Anda di halaman 1dari 41

SOSIALISASI DAN PELATIHAN UMKM PENGOLAHAN

BUAH KEDABU (MANGROVE) MENJADI SIRUP DI DESA


SUNGAI SELARI KECAMATAN BUKIT BATU

LAPORAN PENELITIAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


KULIAH KERJA NYATA

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Nilai Hasil


Pada Kegiatan Kuliah Kerja Nyata

Ketua : Agus Mandala Putra


Anggota :
1. Syahrul Akmal 7. Alpasah Ashari
2. Rizky Tasaniah 8. Evan Marsandi
3. Susi Suryani 9. Siti Aisyah
4. Sophia Adilla 10. Dian Indah Pemata
5. Andi Putra 11. Kurniawati Azizah
6. Dini Andriani

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
2023
SURAT PERNYATAAN

Kami yang Bertandatangan di bawah ini :


Nama : Agus Mandala Putra
NIM : 183320626
Status : Ketua Kelompok
DPL : Johan Andriesgo, M.Pd.I
Judul Penelitian : Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan Buah
Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari
Kecamatan Bukit Batu
Benar bahwa penelitian PKM Mandiri judul di atas merupakan hasil penelitian
asli kami selama melaksanakan KKN dan mendapatkan bimbingan oleh DPL
dengan baik. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa penelitian PKM ini hasil
plagiat dari penelitian orang lain, kami bersedia menerima sanksi yang diberikan
oleh panitia pelaksana KKN tahun 2023.

Bengkalis, 31 Agustus 2023

Agus Mandala Putra

ii
Kepada Yth,
Ketua P3M STAIN Bengkalis
Di-
Bengkalis

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Setelah kami meneliti dan perbaikan secara mendalam laporan hasil penelitian
pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa bimbingan kami,
maka kami mengirim naskah ini atas nama ketua kelompok:
Nama : Angga Mandala Putra
NIM : 183320626
Ketua DPL : Johan Andriesgo, M.Pd.I
Desa : Sungai Selari
Judul : Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan Buah Kedabu
(Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari Kecamatan
Bukit Batu.
Dengan ini kami memohon penelitian tersebut bisa diujiankan sebagai syarat
untuk mendapatkan nilai.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bengkalis, 31 Agustus 2023


Dosen Pembimbing
Lapangan,

Johan Andriesgo, M.Pd.I


NIP. 19861207 201801 1 003

iii
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul “Sosialisasi dan Pelatihan UMKM


Pengolahan Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari
Kecamatan Bukit Batu pada Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata tahun 2023
dengan ketua kelompok mahasiswa Agus Mandala Putra telah mengalami
beberapa perbaikan dan telah layak untuk diujikan dalam rangka untuk
mendapatkan nilai hasil akhir pada pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata tahun 2023.

Bengkalis, 31 Agustus 2023.

Dosen Pembimbing Lapangan


Ketua
P3M STAIN Bengkalis

Johan Andriesgo, M.Pd.I


Dr. Imam Ghozali, S.H, M.Pd.I NIP. 19861207 201801 1 003
NIP.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas kehendak-Nyalah Laporan Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat
Kuliah Kerja Nyata ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah ”Sosialisasi dan Pelatihan UMKM
Pengolahan Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari
Kecamatan Bukit Batu”. Penulisan laporan ini didasarkan pada materi dan
penelitian yang penulis dapat selama melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa
Sungai Selari. Penulisan laporan ini penulis buat dengan langkah-langkah dan
metode yang sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami.
Dalam penyelesaian laporan P3M, penulis banyak mengalami hambatan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya.
Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa/i yang pengetahuannya
belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan laporan, penulis
sadar bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini
dapat menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Bengkalis, 31 Agustus 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ii
NOTA DPL ........................................................................................................iii
LEMBARAN PENGESAHAN.........................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................4
D. Manfaat ........................................................................................4
1. Manfaat Teoritis ...................................................................4
2. Manfaat Praktis.....................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................6
A. Tinjauan Teori .............................................................................6
1. Pengertian Hutan Mangrove .................................................6
2. Fungsi Hutan Mangrove .......................................................7
3. Ciri-Ciri Hutan Mangrove ....................................................8
4. Manfaat Hutan Mangrove ....................................................9
5. Buah Pedada (Sonneratia Caseolaris) .................................11
6. Manfaat Kesehatan dari Buah Pedada ..................................13
7. Penggunaan dalam Pengobatan Tradisional .........................14
8. Potensi Sebagai Bahan Alam ...............................................14
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ............................................14
BAB III METODE PELAKSANAAN ...........................................................21
A. Gambaran Umum Desa Sungai Selari .........................................21
B. Metode Pelaksanaan ....................................................................22
C. Jadwal Kegiatan...........................................................................23

vi
D. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan .................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................25
A. Gambaran Umum Peserta Pelatihan ............................................25
B. Upaya Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan Buah
Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup.............................................25
C. Faktor Penghambat dalam Upaya Sosialisasi dan Pelatihan
UMKM Pengolahan Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi
Sirup ............................................................................................26
D. Dokumentasi ................................................................................27
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................30
A. Kesimpulan ..................................................................................30
B. Rekomendasi ...............................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ...............................................................................23


Tabel 3.2 Rencana Anggaran Biaya Kegiatan..................................................24

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Proses Pengadukan ........................................................................27


Gambar 4.2 Proses Pembuatan Sirup.................................................................28
Gambar 4.3 Proses Pembuatan Selai .................................................................28
Gambar 4.4 Foto Bersama .................................................................................29

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan sekumpulan pepohonan yang biasanya

tumbuh di area sekitar garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya

air laut, serta berapa pada tempat yang mengalami akumulasi bahan organik

dan pelumpuran. Hutan mangrove yang juga kita kenal dengan hutan bakau

ini merupakan sebuah ekosistem yang bersifat khas karena adanya aktivitas

daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Pada habitat ini hanya pohon

mangrove atau bakau yang mampu bertahan hidup dikarenakan proses

evolusi serta adaptasi yang telah dilewati oleh tumbuhan mangrove.

Mangrove juga memiliki fungsi yang sangat besar bagi lingkungan

hidup kita diantaranya yaitu: 1) Sebagai tumbuhan yang mampu menahan

arus air laut yang mengikis daratan pantai, dengan kata lain tumbuhan

mangrove mampu menahan air laut agar tidak mengikis tanah di garis

pantai. 2) Sebagaimana fungsi tumbuhan yang lain, mangrove juga memiliki

fungsi sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen

(O2). 3) Hutan mangrove memiliki peran sebagai tempat hidup berbagai

macam biota laut seperti ikan-ikan kecil untuk berlindung dan mencari

makan. Selain binatang laut, bagi hutan mangrove yang ruang lingkupnya

cukup besar sering terdapat jenis binatang darat di dalamnya seperti kera

dan burung.

1
Sonneratia caseolaris atau biasa disebut dengan buah pedada dalam

istilah lokal merupakan salah satu jenis buah mangrove bertekstur lembut

dengan rasa asam dan aroma khas yang menjadi daya tarik buah tersebut

(Santoso dkk, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh

Manalu (2011), buah pedada mengandung energi dan karbohidrat yang

cukup tinggi walaupun dari segi rasa, rata-rata buah pedada tidak bisa

dikatakan manis. Buah pedada mengandung kadar air (bk) 84,76%, kadar

abu (bk) 8,40%, kadar lemak (bk) 4,82%, kadar protein (bk) 9,21%, dan

kadar karbohidrat (bk) 77,57%.

Namun demikian terdapat faktor pembatas kelayakan buah pedada

untuk dikonsumsi yakni adanya kandungan anti nutrisi tanin dan HCN yang

memberikan rasa asam, sepat serta sedikit pahit sehingga kadarnya perlu

diturunkan terlebih dahulu sebelum diolah. Tanin di dalam tanaman

merupakan metabolit sekunder dengan rasa khas sepat. Tanin bukan

merupakan zat gizi namun dalam jumlah kecil dapat bermanfaat bagi

kesehatan sebagai antioksidan (Hagerman, 2002). HCN atau asam sianida

didalam tanaman tersimpan dalam senyawa Glikosida sianogenetik dan

akan terurai menjadi senyawa HCN apabila bagian tanaman tersebut

dihancurkan, diiris, direbus, dikukus atau mengalami kerusakan (Rahayu

dkk, 2010).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menurunkan kadar tanin

dan HCN pada buah mangrove, diantaranya perlakuan perebusan dengan

abu gosok, lama perendaman air, dan penepungan berpengaruh nyata dalam

menurunkan kadar tanin buah mangrove jenis Avicennia marina atau dalam

2
istilah lokal biasa disebut buah api-api putih (Perdana dkk, 2012). Penelitian

lain yang telah dilakukan oleh Susanti (2013), penurunan kadar tanin dan

HCN pada buah pedada dilakukan melalui proses perebusan dengan air

panas. Selain itu, pada pembuatan manisan terdapat proses perendaman

buah dalam larutan garam untuk mengurangi kadar tanin yang

dikandungnya (Rahayu dkk, 2010).

Pemanfaatan buah pedada sebagai bahan pangan jauh lebih rendah

dari potensi yang ada. Masyarakat pesisir pantai biasanya menjadikan buah

pedada ini sebagai jus atau sirup karena memiliki kandungan air yang cukup

tinggi. Namun seiring berjalannya waktu maka telah dilakukan berbagai

inovasi dan kreasi dari buah pedada tersebut.

Buah pedada memiliki kandungan gizi yang sehat dan ekonomis serta

apabila dimaksimalkan keberadaannya dapat meningkatkan perekonomian

bagi masyarakat sehingga sangat bermanfaat untuk kesejahteraan

masyarakat. Pohon mangrove cukup banyak tersebar di Desa Sungai Selari

dan bisa dimanfaatkan potensinya. Buah kedabu juga mempunyai manfaat

sebagai berikut: 1) Menjaga daya tahan tubuh, 2) Memiliki kandungan

antioksidan yang baik untuk menangkal radikal bebas, 3) Dapat membunuh

mikroorganisme, 4) Mengandung vitamin C dan karbohidrat yang tinggi,

dan 5) Dapat dijadikan berbagai produk olahan. Berdasarkan latar belakang

yang sudah penulis uraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian dengan judul “Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan

Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari

Kecamatan Bukit Batu”.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka dapat diambil

rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini antara lain, yaitu:

1. Bagaimana upaya sosialisasi dan pelatihan UMKM pengolahan buah

kedabu (mangrove) menjadi sirup di desa Sungai Selari?

2. Apa saja faktor yang menjadi penghambat dalam upaya sosialisasi dan

pelatihan UMKM pengolahan buah kedabu (mangrove) menjadi sirup

di desa Sungai Selari?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya sosialisasi dan pelatihan UMKM pengolahan

buah kedabu (mangrove) menjadi sirup di desa Sungai Selari.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya sosialisasi dan

pelatihan UMKM pengolahan buah kedabu (mangrove) menjadi sirup

di desa Sungai Selari.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan yang positif bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidag Pendidikan dan ekonomi bagi masyarakat

desa Sungai Selari.

4
2. Manfaat Praktis

Memberikan masukan dan saran bagi masyarakat desa Sungai

Selari untuk meningkatkan upaya sosialisasi dan pelatihan UMKM

pengolahan buah kedabu (mangrove) menjadi sirup.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Hutan Mangrove

Kata mangrove konon berasal dari kata mangal yang artinya

komunitas tumbuhan. Ada juga yang mengatakan bahwa mangrove

berasal dari kata mangro yang merupakan nama umum Rhizophora

mangle di Suriname (Purnobasuki, 2005). Macnae (1968) Rusila et al.,

(1999) menyatakan bahwa kata mangrove merupakan gabungan dari

bahasa Portugis mango dan bahasa Inggris grove. Hutan mangrove

merupakan hutan pantai yang airnya naik pada saat air pasang dan

turun pada saat air surut. Mangrove ditemukan di daerah pesisir tropis

dan subtropis di seluruh dunia. Ada 1.81.000 kilometer persegi hutan

bakau di dunia; Namun saat ini, luas total hutan ini telah berkurang

menjadi kurang dari 150.000 kilometer persegi. Sejauh ini, hutan

tersebut telah ditemukan di 102 negara, namun hanya 10 negara yang

memiliki lebih dari 5.000 kilometer persegi hutan bakau.

Mangrove adalah pohon tropis yang tumbuh subur dalam

kondisi yang tidak dapat ditoleransi sebagian besar kayunya bersifat

asin, perairannya yang pesisir, dan pasang surut yang tak ada

habisnya. Berkat kemampuannya menyimpan karbon dalam jumlah

besar, bakau adalah senjata utama dalam perang melawan perubahan

6
iklim, tetapi terancam di seluruh dunia. Dengan melindungi hutan

bakau, kita dapat membantu melindungi masa depan planet kita.

Kata mangrove mempunyai dua arti yakni pertama sebagai

komunitas tumbuhan ataupun hutan yang tahan akan kadar salinitas/

garam (pasang surutnya air laut), dan kedua sebagai individu spesies.

(Supriharnono, 2000). Hutan Mangrove adalah vegetasi hutan yang

tumbuh diantara garis pasang surut, namun juga bisa tumbuh pada

pantai karang, juga pada dataran koral mati yang di atasnya ditimbuni

sebuah lapis tipis pasir, lumpur, maupun pantai berlumpur.

(Saparianto, 2007).

2. Fungsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki banyak fungsi yang penting bagi

lingkungan dan masyarakat. Berikut adalah beberapa fungsi hutan

mangrove:

a. Melindungi garis pantai

Hutan mangrove berfungsi sebagai penghalang alami

terhadap badai dan banjir, melindungi garis pantai dari erosi dan

membantu mengurangi dampak bencana alam.

b. Habitat bagi tumbuhan dan hewan

Hutan mangrove menyediakan habitat bagi berbagai jenis

tumbuhan dan hewan, termasuk ikan, burung, dan krustasea.

Hutan mangrove juga merupakan tempat yang penting bagi

migrasi dan reproduksi hewan.

c. Penyimpanan karbon

7
Hutan mangrove menyerap dan menyimpan banyak

karbon dioksida dari atmosfer, sehingga memiliki peran penting

dalam penyimpanan karbon global.

d. Sumber makanan dan bahan bakar

Hutan mangrove merupakan sumber makanan dan bahan

bakar bagi masyarakat setempat, termasuk ikan, kerang, dan

kayu bakar.

e. Penyerap polutan

Hutan mangrove juga dapat menyerap polutan dari air

laut, seperti logam berat dan bahan kimia lainnya, sehingga

membantu menjaga kualitas air laut.

f. Penghasilan ekonomi

Hutan mangrove juga dapat menghasilkan pendapatan

ekonomi bagi masyarakat setempat, seperti melalui pariwisata,

penangkapan ikan, dan pemanfaatan kayu.

3. Ciri-Ciri Hutan Mangrove

a. Mampu berada pada keadaan salin dan tawar, tidak terpengaruhi

iklim.

b. Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit. Mempunyai akar yang

tidak beraturan (pneumatofora).

c. Mempunyai biji (propagul) yang bersifat vivipar (dapat

berkecambah di pohonnya), utamanya pada rhizophora.;

memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

8
d. Tumbuhan pada daerah intertidal yang jenis tanahnya

berlumpur, berlempung, atau berpasir, daerah atau lahannya

tergenang air laut.

e. Pohon mangrove teradaptasi untuk tumbuh di lingkungan asin

dan pasang surut, sehingga hutan mangrove biasanya ditemukan

di daerah dengan air laut yang asin.

f. Pohon mangrove memiliki sistem radikal yang unik yang

memungkinkannya untuk tumbuh di dasar laut yang lembab dan

asin.

g. Hutan mangrove ditumbuhi oleh pohon mangrove, yang dapat

dikenali dengan batang yang berbulu dan daun yang berwarna

hijau kehijauan.

h. Hutan mangrove biasanya memiliki lapisan tanah yang lembab

dan berlumpur, karena terus menerus terkena air pasang surut.

i. Hutan mangrove biasanya dikelilingi oleh air laut, yang

membantu menjaga kelembaban di dalam hutan.

4. Manfaat Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki manfaat yang sangat penting. Berikut

adalah beberapa manfaat hutan mangrove:

a. Perlindungan pesisir

Hutan mangrove berfungsi sebagai benteng alami yang

melindungi pesisir dari erosi dan serangan gelombang besar.

Akar-akar mangrove yang kuat membantu menjaga stabilitas

tanah di sekitar garis pantai.

9
b. Pengendalian banjir

Hutan mangrove berperan dalam menyerap air dan

memperlambat aliran air pasang, sehingga dapat membantu

mengurangi risiko banjir di daerah pesisir.

c. Penyaringan air

Akar dan tumbuhan mangrove berfungsi sebagai

penyaring alami, membantu menyaring limbah dan polutan dari

air yang mengalir melalui ekosistem hutan mangrove sebelum

mencapai lautan.

d. Penyimpanan karbon

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang

sangat efisien dalam menyimpan karbon. Tanaman mangrove

dapat menyerap dan menyimpan jumlah karbon yang besar,

membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer

dan berperan dalam mitigasi perubahan iklim.

e. Keanekaragaman hayati

Hutan mangrove adalah rumah bagi berbagai spesies

tumbuhan dan hewan yang khas. Ekosistem mangrove

menyediakan habitat yang penting bagi berbagai jenis burung,

ikan, kepiting, dan organisme lainnya. Ini juga berkontribusi

pada keanekaragaman hayati global.

f. Pemberian mata pencaharian

Hutan mangrove memberikan sumber mata pencaharian

bagi komunitas lokal, seperti nelayan, petani garam, dan

10
pengumpul kerang. Mangrove juga memiliki potensi untuk

pengembangan ekowisata, yang dapat memberikan peluang

ekonomi bagi masyarakat setempat.

g. Penyediaan kayu dan bahan bakar

Kayu mangrove yang kuat dan tahan air sering digunakan

sebagai bahan konstruksi, pembuatan perabot, dan bahan bakar

kayu oleh masyarakat di sekitarnya.

5. Buah Pedada (Sonneratia Caseolaris)

Buah pedada berbentuk bulat, ujung bertangkai, dan bagian

dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah ini berwarna hijau dan

mempunyai aroma yang sedap, rasa asam, tidak beracun dan dapat

langsung dimakan. Buah pedada memiliki diameter rata-rata 6,05 cm

dan biji berjumlah antara 800-1200 dengan bobot daging buah rata-

rata 52,15 gram. Rata-rata bobot daging dan biji, kulit, dan kelopak

buah pedada berturut-turut adalah 38,27 gram; 7,68 gram; dan 6,20

gram. Bagian buah yang dapat dimakan adalah daging dan biji buah

pedada, oleh karena itu bagian buah yang dapat dimakan adalah

sebesar 73 % (Manalu dan Salamah, 2013).

Kandungan gizi buah pedada tidak jauh berbeda seperti

kandungan gizi pada buah-buahan yang sudah dikenal. Buah pedada

juga memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan

lainnya. Buah pedada memiliki rendemen tertinggi pada buah dan biji

pedada yaitu 73%, kulit 15%, dan kelopak 12%. Buah pedada

mengandung kadar air (bb) 84,76%, kadar abu (bk) 8,40%, kadar

11
lemak (bk) 4,82%, kadar protein (bk) 9,21%, kadar karbohidrat (bk)

77,57% (Manalu, 2011) dan kadar serat kasar 14,67%

(Bunyapraphatsara dkk, 2003).

Buah pedada memiliki musim berbuah 2 kali dalam setahun.

Periode pertama berbuah pada bulan April hingga Juli, sedangkan

musim kedua pada bulan Oktober hingga Januari. Musim berbuah

pohon ini sama dengan musim panen buah durian. Namun demikian

Sonneratia caseolaris merupakan tumbuhan mangrove yang

mempunyai kuantitas buah cukup tinggi karena pada saat tidak musim

saja satu pohon masih dapat menghasilkan kurang lebih 2 kg/hari

(Hastuti dkk, 2013). Dengan keberadaan buah pedada di luar musim

tersebut, tidaklah terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan buah

tersebut. Santoso, dkk. (2008) menyatakan bahwa tanaman ini

terdapat di pantai utara Pulau Jawa, Cilacap sampai Jawa Timur,

Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua. Dengan demikian maka

populasi tanaman mangrove jenis pedada tersebut dapat dikatakan

cukup melimpah.

Sonneratia caseolaris merupakan salah satu jenis mangrove

yang buahnya paling umum digunakan sebagai bahan makanan

maupun bahan campuran pangan. Tidak diperlukan perlakuan khusus

untuk menjadikannya panganan yang lezat. Buah Pedada bisa

dimakan langsung atau diminum dalam bentuk jus di Sulawesi dan

negara lain seperti Srilanka dan Malaysia. Sedangkan menurut

Haryono (2004), buah Sonneratia caseolaris (Buah Pedada) dapat

12
diolah menjadi sirup dan permen. Penelitian terdahulu mengenai

pengolahan buah pedada menjadi berbagai macam produk antara lain

selai, kolak, maupun dodol/jenang (Subekti, 2012). Salah satu potensi

pengembangan buah pedada adalah dengan pengolahan menjadi

tepung mengingat buah pedada ini bersifat cepat busuk.

6. Manfaat Kesehatan dari Buah Pedada

a. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Kandungan vitamin C yang tinggi dalam buah pedada

dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda.

Vitamin C memiliki peran penting dalam merangsang produksi

sel-sel kekebalan dan melindungi tubuh dari serangan berbagai

infeksi.

b. Menjaga Kesehatan Kulit

Vitamin A dalam buah pedada penting untuk menjaga

kesehatan kulit Anda. Ini membantu dalam pembentukan dan

perbaikan jaringan kulit, sehingga menjaga kulit tetap segar dan

bercahaya.

c. Mengatur Tekanan Darah

Kandungan kalium dalam buah pedada dapat membantu

dalam mengatur tekanan darah. Ini berpotensi mengurangi risiko

penyakit hipertensi dan masalah kardiovaskular lainnya.

d. Menyediakan Antioksidan

Buah pedada mengandung antioksidan seperti flavonoid

yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat

13
radikal bebas. Ini berperan dalam pencegahan penyakit

degeneratif dan penuaan dini.

7. Penggunaan dalam Pengobatan Tradisional

a. Meredakan Batuk dan Pilek

Buah pedada telah digunakan dalam pengobatan

tradisional untuk meredakan batuk dan pilek. Ekstrak dari buah

ini dapat membantu mengatasi masalah pernapasan.

b. Memperlancar Pencernaan

Serat dalam buah pedada dapat membantu memperlancar

pencernaan dan mencegah sembelit.

c. Mengatasi Masalah Kulit

Ekstrak buah pedada juga digunakan dalam berbagai

produk perawatan kulit untuk mengatasi jerawat dan iritasi.

8. Potensi Sebagai Bahan Alam

a. Pewarna Alami

Buah pedada dapat digunakan sebagai pewarna alami

dalam industri makanan dan tekstil.

b. Bahan Pembuat Sabun Organik

Ekstrak buah pedada dapat dijadikan bahan pembuat

sabun organik yang ramah lingkungan.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan

perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan

14
dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti

mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Warningsih, dkk. (2021)

Penelitian Warningsih, dkk (2021), berjudul “Pengolahan Sirup

Buah Pedada (Sonneratia Caseolaris) dan Keripik Daun Jeruju

(Acanthus Ilicifolius) di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis”. Adapun hasil penelitian ini adalah kegiatan

pengabdian kepada masyarakat yaitu membuat produk olahan sebagai

aneka produk pangan berdasarkan potensi tanaman lokal dengan

memanfaatkan buah dan daun mangrove (Sonneratia caseolaris) dan

(Acanthus ilicifolius) di Desa Teluk Pambang. Kegiatan ini memiliki

tujuan untuk mengembangkan usaha pengolahan sirup buah pedada

dan keripik daun jeruju dengan menggunakan bahan baku mangrove

dari potensi lokal dengan sasaran kegiatan: a) inovasi teknologi

pengolahan daun dan buah mangrove sebagai bahan baku produk; b)

pemanfaatan olahan mangrove untuk produk pangan yang memiliki

nilai ekonomis; c) pembuatan produk olahan mangrove sebagai

alternatif untuk menambah pendapatan masyarakat; d) pengemasan

produk; dan e) meningkatkan kapasitas manajemen usaha serta

pemasaran produk olahan dari mangrove. Adapun metode yang

digunakan yaitu penyuluhan dan praktek pengolahan sirup buah

pedada dan keripik daun jeruju. Masyarakat sasaran dalam kegiatan

ini adalah ibu kelompok KPM BELUKAP Desa Teluk Pambang.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat sangat setuju dengan

15
adanya kegiatan ini, ikut terlibat dalam mempraktekkan materi

pengolahan sirup buah pedada dan keripik daun jeruju sebagai

alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Analisis ekonomi dari

olahan sirup buah pedada sebesar Rp 252.000.00,- dan keripik daun

jeruju sebesar Rp 622.400.00,-. Setelah adanya kegiatan pengabdian

ini menunjukkan adanya peluang bisnis kuliner yang berbahan dasar

mangrove dan dapat dimanfaatkan masyarakat Desa Teluk Pambang

untuk mengembangkan mangrove yang semula hanya untuk sektor

pariwisata, serta untuk membudidayakan dan memelihara kelestarian

mangrove.

2. Hasil penelitian Rosyada, dkk. (2018)

Penelitian Rosyada, dkk (2018), berjudul “Pemanfaatan

Tumbuhan Mangrove Oleh Masyarakat Desa Bakau Besar Laut

Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah”. Adapun hasil

penelitian ini adalah Hutan mangrove mempunyai peranan yang

sangat penting di wilayah pesisir. Salah satu pengetahuan tentang

pemanfaatan tanaman mangrove terletak di Desa Bakau Besar Laut

Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis mangrove, manfaat

dan cara pemanfaatan tanaman mangrove yang dimanfaatkan oleh

masyarakat di Desa Bakau Besar Laut. Metode pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara dan kuesioner untuk menentukan

responden dengan menggunakan teknik snowball sampling. Data yang

dicatat dari tumbuhan adalah nama lokal, nama latin, nama keluarga

16
bagian tumbuhan yang digunakan, dan cara pemanfaatannya.

Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berjumlah sekitar 23 jenis

dari 18 famili, dan terbagi dalam enam kelompok pemanfaatan, yaitu

tumbuhan obat (13 jenis), kayu bakar (7 jenis), pangan (5 jenis),

aromatik (4 jenis), kerajinan anyaman. bahan (3 spesies), dan pewarna

(2 spesies).

3. Hasil penelitian Andriman, dkk. (2020)

Penelitian Andriman, dkk (2020), berjudul “Penyuluhan

Konservasi Hutan Mangrove di Desa Mengkapan Kecamatan Sungai

Apit Kabupaten Siak”. Adapun hasil penelitian ini adalah Penyuluhan

ini dilakukan pada tanggal 25 sampai 26 Juli 2020 yang berlokasi di

Desa Mengkapan Kabupaten Siak. Kegiatan ini bertujuan memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat Desa Mengkapan

tentang peranan penting hutan mangrove bagi kehidupan manusia.

Kegiatan penyuluhan ini memberikan manfaat kepada stakeholder

diantaranya bagi peserta penyuluhan, masyarakat, anggota pelaksana

penyuluhan, perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Sasaran utama

kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang tinggal di pesisir

Desa Mengkapan dengan berbagai profesi sebanyak 30 orang. Metode

yang digunakan dalam penyuluhan ini metoda ceramah dan diskusi,

kunjungan ke lokasi hutan mangrove, monitoring dan evaluasi.

Metoda ceramah digunakan untuk menyampaikan materi di dalam

kelas. Kunjungan lapangan dimaksudkan untuk melihat secara nyata

fungsi mangrove sesuai materi yang telah disampaikan. Monitoring

17
dilakukan untuk mengetahui perkembangan kegiatan pengelolaan

hutan mangrove, terutama aktivitas dan minat masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam kelompok konservasi yang telah ada. Pada

kegiatan ini juga dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui

tingkat pertambahan pengetahuan peserta penyuluhan serta partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove. Dari hasil monitoring

dan evaluasi diketahui bahwa tingkat pengetahuan dan partisipasi

peserta tentang konservasi mangrove dan manfaatnya meningkat.

4. Hasil penelitian Rifardi, dkk. (2020)

Penelitian Rifardi, dkk (2020), berjudul “Peningkatan Kapasitas

Kesadaran Masyarakat Terhadap Mitigasi Kerusakan Pantai di

Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai-

Riau”. Adapun hasil penelitian ini adalah Proses perubahan garis

pantai berlangsung sampai saat ini di sepanjang pantai Kota Dumai

dimana Kelurahan Pelintung merupakan salah satu kelurahan yang

terletak sepanjang pantai ini terabrasi sebesar 1,33-16,84 meter/tahun.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas kesadaran masyarakat

terhadap mitigasi kerusakan pantai melalui penyuluhan tentang

pencegahan abrasi dan teknik implementasi jalur hijau sebagai

penahan abrasi serta manfaat ekonomi dan ekologi jalur hijau. Metode

yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan praktekdalam kelas dan

lapangan, diikuti oleh 28 orang perwakilan masyarakat. Hasil kegiatan

menunjukkan peningkatan signifikan pemahaman masyarakat tentang

metoda sederhana mencegah kerusakan pantai yang berdampak positif

18
terhadap ekologi (ketahanan pantai) dan ekonomi (alternatif income).

Metoda penanaman mangrove pada pantai terabrasi akibat pengaruh

arus dan gelombang dan pengolahan buah mangrove untuk

menghasilkan sirup, wajik dan dodol mangrove (bakau). Hasil analisis

ekonomi menunjukkan sirup pedada (1 botol @ Rp. 25.000)

menghasilkan keuntungan Rp. 3.192.000/bulan, wajik pedada (1

bungkus Rp. 10.000) Rp. 1.476.000/bulan, dan dodol pedada (1

bungkus Rp. 15.000) Rp. 2.760.000/bulan. Mayoritas menyatakan

mendukung dan antusias diadakannya kegiatan ini yaitu 49,7%

(Sangat Setuju), 37,8% (Setuju), 11,80 % (Netral) dapat menerima

serta mempraktekkan tentang peningkatan kesadaran masyarakat

terhadap mitigasi kerusakan pantai dengan melakukan upaya

penanaman mangrove dan diversifikasi produk olahan buah

mangrove.

5. Hasil penelitian Elfia, dkk. (2021)

Penelitian Elfia, dkk (2021), berjudul “Analisis Pemanfaatan

Hutan Mangrove Oleh Masyarakat Kampung Nipas Desa Sei

Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis ekosistem mangrove di

Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan, 2) menganalisis pengelolaan

hutan mangrove di Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan, dan 3)

menganalisis pemanfaatan hutan mangrove di Kampung Nipah Desa

Sei Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai. Populasi sekaligus

sampel dalam penelitian ini adalah kawasan hutan mangrove seluas 5

19
Ha di Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan dengan 40 KK informan

sebagai data pedukung. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah teknik komunikasi langsung berupa wawancara, selain itu juga

menggunakan obsevasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang

dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

(1) ekosistem hutan mangrove di Kampung Nipah terdiri dari

komponen biotik yaitu dari jenis vegetasi, jenis fauna dan zonasi

mangrove. Komponen abiotik terdiri dari suhu, cahaya, air dan tanah.

(2) masyarakat di Kampung Nipah mengelola hutan mangrove

meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan (3) masyarakat

juga memanfaatkan hutan mangrove, baik manfaat langsung, manfaat

tidak langsung maupun manfaat pilihan. Manfaat langsung masyarakat

memanfaatkannya dengan cara mengolah mangrove dalam bentuk

makanan, perikanan, maupun bahan industri rumah tangga seperti

arang, kayu bakar, dan zat pewarna. Manfaat tidak langsung

masyarakat mengetahui fungsi dari hutan mangrove tersebut, seperti

mencari makan dan daerah pemijahan dari berbagai biota laut, tempat

bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota,

melindungi pantai dari abrasi dan intrusi air laut, penghasil oksigen,

mencegah gelombang air laut, dan melindungi pantai dari badai dan

taufan. Sedangkan manfaat pilihan, masyarakat membuat tempat

ekowisata di Pantai Mangrove Kampung Nipah.

20
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Gambaran Umum Desa Sungai Selari

Desa Sungai Selari merupakan salah satu desa di Indonesia yang

terletak di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau,

yang sudah ada sebelum Ir Soekarno memproklamasikan kemerdekaan

Republik Indonesia tahun 1945. Desa Sungai Selari sudah ada sejak zaman

Ir Soekarno. Belanda di bawah pemerintahan Siak Sri Indrapura selama ini

berada di bawah pemerintahan kabupaten Bengkalis. Desa Sungai Selari

dihuni oleh suku Melayu sebagai masyarakat adat setempat, yang kemudian

bercampur dengan berbagai suku (Tionghoa, Batak, Jawa, Minang, Ambon,

Bugis, dll), yang kemudian datang dengan berbagai kepentingan.

Secara geografis, Desa Sungai Selari terletak di pesisir timur Pulau

Sumatera dan berhadapan dengan Pulau Bengkalis yang dipisahkan oleh

Selat Bengkalis. Luas Desa Sungai Selari adalah +48.00 KM² dengan

batasan sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Selat Bengkalis,

desa Buruk Bakul, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sungai Pakning,

sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mandau dan sebelah timur

berbatasan dengan selat Bengkalis.

Dengan letaknya yang strategis, Desa Sungai Selari menjadi pusat

jalur transportasi laut, darat, dan udara. Di Jalur Angkutan Laut, Pemerintah

Daerah Bengkalis telah menyiapkan terminal penyeberangan yang akan

berfungsi sebagai pintu gerbang transportasi dari pulau Sumatera bagi

21
masyarakat lokal dan luar Daerah Bengkalis. Di jalur truk, kontraktor lokal

memiliki agen transportasi untuk kota Dumai dan Pekanbaru. Begitu pula

untuk jalur angkutan udara, PT Pertamina menyiapkan bandara yang

kemudian dikelola bersama dengan Pemprov Bengkalis.

Selain itu Pemerintah Daerah Istimewa Bengkalis menetapkan Desa

Sungai Selari sebagai pusat Pemerintahan Kabupaten Bukit Batu dengan

membangun perkantoran untuk menunjang kegiatan aparatur pemerintah

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Bukit Batu.

Bukit Batu dengan berbagai mata pencaharian antara lain nelayan, petani,

pekerja swasta, pengusaha, PNS, dll.

Penduduk asli desa Sungai Selari selalu memiliki sikap ramah sesuai

dengan tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Sungai Selari adalah

sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis, Riau,

Indonesia. Sungai Selari memiliki desa yang dikembangkan oleh pemerintah

Kabupaten Bengkalis. Sungai Selari memiliki empat desa, yaitu: Kampung

Kelapa, Kampung Kenanga, Kampung Pulai Bungkuk dan Kampung

Kampung Baru.

B. Metode Pelaksanaan

Kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini akan menggunakan Metode

Training of Trainer (TOT) dengan cara pemberian materi melalui ceramah,

kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung oleh beberapa orang. Cara

ini dianggap efektif karena transfer pengetahuan yang diperoleh selama

pelatihan akan lebih tersampaikan dengan baik jika peserta pelatihan itu

22
sendiri yang menyampaikannya dan merasa bahwa kegiatan pelatihan

tersebut bermanfaat bagi mereka.

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini dilakukan di Desa

Sungai Selari meliputi persiapan kegiatan, pelatihan dan evaluasi kegiatan.

Cara untuk memanfaatkan buah kedabu (mangrove) menjadi produk olahan

sirup, yaitu: 1) Mensosialisasikan Program dengan penyampaian materi dan

praktek secara langsung; 2) penyuluhan dan keterampilan setiap program

supaya masyarakat sasaran bisa memperoleh ilmu yang disampaikan serta

cara mengenai pembuatan produk olahan pangan dari mangrove,

meningkatkan manajemen usaha, pemasaran produk; dan 3) Mendampingi

lebih lanjut dalam upaya pembinaan setiap rangkaian kegiatan monitoring

dan evaluasi dari tahapan awal hingga akhir kegiatan.

C. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan


No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Tempat
14.30 Pembukaan
14.30 - 14.35 Kata sambutan dari kepala
desa yang diwakili oleh
kepala dusun
14.35 – 14.40 Kata sambutan dari ketua Kantor
Rabu, 10 pelaksana kegiatan Desa
1
Agustus 2023 14.40 – 14.45 Pembacaan do’a Sungai
14.45 – 15.00 Penyuluhan mengenai Selari
sirup buah kedabu
15.00 – 16.30 Pelatihan pembuatan sirup
buah kedabu
16.30 – 16.35 Penutupan
Sumber: Data Olahan 2023

23
D. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan
Tabel 3.2 Rencana Anggaran Biaya Kegiatan
NO URAIAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH
SATUAN
BAHAN
Gula 2 Kg Rp 15.000 Rp 30.000
I
Pewarna makanan 1 Botol Rp 3.000 Rp 3.000
Jumlah Rp 33.000
PERLENGKAPAN
Botol 10 Botol Rp 1.500 Rp 15.000
II Kain penyaring 1 Kain Rp 5.000 Rp 5.000
Saringan 1 Unit Rp 10.000 Rp 10.000
Jumlah Rp 30.000
ATK
Logo 2 Logo Rp 6.000 Rp 12.000
Pena 1 Buah Rp 3.000 Rp 3.000
III
Amplop 1 Buah Rp 15.000 Rp 15.000
Spanduk 1 Buah Rp 70.000 Rp 70.000
Jumlah Rp 100.000
KONSUMSI
Kue 125 Buah Rp 1.500 Rp 187.500
Aqua botol 4 Botol Rp 3.000 Rp 12.000
Aqua gelas 2 Kotak Rp 20.000 Rp 40.000
IV Tisu 1 Pack Rp 5.000 Rp 5.000
Kotak 40 Kotak Rp 1.000 Rp 40.000
Permen 1 Bungkus Rp 7.000 Rp 7.000
Air galon 1 Galon Rp 8.000 Rp 8.000
Jumlah Rp 299.500
PUBLIKASI
Print surat 7 Lembar Rp 1.000 Rp 7.000
V
Print absen 2 Lembar Rp 1.000 Rp 2.000
Jumlah Rp 9.000
Jumlah Keseluruhan (I, II, III, IV & V) Rp 471.500
Sumber: Data Olahan 2023

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Peserta Pelatihan

Peserta penyuluhan “Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan

Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup” kebanyakan di isi oleh

masyarakat desa Sungai Selari, yang mayoritasnya adalah ibu-ibu rumah

tangga dan para pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Peserta penyuluhan sosialisasi dan pelatihan UMKM pengolahan buah

kedabu (mangrove) menjadi sirup di ikuti oleh Kepala Desa, Kepala Dusun,

Ibu-Ibu PKK, dan Ibu RW/RT se-desa Sungai Selari.

B. Upaya Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan Buah Kedabu

(Mangrove) Menjadi Sirup

Dalam pelaksanaan program sosialisasi dan pelatihan ini, Mahasiswa

KKN STAIN Bengkalis khususnya untuk wilayah desa Sungai Selari telah

melakukan penyusunan metode pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan

selama proses awal pelatihan dan selama kegiatan berlangsung. Adapun

dalam pelatihan awal, Mahasiswa KKN STAIN Bengkalis terlebih dahulu

mengundang ibu-ibu PKK dan para pemilik usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) dan ibu-ibu setempat untuk mensosialisasikan kegiatan

yang akan diselenggarakan ini.

Dalam sosialisasi awal, tujuan yang hendak di capai dalam program

ini adalah agar terjadinya komunikasi timbal balik tentang bagaimana cara

25
yang efektif dalam pengolahan buah kedabu (mangrove) menjadi sirup.

Komunikasi ini sendiri dapat berupa sesi tanya jawab yang diberikan panitia

kepada peserta pelatihan, sehingga apabila terjadi ketidakpahaman di

lapangan maka panitia dan narasumber dapat menjelaskan atau meluruskan

maksud dari kekeliruan yang terjadi. Sosialisasi ini juga bertujuan untuk

mengajak dan merangkul ibu-ibu PKK, pemilik usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) serta ibu-ibu setempat untuk ikut serta dalam kegiatan

sosialisasi ini.

C. Faktor Penghambat dalam Upaya Sosialisasi dan Pelatihan UMKM

Pengolahan Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup

Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam upaya sosialisasi dan

pelatihan UMKM pengolahan buah kedabu (mangrove) menjadi sirup antara

lain, yaitu:

1. Kurangnya pengetahuan tentang proses produksi dan potensi pasar

sirup buah kedabu, sehingga mempersulit dalam melakukan sosialisasi

produksinya kepada masyarakat desa Sungai Selari.

2. Kehadiran produk sejenis lainnya di pasaran juga dapat menjadi

tantangan dalam sosialisasi sirup buah kedabu ini.

3. Kurangnya wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai strategi

pemasaran yang akan dilakukan, seperti penjualan produk secara

online agar dapat memperluas dan meningkatkan jangkauan

penjualan. Dikarenakan selama ini penjualan masih secara

26
konvensional dengan menjual di toko oleh-oleh dan hasil penjualan

tidak dapat dikatakan meningkat.

Sedangkan hambatan yang didapatkan pada saat proses pembuatan

sirup buah kedabu ini adalah pada proses pemerasan produk yang masih

menggunakan metode manual dengan proses pemerasan masih

menggunakan kain dan saringan untuk menyaringnya.

D. Dokumentasi

Berikut ini adalah dokumentasi yang berhasil didapatkan selama

proses sosialisasi dan pelatihan UMKM pengolahan buah kedabu

(mangrove) menjadi sirup di desa Sungai Selari:

Gambar 4.1 Proses Pengadukan

27
Gambar 4.2 Proses Pembuatan Sirup

Gambar 4.3 Proses Pembuatan Selai

28
Gambar 4.4 Foto Bersama

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Sosialisasi dan Pelatihan UMKM Pengolahan

Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari Kecamatan

Bukit Batu, maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut ini:

1. Adapun upaya yang dilakukan dalam pelatihan awal sosialisasi ini

adalah Mahasiswa KKN STAIN Bengkalis terlebih dahulu

mengundang ibu-ibu PKK dan para pemilik usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) dan ibu-ibu setempat untuk mensosialisasikan

kegiatan yang akan diselenggarakan tersebut. Dalam sosialisasi awal,

tujuan yang hendak di capai dalam program ini adalah agar terjadinya

komunikasi timbal balik tentang bagaimana cara yang efektif dalam

pengolahan buah kedabu (mangrove) menjadi sirup. Komunikasi ini

sendiri dapat berupa sesi tanya jawab yang diberikan panitia kepada

peserta pelatihan, sehingga apabila terjadi ketidakpahaman di

lapangan maka panitia dan narasumber dapat menjelaskan atau

meluruskan maksud dari kekeliruan yang terjadi.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan sosialisasi ini antara lain

adalah: 1) Kurangnya pengetahuan tentang proses produksi dan

potensi pasar sirup buah, 2) Munculnya produk sejenis sebagai

pesaing, dan 3) Kurangnya wawasan dan ilmu mengenai strategi

pemasaran produk ini.

30
B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil Sosialisasi dan Pelatihan UMKM

Pengolahan Buah Kedabu (Mangrove) Menjadi Sirup di Desa Sungai Selari

ini, maka didapat beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi para pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan pengetahuan terkait dengan pengembangan produk UMKM

dari buah kedabu menjadi produk olahan sirup.

2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat memperdalam kembali

mengenai pengembangan-pengembangan produk yang bisa diolah dari

ekosistem yang ada di sekitar kita.

3. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tolak ukur

dan awal baru pengembangan dalam pengolahan buah kedabu

(mangrove) menjadi produk olahan berupa sirup.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed R, Moushumi SJ, Ahmed H, Ali M, Haq WM, Jahan R, Rahmatullah M.


2010. Serum glucose and lipid profiles in rats following administration of
Sonneratia caseolaris (L.) Engl. (Sonneratiaceae) leaf powder in diet.
Advances in Natural and Applied Sciences 4(2):171-173.

Andriman, dkk. 2020. Penyuluhan Konservasi Hutan Mangrove di Desa


Mengkapan Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak. Journal of Rural and
Urban Community Empowerment. Vol 2 (1): 42-49.

Elfia, dkk. 2021. Analisis Pemanfaatan Hutan Mangrove oleh Masyarakat


Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten
Serdang Bedagai. El-Jughrafiyah. Vol 1 (1): 1-19.

Hamsah. 2013. Karakteristik Sifat Fisikokimia Tepung Buah Pedada (Sonneratia


caseolaris). Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Manalu et al. 2013. Kandungan Zat Gizi Makro dan Vitamin Produk Buah
Pedada (Sonneratia caseolaris). Penelitian Gizi dan Makanan, Desember
2013 Vol. 36 (2):138-144.

Rifardi, dkk. 2020. Peningkatan Kapasitas Kesadaran Masyarakat Terhadap


Mitigasi Kerusakan Pantai di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang
Kampai Kota Dumai-Riau. UNRI Conference Series: Community
Engagement. Vol 2:16-23.

Rosyada, dkk. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove oleh Masyarakat Desa


Bakau Besar Laut Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Jurnal
Hutan Lestari. Vol 6 (1):62-70.

Warningshi, dkk. 2021. Pengolahan Sirup Buah Pedada (Sonneratia caseolaris)


dan Keripik Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) di Desa Teluk Pambang
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. UNRI Conference Series:
Community Engagement. Vol 3: 92-97.

32

Anda mungkin juga menyukai