Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maslah

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dan sebuah


keharusan bagi manusia dalam kehidupan karena pendidikan merupakan
proses pengembangan pola pikir dan keterampilan setiap manusia.

Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu program utama dalam


pembangunan Nasional maju dan berkembangnya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa
tersebut. Pemerintah telah membuat Undang-Undang yang mengatur
pelaksanaan pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut
:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spirtual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.

Kini kita sadari bahwa pendidikan berperan penting dalam


kehidupan dan kemajuan umat manusia. Sesuai dengan fungsi pendidikan
adalah proses pemartabatan manusia menuju puncak optimasi potensi
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimilikinya. Menurut SA.
Bratanata dalam Ahmadi (2001:69), “Pendidikan adalah usaha yang
sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung
untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai
kedewasaannya” sehingga dapat melatih, membimbing serta memandu

1
seseorang agar terhindar atau keluar dari kebodohan dalam berpikir.
Selanjutnya, pendidikan sebagai suatu proses penyesuaian yang
berlangsung secara terus-menerus bagi perkembangan intelektual dan
fisik manusia.
Pendidikan secara formal dilakukan di sekolah baik di sekolah
negeri maupun swasta, untuk itu sekolah tidak hanya berfungsi
memberikan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, tetapi
juga dapat mengembangkan keseluruhan kepribadian anak oleh karena
itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana
mengajar yang efektif, guru juga harus dapat membantu siswa dalam
mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya dalam
sebuah proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas bahwa
pendidikan merupakan pemberian bimbingan secara sadar dan sistematik.
Ini berarti ada yang hendak disampaikan dan penyampaian itu bukan
dilaksanakan secara sepintas, melainkan secara terencana tahap demi
tahap.
Pendidikan tidak dapat dipandang sebelah mata dalam peranannya
untuk penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dalam
sebuah pendidikan sangatlah penting bagi anak-anak bisa merasakan dan
mendapatkan pendidikan agar menjadi lebih terarah dan memiliki
motivasi yang tinggi untuk dikembangkan dengan wawasan teknologi
sehingga dapat mengurangi dan mengatasi kebodohan dan rasa kemalasan
dalam berpikir seorang peserta didik.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Sisdiknas
Pasal 1 Ayat 20 ”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dalam proses belajar mengajar guru dan siswa mendapatkan perannya
masing-masing, guru sebagai seseorang yang mendidik dengan
menyampaikan pembelajaran serta mengendalikan keadaan kelas dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi, dan
siswa sebagai seseorang yang menerima pembelajaran yang ada sebagai

2
pengalaman. Dengan demikian untuk menciptakan pembelajaran
berkualitas guru haruslah mampu untuk menciptakan suasana yang dapat
menarik minat peserta didik. Kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang guru salah satunya dapat membaca situasi dan karakteristik
peserta didik untuk menggunakan atau menerapkan cara atau model
pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi, sehingga peserta
didik dapat menerima dan aktif dalam proses pembelajaran dan tujuan
dari pembelajaran yang diadakan tercapai.
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap pendidik
dituntut untuk benar-benar memahami model pembelajaran yang akan
diterapkan. Pemilihan metode maupun media yang tepat merupakan
langkah awal yang dapat dilakukan dalam menghadapi situasi dan kondisi
peserta didik yang akan berdampak pada tingkat penguasaan serta prestasi
belajar peserta didik.
Pembelajaran Matematika merupakan salah satu bidang studi yang
ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-
kanak secara informal. Khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran
matematika, proses pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian
dan penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil-hasil penelitian
masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah
dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya
sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang
pernah dipelajar. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan
mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas
dan memadai. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang
masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti,
menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,
sistematis, dan evaluasi. Sehingga siswa mampu menerima, memahami
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dan dengan cara bertahap.

3
Di samping itu, guru juga belum pernah mencoba menggunakan
media atau alat peraga pada materi yang berhubungan dengan perkalian
untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi tersebut, namun
pada materi yang lain guru sudah menggunakan media atau alat peraga
dalam proses pembelajaran. Salah satu solusinya dalam proses
pembelajara pada materi perkalian dengan cara menggunakan media
pembelajaran atau alat peraga pada saat proses pembelajaran berlangsung
guna meningkatkan keaktifan siswa, sehingga siswa dapat memahami
materi perkalian dan dapat menyelesaikan soal perkalian dengan baik.
Pada latar belakang ini diuraikan tentang identifikasi masalah,
analisis masalah, alternatif dan prioritas pemecahan masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari hasil identifikasi masalah ini dilaksanakan di
SDN 49 OKU Semester Ganjil pada siswa kelas II. Ditemukan
masalah sebagai berikut :
a. Tingkat pemahaman peserta didik tentang materi pembelajaran
Perkalian masih sangat rendah.
b. Dalam melakukan pembelajaran guru hanya menggunakan
metode ceramah saja dan hanya menggunakan media papan tulis.
Sehingga peserta didik sulit memahami materi yang di ajarkan.
c. Dari keseluruhan siswa kelas 2 hanya 7 siswa yang antusias
untuk bertanya jawab dengan guru.

2. Analisis Masalah
Sebelum Tindakan Perbaikan Pembelajaran di lakukan , perlu
adanya analisis masalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja
yang menjadi permasalahannya. Berdasarkan permasalahan yang
telah teridentifikasi , maka yang perlu dilakukan pada pembelajaran
Matematika kelas II di SDN 49 OKU adalah :
a. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran yang
berlangsung

4
b. Guru kurang memberikan contoh nyata , sehingga siswa sulit
memahami     pelajaran yang di sampaikan
c. Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media sebenarnya

3. Alternatif Dan Prioritas Pemecahan Masalah


Alternatif dan prioritas pemecahan masalah sangat di harapkan
sebagai rumusan perbaikan pembelajaran berdasarkan dari
permasalahan yang ada perlu di lakukan perbaikan pembelajaran
Matematika yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa
tentang konsep perkalian dengan menggunakan alat peraga Papan
Napier pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas 2 SDN 49 OKU”

B. Rumusan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga
Papan Napier berdasarkan focus penelitian dan latar belakang masalag di
atas. Maka dirumuskan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
sebagai berikut “Apakah penggunaan alat peraga batang Napier dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada materi perkalian di SDN 49
OKU”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagi Guru
Untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dalam penggunaan alat
peraga Papan Napier.
2. Bagi siswa
a) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan alat
peraga Papan Napier pada mata pelajaran Matematika materi
perkalian di kelas II di SDN 49 OKU.

5
b) Untuk meningkatkan proses belajar siswa dalam penggunaan alat
peraga Papan Napier pada mata pelajaran Matematika materi
perkalian di kelas II di SDN 49 OKU.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


PTK yang di lakukan oleh peneliti kepada siswa kelas II di SDN 49
OKU dalam mata pelajaran Matematika banyak memberi manfaat bagi
guru , bagi siswa, bagi sekolah bahkan bagi penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dengan menggunakan alat peraga Papan Napier dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa serta dapat meningkatkan
semangat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran karena
pembelajaran dikemas secara menarik dengan menggunakan alat
peraga Papan Napier pada materi perkalian.
2. Bagi guru sebagai peneliti, dapat memberikan pengalaman dalam
mengelola pembelajaran tematik sesuai dengan kurikulum 2013
yang baru-baru ini dicanangkan oleh pemerintah, dapat
meningkatkan kemampuan mengajar dan memberikan pengetahuan
tentang bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam proses pembelajaran sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran..
3. Bagi sekolah, sebagai masukan agar pada saat proses pembelajaran
menggunakan alat peraga.

4. Bagi peneliti lain, sebagai dapat menjadi rujukan, sumber


informasi dan bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa
lebih dikembangkan dalam materi-materi yang lainnya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar


adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu
terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang
disadari. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental
yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan.

Menurut Slameto (2013:2), “Belajar ialah suatu proses usaha yang


dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jadi belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Sedangkan menurut Hilgard dalam Sanjaya (2008:229), “Belajar


adalah suatu proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan
baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah”. Jadi belajar bisa diartikan sebagai semua aktivitas mental
atau psikis yang dilakukan seseorang sehingga menimbulkan
perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar, yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.

7
Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah
tingkah laku baik berbentuk pengetahuan, psikomotorik,dan sikap
dalam kehidupan sehari-harinya yang diperoleh dengan waktu yang
tidak sebentar.

b. Pengertian Mengajar
Mengajar bukanlah memberikan informasi saja melainkan
mengajar merupakan suatu proses dimana seorang pendidik
menyampaikan informasi dan menyerahkan suatu pengalaman kepada
peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dari pendidik.
Menurut Slameto (2013:29) “Mengajar ialah penyerahan
kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada
anak didik kita”. Sedangkan menurut Sardiman (2013:47) “Mengajar
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu usaha seorang guru atau pendidik untuk memberikan
pengalaman dan arahan kepada peserta didik sehingga peserta didik
memperoleh pengetahuan, sikap yang akan membawa perubahan,
keterampilan yang akan membawa perubahan yang berupa pengalaman
dan kecakapan dalam suatu hal.

c. Pengertian Pembelajaran
Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang
mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan
baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
pembelajaran yang pada intinya akan bermuara pada dua kegiatan
pokok, dimana bagaimana orang melakukan tindakan perubahan
tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang itu

8
melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.
Menurut Warsita (2008:85) “ Pembelajaran adalah segala usaha
untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar ”.
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pembelajaran yang akan dilaksanakan itu harus terencana agar
tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai pada akhirnya hasil
dari pembelajaran akan terlihat.

B. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan
dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep
pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas
menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya
proses belajar mengajar.
Menurut Wijaya & Rusyan (1994) yang dimaksud Alat Peraga
Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang
belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak
menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
Fungsi Alat Peraga Fungsi utama alat peraga adalah untuk
menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap
arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba,
dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman
nyata dalam kehidupan tentang arti konsep.
Selain dari beberapa fungsi alat peraga di atas, terdapat beberapa
fungsi alat peraga yang lain sebagai berikut:
a. Alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif.

9
b. Sebagai media dalam menanam konsep-konsep matematika dan
mempercepat proses belajar mengajar.
c. Siswa tidak bosan ataupun lelah karena penjelasan sudah terfokus
pada alat yang diperagakan.
d. Memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.

2. Tujuan Penggunaan Alat Peraga


Depdiknas dalam Sundayana, 2015: 11-12 menyatakan alat peraga
memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan sehingga penafsiran
yang beragam dari setiap guru dapat diseragamkan untuk
menghindari penafsiran yang salah.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Alat peraga
dapat menampilkan informasi melebihi suara, gambar, gerak dan
warna baik secara alami maupun manipulasi.
3. Efesiensi waktu dan tenaga sehingga guru dapat memaksimalkan
pembelajaran.
4. Proses pembelajaran lebih interaktif. Pemilihan dan rancangan
alat peraga yang tepat dapat membantu guru dan siswa melakukan
komunikasi yang aktif selama pembelajaran.
5. Alat peraga meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Penggunaan alat peraga membuat proses pembelajaran lebih
efisien dan dapat membantu siswa menyerap materi pembelajaran
lebih mendalam sehingga pemahaman siswa lebih baik.
6. Alat peraga memungkinkan proses belajar dan dilakukan
dimanapun dan kapanpun.
7. Alat peraga menumbuhkan semangat siswa terhadap materi dan
proses belajar.
8. Alat peraga menambah peran guru menjadi positif dan produktif.
Dengan pemanfaatan media secara baik memungkin guru tidak lagi
menjadi satu- satunya sumber ilmu pengetahuan. Selain itu juga Sudjana

10
dan Rivai dalam Sundayana, 2015: 13 mengemukakan alat peraga
bermanfaat bagi pembelajaran siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga siswa
akan lebih paham dan mampu menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak
bosan dan guru bisa memaksimalkan waktu.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan.

C. Papan Napier
Batang napier atau disebut juga papan napier adalah alat bantu hitung
yang dikenalkan oleh John Napier pada sebuah karya Edinburgh Skotlandia
pada tahun 1617. Nama alat peraga tulang napier diambil dari nama orang
yang menemukan alat tersebut, yaitu yang bernama Jonh Napier yang lahir di
Kastil Merchiston tahun 1550. Jonh Napier adalah seorang matematikawan
abad ke 16 yang mengembangkan logaritma dengan tulang atau keping.
Menurut John Napier dalam bukunya yang berjudul Rabdologiae, Napier
menerapkan berhitung dengan memindahkan keping-keping perhitungan pada
papan catur dan untuk selanjutnya, keeping-keping tersebut dinamakan keping
atau tulang napier, dan belakangan alat tersebut lebih dikenal dengan nama
Tulang Napier. Selanjutnya, alat peraga tulang napier ini digunakan sebagai
alat pembantu dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan operasi
perkalian khususnya untuk perkalian dengan bilangan yang besar. Tulang
napier ini terkait dengan bilangan basis sepuluh atau sistem desimal yang
terdiri dari 10 tulang atau keeping atau kartu yang jika kita cermati susunan
bilangan-bilangan yang ada pada masing-masing tulang tersebut, maka
sebenarnya dalam alat peraga tulang napier berisi daftar perkalian untuk suatu
sistem bilangan basis dalam basis 10.

11
John Napier adalah seorang ahli matematika Skotlandia yang semasa
hidupnya dari tahun 1550-1670. Dia bekerja selama lebih dari 20 tahun untuk
mengembangkan teori tabel, yang menjadi cukup terkenal, dengan nama Tabel
Logaritma. Menjelang akhir hidupnya, John Napier menemukan set batang,
yang disebut Bones, karena terbuat dari tulang. Tulang-tulang itu digunakan
sebagai digit. Ide pemikirannya adalah mengubah proses yang kompleks
perkalian dan pembagian menjadi penambahan dan pengurangan. Napier’s
Bones selanjutnya dikenal dengan nama batang napier.
Kelebihan media batang napier menurut (Aristiani, 2013) gambarnya bisa
dipindahkan dengan mudah sehingga siswa bisa lebih antusias untuk ikut aktif
secara fisik dengan cara memindahkan objek angka. Pola mengajarkannya
bisa memudahkan siswa dalam mengalikan anak karena tersusun dalam
bentuk kotak persegi. Membuat anak lebih mudah mengalikan angka yang
satu dengan angka yang lain.

D. Matematika
a. Pengertian Matematika

Menurut Depdiknas dalam Susanto (2012:184), kata matematika


berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar
atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Menurut Susanto (2012:185), menyatakan bahwa matematika
merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan
masalah seharihari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan
pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa matematika adalah
ilmu pasti dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

12
b. Pembelajaran Matematika

Menuru Rachmawati & Daryanto (2015:142), proses pembelajaran


merupakan keseluruhan kegiatan yang dirancang untuk membelajarkan
peserta didik. Kurikulum 2013 mengembangkan dua modul proses
pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran
tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikann
dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir
dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang dirancang dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran.

c. Tujuan pembelajaran matematika SD

Depdiknas dalam Susanto (2012:19), menyatakan bahwa


pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika.


2) Menggunakan penalaran pola dan sifat.
3) Memecahkan masalah.
4) Mengkomunikasikan gagasan
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika SD yang telah


dipaparkan sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa seorang guru
hendaknya dapat menciptakan situasi pembelajaran yang membuat peserta
didik menjadi aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan
pengetahuan yang diperoleh.

E. Pengertian Perkalian
Menurut Heruman (2012:22), pada prinsipnya perkalian sama dengan
penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang
harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan

13
penjumlahan. Peneliti menyimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan
yang berulang.
Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang.
Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Perkalian termasuk
topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang duduk di tingkatan tinggi Sekolah Dasar belum
menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan
dalam mempelajari topik matematika yang lebih tinggi.

BAB III

14
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam tindakan ini yaitu siswa kelas II SD
Negeri 49 OKU tahun pelajaran 2022/2023. Jumlah siswa sebanyak 27
siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian
Pelakasanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN 49
Ogan Komering Ulu, Kecamatan Baturaja Barat, lebih tepatnya di
Jalan Lettu Tukiran No. 556 Talang Jawa.
Peneliti memilih melaksanakan penelitian di SDN 49 OKU karena
peneliti merupakan salah satu guru di SDN 49 OKU sehingga peneliti
dapat melakukan penelitian secara efektif dan efisien.

3. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu semester II Tahun Pelajaran
2022/2023, pada bulan November 2022. Secara rinci jadwal pelaksanaan
sebagai berikut: 
Tabel 1
Jadwal Penellitian
No Siklus SD/Kelas Hari/Tanggal Waktu
SDN 49 OKU/ Jum’at,
1 Pra Siklus 09.15-10.15
Kelas II 28 Oktober 2022
SDN 49 OKU/ Jum’at,
2 Siklus 1 09.15-10.15
Kelas II 4 November 2022
SDN 49 OKU/ Jum’at,
3 Siklus 2 09.15-10.15
Kelas II 11 November 2022
       
4. Pihak yang Membantu

15
Adapun pihak yang membantu dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah SDN 49 OKU : SUWANDI, S.Pd.i,. M.M


2. Supervisor 1 : Dr. Effendi, M.Si
3. Supervisor 2 : SUWANDI, S.Pd.i,. M.M
4. Teman Sejawat : Rusmiyati, S.Pd.SD

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaranawal.
Pelaksanaannya dilakukan tiga kali yaitupembelajaran awal (prasiklus), siklus
I, dan siklus II. Masing – masing terdiri dari perencanaan,pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi dengan rincian sebagai berikut :
1. Pembelajaran Awal (Pra Silkus)
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran awal dilakukan dengan
cara pembelajaran yang biasa saja tanpa ada persiapan khusus, dan
dengan Rencana Pembelajaran (RP). Materi yang diambil adalah
tentang Pekalian pada mata pelajaran Matematika kelas II Semester
I.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan adalah sebagai berikut.
1) Guru menyusun rencana pembelajaran dengan materi
Perkalian.
2) Guru menyiapkan sumber bahan dan media pembelajaran.
3) Menyusun lembar kerja.
4) Memilih metode diskusi kelompok.
5) Membuat lembar observasi aktifitas guru dan siswa beserta
indikatornya.

b. Pelaksanaan

16
Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama 60 menit
dalam proses pembelajaran kelas II SDN 49 OKU, Kecamatan
Baturaja Barat. Dengan menggunakan instrument penelitian.
Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru
dalam menyampaikan materi melalui metode diskusi kelompok.
Tahap pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan seperti
langkahlangkah di bawah ini :
1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang tentang
Perkalian.
2) Guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran.
3) Guru menjelaskan pengertian Perkalian.
4) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dari guru secara
berkelompok.
5) Perwakilan siswa maju membacakan hasil kerja kelompok
6) Siswa menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan dipandu
oleh guru.
7) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
8) Siswa mengerjakan tes formatif.
9) Guru mengoreksi hasil tes formatif.
10) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan
pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.
11) Guru menyampaikan pesan agar siswa lebih giat belajar
Kembali.

c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh Supervisor 2, menggunakan
lembar observasi yang berisi kegiatan guru, peserta didik, dan
interaksi pembelajaran beserta indikator – indikatornya.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melakukan kegiatan belajar
mengajar. Sehingga dapat menjadi masukan dalam melakukan

17
kegiatan belajar mengajar berikutnya. Pengamatan didasarkan juga
pada bentuk soal yaitu pilihan ganda 5 soal uraian.

d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama
pelaksanaan pembelajaran awal, guru tersebut mengadakan refleksi
untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan
saat berlangsungnya proses pembelajaran. Karena dirasa masih
banyak kekurangan dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar
siswa rendah, maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran ke
siklus I.

2. Siklus I

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus


I, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Secara
lebih rinci diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan berdasarkan


hasil refleksi terhadap pembelajaran awal mata pelajaran
Matematika di kelas II materi tentang Perkalian. Berdasarkan
pengamatan, guru kecewa pada hasil evaluasi dari analisis nilai
ditemukan bahwa dari 27 siswa hanya 14 siswa 52 % yang
memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 13 siswa yang lain 48%
mendapat nilai dibawah 75.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap


perencanaannya adalah sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan sumber bahan dan media yang akan
digunakan saat pelaksanaan perbaikan silklus I.

18
2) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus
I.
3) Guru menyusun lembar kerja siswa.
4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butiran soal tes
formatif.
5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan siswa,
guru, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan 60 menit


dalam proses pembelajaran mata pelajaran Matematika kelas II
SDN 49 OKU, Kecamatan Baturaja Barat. Dengan menggunakan
instrument penelitian, supervisor 2 melakukan pengamatan
terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi melalui
Papan Napier. Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I
dilaksanakan seperti langkah – langkah di bawah ini :
1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan
soal “Siapa yang bisa melakukan penjumlahan berulang?
Coba, berapa 2+2+2? Berapa 4+4+4+4?”
2) Guru menyampaikan motifasi dan tujuan pembelajaran.
3) Guru mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan
dipelajari siswa yaitu tentang perkalian bilangan yang
hasilnya bilangan dua angka.
4) Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok
menggunakan Papan Napier.
5) Perwakilan siswa maju membacakan hasil kerja kelompok.
6) Siswa menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan
dipandu oleh guru.
7) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
8) Siswa mengerjakan tes formatif.

19
9) Guru mengoreksi hasil tes formatif.
10) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan
pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.
c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh supervisor 2, menggunakan


lembar observasi yang berisi kegiatan guru, peserta didik, dan
interaksi pembelajaran beserta indikator – indikatornya.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Adakah peningkatan dibanding pra siklus /
rencana pembelajaran awal. Sehingga dapat menjadi masukan
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berikutnya.
Pengamatan didasarkan juga pada bentuk soal yaitu pilihan ganda
3 soal, isian 2 soal, dan uraian 1 soal.

d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan
pembelajaran siklus I, guru tersebut mengadakan refleksi untuk
mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil belajar siswa
masih belum memuaskan walaupun sudah ada peningkatan
sedikit dan dirasa masih ada kekurangan dan hambatan yang
menyebabkan hasil belajar siswa rendah maka guru mengadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II.

3. Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
II, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Secara
lebih rinci diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan

20
Perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan

berdasarkan hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran

siklus I mata pelajaran Matematika di kelas II materi

Perkalian. Berdasarkan pengamatan, guru belum puas pada

hasil evaluasi dari analisis nilai ditemukan bahwa dari 27

siswa yang mendapat nilai 75 atau lebih hanya 18 siswa 69%

sedangkan yang 9 siswa 39% mendapat nilai di bawah 75.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap

perencanaannya adalah sebagai berikut.

1) Guru menyiapkan sumber bahan dan media yang akan

digunakan saat pelaksanaan perbaikan siklus II.

2) Guru menyususn rencana perbaikan pembelajaran siklus

II.

3) Guru menyusun sekenario bermain peran.

4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butir soal tes

formatif.

5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan siswa, guru,

dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama 60 menit
dalam proses pembelajaran mata pelajaran Matematika kelas II SDN
49 OKU, Kecamatan Baturaja Barat. Dengan menggunakan
instrument penelitian, Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap
tingkah laku guru dalam menyampaikan materi menggunakan alat

21
peraga Papan Napier peran. Tahap pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan seperti langkah – langkah di
bawah ini.
1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan

soal “Siapa yang tahu hasil dari 2 x 4 = berapa?”

2) Guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran

serta menumbuhkan semangat siswa melalui tepukan.

3) Guru menjelaskan materi dan alat peraga Papan Napier

yang akan digunakan.

4) Guru membentuk kelompok untuk mengisi lembar kerja

kelompok

5) Perwakilan siswa maju mempresentasikan hasil

kerja kelompok

6) Siswa menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan

dipandu oleh guru

7) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran

8) Siswa mengerjakan tes formatif.

9) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan

dan pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah

10) Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh Supervisor 2, menggunakan

lembar observasi yang diisi kegiatan guru, peserta didik, dan

interaksi pembelajaran beserta indikator – indikatornya.

22
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan

yang dimiliki oleh guru yang melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Adakah peningkatan dibandingkan siklus I. sehingga

dapat menjadi masukan dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar berikutnya. Perlu tidakkah diadakan siklus III.

Pengamatan didasarkan juga pada bentuk soal yaitu pilihan ganda 5

soal, isian 3 soal, dan uraian 2 soal.

d. Refleksi
Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama
pelaksanaan pembelajaran siklus II, guru tersebut mengadakan
refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan
kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil
belajar siswa sudah cukup memuaskan yaitu ada 25 siswa 96% telah
memperoleh nilai 75 atau lebih. Dengan mempertimbangkan hal itu,
maka perbaikan pembelajaran tidak memerlukan siklus III. Ini berarti
PTK untuk pelajaran Matematika telah selesai dilaksanakan.

C. Teknik Analisis Data

Dalam kegiatan pengumpulan data ini, penulis dibantu supervisor


2. Pengamatan ini dilakukan pada saat berlangsungnya pelaksanaan
perbaikan pembelajaran di SDN 49 OKU. Adapun data – data yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Hasil Data Kualitatif
Dalam kegiatan pengumpulan data secara kualitatif, pengamat
menggunakan lembar observasi guru. Pengamat memberikan tanda cek (√
) pada kolom kemunculan sesuai indikator tersebut. Pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat ( observer ) adalah tentang keefektifan metode
bermain peran dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran

23
Matematika khususnya tentang materi pokok Perkalian. Untuk
mendapatkan data yang lebih tepat, maka fokus pengamatan ditekankan
pada :
a. Kegiatan guru dalam menerapkan metode bermain peran
b. Aktifitas anak dalam pelaksanaan pembelajaran
c. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan bermain peran
d. Indikator yang diamati pada lembar observasi guru terlampir.

2. Hasil Data Kuantitatif


Data kuantitatif diperoleh dari hasil nilai tes formatif. Dari hasil
tersebut dapat untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Dari
hasil nilai tes formatif tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan
penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi siswa.
Data kuantitatif tersebut dibuat sesuai dengan pedoman penilaian
yang telah dibuat oleh guru. Setelah guru memberikan penilaian lalu
menganalisis perbutir soal. Hasil analisis siswa terlampir

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai