus

5
Ibid., h. 57.

9
ketiga sistem budaya ini adalah budaya idealis, idealis, dan
sensasionalis.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasarkan
pada nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu, budaya di mana kepercayaan
pada supernatural dan rasionalitas berbasis realitas
bergabung untuk menciptakan masyarakat yang ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu, budaya di mana perasaan adalah
ukuran realitas dan tujuan hidup.
c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee berpendapat bahwa peradaban besar berada dalam
siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya
kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah
mengalami kepunahan, kecuali Peradaban Barat yang saat ini
sedang menuju kepunahan.

D. Faktor-Faktor Perubahan Sosial


Pada umumnya semua perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, ada
faktor yang membuat sesuatu berubah, seperti halnya perubahan yang
terjadi dalam lingkungan sosial suatu masyarakat. Faktor-faktor tersebut
terbagi menjadi dua, yaitu: faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri
dan faktor eksternal.
Faktor-faktor masyarakat itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan karir merupakan faktor yang sering dikaitkan dengan
perubahan, perkembangan sosial dan sejenisnya. Pertumbuhan
penduduk yang cepat adalah faktor utama yang memotivasi orang
untuk bertindak untuk perubahan. Perubahan ini lebih merupakan
perubahan yang berkaitan dengan pranata sosial. Penurunan populasi
dapat dikaitkan dengan migrasi penduduk. Migrasi penduduk telah
menyebabkan kesenjangan dalam kegiatan sosial. Contohnya

10
termasuk pembagian kerja, stratifikasi sosial dan pengaruh institusi
sosial lainnya.
2. Adanya penemuan-penemuan baru
Cara penyebaran unsur-unsur budaya baru ke bagian lain masyarakat
dan cara unsur-unsur budaya baru diterima, dipelajari, dan akhirnya
digunakan dalam masyarakat yang bersangkutan. Sebagai hasil dari
penemuan-penemuan baru, orang bergerak dan mengikuti penemuan-
penemuan tersebut yang berdampak positif bagi kehidupan mereka.
3. Pertentangan
Dalam masyarakat, bisa terdapat pola-pola yang memungkinkan
terjadinya perubahan sosial dan budaya. Konflik ini dapat timbul
antara orang-orang di satu tempat atau antar kelompok yang
menyebabkan mereka berubah untuk menghindari konflik lebih lanjut.
Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat adalah
sebagai berikut:
1. Westernisasi
Berkomunikasi dengan masyarakat luar sangat diperlukan karena
dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya
orang lain serta menimbulkan sikap toleransi dan adaptasi terhadap
budaya tersebut. Secara umum perubahan yang terjadi adalah gaya
hidup, tutur kata dan peniruan lain yang dilakukan oleh masyarakat
dalam rangka menyeimbangkan budaya luar.
2. Lingkungan fisik
Faktor lain yang menyebabkan perubahan adalah faktor alam, seperti
banjir, tanah longsor, gunung meletus, dll. Bencana alam dapat
menyebabkan kerusakan fisik pada lingkungan, sehingga manusia
harus mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa penulis tarik dari teori dan pembahasan
yang dijabarkan di atas, antara lain sebagai berikut ini:
1. Perubahan sosial merupakan perubahan fungsional budaya dan
perilaku pada manusia dalam masyarakat dari satu kondisi ke kondisi
yang lainnya. Perubahan sosial merupakan gejala yang ada dalam
kehidupan sosial dan dapat dikenali dengan membandingkan kurun
waktu antara masyarakat terdahulu dengan masyarakat sekarang.
Perubahan yang terjadi akan menyebabkan pergeseran struktur dan
fungsi faktor sosial yang ada dalam masyarakat.
2. Pendidikan merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan suatu
kebudayaan. Pendidikan juga merupakan alat penting untuk membuat
kaum intelektual bekerja sama dalam proses perubahan budaya. Jadi,
salah satu cara yang dilakukan masyarakat untuk mengikuti perubahan
adalah dengan mengubah warisan budaya yang diajarkan di sekolah
secara turun-temurun. Untuk tujuan ini, pendidik menafsirkan kembali
pengetahuan dan nilai lama untuk menghadapi situasi baru.
3. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari modifikasi gaya hidup
tertentu. Ada banyak kondisi yang menyebabkan perubahan tersebut.
Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan teori-teori perubahan sosial
berikut ini: teori evolusi, teori konflik, fungsionalisme, dan teori
siklus.
4. Pada umumnya semua perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, ada
faktor yang membuat sesuatu berubah, seperti halnya perubahan yang
terjadi dalam lingkungan sosial suatu masyarakat. Faktor-faktor
tersebut terbagi menjadi dua, yaitu: faktor yang berasal dari
masyarakat itu sendiri dan faktor eksternal.

12
B. Saran
Sebagai masyarakat ideal, harus mendukung perubahan yang
berdampak positif bagi kehidupan dan eksistensi masyarakat. Sebagai
seorang pendidik, ia harus memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
masyarakat dan bagi peserta didik. Sebagai peserta didik harus mampu
menerapkan sikap, norma, dan nilai yang sesuai dengan kecenderungan
kehidupan masyarakat untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan
aktif menjadi fasilitator pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (2012). Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi


Aksara.
Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu,Masyarakat dan Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Karsidi, Ravik. (2005). Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press dan LPP
UNS.
Paulo Freire, Y. (2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Dalam: Pendidikan
Berbasis Realitas Sosial. Jakarta: Logung Pustaka.
Salam, D. (2002). Pengantar Pedagogik (Dasar - Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta:
Rineka Cipta.
Setiadi, Elly M. 2008. Ilmu dan Budaya Sosial Dasar. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Wina Sanjaya, M. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori dan
Aplikasi. Bandung: Pakar Ray.

14

Anda mungkin juga menyukai