Anda di halaman 1dari 76

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA LUAS DAN

KELILING BANGUN DATAR MENGGUNAKAN MEDIA GEOBOARD


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PADA PESERTA DIDIK KELAS III SDN 001 PENAJAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemantapan


Kemampuan Profesional (PKP) PDGK4501 dan Sebagai Salah Satu
Syarat dalam Memenuhi Tugas Akhir Pada Program S-1 PGSD

OLEH :
ARMELIANI MONICA
NIM :858401617

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – UT SAMARINDA
POKJAR PENAJAM
TAHUN 2023
ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan hasil perbaikan pembelajaran sebagai laporan tugas mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP).
Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP), yang merupakan perbaikan pembelajaran.
Dalam Menyusun laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik bantuan materil dan spiritual oleh Karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Rusna Ristasa, M.Pd selaku Kepala UPBJJ Universitas
Terbuka Samarinda.
2. Ibu Rahmah Daniyati, S.Pd selaku Supervisor 1 dalam Penyelesaian Tugas
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
3. Bapak Sofyan,S.Pd selaku Ketua pengelola pada Pokjar S1 PGSD
Penajam
4. Bapak Rahman Ali, S.Pd selaku Kepala SDN 001 Penajam Paser Utara
yang telah berkenan membimbing dan memberikan waktu dan tempat
dalam kegiatan perbaikan.
5. Bapak SetiyaNugroho, S.Pd.,M.M selaku tutor pembimbing PKP
6. Orangtua saya yang selalu memberikan pandangan serta motivasi
7. Teman – teman terbaik sesama mahasiswa S1 PGSD tahun 2019
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini.

Semua bantuan yang telah diberikan, sangat bermanfaat bagi penulis


dalam melaksanakan program penyusunan laporan ini, semoga mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT.
Harapan penulis, semoga laporan hasil perbaikan pembelajaran ini dapat
bermanfaat bagi setiap pembaca khususnya bagi rekan-rekan guru dan Kepala

iv
Sekolah dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi upaya peningkatan mutu
pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Akhirnya penulis mengharapkan dari para pembaca, agar berkenan
memberikan masukan dan saran dalam rangka penyempurnaan laporan perbaikan
pembelajaran ini. Atas perhatian dan sumbangan pikirannya diucapkan terima
kasih

Penajam, 11 Juni 2023


Penulis

ARMELIANI MONICA
NIM. 858401617

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
ABSTRAK................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
E. Batasan Istilah ....................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .......................................................................... 9
1. Hakikat Belajar ................................................................ 9
2. Hasil Belajar ................................................................... 10
a. Hakikat Hasil Belajar ................................................ 10
b. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Belajar ...................................................................... 11
3. Matematika .................................................................... 12
a. Pengertian Matematika ............................................. 12
b. Tujuan Pembelajaran Matematika.............................. 13
4. Materi Luas dan Keliling Bangun Datar ......................... 14
a. Luas Persegi dan Panjang Satuan Tidak
Baku......................................................................... 14

vi
5. Media Pembelajaran......................................................... 20
a. Pengertian Media Pembelajaran ................................. 20
b. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran ................... 20
c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran yang Baik .................... 22
6. Media Papan Geoboard .................................................... 22
a. Pengertian Geoboard/Papan Berpaku ......................... 22
b. Langkah Pembelajaran Menggunakan Geoboard/
Papan berpaku .............................................................. 23
c. Kelebihan dan Kekurangan Media Geoboard/
Papan berpaku............................................................... 24
d. Cara Membuat Papan Geoboard ................................. 24
7. Model Pembelajaran ....................................................... 25
a. Pengertian Model Pembelajaran ................................. 25
b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran yang Baik ................... 26
8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .................... 27
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD ........................................................................ 27
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD ................................................................ 27
c. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD ................................................................ 28
B. Penelitian Relevan .................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 30
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek, Waktu dan Lokasi Penelitian.............. ...................... 32
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ......................... ..... 32
C. Teknik Analisis Data
1. Jenis Data……….. .......................................................... . 40
2. Sumber Data ..................................................................... 41
3. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 41

vii
4. Analisis Data ................................................................... 42
5. Kriteria Keberhasilan Tindakan........................................ 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran................ 43
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran........... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ketersediaan Supervisor 2 Sebagai Pembimbing PKP


2. Perencanaan PTK
3. RPP Pra Siklus
4. RPP Perbaikan Siklus 1
5. RPP Perbaikan Siklus 2
6. APKG 1 dan 2 ( Siklus I)
7. APKG 1 dan 2 ( Siklus II)
8. Lembar Pengamatan Terhadap Kinerja Guru (Observasi)
9. Jurnal Pembimbingan dengan Supervisor 1
10. Jurnal Pembimbingan dengan Supervisor 2
11. Hasil Pekerjaan Siswa yang Terbaik dan Terburuk per Siklus
12. Dokumentasi
13. Link Video Praktik

ix
ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik kelas
III SDN 001 Penajam Paser Utara dalam materi Luas dan Keliling Bangun
Datar.
Berdasarkan observasi prasiklus di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika dikelas III yang masih menggunakan metode ceramah adalah 3 siswa
mencapai ketuntasan 12,5 %,dan 20 siswa 83,3 % tidak tuntas dengan nilai rata-
rata 40,0, dengan KKM mata pelajaran Matematika yaitu 77. Dengan
menggunakan hasil studi lapangan, peneliti mencoba memperbaiki pembelajaran
dengan melakukan penelitian tindakan kelas di kelas III SDN 001 Penajam
semester genap tahun pelajaran 2022/2023. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hasil belajar matematika materi bidang permukaan dan keliling
bangun datar menggunakan media geoboard dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III SDN 001 Penajam. Tes hasil belajar
siswa digunakan sebagai bentuk pengumpulan data. Metode analisis data dengan
analisis kuantitatif dan kualitatif. Informasi kuantitatif berupa nilai rata-rata,
tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dan data kualitatif yaitu informasi tentang
klasifikasi, ciri-ciri berupa pertanyaan atau fakta. Pelaksanaan penelitian
perbaikan pembelajaran ini dilakukan menggunakan media Geoboard melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlaksana dengan 2 siklus. Adapun
perbaikan pada siklus I dengan persentase ketuntasan sebanyak 33,3% dengan
jumlah 8 siswa dan persentase ketidak tuntasan sebanyak 66,7% dengan jumlah
16 siswa dengan nilai rata-rata 70,0, dan Siklus II dengan persentase ketuntasan
sebanyak 95,8% dengan jumlah 23 siswa dan persentase ketidak tuntasan
sebanyak 4,2% dengan jumlah 1 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa sesudah
penggunaan media Geoboard melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Hasil belajar matematika, Kooperatif STAD, Media Geoboard, Luas dan
Keliling Bangun Datar

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan nasional
diharapkan mampu mengembangkan keterampilan peserta didik serta karakter
dan peradaban bangsa, yang keduanya penting untuk mencerdaskan
kehidupan masyarakat. agar peserta didik dapat memenuhi potensinya dan
tumbuh menjadi manusia yang bermoral, cakap, kreatif, mandiri, dan mandiri
yang dapat berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis dan menjadi
warga negara yang baik (Khuzaeva, 2014). Sedangkan Menurut (Ulfa, 2019)
Pendidikan adalah usaha sadar manusia yang mendasar dan terorganisasi
yang tugasnya menyelaraskan jiwa dan budi pekerti peserta didik dengan cita-
cita pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, penulis


menyimpulkan bahwa pendidikan nasional memegang peranan yang sangat
penting dalam membentuk kehidupan masyarakat dengan menumbuhkan
keterampilan serta karakter dan budaya bangsa. Pendidikan juga diharapkan
dapat membantu peserta didik memenuhi potensi dirinya dan berkembang
menjadi manusia yang bermoral, cakap, kreatif, mandiri dan mandiri yang
dapat berpartisipasi dalam masyarakat demokratis dan menjadi warga negara
yang baik. Pendidik membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikannya
serta mengembangkan jiwa dan karakternya agar sesuai dengan tujuan
pendidikan tersebut.

Belajar adalah proses kompleks yang membutuhkan lebih banyak dari


guru daripada hanya memberi tahu siswa. Guru juga harus bertanggung
jawab, memiliki otoritas dan menciptakan lingkungan di mana pembelajaran
dihargai. Karena orang yang belajar terlibat dalam berbagai kegiatan seperti
observasi, perbandingan dan kegiatan lainnya saat belajar, belajar bukan
hanya sekedar berpikir. Hal ini membuat pembelajaran menjadi
membosankan dan secara negatif memengaruhi pemahaman dan keterlibatan
siswa, yang mengarah pada hasil belajar yang lebih buruk. Ada sejumlah teori
yang berpendapat bahwa struktur kognitif atau susunan fakta,konsep, dan
prinsip untuk membuat suatu unit yang memiliki arti penting bagi mata
pelajaran siswa, menjadi dasar untuk belajar. (Thobroni, 2016).

Dimyati dan Mudjiono menegaskan bahwa Belajar adalah aktivitas dan


perilaku yang kompleks. Hanya siswa sendiri yang dapat memahami belajar
sebagai suatu kegiatan. Apalagi dengan kegiatan pembelajaran yang
membutuhkan solusi, siswa sering menghadapi tantangan. Banyak mata
pelajaran, termasuk matematika, melibatkan studi tentang berbagai masalah.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada


setiap tingkat pendidikan anak mulai dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan
Tinggi. Matematika adalah ilmu yang merupakan alat untuk berpikir, untuk
komunikasi, alat untuk memecahkan berbagai masalah praktis, yang unsur-
unsurnya adalah logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi dan
individualitas, dan yang memiliki cabang-cabang seperti Aritmatika, Aljabar,
Geometri dan Analisis (Angga Ardianto, 2019).

Di jenjang pendidikan sekolah dasar, menengah, hingga tinggi. Salah satu


materi yang terus menerus dipelajari adalah matematika. Menurut Rahmah
(dalam Purnama & Pramudiani, 2021). Matematika adalah ratu pengetahuan,
sehingga matematika dibutuhkan dalam banyak ilmu lainnya. Oleh karena itu,
siswa harus menguasai matematika. Matematika merupakan ilmu yang
berkembang baik secara materi maupun untuk kepentingan masyarakat.
Pembelajaran matematika dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
pengetahuan siswa. Siswa juga dapat menguasai ilmu-ilmu lain, termasuk
menguasai dasar-dasar matematika. Selain itu, belajar matematika dapat
membantu memecahkan masalah sehari-hari. (Febriyandani & Kowiyah,
2021).

2
Namun, mengingat pelajaran matematika banyak memuat konsep-konsep
abstrak, yang membutuhkan ketelitian, serta rumitnya penggunaan rumus,
seringkali membuat siswa enggan untuk mempelajarinya (Febriyandani &
Kowiyah, 2021). Selama ini, dalam proses pembelajaran matematika masih
belum sesuai dengan yang diharapkan, yaitu guru masih mendominasi dalam
pembelajaran, terutama pada pendidikan sekolah dasar (SD). Seringkali siswa
hanya duduk diam untuk mendengarkan penjelasan dari gurunya kemudian
mencatat dan selanjutnya mengerjakan soal latihan, seringkali soal dan
penyelesaiannya tidak berbeda jauh dengan apa yang dicontohkan oleh guru
di depan kelas.

Hal ini menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif serta


interaksi dalam kelas hanya satu arah. Begitu pula pemahaman siswa
terbentuk hanya terbatas pada apa yang telah diajarkan oleh guru saja.
Akibatnya membuat siswa beranggapan bahwa matematika masih saja
sebagai mata pelajaran yang sulit (Pujianingtias, Saputra, & Mujahir, 2019).
Hal ini mengakibatkan kemampuan matematika siswa masih sangat rendah
yang tentunya membuah hasil belajar siswa semakin buruk. Kondisi ini sesuai
dengan hasil survei PISA pada tahun 2018, dimana membuktikan bahwa
dalam kategori matematika, Indonesia menempati peringkat rendah, yaitu ke-
73 dari 80 negara dengan rata-rata skor 379. (Febriyandani & Kowiyah, 2021)

Hal tersebut juga dirasakan di SDN 001 Penajam. Berdasarkan observasi


prasiklus di lapangan pada tanggal 5 April 2023 menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika dikelas tersebut menunjukkan nilai rata-rata yang
tergolong rendah yaitu 40,0. Dalam hal ini, siswa tidak mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 77,00.Hal ini
disebabkan karena pada saat proses pembelajaran guru masih menggunakan
pembelajaran yang bersifat konvensioal dimana guru kebanyakan
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi di kelas dan
siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan menghafal rumus-rumus yang
sudah ada. Guru kurang inovatif dalam pembelajaran sehingga membuat

3
siswa cepat bosan dan malas mengerjakan tuguas dari guru. faktor lain yang
membuat rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru hanya berfokus
untuk mengajar materi yang harus disampaikan kepada anak dan kurang
memperhatikan kebermaknaan pengetahuan tersebut. Sehingga kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktitf menemukan sendiri
konsepnya. Perilaku siswa tersebtu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika.

Selain itu, ada beberapa masalah dengan tujuan pembelajaran matematika


siswa, terutama dengan beberapa materi pelajaran yang lebih menantang.
Ketika datang ke salah satu mata pelajaran ini, geometri, siswa susah untuk
mengingat rumus keliling dan luas bangun datar. Selain itu, pembelajaran
kooperatif belum digunakan oleh guru. Hal ini terlihat pada proses
pembelajaran, dimana siswa kurang terlibat dalam bertanya, bekerjasama
dengan teman, atau bahkan belajar secara berkelompok, bahkan lebih fokus
belajar sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian (Amir, 2022) yang
menunjukkan kesulitan siswa dalam memahami soal, memahami penjelasan
guru, dan menghitung rumus ketika belajar geometri. Karena siswa terlibat
dalam pembelajaran secara pasif, ini adalah salah satu faktor yang dapat
berkontribusi terhadap masalah tersebut. Sebaliknya, kemampuan berpikir
logis dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dapat dipupuk
oleh geometri. Materi yang lebih tinggi akan menderita jika geometri tidak
dipahami dengan baik. Realisasi tujuan pembelajaran dan hasil bagi siswa
akan terpengaruh jika masalah ini tidak ditangani.

Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat


dicoba oleh guru untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sadiman (dalam
Purba et al. 2020) mengklaim bahwa berbagai elemen dalam lingkungan
belajar, seperti media pembelajaran, dapat merangsang siswa untuk belajar.
Media pembelajaran sangat penting untuk proses pembelajaran di kelas
karena membantu siswa memahami konsep dan mencapai hasil belajar yang
lebih baik. Penggunaan media pembelajaran dapat memberikan siswa

4
pengalaman belajar yang terarah dan menyenangkan. Siswa lebih cenderung
mengingat informasi yang disajikan kepada mereka berkat proses
pembelajaran yang bermakna ini. Penyampaian materi di kelas juga dapat
dipermudah oleh guru dengan bantuan media pembelajaran(Pujianingtias,
Saputra, dan Mujahir, 2019).

Upaya lain yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menerapkan


pembelajaran kooperatif, yaitu pusat pembelajaran bukan hanya guru saja.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk dapat bekerja sama dan
saling bergantung secara positif antar siswa lainnya, sehingga terciptanya
interaksi antar siswa. Diharapkan dalam pembelajaran kooperatif, siswa
dengan mudah mampu menguasai materi pelajaran penjelasan dari siswa
lainnya yang memiliki taraf pengetahuan dan pemikiran lebih sejalan dan
sepadan (Fahrullisa, Putra, & Supriadi, 2018). Tipe pembelajaran kooperatif
yang dapat digunakan guru salah satunya yaitu pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut (Sahu,
2019)menyatakan bahwa penerapanmodel pembelajaran tipe tipe Student
Teams Achievement Division (STAD)dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA khususnya materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas
V SD Inpres 2 Balantak.

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divison


(STAD) dapat memperluas sumber belajar dalam kelompok karena sebagian
tinggi siswa beprestasi beperan sebagai tutor. Akhirnya, memungkinkan
siswa untuk bekerja dengan rekan mereka sendiri secara kompeten dan
behasil. Model pembelajaran tipe STAD merupakan model yang paling
sederhana, dimana proses penerimaan dan pemahaman siswa semakin mudah
dan cepat terhadap materi yang diajarkan dikarenakan pada model STAD
siswa dituntut untuk saling bekerja sama, sehingga dengan bekerjasama atau
belajar dari teman sebaya siswa lebih mudah memahami materi tesebut.

5
Agar proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa maksimal, maka perlu
dibantu dengan menggunakan media pembelajaran. Melalui media
pembelajaran siswa dapat memahami tentang materi yang dipelajari. Media
pembelajaran yang sesuai dipergunakan untuk mendukung proses
pembelajaran Matematika dengan model pembeajaran kooperatif tipe STAD
adalah media Geoboard / papan berpaku. Geoboard adalah alat bantu dalam
mengajarkan konsep geometri, seperti konsep bangun datar, konsep keliling
bangun datar, dan menghitung serta menentukan luas sebuah bangun datar
(Latstrijanah, 2017).

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division


(STAD) membantu para siswa mampu berinteraksi dengan baik antar teman
sekelas.Dalam penelitian terdahulu model pembelajaran tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) lebih efektif dari pada model pembelajaran
kooperatif tipe lainnya. Dapat dilihat berdasarkan keterampilan dalam
berkomunikasi, hasil pencapaian standar kompetensi, dan kemampuan
berpikir siswa (Samura, 2018).

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams


Achievement Division (STAD) menggunakan media Geoboard diharapkan
akan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memudahkan guru
dalam penyampain materi kepada siswa, memberikan pembelajaran yang
berkualitas dan bermakna kepada siswa, sehingga dapat berdampak pada
meningkatnya hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Luas dan Keliling Bangun Datar Menggunakan Media Geoboard Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas III SDN 001 Penajam”.

6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
pada peneliti adalah Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika pada
materi luas dan keliling bangun datar menggunakan media Geoboard melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III SDN 001
Penajam ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematikapada materi luas dan Keliling bangun datar menggunakan media
Geoboard melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas III SDN 001 Penajam.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi guru
a. Sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan bagi guru matematika
dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai.
b. Sebagai alat bantu mempermudah penyampaian materi
pembelajaran.
2. Bagi siswa
a. Sebagai pengenalan metode pembelajaran yang berbeda dari
pembelajaran sebelumnya.
b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
kegiatan penelitian yang sejenis
4. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk merumuskan berbagai
kebijakan tentang kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru
yang berkaitan dengan peningkatan motivasi belajar siswa dan
peningkatan prestasi belajar.

7
E. Batasan Istilah
1. Peningkatan hasil belajar matematika menggunakan media
Geoboard.
2. Pokok bahasan matematika adalah keliling dan luas bangun datar.
3. Metode pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD).

8
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Hakikat belajar adalah proses pemerolehan pengetahuan, keterampilan,
pemahaman, atau sikap melalui studi, pengalaman, atau instruksi. Belajar
adalah aktivitas berkelanjutan dalam kehidupan manusia di mana orang
memperoleh pengetahuan baru, memahami konsep kompleks,
mengembangkan keterampilan praktis, atau mengubah sikap dan perilaku
mereka. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan,
pengetahuan atau pengalaman baru melalui studi, instruksi, praktik atau
pengalaman. Ini membutuhkan pemrosesan informasi baru, pemahaman
konsep, dan pengembangan keterampilan yang memungkinkan individu untuk
tumbuh dan berkembang.
Belajar dapat terjadi di sekolah, perguruan tinggi, atau institusi pendidikan
lainnya, di mana kita mengikuti program yang terstruktur dan mengikuti
kurikulum tertentu. Di lingkungan formal ini, kita bisa belajar dari guru,
profesor, atau instruktur yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam
bidang yang diajarkan.Selain itu, belajar juga dapat terjadi di luar lingkungan
formal. Misalnya, kita bisa belajar melalui membaca buku, artikel, atau
sumber informasi lainnya.
Belajar juga bisa terjadi melalui pengalaman langsung, seperti melalui
percobaan, pengamatan, atau interaksi dengan orang lain. Teknologi juga telah
memungkinkan belajar secara mandiri melalui platform online, video tutorial,
atau aplikasi pembelajaran. Dalam era digital, banyak sumber daya belajar
online yang tersedia, memungkinkan akses ke pengetahuan dan informasi dari
berbagai bidang. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk aktif dan kreatif
dan memfasilitasi proses pembelajaran dalam menyampaikan matreri
pembelajaran kepada siswa sehingga, dapat membantu siswa mencapai
pemahamana yang mendalam.
2. Hasil Belajar
a. Hakikat Hasil Belajar
Memahami hasil belajar siswa - Belajar dan mengajar merupakan konsep
yang tidak dapat dipisahkan. Belajar berarti apa yang perlu dilakukan dalam mata
pelajaran. "Mengajar" adalah apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru
sebagai seorang guru. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dari
pembelajaran. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku
yang dihasilkan dari belajar dalam arti yang lebih luas, meliputi ranah kognitif,
emosional, dan psikomotorik.

Dua konsep belajar mengajar yang diwujudkan oleh siswa dan guru
disatukan dalam satu kegiatan. Ada interaksi antara keduanya dan guru.Hanya
dalam proses belajar mengajar, keterampilan siswa harus dapat menggunakan
kreativitasnya untuk membuahkan hasil tanpa campur tangan guru lain. Menurut
Hamalik (dalam Sari, 2020) Hasil belajar adalah perilaku, nilai, pengetahuan,
sikap, apresiasi, keterampilan dan kemampuan. Sedangkan, Winkel (dalam Sari,
2020) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang
telah dicapai oleh seseorang”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat
atau ukuran keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran atau mata pelajaran
tertentu yang meliputi tingkah laku, nilai, pengetahuan, sikap, penghayatan,
keterampilan dan kemampuan. Proses belajar mengajar membutuhkan interaksi
siswa-guru dan kreativitas siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Dalam konteks ini, hasil belajar mengacu pada perubahan tingkah laku seseorang
secara keseluruhan berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan –
keterampilan, kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
diberi perlakuan oleh seorang guru untuk membangun pengetahuan tersebut.
dalam kehidupan sehari-hari.

10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Sari (2020), hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah
menyelesaikan kegiatan belajar, mengikuti pembelajaran dan mencapai
prestasi tertentu. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah keterampilan
yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Prestasi belajar yang
dicapai seseorang merupakan hasil interaksi sebagai faktor yang
mempengaruhi baik dari faktor internal maupun faktor eksternal (Ahmad
Syafi'i, 2018).
Menurut Slameto dalam (Yulia Pramusinta, 2022), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor intern:
a) Faktor Jasmaniah, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor Psikologis, yaitu intelegensi/kecerdasan yang meliputi
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan
c) Faktor Kelelahan, yaitu Kelelahan fisik diekspresikan dalam
kelemahan fisik dan kecenderungan untuk berbaring, dan kelelahan
mental diekspresikan dalam kelesuan dan kebosanan, di mana minat
dan keinginan untuk menghasilkan sesuatu menghilang.
2) Faktor ekstern:
a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga,pengertian orang tua danlatar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
gurudengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah.
alat/media pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah .
c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat,mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.

11
Dari berbagai pendapat di atas, terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri berupa kecakapan pribadi
(internal) dan dari faktor eksternal siswa itu sendiri yaitu lingkungan. Hasil belajar
dengan demikian adalah sesuatu yang dicapai atau dicapai siswa sebagai hasil
usaha atau pemikirannya dan dimana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan keterampilan dasar dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga terwujud dalam diri individu itu sendiri dalam berbagai bidang
kehidupan.

3. Matematika
a. Pengertian Matematika
Dalam arti tertentu, matematika adalah ilmu yang terstruktur dan metodis,
artinya ide dan prinsip saling berhubungan. Oleh karena itu, pembelajaran
matematika diperlukan untuk mengembangkan pemahaman yang
mendalam. (Siagian,2016). Pembelajaran matematika adalah tentang
memfasilitasi, mendorong dan mendukung siswa dalam belajar matematika.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar selalu menarik karena karakteristik
yang berbeda, terutama antara sifat siswa dengan sifat matematika. (Amir, 2014)
Matematika harus diajarkan kepada semua siswa sekolah dasar karena matematika
dapat mengajarkan siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, inovatif
dan mandiri. (Khuzaeva, Mengembangkan Pola Pikir Cerdas, Kreatif dan Mandiri
melalui Telematika, 2014). Menurut Ibrahim ( dalam Khuzaeva, 2014),
Matematika disebut ilmu deduktif karena matematika tidak menerima generalisasi
yang didapat melalui observasi, percobaan atau coba-coba seperti halnya dalam
sains dan ilmu-ilmu lainnya. Berdasarkan definisi matematika di atas oleh para
ahli, penulis menyimpulkan bahwa belajar matematika adalah ilmu yang tersusun
secara sistematis yang membawa banyak manfaat bagi siswa, yaitu pengetahuan
yang berperan penting dalam mengembangkan pemahaman yang mendalam dan
berpikir logis, karena matematika merupakan ilmu deduktif. Mempelajari hal ini
mengarah pada penalaran dan logika . Oleh karena itu, pembelajaran matematika
di sekolah dasar harus direncanakan dengan metode pengajaran yang tepat yang

12
menawarkan tantangan menarik dan umpan balik yang konstruktif dan positif
yang membantu siswa memecahkan masalah sehari-hari.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut (Kamarullah, 2017) Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya


agar siswa mengetahui cara memecahkan masalah matematika yang diberikan,
tetapi tujuan pembelajaran matematika juga untuk memenuhi persyaratan
kurikulum, yaitu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan antar konsep dan
menggabungkan konsep atau logaritma secara luwes, teliti, efisien dan
akurat dalam menyelesaikan masalah.
2. Menggunakan rumus dan pembuktian hasil, melakukan manipulasi
matematika untuk menggeneralisasi, membangun bukti atau menjelaskan
ide dan pernyataan matematika.
3. Melakukan tugas-tugas yang melibatkan kemampuan untuk memahami
model matematika, merancang dan melengkapi model serta
menginterpretasikan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan

Selain tujuan pembelajaran matematika di atas, Menurut Kemendikbud dalam Mia


Andani,dkk (2021) tujuan mata pelajaran matematika diantaranya:

1. meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik

2. membantu pesertadidik dalam memecahkan masalah

3. meningkatkan hasil belajar peserta didik .

4. meningkatkan peserta didik dalam mengkomunikasikan suatu ide

5. serta mengembangkan karakter peserta didik

13
4. Materi Luas dan Keliling Bangun Datar

Luas dan keliling bangun datar sederhana merupakan materi yang


diajarkan di kelas III semester genap yang meliputi luas dan keliling bangun
persegi dan persegi panjang. Luas bujur sangkar, persegi panjang, dan segitiga
biasanya berupa angka yang mewakili satuan luas yang dapat menutupi luas
bujur sangkar tanpa celah. Ada dua jenis satuan luas untuk menentukan luas
bangun datar, satuan luas tidak baku dan satuan luas baku.
Ada banyak satuan panjang yang digunakan untuk mengukur panjang
rusuk bangun datar selain keliling bujur sangkar dan persegi panjang pada
umumnya. Untuk menghitung keliling bangun datar, ada dua jenis satuan
keliling: keliling dengan satuan tidak baku dan keliling dengan satuan baku.
Siswa melakukan kegiatan pengukuran langsung dengan geoboard sambil
mempelajari materi luas dan keliling persegi dan persegi panjang dengan
satuan tidak baku dan baku. Siswa kemudian diinstruksikan untuk
menggunakan rumus untuk menghitung luas dan keliling persegi

a. Luas Persegi dan Panjang Satuan Tidak Baku


Dalam bahasa prancis persegi adalah esquarre. Suatu persegi memiliki
ketentuan yaitu suatu sisi empat dengan empat tali yang sama dan empat sudut
siku-siku. Jadi persegi adalah bangun datar segi empat yang keempat sisinya
sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku. Luas dengan satuan tidak baku
adalah banyaknya satuan luas yang dapat menutupi bidangnya. Sedangkan
Persegi Panjang adalah bangun datar yang mempunyai 4 sisi dimana sisi sisi
yang berhadapan sama panjang dan keempat sudutnya berbentuk siku-siku.
Dalam hal ini siswa dapat mengekplorasi dan menhitung luas dan keliling
bangun datar menggunakan papan berpaku secara berkelompok dan individu.

14
1) Persegi
Untuk menentukan rumus luas persegi dengan satuan tidak baku,
perhatikanlah langkah-langkah di bawah ini dimana setiap kotak mewakili 1
cm dalam ukuran bakunya.

Cara 1 Cara 2

Menghitung manual luas Menghitung dengan rumus


Persegi panjang = 16 satuan
L = P x l = 4 x 4 = 16 persegi

Untuk menentukan luas persegi dengan satuan tidak baku, dalam hal ini kotak
yang diapakai tidak terbatas pada pemakaian kotak sampai 4 kotak, akan tetapi
bisa lebih dari itu. Setelah peserta didik memahami konsep perhitungan luas
persegi dengan satuan tidak baku, maka peserta didik dapat dibawa ke situasi
yang abstrak dalam bentuk rumus dinyatakan :

L=sxs
Keterangan :
L = Luas Persegi
S= Sisi Persegi

2) Persegi Panjang
Untuk menentukan rumus luas persegi dengan satuan tidak baku,perhatikanlah
langkah-langkah di bawah ini dimana setiap kotak mewakili 1cm dalam ukuran
bakunya.

15
Cara 1 Cara 2

Menghitung manual luas Menghitung dengan rumus


Persegi panjang = 12 satuan
L = P x l = 4 x 3 = 12 persegi
satuan.
Untuk menentukan luas persegi panjang dengan satuan tidak baku, tidak
terbatas pada pemakaian sampai panjang dengan kotak sampai 4 kotak dan lebar
3 kotak, akan tetapi bisa lebih dari itu. Setelah peserta didik memahami konsep
perhitungan luas persegi dengan satuan tidak baku, maka peserta didik dapat
dibawa ke situasi yang abstrak dalam bentuk rumus dinyatakan :
L=pxl
Keterangan :
L = Luas Persegi
P= Panjang
l = Lebar
menghitung luas persegidan persegi panjang pada gambar yang diarsir atau yang
berwarna . Dalam menghitung nanti akan ada 2 macam cara yaitu menghitung
manual dan menghitung dengan rumus persegi panjang.
Cara 1 Cara 2

Menghitung manual Menghitung dengan rumus


Luas persegi Panjang = 20 persegi. Satuan
L= pxl
= 5x4 = 20 persegi satuan

16
Dari cara 1 dan cara 2 menghasilkan jawaban yang sama yaitu luas persegi
panjang ada 20 persegi satuan. Jadi peserta didik dapat memilih manakah cara
yang termudah .

Pada gambar di bawah, Peserta didik dapat melihat ada bagian kotak yang terisi
arsiran atau warna penuh dan ada kotak yang sebagian warna atau diarsir.

Jadi luas bangun datar diatas yaitu..... persegi satuan

L= 16+ (½ + ½)

= 16+ 1 = 17 persegi satuan

b. Keliling Persegi dan Persegi panjang dengan satuan tidak baku


Untuk menentukan rumus keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan
tidak baku, perhatikanlah cara menghitungnya.
di bawah ini dimana setiap kotak mewakili 1cm dalam ukuran bakunya.
1) Persegi
2)

Menghitung manual Menghitung dengan rumus


Menghitung denganrumus satuan

17
Keliling persegi Panjang = 12 persegi. K=4xs
= 4 x 3 = 12 persegi satuan.
2) Persegi Panjang

Menghitung manual Menghitung denganrumus


Keliling persegi Panjang = 14 persegi. Satuan
K=2x(p+l)
= 2 x ( 4 + 3)
= 14 Persegi Satuan

c. Keliling Persegi dan persegi Panjang dengan satuan Baku


Untuk menentukan rumus keliling persegi dan persegi panjang dengan satuan
baku, perhatikanlah cara menghitungnya.
Keliling persegi dihitung dengan rumus 4 kali panjang sisi. Jika
menggunakan satuan baku, seperti meter, sentimeter, atau kilometer, maka
keliling persegi juga akan memiliki satuan yang sama. Berikut adalah
rumusnya:

Keliling persegi = 4 x panjang sisi

Sedangkan untuk persegi panjang, kelilingnya dihitung dengan rumus 2


kali panjang sisi dan 2 kali lebar sisi. Rumusnya adalah:
Keliling persegi panjang = 2 x (panjang + lebar)
Jika menggunakan satuan baku yang sama seperti meter atau sentimeter,
keliling persegi panjang juga akan memiliki satuan yang sama.

1) Persegi

18
5 cm 5 cm

Dengan cara menjumlahkan semua Menggunakan rumus

Sisi persegi. Keliling persegi

Keliling = 5 cm + 5 cm + 5 cm + 5 cm K = 4 x s = 4 x 5 = 20 cm= 20 cm

2) Persegi Panjang

5 cm 5 cm

10 cm 10 cm

Dengan cara menjumlahkan semua Menggunakan rumus

Sisi persegi. Keliling persegi

Keliling = 10 cm + 5 cm + 10 cm K=2x(p+l)

+ 5 cm = 30 cm = 2 x ( 10 cm + 5 cm )

= 30 cm.

19
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Hakikat dari media pembelajaran adalah bahwa ia merupakan alat yang
dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih mudah dan
efektif. Hal ini dapat dicapai melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan oleh guru/pengajar untuk


menyampaikan pesan atau informasi kepada siswanya agar siswa tersebut
termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran (Amir, 2014). Sedangkan
Menurut Hamka dalam (Nurfadhillah, 2021), Media Pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu alat, baik fisik maupun non fisik, yang sengaja digunakan untuk
memfasilitasi pemahaman materi pembelajaran antara guru dan siswa, sehingga
lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media


pembelajaran adalah sarana yang digunakan untuk membantu proses belajar
mengajar, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
siswa. Media pembelajaran dapat berupa benda mati seperti buku, gambar, video,
slide presentasi, dan alat peraga. Namun, media pembelajaran juga dapat berupa
interaksi langsung antara guru dan siswa, seperti diskusi, praktikum, dan
eksperimen. Pemanfaatan media pembelajaran juga dapat memperkaya
pengalaman belajar siswa dan membantu membangun motivasi serta minat belajar
yang lebih tinggi. Namun, media pembelajaran tidak dapat digunakan secara
mandiri tanpa bimbingan dan arahan dari guru yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memanfaatkan media pembelajaran secara efektif.

b. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran


Prinsip media pembelajaran adalah pedoman atau aturan dasar yang harus
diikuti dalam memilih, merancang, dan menggunakan media pembelajaran dalam
konteks pendidikan.

20
Menurut (Rohani, 2020) Prinsip Penggunaan Media Selain kriteria, ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memilih dan menggunakan
media pembelajaran, yaitu:

1) Tidak ada cara yang lebih baik untuk semua tujuan. Sumber daya hanya cocok
untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang
lain.
2) Media merupakan bagian integral dari pembelajaran. Artinya, media bukan
hanya sebagai alat pengajaran bagi guru, tetapi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Definisi media harus kompatibel dengan
unsur-unsur lain dari desain instruksional. Mungkin belajar juga bisa tanpa
alat peraga, tapi bukan tanpa media belajar.
3) Apapun media yang guru pilih, tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran bagi siswa. Kemudahan belajar bagi siswa harus diambil sebagai
titik acuan utama dalam pemilihan dan penggunaan media.
4) Penggunaan media yang berbeda dalam pembelajaran tidak hanya untuk
hiburan/hobi atau hiburan saja, tetapi memiliki tujuan yang dibangun dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung
5) Pemilihan media harus objektif (berdasarkan tujuan pembelajaran) dan bukan
berdasarkan kesenangan pribadi
6) Menggunakan beberapa media sekaligus dapat membingungkan siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Prinsip-prinsip dalam
penggunaan media pembelajaran sangat penting bagi guru dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran yang tepat dalam konteks pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi bahwa tidak ada media yang lebih baik untuk
semua tujuan, media merupakan bagian integral dari pembelajaran, media harus
memfasilitasi pembelajaran bagi siswa, penggunaan media harus memiliki tujuan
yang dibangun dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, pemilihan media
harus objektif, dan penggunaan beberapa media sekaligus dapat membingungkan
siswa.

21
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran yang Baik
Media pembelajaran yang baik adalah media yang efektif dalam membantu
siswa memahami konsep dan memperoleh keterampilan baru. Media
pembelajaran yang baik dapat membantu siswa memahami konsep dengan lebih
baik dan memperoleh keterampilan baru dengan lebih cepat dan efektif. Media
pembelajaran yang baik juga dapat membantu siswa mengembangkan kreativitas,
pemikiran kritis, dan kemampuan berkomunikasi.

Media pembelajaran yang baik dapat bervariasi, tergantung pada konteks


pembelajaran dan jenis materi yang dipelajari. Beberapa contoh media
pembelajaran yang baik antara lain buku teks, slide presentasi, video, animasi,
simulasi, permainan, dan media interaktif lainnya. Penting untuk dipahami bahwa
media pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Selain media pembelajaran, faktor-faktor seperti
motivasi, lingkungan belajar, dan kualitas pengajaran juga dapat berpengaruh
pada hasil belajar siswa.

6. Media Papan Geoboard


a. Pengertian Geoboard/Papan Berpaku
Menurut Lastrijanah, et al (dalam Ulfa,2019) Geoboard adalah alat untuk
mengajarkan konsep geometri seperti konsep bangun datar, konsep keliling
bangun datar, dan cara menghitung serta menentukan luas bangun datar.
Sedangkan menurut Dolhasair dalam (Yudi Wahyu Widiana, 2023), bahwa
kategori sumber daya visual yang bergantung pada penglihatan.Geoboard
merupakan pengembangan lebih lanjut dari media display atau sering juga disebut
dengan panel display .Dari Beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan
bahwa Geoboard (papan berpaku) adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan
dalam mengajarkan konsep geometri seperti bangun datar, keliling bangun datar,
dan luas bangun datar. Geoboard menggunakan media display atau papan
peragaan yang merupakan jenis media visual diam yang mengandalkan indera
penglihatan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep geometri tersebut.
Geoboard juga dapat dianggap sebagai pengembangan dari papan peraga

22
tradisional karena memiliki fitur yang lebih interaktif dan lebih mudah digunakan
dalam pembelajaran geometri.

b. Langkah Pembelajaran Menggunakan Geoboard/Papan berpaku


1) Langkah pertama dalam mengkomunikasikan papan yang digunakan untuk
mempelajari bentuk geometris terlebih dahulu adalah geoboard pegboard.
Kemudian sambil menunjukkan papan yang terbuat dari paku, guru bertanya
kepada anak-anak: “Anak-anak, papan paku ini berbentuk apa?”, “Warnanya
apa?” - hati-hati." Ada banyak paku di papan, jadi anak-anak harus berhati-
hati dan menggunakannya untuk menghindari pertengkaran satu sama lain.
2) Langkah kedua, guru menjelaskan kepada siswa dengan bantuan karet gelang
kegiatan yang akan dilakukan dan cara menggunakan geo board/papan
berpaku. Misalnya, guru memberi tahu anak bahwa kegiatan yang dilakukan
pada geoboard/papan yang dipaku terdiri dari membuat , segitiga, persegi,
dan persegi panjang dengan karet gelang atau pita yang dipasang pada paku
yang diletakkan di atas geoboard. Guru menjelaskan kepada siswa dengan
contoh cara membuat geometri konstruksi pada papan geobaord.Langkah-
langkahnya guru mengambil karet atau pita untuk membentuk segitiga, bujur
sangkar,dan persegi panjang Guru menempelkan karet gelang atau pita ke
paku dan menarik ke bawah sisi kiri dan kanan atas bawah menjadi segitiga
,bujur sangkar, dan persegi panjang.
3) Pada langkah ketiga, 4 orang siswa maju kedepan kelas untuk membentuk
bangun datar geometris pada papan geoboard. Papan geobaord yang tersedia
ada satu buah sehingga perkelompok dari 4 orang siswa memegang papan
tersebut secara bergantian. Dengan kegiatan seperti itu, peserta didik lebih
mudah mengenal bentuk geometris, karena anak mencobanya secara
langsung.
4) Ketika semua siswa sudah mahir membuat bentuk geometris pada papan
geobaord yang sudah dipaku, guru memberikan penjelasan kepada pserta
didik dan menanyakan benda-benda di sekitar peserta didik yang berbentuk
geometris dan berapa sisi yang dimiliki. Setelah itu, guru menjelaskan cara

23
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) .Guru memberikan contoh kalimat
kerja kepada siswa di papan tulis. Kemudian, Siswa bersama kelompoknya
lalu menggambar gambar persegi dan persegi panjang di lembar kerja.
5) Guru memotivasi dan memberikan penghargaan kepada siswa dalam bentuk
pujian dan tepuk tangan serta ‘’ Bintang’’sehingga diharapkan lebih banyak
keberanian dari siswa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Geoboard/Papan berpaku


Menurut Ratna dalam (Muspika, 2020) media papan berpaku (Geoboard)
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yakni :
1) Kelebihan
a) Siswa dapat membuat berbagai bangun datar seperti persegi, persegi
panjang, segitiga, trapesium, layang- layang dan jajar genjang.
b) Bentuknya yang sederhana sehingga mudah dibuat
c) Alat dan bahan mudah didapatkan.
d) Karena bentuk bangun datar yang beranekaragam,ada unsur bermain
dalam penggunaannya.
2) Kekurangan
a) Mengajar menggunakan Papan Berpaku membutuhkan banyak waktu.
b) Guru harus ketat mengawasi siswa agar tidak terkena paku

Menurut pendapat ahli di atas, kelebihan alat peraga Papan Berpaku adalah
bentuknya yang sederhana, ketersediaannya yang luas, harganya yang lebih
murah, dan bahannya mudah diperoleh. Untuk media papan geoboard, Anda dapat
menggunakan kayu atau sterofom.

d. Cara Membuat Papan Geoboard

Cara pembuatan Geoboard yaitu potong dua buah tripleks berukuran sama
atau sterofom dengan ukuran 30 x 40 cm,warnai tripleks atau sterofom dengan
pilox,gambar bentuk persegi berpetak di atas papan atau sterofom dengan ukuran
masing-masing 3 x 3 cm, ukur satu warna lain dari kertas berwarna buatkah
beberapa persegi dengan ukurann 3 x 3 cm, gunting satu warna lain

24
tersebut,tempelkan satu warna lain ke triplek atau sterofoam,tempelkan seperti
papan catur,beri paku disetiap perpotongan garis dengan menggunakan palu atau
lem kertas,dan hiaslah semenarik mungkinhiaslah semenarik mungkin.

7. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu sistem atau strategi yang digunakan
untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
melalui interaksi mereka dengan lingkungan belajar. Model pembelajaran dapat
mencakup berbagai strategi, metode, dan teknik yang digunakan oleh guru atau
fasilitator dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Sebagaimanana dikemukakan oleh Anitah dalam ( Dika Nurhayati, dkk, 2022)
pembelajaran merupakan bagian yang harus digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.

Konsep model pembalajaran menurut Trianto dalam (Muhamad Afandi,


2013), menyatakan bahwa model pembelajaran adalah rencana atau model yang
berfungsi sebagai pedoman untuk merencanakan pembelajaran atau tutorial
pembelajaran. Sedangkan menurut Arend dalam (Octavia S. A., 2020), model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menjelaskan cara-cara sistematis
dalam Dari berbagai pendapat di atas, model pembelajaran merupakan bagian
yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, dan untuk merencanakan
pembelajaran atau tutorial pembelajaran, digunakan konsep model pembelajaran
sebagai pedoman.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menjelaskan cara


sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
kompetensi pembelajar. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran dapat
membantu dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dan
efisien.

25
b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran yang Baik
Menurut Kardi dan Nur dalam (Octavia S. A., 2020), model pembelajaran
memiliki makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik
dalam konteks rancangan pembelajaran.Menurut Octavia S. A. (2020) Secara
umum, model pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri atau ciri-ciri yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

1) prosedur yang dimiliki sistematis. Oleh karena itu, model pengajaran adalah
metode sistematis untuk mengubah perilaku siswa berdasarkan asumsi
tertentu.

2) Hasil belajar siswa ditentukan secara terpisah. Setiap model pembelajaran


mendefinisikan secara rinci tujuan khusus dari hasil belajar yang diharapkan
dari siswa dalam hal prestasi yang dapat diamati. Apa yang harus ditunjukkan
oleh siswa setelah menyelesaikan tutorial diatur secara detail dan tepat.

3) Penetapan lingkungan tertentu. Mendefinisikan kondisi lingkungan tertentu


dalam model pengajaran.

4) Ukuran Keberhasilan. Menggambarkan dan jelaskan hasil belajar dalam


kaitannya dengan perilaku yang diharapkan siswa tunjukkan setelah pelajaran.

5) Interaksi dengan lingkungan. Semua model pengajaran menentukan jalur yang


memungkinkan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


merupakan suatu metode atau pendekatan yang sistematis dalam mengubah
perilaku siswa, dengan tujuan menghasilkan prestasi yang dapat diamati. Model
pembelajaran yang baik harus memiliki prosedur yang sistematis, tujuan yang
jelas, lingkungan pembelajaran yang terdefinisi, ukuran keberhasilan yang jelas,
dan interaksi dengan lingkungan yang diatur dengan baik. Dalam hal ini, model
pembelajaran berbeda dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran,
karena model pembelajaran mencakup keseluruhan rancangan pembelajaran yang
kompleks dan terstruktur.

26
8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Kata cooperative berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama,yaitu
dengan saling membantu satu sama lain sebagai sebuah tim (Asmani, 2016). Jadi,
pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam kooperatif learning, setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggung
jawab yang sama pentingnya untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga setiap
siswa saling membantu dan saling mendukung satu sama lain untuk memahami
pelajaran.Selain itu,pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan motivasi
dari anggota kelompok lainya.Menurut Slavin dalam (Mardiah, 2017)
mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four
member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang untuk merangsang siswa agar lebih bersemangat dalam
belajar.

Sedangkan menurut Roger, dkk dalam (Mardiah, 2017) menyatakan,


pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang diselenggarakan
berdasarkan prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada pertukaran
informasi sosial antar kelompok belajar, dimana setiap siswa bertanggung jawab
atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk memperbaiki pembelajaran
anggota lainnya.Student Team Achievement Sharing Learning (STAD)
merupakan gaya belajar kooperatif yang menekankan interaksi antar siswa untuk
saling memotivasi dan mendukung satu sama lain untuk menguasai materi dan
mencapai prestasi yang maksimal (Wulandari, 2022).

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Menurut Wulandari (2022:20) Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student TeamsAchievement Division), yaitu:

27
1) Membentuk kelompok heterogen beranggotakan empat orang (dicampur
berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, etnis, dll.)

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan oleh anggota


kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada
anggota lain sampai semua orang dalam kelompok mengerti..

4) Guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.

5) Memberikan evaluasi penialaian

6) Kesimpulan

c. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Setiap model pembelajaran tertentu memiliki kelebihan dan
kekurangan.Begitupun dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD .
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi


norma-norma kelompok,

b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil


bersama.

c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan


keberhasilan kelompok.

d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka


dalam berpendapat.

2) Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran STAD sebagai berikut:

a) Sejumlah siswa mungkin banyak yang bingung karena belum terbiasa


dengan perlakuan seperti ini.

28
b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai
target kurikulum

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

d) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat


melakukan pembelajaran kooperatif STAD.

e) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja


sama(Wulandari,2022).

B. Penelitian Relevan
Berdasarkan kajian penulis ada penelitian yang membahas tentang hal
yang sama dan ada hubungan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis serta
penelitian seperti ini sudah banyak yang dilakukan peneliti sebelumnya,
diantaranya yaitu :

1) Jumakir ( UT, 2021) Dalam PTKnya yang berjdul ‘’Peningkatan Hasil


Belajar Materi Daur Hidup Hewan Menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SDN Kandris”.Menyimpulkan
bahwa dalam penerapan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

2) Yohanes Lagadoni Keraf ( UNY,2017) Dalam Skripsinya yang berjudul ‘’


Penggunaan Media Papan Berpaku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Matematik Materi Bangun Datar Pada Siswa
Kelas 3 Sdn Sawit Sewon, Bantul, Yogyakarta’’.Menyimpulkan bahwa
Penggunaan Media Papan Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan meningkatkan antusias siswa saat mengikuti pelajaran matematika.
Selain itu guru juga memberikan respon positif karena penggunaan media
papan berpaku dapat membantu guru dalam menyampaikan materi serta
membuat suasana kelas lebih hidup.

29
3) Menurut (Sahu, 2019) dalam jurnalnya menyatakan bahwa ‘’penerapan
model pembelajaran tipe tipe Student Teams Achievement Division
(STAD)’’dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
khususnya materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V SD Inpres 2
Balantak.

C. Kerangka Berpikir
Masalah yang ada pada pembelajaran matematika adalah rendahnya hasil
belajar siswa pada materi luas dan keliling bangun datar. Hal Ini disebabkan
guru kurang kreatif mengembangkan metode pembelajaran, dalam proses
pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan siswa diminta
menghafal dan mendengarkan rumus-rumus yang sudah ada.Selain itu, dalam
proses pembelajaran guru hanya berfokus mnengajar materi kepada siswa
tanpa menerapkan pembelajaran yang bermakna.Pembelajaran seperti itu
membuat siswa bosan dan kurang menarik serta memahami materi yang
dipelajari,sehingga hasil belajarpun rendah.
Pembelajaran menggunakan media papan geoboard dan model kooperatif
tipe STAD dan dapat memudahkan siswa menemukan serta mengeksplorisasi
dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi akan
terjalin komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki
sehingga terjadi pemahaman yang sama mengenai hal yang mereka
diskusikan. Kombinasi penggunaan media geoboard dan model STAD dapat
menciptakan pengalaman belajar matematika yang interaktif, kolaboratif, dan
mendorong partisipasi aktif siswa.
Melalui penggunaan kedua alat ini, siswa dapat memperkuat pemahaman
mereka tentang konsep geometri sambil mengembangkan keterampilan. Hal
tersebut membawa dampak pada peningkatan hasil belajar.

30
Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1

Kondisi Awal Hasil Belajar Matematika Rendah

Tindakan Penggunaan Media Goboard dan


Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD

Kondisi Akhir Hasil Belajar Matematika Siswa


Meningkat

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara tehadap
pernyataan penelitian. Hipotesis juga merupakan pernyataan sementara yang
dianggap paling penting tingkat kebenarannya. Sehubung dengan pemasalahan
diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah “Penggunaan media Geoboard
dengan pembelajaran model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi
Luas dan Keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN 001 Penajam

31
32

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subyek, Tempat, Waktu dan Pihak yang Membantu


1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah murid kelas III SDN 001 Penajam Paser
Utara dengan jumlah murid 24 orang yang terdiri dari 17 siswa laki – laki
dan 7 siswa perempuan. Mata pelajaran yang menjadi sasaran penelitian
adalah mata pelajaran Matematika kelas III khususnya pada materi Luas
dan Keliling Bangun Datar.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini bertempat di SDN 001 Jalan Proklamasi RT.09 Penajam
Paser Utara Kec.Penajam Kab. PPU, Provinsi Kalimantan Timur tahun
ajaran 2022/2023.
3. Waktu penelitian

Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada semester


genap pada siklus I dan siklus II tahun ajaran 2022/2023 dalam tabel
berikut ini:

No. Kegiatan Tanggal Materi Kelas Waktu


Pelajaran

1. Prasiklus 05April 2023 Luas dan III 08.15– 09.25


Keliling
Bangun Datar

2. Siklus I 03 Mei 2023 Luas Bangun III 08.15– 09.25


Datar

3. Siklus II 12 Mei 2023 Keliling III 08.15– 09.25


Bangun Datar
4. Pihak yang membantu
Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh
Bapak Rahman Ali, S.Pd selaku Kepala Sekolah Tempat Praktik PKP dan Ibu
Rahmah Daniyati, S.Pd selaku wali kelas III SDN 001 Penajam Paser Utara.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitianyang dilakukan oleh peneliti yaitu jenis penelitian tindakan


kelas.Penelitian tindakan kelas dalah penelitian yang dilakukan oleh seorang
guru didalam kelas melalui refleksi diri dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.

Hal ini berdasarkan pada masalah yang dipecahkan yaitu Peningkatan


Hasil Belajar Matematika Luas dan Keliling Bangun Datar Menggunakan
Media Geoboard melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model
penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2015: 42) terdiri dari empat
tahapanyaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi. Alur
penelitian dapat dilihat pada bagan siklus berikut.

Bagan 3.1

(Sumber:Arikunto 2015: 42 Siklus Penelitian Tindakan)

33
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, kolabolator,yaitu guru
kelas III Masih melakukan pembelajaran hitung luas dan keliling bangun datar
dengan metode ceramah. Maka hal itu mengakibatkan hasil belajar
matematika rendah dibawah nilai KKM yaitu 77.Data tersebut di dapat dari
hasil tes ulangan harian yang telah dilakukan oleh guru kelas.Maka dari itu,
perlu adanya penelitian tindakan kelas ini guna Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Luas dan Keliling Bangun Datar Menggunakan Media Geoboard
pada peserta didik kelas III.

2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh adalah melalui empat tahap yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan tahap refleksi. Penelitian tindakan
kelas Peningkatan Hasil Belajar Matematika Luas dan Keliling Bangun Datar
Menggunakan Media Geoboard pada peserta didik kelas III direncanakan
untuk perencanaan dan pembanding terhadap hasil siklus I dan II seterusnya
hingga hasil belajar peserta didik berhasil.
1. Siklus Penelitian
Program perbaikan pembelajaran direncanakan 2 siklus dengan skenario
sebagai berikut:
1) PRA SIKLUS
Sebelum menyusun pembelajaran peneliti menyusun RPP pra siklus
pada pembelajaran Matematika materiluas dan keliling Bangun Datar.
peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada Kepala sekolah SDN 001
Penajam dan permintaan kerja sama dengan guru kelas III SDN 001
Penajam dengan menginformasikan mengenai pelaksanaan penelitian.
Pada kegiatan pra siklus metode yang digunakan adalah metode
ceramah,kemudian banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru
memaparkan materi.Setelah selesai peneliti mengadakan tes tertulis
tentang luas dan keliling bangun datar untuk siswa.

34
2) SIKLUS 1
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan perencanaan dalam penelitian sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan yaitu luas dan keliling bangun datar.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan
media geoboard.
3) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa sumber dari
internet,buku, soal, dan media papan berpaku/geoboard.
4) Menyiapkan lembar observasi,catatan lapangan untuk mengamati
aktivitas siswa
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa
beserta kunci jawabannya.
6) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini mengacu pada hasil dari

tahapperencanaan.secararinci,pelaksanaanpada pembelajaran

Matematika materiluas dan keliling Bangun Datar melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media geoboard.

1) Pendahuluan
a. Kelas dimulai dengan dibuka dengan salam dan berdoa,
menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa
b. Guru mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran.
c. Guru Memotivasi peserta didik pada saat pembelajaran, guru
memberikan reword bagi peserta didik yang bisa
menyelesaikan tugasnya dengan nilai terbaik.

35
d. Guru mengajak siswa untuk membuat komitmen tentang
karakter apa yang maumereka tunjukkan sepanjang proses
belajar mengajar hari in.
e. Guru mengajaksiswa bekerja sama dalam menjagakebersihan
kelas sepanjang pelajaran berlangsung
f. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan
kegiatan belajar.
2) Kegiatan inti
a. Fase pertama, guru meminta siswa untuk membaca literasi
selama 15 menit
b. Fase kedua, guru menyajikan informasi kepada peserta didik
dengan jalan demonstrasi lewat bahan bacaan dan media
Papan geoboard pada siswa .
c. Fase ketiga, gurumenjelaskan kepada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar yang terdiri atas empat
orang yang berbeda-beda secara heterogen dengan tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru
menyampaikan pelajaran dengan memberikan cara menghitung
luas satuan tidak baku pada bangun datar dengan menggunakan
media geoboard, lalu peserta didik bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Selanjutnya, semua peserta didik mengerjakan tugas
kelompok dengan diskusi dengan kelompoknya.
d. Fase ke empat, guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya dan membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat peserta didik mengerjakan tugas kelompok yang kurang
faham.
e. Fase ke lima, guruGuru meminta perwakilan kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya ke depan kelas.Setiap anggota
kelompok ditugaskan mengamati penyajian anggota kelompok

36
yang tampil sekaligus menanggapi hasil kerja kelompok
penyaji
f. Fase ke lima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
g. Fase ketujuh, guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
h. Setelah mengerjakan soal latihan secara berkelompok siswa
diminta mengerjakan lembar evaluasi secara mandiri yang
dibagikan oleh guru.
i. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa
3) Penutup
Pada kegiatan penutup ini guru menyimpukan pembelajaran dan
menanyakan perasaan selama proses pembelajaran berlangsung,
guru memberikan penilaian atau evaluasi materi yang telah
dipelajari, kelas di tutup dengan doa bersama.

3) SIKLUS 2
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan perencanaan dalam penelitian sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan yaitu luas dan keliling bangun datar.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan
media geoboard.
3) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa sumber dari
internet,buku, soal, dan media papan berpaku/geoboard.
4) Menyiapkan lembar observasi,catatan lapangan untuk mengamati
aktivitas siswa
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa
beserta kunci jawabannya.
6) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran.

37
b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini mengacu pada hasil dari

tahapperencanaan.secararinci,pelaksanaanpada pembelajaran

Matematika materiluas dan keliling Bangun Datar melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media

geoboard.

1) Pendahuluan
a. Kelas dimulai dengan dibuka dengan salam dan berdoa,
menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa
b. Guru mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.
c. Guru Memotivasi peserta didik pada saat pembelajaran, guru
memberikan reword bagi peserta didik yang bisa menyelesaikan
tugasnya dengan nilai terbaik.
d. Guru mengajak siswa untuk membuat komitmen tentang karakter
apa yang maumereka tunjukkan sepanjang proses belajar mengajar
hari in.
e. Guru mengajak siswa bekerja sama dalam menjagakebersihan
kelas sepanjang pelajaran berlangsung
f. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan
kegiatan belajar.
2) Kegiatan inti
a. Fase pertama, Fase pertama, gurumeminta siswa untuk membaca
literasi selama 15 menit . Beri kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan apa yang ia temukan dalambacaan. Biarkan siswa
menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Siswa akan
menyampaikan bahwa mereka belajar tentang keliling bangun
datar. Minta mereka berlatih kembali seperti pada pelajaran
sebelum ini.

38
b. Fase kedua, guru menyajikan informasi kepada peserta didik
dengan jalan demonstrasi lewat bahan bacaan dan media
Papan geoboard pada siswa .
c. Fase ketiga, gurumenjelaskan kepada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar yang terdiri atas empat
orang yang berbeda-beda secara heterogen dengan tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru
menyampaikan pelajaran dengan memberikan cara menghitung
luas satuan tidak baku pada bangun datar dengan menggunakan
media geoboard, lalu peserta didik bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Selanjutnya, semua peserta didik mengerjakan tugas
kelompok dengan diskusi dengan kelompoknya.
d. Fase ke empat, guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya dan membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat peserta didik mengerjakan tugas kelompok yang kurang
faham.
e. Fase ke lima, guru meminta perwakilan kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya ke depan kelas.Setiap anggota
kelompok ditugaskan mengamati penyajian anggota kelompok
yang tampil sekaligus menanggapi hasil kerja kelompok
penyaji
f. Fase ke lima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
g. Fase ketujuh, guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
h. Setelah mengerjakan soal latihan secara berkelompok siswa
diminta mengerjakan lembar evaluasi secara mandiri yang
dibagikan oleh guru.
i. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa

39
3) Penutup
Pada kegiatan penutup ini guru menyimpukan pembelajaran dan menanyakan
perasaan selama proses pembelajaran berlangsung, guru memberikan
penilaian atau evaluasi materi yang telah dipelajari, kelas di tutup dengan doa
bersama.

c. Pengamatan (Observasi)
Pada tahap pengamatan,selama proses pembelajaran berlangsung
,observer (guru kelas) melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru (peneliti)
selama proses pembelajaran dan mengamati aktivitas psesrta didik selama
pembelajaran berlangsung dan mendokumentasi dalam bentuk video dan foto.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis aktivitas pembelajararan dan hasil belajar peserta


didik melalui data yang diamati observer pada pembelajaran matematika
materi luas dan keliling bangun datar menggunakan media geobaord melalui
model kooperatif tipe STAD. Peneliti menganalisis hasil belajar pesertadidik
dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai seluruh peserta didik,serta hasil
analisis digun akan sebagai kajian yang akan direncanakan untuk perencanaan
dan pembandingan terhadap hasil siklus I dan II.

C. Teknik Analisis Data


1. Jenis Data
Data ialah bahan mentah yang diolahh sehingga menghasilkan
informasi atatu keterangan, bak kualitatif maupun kuantitatif yang
menunjukkan fakta. Adapun jenis data yang diambil pada penelitian ini
meliputi dua macam, yaitu :
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yakni data yang berhubungan dengan
kategorisasi, karakteristik yang berwujud pertanyaan atau berupa
fakta-fakta. Adapaun yang termasuk pada data kualitatif dalam

40
penelitian ini yaitu data yang peneliti dapatkan dari hasil observasi
dan dokumentasi aktivitas siswa.
b. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka.
Data kuantitaif pada penelitian ini didapatkan dari jumlah siswa, nilai
siswa, presentase ketuntasan minimal, serta presentase aktivitas siswa.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah subjek dari mana data
dipeoleh. Ada dua sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas, yakni
data primer serta data sekunder. Sumber data pada penelitian ini yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer pada penelitian ini meliputi siswa, guru serta
teman sejawat.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder pada penelitian ini meliputi data nilai,
dokmentasi serta buku.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang akurat bisa diperoleh ketika
proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam
penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data
selama proses penelitian, yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumentasi ialah laporan tertulis tentang peristiiwa berupa dokumen
resmi, catatan yang isinya memberikan penjelasan atas gambaran terhadap
suatu peristiwa. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk
penunjang data yang dipeorleh, meliputi foto dan video berlangsungnya
Penelitian Tindakan Kelas.
2. Tes
Tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat tingkat
keberhasilan peningkatan pemahaman siswa. Tes digunakan peneliti untuk

41
mendapatkan data peningkatan hasil belajar siswa pelajaran Matematika
pada materi luas dan Keliling bangun datar menggunakan media Geoboard
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas 3
SDN 001 Penajam. Dalam hal ini, tes yang digunakan berupa 20 butir
soal.

4. Analisis Data
analisis data pada penelitian ini menggunakan taraf keberhasilan tindakan
dari siswa ditentukan dengan melihat hasil post test siswa pada tiap akhir
pertemuan. Berikut ini tabel konversi skor untuk mengukur taraf keberhasilan
belajar siswa.

Tabel 3.1 Tabel Konversi Skor

Angka 100 Angka 10 Keterangan


80-100 8,0-10,0 Baik sekali
66-79 6,6-7,9 Baik
56-65 5,6-6,5 Cukup
40-55 4,0-5,5 Kurang
30-39 3,0-3,9 Gagal
Dimodifikasi dari (Arikunto, 2002)

5. Kriteria Keberhasilan Ketuntasan

Penggunaan Media Geoboard melalui pembelajaran kooperatif tipe


STAD pada mata pelajaran matematika tentang luas dan keliling bangun datar
pada kelas III SDN 001 Penajam dapat dikatakan berhasil jika 85% dari
jumlah peserta didik mencapai atau melampaui nilai 77 ( KKM yang telah
ditetapkan)

42
43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan
dengan menggunakan 2 siklus perbaikan pembelajaran. Akan tetapi,
pelaksanaan pembelajaran perbaikan berdasarkan refleksi yang dilakukan
pada pembelajaran Prasiklus.

1. Pelaksanaan PraSiklus
Pada tahapan Prasiklus ini, peneliti membagi tahapan Prasiklus dalam 4
tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan
tahap refleksi.
a. Perencanaan
Data yang diperoleh pada tahap prasiklus digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus I, dengan tujuan
untuk memperoleh peningkatan hasil belajar materi bangun datarr
pada mata pelajaran matematika. Beberapa yang harus disiapkan pada
tahap perencanaan yaitu: Rancanagn Pelaksaan Pembelajaran (RPP),
bahan ajar, alat dan media pembelajaran, lembar observasi, lembar
latihan siswa serta lembar instrumen penilaian siswa.
b. Pelaksanaan
Dalam tahapan pelaksanaan Prasiklus, dilakukan pada hari
Rabu, 05 April 2023. Jadwal ini sesuai dengan jadwal pembelajaran
Matematika. Dalam pelaksaan tahapan ini, guru membuka kegiatan
dengan memberikan salam, mengecek kehadiran siswa dan
mennyampaikan tujuan pembelajaran hari tersebut. Selanjutnya guru
menyampaikan pembelajaran materi luas dan keliling bangun datar
menggunakan metode ceramah didepan kelas dan siswa menyimak
materi. Kemudian siswa diminta untuk menanggapi materi yang telah
dijelaskan oleh guru. Selanjutnya, guru memberi lembar kerja untuk
siswa yang berguna mengetahui tingkat pengetahuan dan penguasaan
materi yang telah diberikan
c. Pengamatan
Peneliti melaksankan pengamatan terjadinya proses
pembelajaran dikelas pada saat yakni hari Rabu, 05 April 2023 dikelas
3 pelajaran Matematika materi luas dan keliling bangun datar.
Dalam hal ini guru atau peneliti menemukan bahwa saat terjadi proses
pembelajaran. siswa kurang aktif memperhatikan materi pelajaran.
Mereka asyik berbicara dengan teman. Banyak dari mereka lebih
dominan bermain sendiri daripada memperhatikan penjelasan materi
yang disampaikan oleh gru. Selain itu, akibat tidak memperhatikan,
banyak siswa yang kesulitan mengerjakan soal latihan yang diberikan
oleh guru. Sehingga, diperoleh nilai siswa yang terkumpul dan
dianalisis ada 24 siswa dan diantaranya ada yang nilainnya dibawah
KKM. Hal ini termuat dalam Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil Nilai Evaluasi Siswa Kelas 4
Nilai Siswa Frekuensi

40 7

50 5

60 5

70 4

80 3

Jumlah Nilai 960

44
Banyak Siswa 24

Rata rata Nilai Siswa 40.0

Presentase Ketuntasan 12.5%

d. Refleksi
Dari data diatas dapat kita analisis secara singkat nilai evaluasi
siswa kelas 3 pada table 4.1 didapatkan dari jumlah siswa 24 anak,
hanya 3 diantarannya memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal ≥ 77) dan 20 siswa lainnya memperoleh nilai
dibawah KKM yang berarti tingkat ketuntasan masih 12,5 % yang
berarti masih rendah. Selain data tersebut, didapati pula hal-hal yang
perlu diperhatikan seperti :
1) Metode pembelajaran yang dipakai guru masih konvensional,
yang artinnya menggunakan metode ceramah
2) Proses pembelajaran yang monoton dan tidak berubah
3) Guru belum melibatkan siswa dalam pembelajaran
Berdasarkan Hasil Prasiklus tersebut, maka dilakukan perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan
tersebut dilakukan pada Siklus I dan Siklus II.

2. Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan yang dilaksanakan pada kelas III materi luas bangun datar
dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD
menggunakan media Geoboard pada tindakan siklus 1 meliputi
perencanaan, pelaksanaan, obervasi dan refleksi. Peneliti memberikan
soal post tes di akhir pertemuan untuk mengukur keberhasilan tindakan.
Pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi bangun luas bangun datar. Diharapkan pemahaman siswa

45
mulai bertambah dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe STAD menggunakan
media Geoboard.

a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus pertama,
peneliti menganalisis Kompetensi Dasar (KD) dan indikator
pencapaian yang telah dirumuskan, guna untuk mengetahui
kompetensi yang dikehendaki dalam pembelajaran. Pada siklus
pertama ini materi yang diajarkan adalah “bangun segi banyak
beraturan dan segi banyak tidak beraturan”.

Dalam proses pembelajaran, peneliti terlibat langsung dalam


proses pembelajaran koopertif tipe STAD menggunakan media
Geoboard dengan tujuan untuk memudahkan siswa memahami materi
ajar yang akan dipelajari, serta memperkenalkan sistem pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
pedoman dan acuan dalam proses pembelajaran, instrumen penelitian
berupa lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, soal-soal untuk
mengetahui tingkat ketercapaian indikator dari proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada kegiatan pelaksanan Pembelajaran Siklus I dilakukan oleh


peneliti pada hari Rabu, 03 Mei 2023 di Kelas 3 dengan materi luas
bangun datar. Pada langkah awal, guru memulai pembelajaran dengan
salam, mengecek kehadiran siswa dan memimpin doa. Selanjutnya
melakukan apersepsi dan menyampaikan kepada siswa materi
pelajaran dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru
menggambarkan beberapa bangun datar di papan tulis dan menjelaskan
ciri-cirinya. Kemudian guru meminta siswa untuk membuat kelompok

46
yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa untuk menjadi 5 kelompok.
Kemudian dalam kelompok ahli siswa diminta untuk berdiskusi
mengenai luas bangun datar. Kemudian guru meminta perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan hasil secara


bersama-sama. Kemudian guru memberikan tes formatif untuk
mngetahui pemahaman siswa tentang materi luas bangun
datar.Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru mengulas kembali
tentang luas bangun datar, Motivasi diberikan pada akhir pembelajaran
untuk membangkitkan semangat belajar pada siswa. Guru memberi
salam di akhir pembelajaran untuk meninggalkan kelas.

c. Pengamatan dan Analisis


Pada siklus I peneliti meminta kepada guru kelas untuk memberikan
catatan selama proses pelaksanaan tindakan. Setelah pembelajaran
berakhir, guru memberikan soal post test yang dikerjakan oleh setiap
siswa.
1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Tabel 4.2
Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1

keterangan
KK
No NamaSiswa Nilai Tuntas Tidak
M
tuntas

1 Ahmad Alfin 77 60 √

2 Alf Maulana 77 60 √

3 Ania Inayati Aina 77 60 √

4 Badalin Aracelia Muslim 77 60 √

5 Daffa Ibnu Arif 77 90 √

47
6 Daffa Zahrun 77 60 √

7 Dzaky Aldino 77 80 √ √

8 Fahmi Awal Setiawan 77 60 √

9 Lutfiah Aulia Rahmah 77 60 √

10 Mahdina Namera Arafah 77 70 √

11 Muh. Ibrahim 77 70 √

12 Muhammad Arsyad Ridani 77 70 √

13 Muhammad Erlangga Al 77 80 √
Zamzami

14 Muhammad Nabil Aqram 77 70 √


Maulana

15 Muhammad Nur Fadilah 77 50 √

16 Muhammad Reza Aditya 77 90 √

17 Muharamad Eldi Pairus Ilham 77 80 √

18 Nur Jihan Ara Anda 77 70 √

19 Nurinnisa Salsabilah 77 70 √

20 Pasha Fahreza Setiawan 77 80 √

21 Rabiatul Adewiyah 77 50 √

22 Rafa Alfataya 77 80 √

23 Rafita Humaira 77 60 √

24 Syarwani Afdan 77 80 √

Jumlah 1660 8 16

Rata-rata 70,0
Presentase 33,3 66,7%
%

48
Dari data diatas, bahwasanya tingkat keberhasilan belajar siswa
berdasarkan pada siklus I dengan persentase ketuntasan sebanyak
33,3% dengan jumlah 8 siswa dan persentase ketidak tuntasan
sebanyak 66,7% dengan jumlah 16 siswa. Dilihat dari presentase
tingkat keberhasilan belajar siswa masih tergolong rendah.
Berdasarkan tabel-tabel yang berisi data nilai hasil belajar siswa di
kelas III tersebut, terlihat bahwa terdapat peningkatan dari rata-rata
nilai pada saat pra tindakan adalah 12,5% menuju nilai 33,3% pada
saat post test di siklus I. Selain dari nilai tersebut jumlah siswa yang
memiliki pemahaman dan mengerti tentang materi ajar yang
dibawakan guru juga mengalami peningkatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, dibandingkan pada saat prasiklus
terdapat peningkatan yang cukup signifikan walaupun belum mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diharapkan. Oleh karena itu
guru (peneliti) akan melakukan perbaikan untuk lebih meningkatkan
hasil belajar peserta didik Dengan demikian, tingkat keberhasilan
belajar siswa berdasarkan pada siklus I dapat dianalisis dan
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Tabel 4.3
Analisis Hasil Belajar Siswa

Kategori Ketuntasan
No. Nama Nilai
BS B C K G Ya Tidak
Ahmad Alfin 60 √
1 √
Alf Maulana 60 √
2 √
Ania Inayati Aina 60 √
3 √
Badalin Aracelia Muslim 60 √
4 √
Daffa Ibnu Arif 90 √ √
5

6 Daffa Zahrun 60 √

49
Dzaky Aldino 80 √ √
7
Fahmi Awal Setiawan 60 √
8 √
Lutfiah Aulia Rahmah 60 √
9 √
Mahdina Namera Arafah 70 √
10 √
Muh. Ibrahim 70 √
11 √
Muhammad Arsyad 70 √
12
Ridani

Muhammad Erlangga Al 80 √ √
13
Zamzami

Muhammad Nabil Aqram 70 √


14
Maulana √

Muhammad Nur Fadilah 60 √


15 √
Muhammad Reza Aditya 90 √ √
16 √
Muharamad Eldi Pairus 80 √ √
17
Ilham

Nur Jihan Ara Anda 70 √


18 √
Nurinnisa Salsabilah 70 √
19 √
Pasha Fahreza Setiawan 80 √ √
20
Rabiatul Adewiyah 60 √
21 √
Rafa Alfataya 80 √ √
22
Rafita Humaira 60 √
23 √
Syarwani Afdan 80 √ √
24
1670
Jumlah yang diperoleh 8 6 10 0 0 8 16

50
Bagan 4.1 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1

SIKLUS 1
12

10

6
SIKLUS
4

0
BAIK SEKALI BAIK CUKUP KURANG GAGAL

d. Refleksi
Dari data diatas yang didapatkan, peneliti menganalisis secara singkat
nilai evaluasi siswa kelas 3 pada tabel 4.3 didapatkan nilai 24 siswa
ada 16 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, ada 8 siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM dan jika dirata-ratakan hasil nilai
dari 24 siswa adalah 70,0. Bahwa tingkat ketuntasan masih 33,3%.
Dilihat dari presentase ketuntasan siswa pada hasil belajar siklus I
masih kurang dari 85%
Dari data bagan diatas menunjukkan kategori nilai siswa belum ada
yang mencapai pada tingkatan baik sekali. Didapatkan bahwa ada 8
siswa nilainya berkategori “Baik Sekali”, ada 6 siswa nilainya
berkategori “Baik” dan ada 10 siswa nilainya berkategori “Cukup”
Berrdasarkan hasil siklus I tersebut, maka dilakukan perbaikan
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan
tersebut akan dilakukan di siklus II.

51
3. Pelaksanaan Siklus II
Pada siklus II ini, peneliti membagi tahapan siklus menjadi 3 yaitu tahap
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan analisis, dan
refleksi. Peneliti memberikan soal post tes di akhir pertemuan untuk
mengukur keberhasilan tindakan. Pada siklus II ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi keliling bangun datar.
Diharapkan pemahaman siswa mulai bertambah dibandingkan dengan
tindakan pada siklus I.

a. Perencanaan Tindakan
Pada perencanaan siklus II ini, peneliti kembali menyiapkan
perencanaan yang akan diaplikasikan pada siswa kelas III SDN 001
Penajam untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah
dipaparkan pada tahap refleksi siklus I sebelumnya. Berikut
merupakan rincian perencanaannya:

1) Menentukakn pokok bahasan yaitu luas dan keliling bangun datar


2) Menyusun RPP
3) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran
4) Menyiapkan lembar observasi, catatan lapangan untuk mengamati
aktivitas siswa
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa
beserta kunci jawabannya
6) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada kegiatan pelaksanan Pembelajaran Siklus I dilakukan oleh
peneliti pada hari Jum’at, 12 Mei 2023 di Kelas 3 luas dan keliling
bangun datar.

52
Pada langkah awal, guru memulai pembelajaran dengan salam,
mengecek kehadiran siswa dan memimpin doa. Selanjutnya melakukan
apersepsi dan menyampaikan kepada siswa materi pelajaran dan tujuan
pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk
membacaliterasi selama 15 menit. Kemudian guru menyajikan
informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi lewat bahan
bacaan dan media papan geoboard pada siswa. Guru meminta siswa
untuk membuat kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa untuk
menjadi 5 kelompok. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya dan membimbing kelompok-kelompok belajar. Kemudian
dalam kelompok ahli siswa diminta untuk berdiskusi mengenai luas
bangun datar dan keliling bangun datar. Kemudian guru meminta
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan hasil secara bersama-


sama. Kemudian guru memberikan tes formatif untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang materi bangun segi banyak beraturan dan
bangun segi banyak tidak beraturan.

Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru mengulas kembali materi luas


dan keliling bangun datar, Motivasi diberikan pada akhir pembelajaran
untuk membangkitkan semangat belajar pada siswa. Guru memberi
salam di akhir pembelajaran untuk meninggalkan kelas.

c. Pengamatan dan Analisis


Pada siklus II peneliti meminta kepada guru kelas untuk memberikan
catatan selama proses pelaksanaan tindakan. Setelah pembelajaran
berakhir, guru memberikan soal post test yang dikerjakan oleh setiap
siswa.

53
1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Tabel 4.4
Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1I

keterangan
No NamaSiswa KKM Nilai Tuntas Tidak
tuntas

1 Ahmad Alfin 77 70

2 Alf Maulana 77 80 √

3 Ania Inayati Aina 77 90 √

4 Badalin Aracelia Muslim 77 80 √

5 Daffa Ibnu Arif 77 90 √

6 Daffa Zahrun 77 80 √

7 Dzaky Aldino 77 90 √

8 Fahmi Awal Setiawan 77 80 √

9 Lutfiah Aulia Rahmah 77 90 √

10 Mahdina Namera Arafah 77 80 √

11 Muh. Ibrahim 77 80 √

12 Muhammad Arsyad Ridani 77 90 √

13 Muhammad Erlangga Al 77 90 √
Zamzami

14 Muhammad Nabil Aqram 77 80 √


Maulana

15 Muhammad Nur Fadilah 77 80 √

16 Muhammad Reza Aditya 77 90 √

54
17 Muharamad Eldi Pairus 77 80 √
Ilham

18 Nur Jihan Ara Anda 77 90 √

19 Nurinnisa Salsabilah 77 80 √

20 Pasha Fahreza Setiawan 77 80 √

21 Rabiatul Adewiyah 77 80 √

22 Rafa Alfataya 77 90 √

23 Rafita Humaira 77 90 √

24 Syarwani Afdan 77 80 √

Jumlah 2010 23 1

Rata-rata 83,8

Presentase 95,8% 4,2%

Dari data diatas, bahwasanya tingkat keberhasilan belajar siswa


berdasarkan pada siklus II dengan persentase ketuntasan sebanyak
95,8% dengan jumlah 23 siswa dan persentase ketidak tuntasan
sebanyak 4,2% dengan jumlah 1siswa. Dilihat dari presentase tingkat
keberhasilan belajar siswa bahwa pada tahap Siklus II sudah
berkategori sangat baik.
Berdasarkan tabel-tabel yang berisi data nilai hasil belajar siswa di
kelas III tersebut, terlihat bahwa terdapat peningkatan dari rata-rata
nilai padasaat siklus I adalah 33,3% menuju 95,8% pada saat siklus II.
Selain dari nilai tersebut jumlah siswa yang memiliki pemahaman dan
mengerti tentang materi ajar yang dibawakan guru meningkat.Jadi
dapat disimpulkan bahwa, dibandingkan pada saat siklus I terdapat
peningkatan yang signifikan pada tahap siklus II.
Dengan demikian, tingkat keberhasilan belajar siswa berdasarkan pada
siklus I dapat dianalisis dan digambarkan dalam bentuk grafik sebagai
berikut :

55
Tabel 4.5
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II

Kategori Ketuntasan
No. Nama Nilai
BS B C K G Ya Tidak
Ahmad Alfin 70 √
1 √
Alf Maulana 80 √ √
2
Ania Inayati Aina 90 √ √
3
Badalin Aracelia 80 √ √
4
Muslim

Daffa Ibnu Arif 90 √


5 √
Daffa Zahrun 80 √
6 √
Dzaky Aldino 90 √
7 √
Fahmi Awal 80 √
8
Setiawan √

Lutfiah Aulia 90 √
9
Rahmah √

Mahdina Namera 80 √
10
Arafah √

Muh. Ibrahim 80 √
11 √
Muhammad Arsyad 90 √
12
Ridani √

Muhammad 90 √
13
Erlangga Al

Zamzami

Muhammad Nabil 80 √
14
Aqram Maulana √

Muhammad Nur 80 √
15
Fadilah √

56
Muhammad Reza 90 √
16
Aditya √

Muharamad Eldi 80 √
17
Pairus Ilham √

Nur Jihan Ara Anda 90 √


18 √
Nurinnisa Salsabilah 80 √
19 √
Pasha Fahreza 80 √
20
Setiawan √

Rabiatul Adewiyah 80 √
21 √
Rafa Alfataya 90 √
22 √
Rafita Humaira 90 √
23 √
Syarwani Afdan 80 √
24 √
2010
Jumlah yang diperoleh 23 1 0 0 0 23 1

Bagan 4.2 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus

SIKLUS 2
25

20

15

SIKLUS 2
10

0
BAIK SEKALI BAIK CUKUP KURANG GAGAL

57
d. Refleksi
Dari data diatas yang didapatkan, peneliti menganalisis secara singkat
nilai evaluasi siswa kelas 3 pada tabel 4.4 didapatkan nilai 24 siswa
hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, ada 23
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan jika dirata-ratakan hasil
nilai dari 24 siswa adalah 84. Bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar
sudah mencapai 95,8%. Dilihat dari presentase ketuntasan siswa pada
hasil belajar siklus II sudah melebihi 85% yang artinya telah mencapai
Kriteria Ketuntasan. Karena siklus II sudah berhasil maka siklus II
dihentikankan.

25
Perbandingan Hasil Belajar Siswa
20 Siklus I Dan Siklus II
15
SIKLUS I
10
SIKLUS II
5

0
BAIK BAIK CUKUP KURANG GAGAL
SEKALI

Bagan 4.3 Perbandingan Analisis Hasil Belajar Siswa


Antara Siklus I dan II

Pada bagan 4.3 diketahui perbandingan bagan analisis hasil belajar


siswa antara siklus I dan siklus II yaitu yang mendapatkan kategori
atau nilai “Sangat baik” disiklus I hanya ada 8 siswa dan disiklus II
ada 21 siswa, berarti ada kenaikan nilai di siklus II yang awalnya
disiklus I ada 8 siswa yang berkategori “Sangat Baik”. Pada siklus I
dan II yang mendapatkan kategori “Baik” di siklus I ada 7 dan siklus II
ada 1. Untuk kategori “Cukup” disiklus I ada 9 siswa dan siklus II
tidak ada, berarti di siklus II ada peningkatan dengan bekurangnya

58
siswa yang mendapatkan kategori “Cukup”. Sedangkan pada kategori
”Kurang” disiklus I dan II tidak ada. Begitupun pada kategori “Gagal”
pada siklus I dan II tidak ada yang kategori “Gagal” .

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, pembelajaran Matematika
dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD menggunakan
media Geoboard pada kelas III SDN 001 Penajam dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika siswa kelas III pada materi pokok “Luas dan Keliling
Bangun Datar”. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai ketuntasan belajar
matematika yang dicapai siswa setelah diterapkan model pembelajaran
koopertif tipe STAD menggunakan media Geoboardpada Prasiklus mencapai
12,5%. Kemudian pada Siklus I mencapai 33,3%. Sedangkan pada siklus II
sebesar 95,8%. Hasil ini menunjukkakn hasil belajar siswa mengalami
peningkatan sesudah diterapkannya model pembelajaran koopertif tipe STAD
menggunakan media Geoboard. Sehingga, jika simulasi perbaikan
pembelajaran ini benar-benar diterapkan maka akan meningkatkan keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Sahu, 2019) menyatakan
bahwa penerapanmodel pembelajaran tipe tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA khususnya materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V SD Inpres 2
Balantak. Hal tersebut dapat diliihat dari Rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I sebesar 64,64% naik menjadi 73,57% pada siklus II, atau naik sebesar
8,93%. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal juga meningkat dari 57,14%
pada siklus I menjadi 92,86% pada siklus II, atau mengalami peningkatan
sebesar 35,72%. Hasil yang diperoleh ini telah memenuhi kriteria ketuntasan
belajar siswa secara klasikal sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu sebesar
80% dengan ketuntasan hasil belajar individu sebesar 70. Penelitian lain juga
dilakukan oleh (Muslihah, 2019) menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika ranah

59
afektif dan kognitif siswa kelas V SD Negeri Bangirejo 1 Yogyakarta.
Dibuktikan pada pratindakan siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 9
siswa (33,33%). Siklus I siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 22 siswa
(81,48%) dan persentase aktivitas siswa mencapai 68,35% kategori baik.
Pada siklus II siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 25 siswa
(92,59%) dan persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 81,65% kategori
sangat baik. Peningkatan hasil belajar pratindakan ke siklus I sebesar 48,15%.
Peningkatan hasil belajar siklus I ke siklus II sebesar 11,11%.. Diperoleh
beberapa hal yang ditemukan pada saat pembelajaran setiap siklus antara lain
sebagai berikut:

a) Tahap Prasiklus
Guru dalam pembelajaran masih dominan menggunakan metode
kovensinal yakni metode ceramah yang membuat siswa menjadi bosan
dan tidak semangat dalam mengikuti pelajaran. Selain itu banyak siswa
yang masih cenderung pasif dan berbicara dengan teman saat
pembelajaran berlangsung. Sehingga, mengakibatkan siswa tidak paham
materi yang disampaikan oleh guru yang menyebabkan nilai siswa banyak
yang belum maksimal.

b) Tahap Siklus I
Diperoleh beberapa kelebihan yang muncul dari simulasi perbaikan
pembelajaran yaitu :
1) Materi yang disampaikan sudah sesuai dengan KD dan indikator
pembelajaran
2) Materi sudah disampaikan peneliti dengan suara yang jelas
Namun, disamping itu, ada kelemahan pada simulasi perbaikan
pembelajaran yakni :
1) Penyampaian materi terlalu terbru-buru
2) Guru tidak memberikan motivasi kepada siswa dan pada kegiatan
penutup hanya diberikan tugas.

60
c) Tahap Siklus II
Ada beberapa kelebihan yang muncul dari simulasi perbaikan
pembelajaran pada siklus II yakni :
1) Materi yang disampaikan sudah sesuai dengan KD dan indikator
pembelajaran
2) Materi sudah disampaikan peneliti dengan suara yang jelas
3) Alur proses simulasi perbaikan pembelajaran tersampaikan secara
terstruktur.

61
62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada siklus I dan siklus II yang
dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa diterapkannya
menggunakan media Geoboard melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat membantu pada mata pelajaran matematika materi luas dan keliling
bangun datar yang menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan
sesudah diterapkannya model pembelajaran koopertif tipe STAD menggunakan
media Geoboard. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar Pra
Siklus adalah 3 siswa mencapai ketuntasan 12,5 %,dan 20 siswa 83,3 % tidak
tuntas dengan nilai rata-rata 40,0, siklus I dengan persentase ketuntasan sebanyak
33,3% dengan jumlah 8 siswa dan persentase ketidak tuntasan sebanyak 66,7%
dengan jumlah 16 siswa dengan nilai rata-rata 70,0, dan Siklus II dengan
persentase ketuntasan sebanyak 95,8% dengan jumlah 23 siswa dan persentase
ketidak tuntasan sebanyak 4,2% dengan jumlah 1 siswa.

Penggunaan media Geoboard melalui pembelajaran model kooperatif tipe


Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi Luas dan Keliling bangun datar pada siswa kelas III SDN
001 Penajam Paser Utara Tahun Ajaran 2022/2023. Selama fase pembelajaran,
guru menjelaskan mata pelajaran, menetapkan tujuan dan memotivasi siswa.
Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4-5 siswa, menjelaskan materi datar dengan papan tulis atau
geoboard, membagikan tugas kelompok dan siswa bekerja dalam kelompok yang
telah dibentuk. Terakhir, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, dan siswa menjawab soal penilaian individu tanpa diperbolehkan
melihat jawaban temannya. Ketika simulasi peningkatan pembelajaran ini
dipraktikkan, partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat.
B. Saran

Sebagai akhir penulisan ini, maka penulis dapat mengemukakan


beberapa saran agar hasil penelitian ini dapat lebih bermanfaat yakni sebagai
berikut :

1. Bagi guru
Peran guru sebagai fasilitator, fasilitator dan motivator siswa
sangat berpengaruh terhadap seberapa baik mereka membimbing siswa.
Oleh karena itu, guru harus memiliki pola pikir yang aktif dan kreatif
untuk mentransformasikan pembelajaran setiap harinya. Selain itu, guru
mengetahui bagaimana memilih strategi pembelajaran sedemikian rupa
sehingga siswa memiliki minat dan kepuasan dalam mengajar mata
pelajaran, bahan ajar dan lingkungan belajar yang sesuai dengan model
pembelajaran.
Misalnya, penggunaan media Geoboard dalam model pembelajaran
kolaboratif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep luas dan
keliling dengan lebih jelas dan efektif untuk memenuhi tujuan
pembelajaran.

2. Bagi Sekolah
Setiap sekolah ingin semua siswanya menjadi individu sukses yang
memenuhi standar institusi mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sekolah
harus mendukung guru dengan menyediakan sumber daya yang mereka
butuhkan untuk menyediakan media, alat bantu pengajaran, dan materi
pembelajaran yang diperlukan kepada siswanya. Untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mengajar, sekolah juga harus menyediakan
dana untuk meningkatkan kualitas guru.

63
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafi'i, T. M. (2018). Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam


Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Jurnal Komunikasi
Pendidikan , 115-123.

Amir, N. A. (2022). Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep Pecahan. Journal


Of Elementary Education Research , 2(1).

Angga Ardianto, D. M. (2019). Pengaruh ModelDiscovery Learning Terhadap


HaasilBelajar Matematika Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Inovasi
Matematika (Inomatika) , 1 (1).

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, J. M. (2016). Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta: Diva


Press.

Bambang, S. (2014). Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan
Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 KKecamatan
Tanggul Kabupaten Jember. Pancaran , 3(2).

Fahrullisa, R., Putra, F. G., & Supriadi, N. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) berbantuan Pendekatan Investigasi
terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis. Numerical: Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika , 2(2). 145-152.

Febriyandani, R., & Kowiyah. (2021). Pengembangan Media Komik dalam


Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal
Pedagogik dan Pembelajaran , 4(1). 323-330.

Ika, K. (2017). Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII-G SMP Negeri 1 Salatiga.
Universiitas Kristen Satya Wacana .

Kamarullah. (2017). Pendidikan Matematika Di Sekolah Kita. Jurnal Pendidikan


Dan Pembelajaran Matematika , 21-32.

Khuzaeva, E. S. (2014). Mengembangkan Pola Pikir Cerdas, Kreatif dan Mandiri


melalui Telematika. Lingkar Widyaiswara , 138-148.
Khuzaeva, E. S. (2014). Mengembangkan Pola Pikir Cerdas,kretaif dan Mandiri
Melalui Telematika. Jurnal Lingkar Widyaiswara , 138-148.

Latstrijanah. (2017). Pengaruh Media Pembelajaran Geoboard Terhadap Hasil


Belajar Siswa. Effect od Geoboard Learning Media to Student Learning
Result , 4(2).

Mardiah, D. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative


Integrated Reading And Composition Terhadap Perilaku Sosial dan
Spiritual Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam , 5(1).

Mia Andani, O. H. (2021). Systematic Literature Review:Model Problem Based


Learningpada Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar , 404-417.

Muhamad Afandi, E. C. (2013). Model dan metode pembelajaran. Semarang:


Unissula Press.

Muslihah, M. M. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V


Melalui Model Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar , 3, 245-252.

Muspika. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Papan Berpaku (Geoboard)


Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa
Kelas IV SDN 138 Inpres Mangulabbe Kecamatan Mappakasunggu. Jurnal
Pendidikan , 1-10.

Nurfadhillah, S. (2021). Media Pembelajaran ,pengertian Media Pembelajaran,


Landasan, Fungsi, Manfaat, Jenis-Jenis Media Pembelajaran, dan Cara
Penggunaan Kedudukan Media Pembelajaran. Sukabumi,Jawa Barat: CV
Jejak(Jejak Publisher).

Octavia, S. A. (2020). Model-model Pembelajaran. Sleman: Deepublish.

Pujianingtias, E. N., Saputra, H. J., & Mujahir. (2019). Pengembangan Media


Majamat pada Materi Pecahan pada Mata Pelajaran Matematika. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan , 3(3). 257-263.

Rohani. (2020). Media Pembelajaran. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan


Universitas Islam Negeri , pp. 1-99.

Sahu, S. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperatif


Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Materi
Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V SD Inpres 2 Balantak. Jurnal Kreatif ,
4(12).

Samura. (2018). A Comparison Between Stad-Type And Tps-Type Cooperative


Learning In Middle School Students' geometry Learning. Infinity Journal ,
7(1), 7-14.

Sari, S. P. (2020). Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa SD. . Educational Journal of Elementary School , 1(1).

Siagian, M. D. (2016). Kemampuan Koneksi Matematika Dalam Pembelajaran


Matematika. Journal Of Mathematics and Science,2(1) , 58-67.

Siagian, M. D. (2016). Kemampuan Koneksi Matematika Dalam Pembelajaran


Matematika. Journal Of Mathematics and Science,2(1) , 58-67.

Thobroni, M. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Ulfa, N. (2019). Penggunaan Media Geoboard (papan berpaku) Melalui


Pembelajaran. Jurnal Pendidikan , 37-48.

Wulandari, I. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student


TeamsAchievement Division dalam Pembelajaran MI). Jurnal Papeda , 17-
23.

Yehuda, P. &. (2019). Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Matematika Materi Bangun Datar Menggunakan Model Pembelajaran
Discovery Learning. Jurnal ofEducation Action Research , 3(2).

Yudi Wahyu Widiana, G. K. (2023). MENINGKATKAN KEMAMPUAN


KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL BIDANG GEOMETRI DAN
ANGKA MELALUI MEDIA GEOBOARD. Jurnal Tahsinia , 61-70.

Yulia Pramusinta, S. N. (2022). Belajar dan Pembelajaran Abad 21 di Sekolah


Dasar. Lamongan,Jawa Timur: Nawa Litera Publishing.

Anda mungkin juga menyukai