Oleh:
2022
PENGESAHAN
Identitas Peneliti :
1. Nama : MUHAMMAD MAHMUD NUR ANSYYORI, S.Pd
2. NIP 199305032022211008
3. Gol/Ruang IX
4. Jabatan : Guru Mapel
5. Unit Kerja : SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi
6. Lokasi Penelitian : SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi
Disahkan oleh :
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
B. Subjek Penelitian.................................................................. 15
F. Analisis Data........................................................................ 17
D. Pembahasan ......................................................................... 30
A. Simpulan ............................................................ 33
B. Saran .................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Pratindakan...................................................................................................26
4.2. Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Siklus I . 27
4.3. Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Siklus II 28
vi
ABSTRAK
Kata Kunci: Pendekatan Bermain, Media Bantu, Minat Belajar, Keaktifan Siswa
vii
BAB I
PENDAHULUAN
2
bahwa, minat, keaktifan, dan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa
3
kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur masih sangat
kurang.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan diketahui bahwa
penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa hanya 31,25% dari seluruh
siswa kelas V yang berjumlah 32 siswa. Kurangnya keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran akan menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam
belajar, oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan
peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul Upaya Meningkatkan Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan
Loncat melalui Pendekatan Bermain dan Media Bantu pada Siswa Kelas V SD
Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2022/2023.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta
Timur dikarenakan setiap pembelajaran atletik, khususnya nomor lompat dan
loncat, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang berorientasi
pada gerak dasar, hal itu menyebabkan siswa menjadi malas dan bosan dalam
mengikuti pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah
meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat melalui pendekatan
bermain dan media bantu dalam pembelajaran PJOK pada siswa kelas V SD
Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2022/2023.
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan gerak
dasar lompat dan loncat melalui pendekatan bermain dan media bantu pada
siswa kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur Tahun
Pelajaran 2022/2023.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk peningkatan penguasaan gerak dasar
lompat dan loncat melalui pendekatan bermain dan media bantu pada siswa
kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur Tahun Pelajaran
2022/2023. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak, yaitu:
1. Bagi Guru
Melalui penelitian ini, Guru PJOK dapat menerapkan strategi dan
model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik untuk meningkatkan
penguasaan gerak dasar lompat dan loncat.
2. Bagi Siswa
Melalui hasil penelitian ini, siswa yang semula tidak tertarik dan
bermasalah dengan pembelajaran lompat dan loncat, menjadi lebih antusias
dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan model
pembelajaran dan membantu memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran
PJOK di sekolah.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha
menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah
maupun rohaniahnya. Usaha tersebut dilakukan secara sengaja dari orang
dewasa untuk meningkatkan kedewasaan anak dan mampu memikul
tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. (Soegardo dan Harahap.
1981:257).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa, pendidikan
adalah usaha secara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Menurut Raka Joni (1981: 14) hakikat pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan subyek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
6
Gambar 1. Melompat dengan Tumpuan Satu Kaki
7
diharapkan lebih terampil, efektif dalam menggunakan atau memfungsikan
anggota badannya.
Karakteristik gerak dan struktur gerak lompat dan loncat dalam
atletik berdasarkan buku Pedoman Lomba Atletik Seri Lompat dan loncat
(PEPASI, 1996) adalah sebagai berikut:
a. Dengan tumpuan dua kaki
b. Loncat ke depan
c. Loncat ke belakang
d. Loncat ke samping kiri atau ke kanan
e. Loncat ke atas
f. Loncat berputar
g. Melompat dengan tumpuan satu kaki
h. Lompat ke depan, ke belakang, ke samping, ke bawah, ke atas, dan
lompat berputar
i. Sendirian, berpasangan, atau berkelompok
j. Bersama anak-anak lain atau melawan anak-anak lain
k. Melewati rintangan menggunakan lapangan rumput, matras, atau bak
pasir
l. Di hutan, di kebun atau di jalan, dan lain-lain.
4. Bermain
Teori Relaksi dari Patrick (dalam Soetoto pontjopoetro. 2002: 1.7)
teori ini mengemukakan bahwa, “Permainan adalah menyenangkan dan
dilakukan karena ingin bermain. Karena bermain adalah cara untuk
melepaskan diri dari segala kehidupan dan segala macam paksaan”. Teori
kelebihan tenaga dari Herbert Spencer (dalam Soetoto pontjopoetro, 2002:
1.7) teori ini mengatakan bahwa, “Tenaga yang berlebihan yang ada pada
anak itu menuntut jalan keluar dan pada disalurkan dalam permainan”.
Ahli-ahli pendidikan seperti Gutsmuths, Montessori da Frobel (dalam
Soetoto pontjopoetro, 2014: 1.10) menganjurkan supaya permainan itu
menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun pertumbuhan jasmani
8
dan rohani. Anak-anak bermain dalam suasana jiwa bebas, lepas dari segala
rintangan dan tekanan, serta mencerminkan jiwa mereka kepada kita,
sehingga mudah bagi kita untuk mengetahui tabiat anak. Maka tepat sekali
jika para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak yang sedang bermain
adalah sebagai buku yang sedang terbuka yang mudah terbaca.
Berdasarkan beberapa teori permainan di atas, maka dapat kita ambil
suatu definisi bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menarik,
menantang dan menimbulkan kesenangan, karena dengan adanya rasa
senang memudahkan dalam mengajar dan mengarahkan anak untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Fungsi permainan dalam pendidikan sangat mendukung keberhasilan
pendidikan. Anak-anak suka bermain dan permainan itu dilakukan dengan
gembira. Oleh karena itu segala sesuatu yang diajarkan waktu itu dapat
ditangkapnya dengan mudah. Maka, sebaiknya semua pembelajaran kepada
anak-anak diberikan dalam suasana gembira atau sambil bermain.
Dalam permainan seorang anak belajar memberi dan menerima,
belajar mengukur kekuatan atau kecepatan sendiri dengan orang lain, belajar
bergaul dengan orang lain, belajar jujur dan sportifitas, belajar bekerjasama
sehingga akan timbul rasa persatuan.
Pembelajaran atletik yang hanya berorientasi kepada hasil tanpa
memperhatikan variasi dalam proses pengembangannya dapat menjebak
siswa dalam kebosanan dan kejenuhan. Bermain dalam hal ini sebagai
pendekatan ke teknik yang akan dilaksanakan dan jenis permainannya
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Misalnya, dalam materi
lompat dan loncat, contohnya adalah memindahkan benda ke tempat lain,
melompat dan meloncat dengan melewati rintangan dan sebagainnya.
Dengan bermain diharapkan siswa menjadi termotivasi dan bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran atletik.
9
5. Media Bantu
Media pembelajaran diartikan sebagai bentuk yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran perasaan, perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-
bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar
menjadi lebih konkrit. (Basyirudin Usman. 2002: 12).
Media bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
seorang pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan
pendidikan/pengajaran. Dalam praktiknya alat bantu lebih sering disebut
sebagai peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan
sesuatu di dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Media menurut Arsyad (2002) adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan atau alat.
Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan agar siswa
mengetahui sesuatu hal.
Media berperan sebagai alat bantu belajar yang bisa digunakan
sendiri oleh siswa atas bimbingan guru, dalam pembelajaran media
digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru dalam
memberikan atau menyampaikan pelajaran.
Alat bantu pendidikan ini disusun menggunakan patokan atau
berdasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Oleh sebab itu, semakin
banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang
diajarkan maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh sasaran pendidikan. Dengan
perkataan lain alat bantu ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera
sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi
dari siswa.
Target sasaran pendidikan di dalam proses pendidikan dapat
memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat
1
bantu pendidikan. Akan tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas
yang berbeda-beda di dalam membantu persepsi atau pemahaman seseorang.
1
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Susilana (2009: 9) adalah
sebagai berikut:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Alat bantu dikatakan baik apabila mempunyai tujuan pendidikan
untuk merubah pengetahuan, pengertian, pendapat, dan konsep-konsep,
mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan
yang baru, selain itu, alat bantu harus efisien dan efektif dalam
penggunaannya yaitu memberikan hasil guna yang ditinjau dari segi pesan
dan kepentingannya, serta alat bantu harus komunikatif, yaitu bahwa media
tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga siswa mudah
menerima pelajaran dari guru.
Pemilihan media bantu yang tepat dan sesuai dengan materi
pembelajaran sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
dilaksanakan. Media bantu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
gerak dasar lompat dan loncat penelitian tindakan kelas ini berupa ban bekas
dan bilah bambu. Pembelajaran menggunakan media bantu ban bekas dan
bilah bambu membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan menantang bagi siswa bila dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan media bantu.
1
Gambar 3 Melompat dan Meloncat dengan Media Ban Bekas
B. Kerangka berpikir
Penelitian ini menggunakan pendekatan bermain dan media bantu
pembelajaran. Pendekatan bermain dan media bantu diharapkan dapat
mengoptimalkan pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah
tercapai.
Penelitian ini memfokuskan pada upaya peningkatan penguasaan gerak
dasar lompat dan loncat dengan pendekatan permainan, terhadap sikap siswa
1
dalam mengikuti pembelajaran, dalam ini minat, kegembiraan dan keaktifan
siswa serta untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar pada gerak
dasar lompat dan loncat.
1
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian adalah 4
(empat) bulan. Pelaksanaan penelitian ini mulai dari bulan Juli sampai
dengan Oktober 2022 Kegiatan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan,
dan penyusunan laporan. Kegiatan persiapan meliputi observasi, identifikasi
masalah, penentuan tindakan, Pengajuan judul, penyusunan proposal, dan
Pengajuan ijin penelitian. Kegiatan pelaksanaan meliputi seminar proposal
dan pengumpulan data penelitian. Penyusunan laporan meliputi penulisan
laporan dan pengembangan diri pendidik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas berikut ini:
14
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 23 41 2 3 4
1. Persiapan
Observasi
Identifikasi masalah
Penentuan tindakan
Pengajuan judul
2.Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
Penyusunan laporan
3.
a. Penulisan laporan
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi
Kota Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 32 siswa yang
terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Siswa Kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur
mayoritas berasal dari keluarga pekerja, oleh karena itu sebagian waktunya di
rumah kurang mendapat perhatian dari orang tua, sehingga mereka jarang
melakukan latihan olahraga selama di rumah. Apalagi yang berhubungan
dengan gerak dasar lompat dan loncat. Kegiatan olahraga yang sering dilakukan
di rumah adalah bermain gadget, bermain sepak bola, dan bermain layang -
layang.
1
C. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data penelitian ini meliputi jenis dan sumber data.
Jenis data yang digunakan meliputi data apa saja yang menjadi fokus penelitian,
sedangkan sumber data adalah meliputi dari mana saja data tersebut diperoleh.
Jenis data penelitian ini meliputi minat, keaktifan, dan penguasaan gerak dasar
lompat dan loncat siswa.
Sumber data penelitian diambil dari siswa kelas V SD Negeri Lubang
Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2022/2023, kebiasaan siswa
dalam berlatih gerak dasar lompat dan loncat, dan dokumen berupa buku-buku
sumber yang di antaranya buku mata pelajaran pendidikan jasmani kelas V
Kurikulum 2013 dan buku-buku lain tentang gerak dasar lompat dan loncat dari
perpustakaan.
D. Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
meliputi wawancara dengan siswa kelas V dan guru, observasi atau pengamatan
langsung ke tempat pembelajaran untuk mencatat data tentang kondisi belajar
siswa yang meliputi minat, keaktifan, dan penguasaan siswa terhadap
pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat.
1
Validitas data penelitian tindakan kelas ini diuji dengan menggunakan
triangulasi, yaitu:
1. Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat dianalisis dengan menggunakan
triangulasi, yaitu dengan data yang diperoleh dari peneliti, observer, dan
siswa.
2. Minat dan keaktifan siswa dianalisis dengan menggunakan data yang
diperoleh dari peneliti, observer, dan siswa.
3. Aktifitas guru dianalisis dengan menggunakan data yang diperoleh dari
peneliti, observer, dan siswa.
4. Penggunaan pendekatan bermain dan media bantu dianalisis dengan
menggunakan data yang diperoleh dari peneliti, observer, dan siswa.
5. Nilai hasil belajar penguasaan gerak dasar lompat dan loncat sebelum
tindakan divalidasi dengan triangulasi peneliti.
6. RPP, silabus, kurikulum divalidasi dengan triangulasi dokumen.
F. Analisis Data
Data penelitian meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
dianalisis dengan teknik statistik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan
hasil hitung dari statistik deskriptif, misalnya persentase penguasaan gerak
dasar lompat dan loncat siswa pada satu siklus dengan siklus berikutnya. Data
kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis, yaitu mengidentifikasi
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru selama proses penerapan
tindakan. Hasil analisis tersebut menjadi bahan untuk menyusun rencana
perbaikan pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan
angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan
angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif
komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan dalam tindakan
menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
1
G. Indikator Kinerja Penelitian
Untuk menentukan ketercapaian tujuan perlu dirumuskan indikator
keberhasilan tindakan yang disusun secara realistik, yaitu mempertimbangkan
kondisi pratindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan dan dapat
diukur dengan jelas. Indikator kinerja penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 2 Indikator Kinerja Penelitian
Presentase siswa
Aspek yang diukur Cara mengukur
yang ditargetkan
Minat belajar siswa 80% Diamati saat pembelajaran
dan dihitung jumlah siswa
yang memfokuskan
perhatiannya pada
pembelajaran gerak dasar
lompat dan loncat yang
dipraktekkannya
Keaktifan siswa 80% Diamati saat pembelajaran
dalam mempelajari dan dihitung jumlah siswa
gerak dasar lompat yang menampakkan keaktifan
dan loncat dalam mempelajari gerak
dasar lompat dan loncat
Penguasaan gerak 75% Diukur dari hasil tes
dasar lompat dan melakukan gerak dasar lompat
loncat siswa dan loncat dan dihitung
jumlah siswa yang dapat
melakukan gerak dasar
lompat dan loncat dengan baik
minimal 75% lompatan dan
loncatan dilakukan dengan
awalan dan pendaratan
dengan kaki yang tepat sesuai
petunjuk
Aspek yang Diukur Persentase Siswa yang Ditargetkan Cara Mengukur minat
belajar siswa 80% diamati saat pembelajaran dan dihitung jumlah siswa yang
memfokuskan perhatiannya pada pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat
yang dipraktekannya.
1
Keaktifan siswa dalam mempelajari gerak dasar lompat dan loncat 80%
Diamati saat pembelajaran dan dihitung jumlah siswa yang menampakan
keaktifan dalam mempelajari gerak dasar lompat dan loncat.
Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa 75% Diukur dari hasil
tes melakukan gerak dasar lompat dan loncat dan dihitung jumlah siswa yang
dapat melakukan gerak dasar lompat dan loncat dengan baik minimal 75%
lompatan dan loncatan dilakukan dengan awalan dan pendaratan dengan kaki
yang tepat sesuai petunjuk.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut
gambar daur penelitian tindakan kelas:
Putaran 1
Refleksi Rencana
awal/rancangan
Putaran 2
Tindakan/ Observasi
Tindakan/ Observasi
1
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan
prosedur kegiatan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang meliputi RPP dibuat dengan skenario yang jelas dan
rinci yang relevan dengan tindakan, mempersiapkan jenis permainan dan
media bantu pembelajaran berupa ban bekas, bilah bambu, dan peluit,
serta mempersiapkan lembar pengamatan, serta mempersiapkan alat atau
instrumen penilaian.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan diawali dengan kegiatan awal yang
meliputi membariskan siswa menjadi 4 bersaf, memberi salam,
memimpin do’a, melakukan presensi, dan memimpin pemanasan.
Peneliti menjelaskan dan memperagakan permainan “Berburu
Kelelawar”, yaitu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
putra dan kelompok putri dan masing-masing kelompok membentuk
formasi lingkaran besar, kemudian mencari pasangan dan menempatkan
di posisi depan atau belakang pasangannya. Peneliti memerintahkan dua
orang anak secara sukarela ke tengah lingkaran untuk diundi. Yang
menang menjadi kampret dan yang kalah menjadi pemburu, setelah ada
aba-aba dari peneliti kampret berlari dikejar oleh pemburu, apabila
kelelawar hinggap di depan salah satu kelompok teman yang berjumlah
dua anak tersebut maka anak yang berada di belakang harus lari
menggantikan menjadi kampret dan apabila kampret tertangkap, maka
posisi kampret bergantian menjadi pemburu.
Kegiatan inti tindakan siklus I adalah peneliti memberikan
penjelasan tentang materi pembelajaran. Peneliti bertanya kepada siswa
tentang teknik dasar melompat dan meloncat, kemudian siswa menjawab
pertanyaan. Peneliti membariskan siswa menjadi dua berbanjar
menghadap lingkaran ban. Siswa memperagakan melompat pada
2
lingkaran ban secara
2
bergantian dan kembali membentuk barisan, dengan sikap badan tegak,
pandangan ke depan, bertumpu pada satu kaki dan berat badan berada
pada kaki tumpu, dilakukan berulang-ulang dengan posisi ban semakin
direnggangkan.
Siswa melakukan gerakan melompat melewati bilah bambu yang
dibentuk seperti gergaji dengan sikap badan tegak, pandangan mata ke
depan bawah, dan bertumpu pada satu kaki mendarat dengan kaki yang
lain, gerakan dilakukan berulang-ulang sesuai perintah.
Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat
melewati ban. Siswa melakukan gerakan meloncat melewati barisan ban
dengan posisi badan condong ke depan, bertumpu dan mendarat dengan
dua kaki, pandangan ke depan, serta ayunan kedua lengan rileks, gerakan
dilakukan berulang-ulang, dari posisi ban berdempetan sampai posisi ban
yang renggang.
Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat
melewati bilah bambu yang dibuat seperti gergaji. Siswa melakukan
gerakan meloncat melewati bilah bambu dengan tumpuan dua kaki dan
mendarat dengan dua kaki, kemudian lari dan kembali pada barisan paling
belakang. Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai siswa dapat
meloncat tanpa menginjak bilah bambu.
Siswa melakukan gerakan melompat melewati barisan ban dan
kembali dengan gerakan meloncat melewati bilah bambu secara berurutan
sesuai perintah dan setelah selesai, siswa melakukan tos dengan teman
yang akan melakukan gerakan selanjutnya. Gerakan dilakukan berulang-
ulang dan terakhir dilombakan.
Selama kegiatan berlangsung, peneliti mengawasi siswa, peneliti
memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan, memberikan kesempatan siswa berfikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, bertindak tanpa rasa takut,
memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat, dan bertanya jawab
dengan siswa, membetulkan kesalahan, penguatan, dan kesimpulan.
2
Pada kegiatan akhir pelaksanaan tindakan, siswa dibariskan
kembali menjadi 4 bersaf untuk melakukan pendinginan (Cooling Down),
siswa mendengarkan ulasan materi pembelajaran yang telah dilakukan.
Peneliti memimpin siswa untuk berdo’a dan membubarkan barisan.
c. Observasi
Pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat melalui pendekatan
bermain dan media bantu, siswa kelas V sudah mulai menampakan
ketertarikan terhadap pembelajaran. Siswa yang pada kegiatan
pratindakan bermain sendiri, pada siklus I ini mulai berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Peneliti mencatat semua aktifitas siswa, minat
siswa, keaktifan siswa, dan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat
siswa dalam lembar pengamatan, sebagai bahan analisis untuk mengambil
tindakan selanjutnya.
d. Refleksi
Minat dan keaktifan siswa terhadap materi pembelajaran gerak
dasar lompat dan loncat diamati, dihitung, dan kemudian dicatat dalam
lembar pengamatan sebagai data penelitian dan bahan analisis. Pada
siklus I siswa yang menunjukkan minat dan keaktifan terhadap
pembelajaran tercatat sebanyak 19 siswa (59,38%), demikian juga dengan
penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa. Minat, keaktifan, dan
penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa pada siklus I ini telah
meningkat, namun peningkatannya belum seperti yang diharapkan sesuai
indikator kinerja penelitian, untuk itu perlu diadakan tindakan berikutnya
pada siklus II.
Kegiatan siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Siswa
melakukan latihan gerak dasar lompat dan loncat dengan membawa cone
yang berisi bola tenis. Hal ini berbeda dengan pembelajaran siklus I yang
dilakukan hanya dengan tos kepada teman setelah melakukan gerak
lompat dan loncat.
2
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang meliputi RPP yang dibuat dengan skenario
yang jelas dan rinci yang relevan dengan tindakan, mempersiapkan jenis
permainan dan media bantu pembelajaran berupa ban bekas, bilah bambu,
dan peluit, serta mempersiapkan lembar pengamatan, serta
mempersiapkan alat atau instrumen penilaian. Pembelajaran siklus II
dilakukan dengan menambah media bantu berupa cone dan bola tenis
untuk meningkatkan semangat siswa untuk berkompetisi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II diawali dengan kegiatan awal yang meliputi
membariskan siswa menjadi 4 bersaf, memberi salam, memimpin do’a,
melakukan presensi, dan memimpin pemanasan.
Peneliti menjelaskan dan memperagakan permainan “Berburu
Kelelawar”, yaitu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
putra dan kelompok putri dan masing-masing kelompok membentuk
formasi lingkaran besar, kemudian mencari pasangan dan menempatkan
di posisi depan atau belakang pasangannya. Peneliti memerintahkan dua
orang anak secara sukarela ke tengah lingkaran untuk diundi. Yang
menang menjadi kampret dan yang kalah menjadi pemburu, setelah ada
aba-aba dari peneliti kampret berlari dikejar oleh pemburu, apabila
kelelawar hinggap di depan salah satu kelompok teman yang berjumlah
dua anak tersebut maka anak yang berada di belakang harus lari
menggantikan menjadi kampret dan apabila kampret tertangkap, maka
posisi kampret bergantian menjadi pemburu.
Kegiatan inti pembelajaran siklus II dilakukan peneliti dengan
memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Peneliti bertanya
kepada siswa tentang teknik dasar melompat dan meloncat, kemudian
siswa menjawab pertanyaan. Peneliti membariskan siswa menjadi dua
berbanjar menghadap lingkaran ban. Siswa memperagakan melompat
2
pada
2
lingkaran ban secara bergantian dan kembali membentuk barisan, dengan
sikap badan tegak, pandangan ke depan, bertumpu pada satu kaki dan
berat badan berada pada kaki tumpu, dilakukan berulang-ulang dengan
posisi ban semakin direnggangkan.
Siswa melakukan gerakan melompat melewati bilah bambu yang
dibentuk seperti gergaji dengan sikap badan tegak, pandangan mata ke
depan bawah, dan bertumpu pada satu kaki mendarat dengan kaki yang
lain, gerakan dilakukan berulang-ulang sesuai perintah.
Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat
melewati ban. Siswa melakukan gerakan meloncat melewati barisan ban
dengan posisi badan condong ke depan, bertumpu dan mendarat dengan
dua kaki, pandangan ke depan, serta ayunan kedua lengan rileks, gerakan
dilakukan berulang-ulang, dari posisi ban berdempetan sampai posisi ban
yang renggang.
Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat
melewati bilah bambu yang dibuat seperti gergaji. Siswa melakukan
gerakan meloncat melewati bilah bambu dengan tumpuan dua kaki dan
mendarat dengan dua kaki, kemudian lari dan kembali pada barisan
paling belakang. Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai siswa dapat
meloncat tanpa menginjak bilah bambu.
Siswa melakukan gerakan melompat melewati barisan ban dan
kembali dengan gerakan meloncat melewati bilah bambu secara berurutan
sesuai perintah dengan membawa cone yang berisi bola tenis untuk
diberikan kepada teman lainnya. Gerakan dilakukan berulang-ulang dan
terakhir dilombakan.
Selama kegiatan berlangsung, peneliti mengawasi siswa, peneliti
memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan, memberikan kesempatan siswa berfikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, bertindak tanpa rasa takut,
memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat, dan bertanya jawab
dengan siswa, membetulkan kesalahan, penguatan, dan kesimpulan.
2
Pada kegiatan akhir pelaksanaan tindakan, siswa dibariskan
kembali menjadi 4 bersaf untuk melakukan pendinginan (Cooling Down),
siswa mendengarkan ulasan materi pembelajaran yang telah dilakukan.
Peneliti memimpin siswa untuk berdo’a dan membubarkan barisan.
c. Observasi
Pada siklus II, pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat melalui
pendekatan bermain dan media bantu, siswa kelas V menunjukkan minat
dan ketertarikan terhadap pembelajaran yang sangat tinggi. Pendekatan
bermain dan penggunaan media bantu ban bekas dan bilah bantu yang
ditambah dengan cone dan bola tenis berefek positif terhadap minat,
keaktifan, dan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa dalam
pembelajaran. Penambahan media bantu cone dan bola tenis merubah
suasana pembelajaran lebih hidup, suasana kompetisi telah berhasil
membangkitkan minat dan keaktifan seluruh siswa. Siswa sudah tidak lagi
bermain sendiri, semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Peneliti mencatat semua aktifitas siswa, minat siswa, keaktifan siswa, dan
penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa dalam lembar
pengamatan, sebagai bahan analisis untuk mengambil kesimpulan.
d. Refleksi
Minat, keaktifan, dan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat
siswa diamati, dihitung, dan dicatat sebagai data penelitian. Pada siklus II,
seluruh siswa yang berjumlah 32 anak, telah menunjukkan minat yang
tinggi terhadap pembelajaran (100%). Selain itu, seluruh siswa juga telah
aktif mengikuti pembelajaran (100%), tingkat ketuntasan belajar telah
mencapai 96,77%, masih terdapat 1 siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar, hal ini disebabkan karena fisik kedua anak tersebut
dalam kondisi kurang sehat, meskipun demikian, karena pembelajaran
telah mencapai tingkat ketuntasan sesuai indikator kinerja penelitian yang
disyaratkan, maka penelitian dihentikan pada siklus II.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian tentang penguasaan gerak dasar lompat dan loncat ini dimulai
dengan kegiatan pratindakan, yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
untuk mendapatkan data awal sebagai dasar pengambilan tindakan tiap
siklusnya. Hasil belajar pratindakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Pratindakan
2
diperoleh persentase penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa sebagai
berikut:
Tabel 2
Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Siklus I
2
untuk
2
meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa. Penguasaan
gerak dasar lompat dan loncat siswa siklus II sebagai berikut:
Tabel 3
Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Siklus II
Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa pada siklus II telah
mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan, yaitu 32 siswa (96,77%) telah
dapat menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik, sehingga
kegiatan pembelajaran siklus II ini telah berhasil sesuai dengan kriteria
ketuntasan yang disyaratkan.
Keberhasilan tindakan pembelajaran siklus II dicapai setelah peneliti
melakukan pembelajaran melalui pendekatan bermain dan media bantu
berupa ban bekas dan bilah bambu. Siswa terlihat antusias mengikuti
pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat, siswa merasa tertantang dan
bersaing untuk dapat melakukan gerak dasar lompat dan loncat dengan baik
dan melakukan pendaratan pada daerah yang telah ditentukan tanpa
menyentuh media bantu.
Kegiatan pembelajaran semakin hidup, siswa berkompetisi dengan
sehat untuk dapat melakukan gerak dasar lompat dan loncat dengan baik.
Suasana pembelajaran menjadi semakin kondusif, semua siswa terlihat
antusias melakukan gerak dasar lompat dan loncat berulang-ulang dengan
baik.
Pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah
bambu dalam pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat telah berhasil
menarik minat belajar seluruh siswa, sehingga tingkat penguasaan gerak
dasar lompat dan loncat meningkat. Persentase peningkatan penguasaan
3
gerak dasar
3
lompat dan loncat tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan yang
diharapkan, oleh karena itu, pembelajaran telah dapat dikatakan berhasil,
untuk itu kegiatan perbaikan pembelajaran ini dihentikan pada siklus II.
3
penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa terjadi setelah peneliti
menambah media
3
bantu dengan cone dan bola tenis yang harus dibawa oleh siswa ketika
melakukan gerak lompat dan loncat yang kemudian harus diberikan kepada
siswa lain tanpa menjatuhkan bola tenis, sehingga siswa merasa tertantang dan
semakin aktif mengikuti pembelajaran yang semakin menyenangkan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
35
30
25
20
15 Tuntas
Tidak Tuntas
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
D. Pembahasan
Pendekatan bermain dan media bantu pada pembelajaran gerak dasar
lompat dan loncat pada siswa kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota
Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2022/2023 dapat meningkatkan minat dan
keaktifan siswa, suasana kelas menjadi lebih kondusif, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.
Pendekatan bermain dan media bantu ban bekas dan bilah bambu pada
pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat serta penambahan media bantu
berupa cone dan bola tenis merupakan pendekatan yang dapat membangkitkan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga para siswa dapat
3
melakukan gerak dasar lompat dan lompat dengan baik dan optimal yang pada
akhirnya dapat meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa.
Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa kelas V SD Negeri
Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur setelah dilakukan perbaikan
pembelajaran siklus I dan siklus II meningkat secara signifikan. Hal ini
dikarenakan siswa lebih berminat dan aktif dalam pembelajaran. Mereka
tertarik pada penggunaan media bantu dan latihan yang berbeda-beda tiap
siklusnya. Siswa merasa tidak jenuh, bahkan merasa tertantang dengan latihan
dan permainan tersebut. Ternyata media bantu yang berupa ban bekas, bilah
bambu, cone, dan bola tenis dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
Berdasarkan analisis data, pembelajaran menggunakan media bantu
dapat meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa, hal ini
sejalan dengan pendapat Arsyad (2002) bahwa, media bantu pendidikan ini
disusun menggunakan patokan atau berdasarkan pada prinsip bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca
indera. Oleh sebab itu, semakin banyak panca indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu materi yang diajarkan maka semakin banyak dan semakin
jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh sasaran pendidikan.
Dengan perkataan lain media bantu ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera
sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi dari
siswa.
Keaktifan belajar siswa telah meningkat, penguasaan gerak dasar lompat
dan loncat siswa juga meningkat, siswa lebih berminat, apalagi dengan suasana
kompetisi yang tercipta akibat penggunaan media bantu tambahan berupa cone
dan bola tenis, sehingga nilai hasil belajarpun secara otomatis meningkat.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran sebanyak 2 siklus, persentase
ketuntasan belajar telah mencapai 96,77%.
Meskipun demikian, pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya
mementingkan nilai kuantitatif saja, akan tetapi yang paling penting adalah
prosesnya. Setelah dilakukan pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat
3
menggunakan pendekatan bermain dan media bantu ban bekas, bilah bambu,
3
cone, dan bola tenis, proses pembelajaran menjadi kondusif, siswa terlihat
antusias, aktif, dan semangat dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dampak
akhir yang ingin dicapai berupa meningkatnya kebugaran dan kesehatan siswa
dapat tercapai dengan baik.
3
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah pendekatan bermain dan media bantu
dapat meningkatkan minat, keaktifan, dan penguasaan gerak dasar lompat dan
loncat siswa kelas V SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota Jakarta Timur
Tahun Pelajaran 2022/2023.
Penelitian ini berimplikasi bagi perkembangan pembelajaran pendidikan
jasmani dan olahraga kesehatan di SD Negeri Lubang Buaya 12 Pagi Kota
Jakarta Timur. Guru pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan dapat
menerapkan pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat melalui pendekatan
bermain dan media bantu. Pendekatan bermain dan media bantu dapat pula
digunakan pada materi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
kesehatan lainnya, terutama pada cabang atletik, sehingga siswa merasa tertarik
dengan pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan akhirnya dapat
tercapai.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat menerapkan pendekatan bermain dan
melengkapi media bantu pembelajaran agar guru dapat menerapkan
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan, sehingga minat,
keaktifan, dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Bagi Guru
Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran diharapkan
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan materi dan media bantu yang
telah tersedia atau menyediakan alat bantu sendiri yang sesuai dengan materi
pembelajaran, sehingga materi dapat disampaikan dengan mudah dan
menyenangkan bagi siswa.
33
3. Bagi Siswa
Siswa dalam mengikuti pembelajaran diharapkan lebih berminat dan
aktif, sehingga materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru mudah
diterima dan dikuasai, sehingga hasil belajar mereka dapat meningkat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Olih Solihin, dkk. (2015). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
Dadang Heryana, Giri Verianti. (2015). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
untuk Siswa SD-MI Kelas V. Jakarta: Aneka Ilmu.
Gafur Abdul. (1994). Olahraga Gerak dan Program Latihan dan Akademik, Jakarta:
Persindo.
http://binoracom.wordpress.com/2015/08/21/lompat-dan-loncat/
https://oriflameid.com/contoh-variasi-gerak-dasar-lompat-dan-loncat/.
http://ramliunmul.blogspot.com/2017/10/konsep-dasar
gerak.html?zx=8daff32c8ac6b69b
PEPASI. (1996). Pedoman Lomba Atletik seri Lompat dan Loncat. Jakarta: PEPASI.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati langkah-langkah bermain lompat katak, siswa mampu
menjelaskan cara melompat mencapai sasaran dengan gaya yang benar
dengan percaya diri.
2. Dengan bermain lompat katak, siswa mampu melompat mencapai sasaran
dengan gaya yang benar dengan mandiri.
D. Materi Pembelajaran
1. Lompat Katak
H. Penilaian
1. Teknik Penilaian
Penilaian Sikap: kerjasama, tanggung jawab, dan teliti
Penilaian Pengetahuan : tertulis
2. Bentuk Instrumen Penilaian
C. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati gambar, siswa mampu menjelaskan cara melompat
mencapai sasaran dengan gaya yang benar.
2. Dengan berlatih melompat, siswa mampu melompat mencapai sasaran
dengan gaya yang benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Melompat mencapai sasaran dengan gaya yang benar.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan - Guru membuka menyapa siswa dan menanyakan 10 Menit
keadaan mereka.
- Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa
- Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat
dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
- Siswa mendengarkan penjelasan dari guru kegiatan
yang akan dilakukan hari ini dan apa tujuan yang akan
dicapai dari kegiatan tersebut dengan bahasa yang
sederhana dan dapat dipahami.
Kegiatan Inti - Siswa diarahkan untuk kegiatan selanjutnya. 120 Menit
- Siswa diminta untuk melakukan lompatan
yang tepat sasaran.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
H. Penilaian
1. Teknik Penilaian
Penilaian Sikap: kerjasama, tanggungjawab, dan teliti
Penilaian Pengetahuan : tertulis
2. Bentuk Instrumen Penilaian