PENDAHULUAN
1
seseorang agar terhindar atau keluar dari kebodohan dalam berpikir.
Selanjutnya, pendidikan sebagai suatu proses penyesuaian yang
berlangsung secara terus-menerus bagi perkembangan intelektual dan
fisik manusia.
Pendidikan secara formal dilakukan di sekolah baik di sekolah
negeri maupun swasta, untuk itu sekolah tidak hanya berfungsi
memberikan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, tetapi
juga dapat mengembangkan keseluruhan kepribadian anak oleh karena
itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana
mengajar yang efektif, guru juga harus dapat membantu siswa dalam
mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya dalam
sebuah proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas bahwa
pendidikan merupakan pemberian bimbingan secara sadar dan sistematik.
Ini berarti ada yang hendak disampaikan dan penyampaian itu bukan
dilaksanakan secara sepintas, melainkan secara terencana tahap demi
tahap.
Pendidikan tidak dapat dipandang sebelah mata dalam peranannya
untuk penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dalam
sebuah pendidikan sangatlah penting bagi anak-anak bisa merasakan dan
mendapatkan pendidikan agar menjadi lebih terarah dan memiliki
motivasi yang tinggi untuk dikembangkan dengan wawasan teknologi
sehingga dapat mengurangi dan mengatasi kebodohan dan rasa kemalasan
dalam berpikir seorang peserta didik.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Sisdiknas
Pasal 1 Ayat 20 ”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dalam proses belajar mengajar guru dan siswa mendapatkan perannya
masing-masing, guru sebagai seseorang yang mendidik dengan
menyampaikan pembelajaran serta mengendalikan keadaan kelas dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi, dan
siswa sebagai seseorang yang menerima pembelajaran yang ada sebagai
2
pengalaman. Dengan demikian untuk menciptakan pembelajaran
berkualitas guru haruslah mampu untuk menciptakan suasana yang dapat
menarik minat peserta didik. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang guru salah satunya dapat membaca situasi dan karakteristik
peserta didik untuk menggunakan atau menerapkan cara atau model
pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi, sehingga peserta
didik dapat menerima dan aktif dalam proses pembelajaran dan tujuan
dari pembelajaran yang diadakan tercapai.
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap pendidik
dituntut untuk benar-benar memahami model pembelajaran yang akan
diterapkan. Pemilihan metode maupun media yang tepat merupakan
langkah awal yang dapat dilakukan dalam menghadapi situasi dan kondisi
peserta didik yang akan berdampak pada tingkat penguasaan serta prestasi
belajar peserta didik.
Pembelajaran Matematika merupakan salah satu bidang studi yang
ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-
kanak secara informal. Khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran
matematika, proses pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian
dan penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil-hasil penelitian
masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah
dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya
sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang
pernah dipelajar. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan
mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas
dan memadai. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang
masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti,
menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,
sistematis, dan evaluasi. Sehingga siswa mampu menerima, memahami
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan dengan cara bertahap.
3
Di samping itu, guru juga belum pernah mencoba menggunakan
media atau alat peraga pada materi yang berhubungan dengan perkalian
untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi tersebut, namun
pada materi yang lain guru sudah menggunakan media atau alat peraga
dalam proses pembelajaran. Salah satu solusinya dalam proses
pembelajara pada materi perkalian dengan cara menggunakan media
pembelajaran atau alat peraga pada saat proses pembelajaran berlangsung
guna meningkatkan keaktifan siswa, sehingga siswa dapat memahami
materi perkalian dan dapat menyelesaikan soal perkalian dengan baik.
Pada latar belakang ini diuraikan tentang identifikasi masalah,
analisis masalah, alternatif dan prioritas pemecahan masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil identifikasi masalah ini dilaksanakan di
SDN 49 OKU Semester Ganjil pada siswa kelas II. Ditemukan
masalah sebagai berikut :
a. Tingkat pemahaman peserta didik tentang materi pembelajaran
Perkalian masih sangat rendah.
b. Dalam melakukan pembelajaran guru hanya menggunakan
metode ceramah saja dan hanya menggunakan media papan tulis.
Sehingga peserta didik sulit memahami materi yang di ajarkan.
c. Dari keseluruhan siswa kelas 2 hanya 7 siswa yang antusias
untuk bertanya jawab dengan guru.
2. Analisis Masalah
Sebelum Tindakan Perbaikan Pembelajaran di lakukan , perlu
adanya analisis masalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja
yang menjadi permasalahannya. Berdasarkan permasalahan yang
telah teridentifikasi , maka yang perlu dilakukan pada pembelajaran
Matematika kelas II di SDN 49 OKU adalah :
a. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran yang
berlangsung
4
b. Guru kurang memberikan contoh nyata , sehingga siswa sulit
memahami pelajaran yang di sampaikan
c. Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media sebenarnya
B. Rumusan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga
Papan Napier berdasarkan focus penelitian dan latar belakang masalag di
atas. Maka dirumuskan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
sebagai berikut “Apakah penggunaan alat peraga batang Napier dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada materi perkalian di SDN 49
OKU”
5
b) Untuk meningkatkan proses belajar siswa dalam penggunaan alat
peraga Papan Napier pada mata pelajaran Matematika materi
perkalian di kelas II di SDN 49 OKU.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
7
Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah
tingkah laku baik berbentuk pengetahuan, psikomotorik,dan sikap
dalam kehidupan sehari-harinya yang diperoleh dengan waktu yang
tidak sebentar.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar bukanlah memberikan informasi saja melainkan
mengajar merupakan suatu proses dimana seorang pendidik
menyampaikan informasi dan menyerahkan suatu pengalaman kepada
peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dari pendidik.
Menurut Slameto (2013:29) “Mengajar ialah penyerahan
kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada
anak didik kita”. Sedangkan menurut Sardiman (2013:47) “Mengajar
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu usaha seorang guru atau pendidik untuk memberikan
pengalaman dan arahan kepada peserta didik sehingga peserta didik
memperoleh pengetahuan, sikap yang akan membawa perubahan,
keterampilan yang akan membawa perubahan yang berupa pengalaman
dan kecakapan dalam suatu hal.
c. Pengertian Pembelajaran
Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang
mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan
baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
pembelajaran yang pada intinya akan bermuara pada dua kegiatan
pokok, dimana bagaimana orang melakukan tindakan perubahan
tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang itu
8
melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.
Menurut Warsita (2008:85) “ Pembelajaran adalah segala usaha
untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar ”.
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pembelajaran yang akan dilaksanakan itu harus terencana agar
tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai pada akhirnya hasil
dari pembelajaran akan terlihat.
B. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan
dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep
pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas
menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya
proses belajar mengajar.
Menurut Wijaya & Rusyan (1994) yang dimaksud Alat Peraga
Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang
belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak
menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
Fungsi Alat Peraga Fungsi utama alat peraga adalah untuk
menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap
arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba,
dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman
nyata dalam kehidupan tentang arti konsep.
Selain dari beberapa fungsi alat peraga di atas, terdapat beberapa
fungsi alat peraga yang lain sebagai berikut:
a. Alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif.
9
b. Sebagai media dalam menanam konsep-konsep matematika dan
mempercepat proses belajar mengajar.
c. Siswa tidak bosan ataupun lelah karena penjelasan sudah terfokus
pada alat yang diperagakan.
d. Memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
10
dan Rivai dalam Sundayana, 2015: 13 mengemukakan alat peraga
bermanfaat bagi pembelajaran siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga siswa
akan lebih paham dan mampu menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak
bosan dan guru bisa memaksimalkan waktu.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan.
C. Papan Napier
Batang napier atau disebut juga papan napier adalah alat bantu hitung
yang dikenalkan oleh John Napier pada sebuah karya Edinburgh Skotlandia
pada tahun 1617. Nama alat peraga tulang napier diambil dari nama orang
yang menemukan alat tersebut, yaitu yang bernama Jonh Napier yang lahir di
Kastil Merchiston tahun 1550. Jonh Napier adalah seorang matematikawan
abad ke 16 yang mengembangkan logaritma dengan tulang atau keping.
Menurut John Napier dalam bukunya yang berjudul Rabdologiae, Napier
menerapkan berhitung dengan memindahkan keping-keping perhitungan pada
papan catur dan untuk selanjutnya, keeping-keping tersebut dinamakan keping
atau tulang napier, dan belakangan alat tersebut lebih dikenal dengan nama
Tulang Napier. Selanjutnya, alat peraga tulang napier ini digunakan sebagai
alat pembantu dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan operasi
perkalian khususnya untuk perkalian dengan bilangan yang besar. Tulang
napier ini terkait dengan bilangan basis sepuluh atau sistem desimal yang
terdiri dari 10 tulang atau keeping atau kartu yang jika kita cermati susunan
bilangan-bilangan yang ada pada masing-masing tulang tersebut, maka
sebenarnya dalam alat peraga tulang napier berisi daftar perkalian untuk suatu
sistem bilangan basis dalam basis 10.
11
John Napier adalah seorang ahli matematika Skotlandia yang semasa
hidupnya dari tahun 1550-1670. Dia bekerja selama lebih dari 20 tahun untuk
mengembangkan teori tabel, yang menjadi cukup terkenal, dengan nama Tabel
Logaritma. Menjelang akhir hidupnya, John Napier menemukan set batang,
yang disebut Bones, karena terbuat dari tulang. Tulang-tulang itu digunakan
sebagai digit. Ide pemikirannya adalah mengubah proses yang kompleks
perkalian dan pembagian menjadi penambahan dan pengurangan. Napier’s
Bones selanjutnya dikenal dengan nama batang napier.
Kelebihan media batang napier menurut (Aristiani, 2013) gambarnya bisa
dipindahkan dengan mudah sehingga siswa bisa lebih antusias untuk ikut aktif
secara fisik dengan cara memindahkan objek angka. Pola mengajarkannya
bisa memudahkan siswa dalam mengalikan anak karena tersusun dalam
bentuk kotak persegi. Membuat anak lebih mudah mengalikan angka yang
satu dengan angka yang lain.
D. Matematika
a. Pengertian Matematika
12
b. Pembelajaran Matematika
E. Pengertian Perkalian
Menurut Heruman (2012:22), pada prinsipnya perkalian sama dengan
penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang
harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan
13
penjumlahan. Peneliti menyimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan
yang berulang.
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang.
Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Perkalian termasuk
topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang duduk di tingkatan tinggi Sekolah Dasar belum
menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan
dalam mempelajari topik matematika yang lebih tinggi.
BAB III
14
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
2. Tempat Penelitian
Pelakasanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN 49
Ogan Komering Ulu, Kecamatan Baturaja Barat, lebih tepatnya di
Jalan Lettu Tukiran No. 556 Talang Jawa.
Peneliti memilih melaksanakan penelitian di SDN 49 OKU karena
peneliti merupakan salah satu guru di SDN 49 OKU sehingga peneliti
dapat melakukan penelitian secara efektif dan efisien.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu semester II Tahun Pelajaran
2022/2023, pada bulan November 2022. Secara rinci jadwal pelaksanaan
sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Penellitian
No Siklus SD/Kelas Hari/Tanggal Waktu
SDN 49 OKU/ Jum’at,
1 Pra Siklus 09.15-10.15
Kelas II 28 Oktober 2022
SDN 49 OKU/ Jum’at,
2 Siklus 1 09.15-10.15
Kelas II 4 November 2022
SDN 49 OKU/ Jum’at,
3 Siklus 2 09.15-10.15
Kelas II 11 November 2022
4. Pihak yang Membantu
15
Adapun pihak yang membantu dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut :
b. Pelaksanaan
16
Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama 60 menit
dalam proses pembelajaran kelas II SDN 49 OKU, Kecamatan
Baturaja Barat. Dengan menggunakan instrument penelitian.
Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru
dalam menyampaikan materi melalui metode diskusi kelompok.
Tahap pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan seperti
langkahlangkah di bawah ini :
1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang tentang
Perkalian.
2) Guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran.
3) Guru menjelaskan pengertian Perkalian.
4) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dari guru secara
berkelompok.
5) Perwakilan siswa maju membacakan hasil kerja kelompok
6) Siswa menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan dipandu
oleh guru.
7) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
8) Siswa mengerjakan tes formatif.
9) Guru mengoreksi hasil tes formatif.
10) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan
pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.
11) Guru menyampaikan pesan agar siswa lebih giat belajar
Kembali.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh Supervisor 2, menggunakan
lembar observasi yang berisi kegiatan guru, peserta didik, dan
interaksi pembelajaran beserta indikator – indikatornya.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melakukan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga dapat menjadi masukan dalam melakukan
17
kegiatan belajar mengajar berikutnya. Pengamatan didasarkan juga
pada bentuk soal yaitu pilihan ganda 5 soal uraian.
d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama
pelaksanaan pembelajaran awal, guru tersebut mengadakan refleksi
untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan
saat berlangsungnya proses pembelajaran. Karena dirasa masih
banyak kekurangan dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar
siswa rendah, maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran ke
siklus I.
2. Siklus I
a. Perencanaan
18
2) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus
I.
3) Guru menyusun lembar kerja siswa.
4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butiran soal tes
formatif.
5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan siswa,
guru, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya.
b. Pelaksanaan
19
9) Guru mengoreksi hasil tes formatif.
10) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan
pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.
c. Pengamatan
d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan
pembelajaran siklus I, guru tersebut mengadakan refleksi untuk
mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil belajar siswa
masih belum memuaskan walaupun sudah ada peningkatan
sedikit dan dirasa masih ada kekurangan dan hambatan yang
menyebabkan hasil belajar siswa rendah maka guru mengadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II.
3. Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
II, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Secara
lebih rinci diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan
20
Perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan
II.
formatif.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama 60 menit
dalam proses pembelajaran mata pelajaran Matematika kelas II SDN
49 OKU, Kecamatan Baturaja Barat. Dengan menggunakan
instrument penelitian, Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap
tingkah laku guru dalam menyampaikan materi menggunakan alat
21
peraga Papan Napier peran. Tahap pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan seperti langkah – langkah di
bawah ini.
1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan
kelompok
kerja kelompok
c. Pengamatan
22
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama
pelaksanaan pembelajaran siklus II, guru tersebut mengadakan
refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan
kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil
belajar siswa sudah cukup memuaskan yaitu ada 25 siswa 96% telah
memperoleh nilai 75 atau lebih. Dengan mempertimbangkan hal itu,
maka perbaikan pembelajaran tidak memerlukan siklus III. Ini berarti
PTK untuk pelajaran Matematika telah selesai dilaksanakan.
23
Matematika khususnya tentang materi pokok Perkalian. Untuk
mendapatkan data yang lebih tepat, maka fokus pengamatan ditekankan
pada :
a. Kegiatan guru dalam menerapkan metode bermain peran
b. Aktifitas anak dalam pelaksanaan pembelajaran
c. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan bermain peran
d. Indikator yang diamati pada lembar observasi guru terlampir.
24
25
26