Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP PEMIKIRAN AMITAI ETZIONI


DOSEN PENGAMPU: RISMA JUNITA, S.KPm., M.Si

DISUSUN OLEH:

NATASYA (183322703)
SOFIA (183322707)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
T.A 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang ”Konsep Pemikiran Amitai Etzioni”. Penulisan
makalah ini didasarkan pada materi-materi yang penulis dapat dari berbagai
sumber. Penulisan materi penulis buat dengan langkah-langkah dan metode yang
sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.
Dalam penyelesaian makalah, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa/i yang pengetahuannya
belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Bengkalis, 17 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................2
C. Tujuan Penulisan .........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
A. Biografi dan Profil Amitai Etzioni ..............................................3
B. Teori Komunitarianisme ..............................................................4
C. Teori Organisasi dan Komunitas .................................................5
D. Teori Proses-Proses Sosial dan Politik ........................................7
E. Teori Konsensus Kemasyarakatan dan Daya Tangkap ...............8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................10
A. Kesimpulan ..................................................................................10
B. Saran ............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah sosiologi pertama kali dikenalkan oleh Auguste Comte (tetapi
dalam catatan sejarah, Emile Durkheim lah yang melanjutkan “istilah”
tersebut dan menerapkannya menjadi sebuah disiplin ilmu). Sosiologi
berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa latin, yaitu “socius” yang artinya
teman dan “logos” yang artinya ilmu. Secara keseluruhan, sosiologi berarti
ilmu yang mempelajari masyarakat.
Masyarakat sendiri adalah kelompok atau gabungan dari individu
yang saling berhubungan, berbudaya, dan memiliki kepentingan yang relatif
sama. Sosiologi bertujuan untuk mempelajari masyarakat dengan
meneliti/mengamati dan menarik kesimpulan dari perilaku masyarakat,
khususnya perilaku atau pattern sosial manusia.
Sosiologi sendiri muncul akibat tekanan/ancaman yang dirasakan oleh
masyarakat terhadap hal-hal dan nilai-nilai yang selama ini sudah dianggap
benar dan nyaman dalam tatanan kehidupan mereka, khususnya dalam
bidang sosial.
Sosiologi digolongkan sebagai ilmu sosial karena sosiologi
menggunakan masyarakat sebagai objek pembelajarannya. Lebih jelasnya,
ilmu sosiologi membahas tentang masyarakat dari berbagai sisi dan sudut
pandang yang beragam serta hubungan dan interaksi antar individu dalam
masyarakat tersebut.
Dalam makalah teori sosiologi kali ini, penulis akan membahas materi
tentang biografi dan profil Amitai Etzioni, teori organisasi dan komunitas,
teori proses-proses sosial dan politik dan teori konsensus kemasyarakatan
dan daya tangkap.

1
B. Rumusan masalah
1. Siapakah tokoh sosiolog Amitai Etzioni?
2. Apa itu teori komunitarianisme?
3. Apa itu teori organisasi dan komunitas?
4. Apa itu teori proses-proses sosial dan politik?
5. Apa itu teori konsensus kemasyarakatan dan daya tangkap?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi dan profil Amitai Etzioni
2. Untuk mengetahui teori komunitarianisme
3. Untuk mengetahui teori organisasi dan komunitas
4. Untuk mengetahui teori proses-proses sosial dan politik
5. Untuk mengetahui teori konsensus kemasyarakat dan daya tangkap

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi dan Profil Amitai Etzioni


Amitai Etzioni merupakan sosiolog yang mempunyai darah campuran
Amerika Serikat dan Jerman yang lahir pada tahun 1929. Karyanya yang
berjudul My Brother’s Keeper menceritakan tentang kehidupan personalnya
sebagai murid dari filsuf eksistensialis. Martin Buber yaitu seorang filsuf
eksistensialis yang turut mempengaruhi pemikiran Etzioni, menjelaskan
bahwa manusia sebagai subjek (I-Thou) bukan sekedar objek (I-It). Disini
moral menjadi pendorong untuk bersikap kontributif terhadap sesama
individu sebagai subjek (I-Thou) yang menjadi intisari dalam
pemikirannya.
Etzioni mengkritik sikap individualis masyarakat barat yang semakin
kental, dan dia mewarisi semangat sebagai seorang komunitarian. Dengan
mengupas bagaimana seorang individu seharusnya bersikap proaktif dalam
berkomunitas, Etzioni menjelaskan berbagai konsep sosiologis. Seperti
“suara moral” (the moral voice), komunitarianisme, kewajiban moral, serta
partisipasi individu dalam kegiatan volunteristik.1
Hal yang terpenting menurut Etzioni adalah mengembalikan konsep-
konsep yang dapat memperkuat komunitas osial dalam bentuk perkumpulan
sosial-budaya dan kegamaan. Seorang individu akan akan merasa nyaman
berada di tengah komunitasnya apabila keberadaannya sebagai seorang
manusia (subjek) dapat diterima. Mengingat, setiap manusia adalah
makhluk sosial dan saling membutuhkan satu sama lain, disini sosiolog
berperan. Dalam mengarahkan institusi sosial serta melestarikan suara moral
dalam kesadaran Nurani masyarakat. Etzioni dalam pemikirannya

1
Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.

3
mengajarkan kita untuk bagaimana menjalankan peran dalam keluarga
ataupun di tengah kehidupan bermasyarakat.
Untuk dapat membentuk inetgrasi sosial dan solidaritas di tengah
gempuran arus modernisasi atau pun globalisas yang semakin tak
terbendung. Etzioni ingin mengajarkan kembali bahwa institusi
sosial keluarga dan komunitas personal masih menjadi sesuatu yang sangat
penting untuk membangun persatuan yang semakin autentik. Tanpa
komunitas dan relasi sosial, kehidupan bermasyrakat akan menjadi hampa
dan tak bermakna.

B. Teori Komunitarianisme
Komunitarianisme merupakan sebuah gagasan yang dicetuskan oleh
Amitai Etzioni dengan mengedepankan makna tanggung jawab dalam
konteks kehidupan berkomunitas. Etzioni memiliki pemikiran yang serupa
dengan Ferdinand Tonnies dalam mengartikan makna komunitas yaitu
sebuah kelompok sosial yang memiliki ikatan intim (gemeinschaft).
Komunitarianisme adalah usaha untuk membangun “intimasi” di
tengah kehidupan bermasyarakat. Untuk membangun “intimasi” tersebut
dibutuhkan sarana dengan membangun suara moral di dalam individu
melalui kegiatan sosial yang dapat membangun ikatan sosial (Badeni, 2013).
Makna komunitarianisme yang digagas oleh Etzioni sangat berbeda
dengan komunisme dan komunialisme yang digagas oleh Karl Marx. Jika
Karl Marx mencetuskan komunisme sebagai gambaran utopia mengenai
kehidupan bermasyarakat tanpa kelas.
Komunalisme adalah gambaran masyrakat yang dikendalikan secara
otoriter oleh kelas elit, namun makna komunitarianisme disini adalah
dorongan moral untuk membangun kebersamaan. Gambaran masyarakat
yang tidak dikendalikan oleh elit ataupun tanpa elite tidak akan menjadi
masyarakat yang ideal, tanpa ikatan moral yang membangun sebuah
komunitas bersama. Komunitarianisme berupaya mendorong masyarakat
untuk tetap menjaga kehangatan ikatan sosial, rasa kebersamaan, serta

4
gotong royong lintas kelas dan kelompok sosial. Melalui komunitarianisme
terdapat keinginan untuk membangun sebuah The sense of belonging.
Pemerintahan yang terlalu kaku seperti totalitarianism dinilai dapat
menekan “suara moral”, sedangkan kehidupan liberalisme yang terlalu
longgar dapat melunturkan suara moral. Dalam hal ini, komunitarianisme
berupaya untuk mencari “jalan tengah” yang dapat membangun kehangatan
relasi antarindividu dan antarkelompok secara seimbang.

C. Teori Organisasi dan Komunitas


Etzioni mengembangkan gagasan Weberian dan Parsonian dalam
konteks sosiologi organisasi. Hal ini dapat dibedakan dalam tiga bentuk
organisasi berdasarkan keterlibatan dan kepatuhan. Adapun tiga bentuk
tersebut adalah:
1. Sistem kepatuhan paksaan.
2. Sistem kepatuhan utilitarian, contohnya perusahaan bisnis yang
memiliki pekerja yang memiliki keterlibatan kalkulatif. Patuh
terhadap organisasi karena dihargai secara materi sebagai contoh
pekerja di kantor.
3. Sistem kepatuhan normatif, contoh biarawati yang terlibat dalam
organisasi karena mendapatkan penghargaan secara simbolik.2
Sebagai contoh pelayanan terhadap agama dan pengabdian
masyarakat, pelayanan karena perintah Tuhan, seperti majelis pengajian,
dewan gereja. Kunci dari pemikiran komunitarianisme yang digagas oleh
Etzioni adalah terbangunnya empati di dalam kesadaran kolektif individu.
Dan kelompok sosial serta menjadi elemen penting yang memunculkan
kesadaran moral.
Berbeda dengan pemikiran sosiolog klasik seperti Durkheim yang
menjelaskan bahwa kesadaran kolektif adalah dorongan untuk membangun

2
Etzioni, Amitai. 1961. Complex Organization: A Sociological Reader. New York: Rine
Hart & Winston.

5
solidaritas sosial. Dan Weber yang menjelaskan bahwa adanya sebuah
makna nilai di balik tindakan sosial.
Etzioni akan berpendapat bahwa adanya kesadaran dan nilai moral di
balik tindakan komunitarian adalah sebuah keinginan untuk menginklusi,
“Sang Asing” (The Stranger) dalam kehidupan bermasyarakat. Etzioni
memberikan gambaran komunitarian tentang masyarakat dengan membagi
hubungan antar tiga institusi sosial. Sebagai “jalan ketiga” (the third away)
sebagai bentuk upaya membangun integrasi sosial, yaitu negara (state),
pasar (market), dan komunitas (community).
Dalam hal ini, negara digambarkan sebagai institusi politik sebagai
perumus kebijakan formal. Pasar adalah institusi ekonomi yang
mendistribusikan sumber daya. Komunitas adalah institusi sosial yang
menjadi pusat pembentukan “suara moral” di tengah masyarakat.
Institusi politik negara dan institusi ekonomi pasar lebih banyak
bergerak pada tingkat makro-negara (nasional) dan meso-perusahaan
(institusional). Namun, institusi sosial komunitas, seperti keluarga, agama,
panti asuhan, dan juga ragam kelompok-kelompok paguyuban
(gemeinschaft). Kelompok paguyuban (gemeinschaft) adalah pusat
terbentuknya identitas dan terjalinnya relasi intim antarindividu dan
kelompok sosial pada tingkat mikro.
Menurut Etzioni, dibutuhkan keseimbangan antara ketiga institusi ini.
Suatu masyarakat yang telah mempunyai sistem politik dan ekonomi cukup
canggih mungkin saja bisa mendapatkan julukan sebagai “negara maju”.
Namun, jika tidak memiliki komunitas yang sehat, modal sosial (trust) dan
kapasitas untuk menjalin hubungan sosial akan menjadi semakin lemah.
Di situlah anomi, disintegrasi sosial, dan kehidupan yang semakin
individualis akan terjadi sehingga regenerasi penduduk suatu negara akan
menjadi semakin lemah. Bagi Etzioni, sistem sosial seharusnya dibangun,
namun tidak menggantikan kehadiran komunitas dalam masyarakat.

6
D. Teori Proses-Proses Sosial dan Politik
Masyarakat aktif adalah masyarakat yang menguasai dunia sosial
mereka. Berbeda dengan masyarakat pasif dimana para anggotaya
dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar atau kekuatan aktif lainnya.
Menurut Etzioni dalam masyarakat aktif orang dapat mengubah hukum-
hukum sosial. Di dunia yang demikian, manusia adalah pencipta, dalam
membentuk masyarakat untuk menanggulangi kebutuhan-kebutuhannya.
Orientasi aktif memiliki 3 (tiga) komponen: kesadaran pribadi, pengetahuan
para aktor dan komitmen pada satu atau lebih tujuan yang harus dicapai
serta fasilitas kekuasaan untuk mengubah tatanan sosial (Etzioni, 1968:4).
Akan tetapi, kegiatan yang demikian bukan tanpa berbagai kendala, sebab
setiap aksi melahirkan kontra-aksi. Oleh sebab itu manusia aktif bukan
mereka yang semata-mata melakukan segala keinginannya. Untuk bertindak
(tepat) manusia yang demikian harus mencari pengetahuan atau informasi.
Dia harus bersedia menunda ganjaran (imbalan) pribadi sehubungan dengan
realisasi tujuan-tujuan kemasyarakatan yang lebih sempurna.
Apa yang dikemukakan oleh Etzioni adalah teori masyarakat yang
mampu mengendalikan diri (theory of societal self-control). Persis seperti
para ahli fisika yang memanfaatkan energi sosial. Etzioni (1968:7)
menyatakan terdapat dua revolusi di lapangan mesin, yaitu: mekanisasi
kerja dan mekanisasi kontrol. Dalam tatanan sosial juga terdapat dua tahap
revolusi yang sama perkembangan organisasi modern mirip dengan
mekanisasi kerja dan menunjuk mesin sosiologis sebagai sarana efisiensi.
Dewasa ini kita harus menyaksikan perkembangan kontrol terhadap mesin
organisasi sosiologis tersebut lewat pengarahan kemasyarakatan (social
guidance).
Etzioni yakin bahwa pengetahuan merupakan kunci untuk memahami
dan mewujudkan masyarakat selfguiding yang demikian. Pengetahuan
ilmiah, termasuk pengetahuan ilmu-ilmu sosial, akan dipakai dalam
transformasi sosialnya sebagai berikut. Transformasi merupakan
penjelajahan suatu masyarakat yang mengenal dirinya sendiri, dengan

7
maksud untuk mewujudkna segera nilai-nilai yang lebih sempurna; yang
merasa pentingnya transformasi dilakukan, dan mampu megukur
kemampuan-kemampuannya demi terlaksananya perubahan tersebut bila
tidak demikian masyarkat dengan sendirinya mengalami kehancuran.
Masyarakat seperti inilah yang akan menjadi masyarakat aktif.

E. Teori Konsensus Kemasyarakatan dan Daya Tangkap


Etzioni melihat masyarakat sebagai sekumpulan sub-sub kolektiva
atau sub-sub kelompok yang longgar. Contohnya ialah kelompok
keagamaan dan kelompok etnis, kolektivas rasial, kelas-kelas dan asosiasi
sukarela. Sub-sub kolektivitas itu memenuhi kebutuhan kolektiva yang lebih
besar yang secara politis aktif, seperti negara. Etzioni (1968:441)
menyatakan bahwa negara, dan yang lebih umum, proses politik nasional
jauh lebih banyak berhubungan dengan organisasi-organisasi yang
merupakan sub-sub kolektiva, dan dengan kombinasi-kombinasi kolektiva
ketimbang dengan organisasi yang tidak memiliki dasar kolektif.3 Dengan
demikian dalam masyarakat post-modern, masyarakat bukan bertanggung
jawab kepada individu, tetapi lebih bertanggung jawab kepada kolektiva
atau kelompok yang bertindak secara bersama-sama.4
Walau demikian, negara tidak semata-mata melaksanakan kehendak
kolektiva; dia memiliki kehendak sendiri. Masyarakat selfguiding harus
menggabungkan dua komponen dasar: kontrol (seperti yang dietumakan
dalam negara-negara totalitarian) dan pengembangan konsensus
(sebagaimana yang ditekankan dalam masyarakat-masyarakat demokratis).
Etzioni percaya bahwa pada masyarakat demokratis sarana-sarana
penyelesaian tugas ini ialah dengan mengurangi penggunaan paksaan dan
persuasi dan lebih banyak menggunakan pendidikan. Harus ada suatu
kebebasan terencana (planned freedom) atau pengarahan yang menuntun

3
Etzioni-Halevy, Eva. 1983. Bureaucracy and Democracy: A Political Dilemma. London,
Boston, Melbourne and Henle, Routledge and Kegen Paul.
4
Etzioni, Amitai and Eva. 1964. Social Change, Sources, Patterns and Consequences. New
York: London: Basic Books Inc Publishers.

8
anggota masyarakat bersikap bebas. Menurut Etzioni fenomena ini
merupakan trend yang menggejala dalam masyarakat demokratis post
modern, dimana kontrol makin bertambah tetapi kontrol yang membiarkan
lebih banyak kebebasan. Salah satu contoh ialah sistem jaminan sosial.
Sebagian besar karyawan, lewat peraturan, diharuskan menyerahkan
presentase tertentu pendapatannya sebagai jaminan sosial atau dana pensiun.
Walaupun merupakan suatu bentuk kontrol, tetapi hal ini juga memberikan
kebebasan untuk mengetahui bahwa seseorang akan memperoleh
penghasilan setelah lewat masa kerja.
Masyarakat yang benar-benar tanggap menyadari kebutuhan seluruh
anggotanya, tidak hanya kebutuhan kolektivitas kelompok yang paling kuat.
Cita-cita masyarakat aktif merupakan cita-cita yang dekat dengan
persamaan. Kelompok-kelompok harus dibolehkan memobilisir dan harus
memiliki jalur masuk pada posisi-posisi kekuasaan.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun dari pembahasan di atas, dapat kita tarik beberapa kesimpulan
dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Amitai Etzioni merupakan sosiolog yang mempunyai darah campuran
Amerika Serikat dan Jerman yang lahir pada tahun 1929. Karyanya
yang berjudul My Brother’s Keeper menceritakan tentang kehidupan
personalnya sebagai murid dari filsuf eksistensialis. Martin Buber
yaitu seorang filsuf eksistensialis yang turut mempengaruhi pemikiran
Etzioni, menjelaskan bahwa manusia sebagai subjek (I-Thou) bukan
sekedar objek (I-It). Disini moral menjadi pendorong untuk bersikap
kontributif terhadap sesama individu sebagai subjek (I-Thou) yang
menjadi intisari dalam pemikirannya.
2. Komunitarianisme merupakan sebuah gagasan yang dicetuskan oleh
Amitai Etzioni dengan mengedepankan makna tanggung jawab dalam
konteks kehidupan berkomunitas. Etzioni memiliki pemikiran yang
serupa dengan Ferdinand Tonnies dalam mengartikan makna
komunitas yaitu sebuah kelompok sosial yang memiliki ikatan intim
(gemeinschaft).
3. Adapun tiga bentuk organisasi berdasarkan keterlibatan dan
kepatuhan:
a. Sistem kepatuhan paksaan.
b. Sistem kepatuhan utilitarian, contohnya perusahaan bisnis yang
memiliki pekerja yang memiliki keterlibatan kalkulatif. Patuh
terhadap organisasi karena dihargai secara materi sebagai contoh
pekerja di kantor.
c. Sistem kepatuhan normatif, contoh biarawati yang terlibat dalam
organisasi karena mendapatkan penghargaan secara simbolik.

10
4. Orientasi aktif memiliki 3 (tiga) komponen: kesadaran pribadi,
pengetahuan para aktor dan komitmen pada satu atau lebih tujuan
yang harus dicapai serta fasilitas kekuasaan untuk mengubah tatanan
sosial (Etzioni, 1968:4).
5. Etzioni (1968:441) menyatakan bahwa negara, dan yang lebih umum,
proses politik nasional jauh lebih banyak berhubungan dengan
organisasi-organisasi yang merupakan sub-sub kolektiva, dan dengan
kombinasi-kombinasi kolektiva ketimbang dengan organisasi yang
tidak memiliki dasar kolektif.

B. Saran
Demikian pembahasan makalah tentang konsep pemikiran amitai
etzioni, semoga materi yang telah dibahas dalam makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan kepada para pembaca. Penulis juga
berharap agar sudi kiranya kepada setiap pembaca untuk memberikan saran
dan kritikan yang bersifat membangun kepada penulis, sehingga penulis
dapat melakukan perbaikan pada setiap pembuatan makalah kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Etzioni, Amitai and Eva. 1964. Social Change, Sources, Patterns and
Consequences. New York: London: Basic Books Inc Publishers.
Etzioni, Amitai. 1961. Complex Organization: A Sociological Reader. New York:
Rine Hart & Winston.
Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Etzioni-Halevy, Eva. 1983. Bureaucracy and Democracy: A Political Dilemma.
London, Boston, Melbourne and Henle, Routledge and Kegen Paul.

12

Anda mungkin juga menyukai