Anda di halaman 1dari 22

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI

STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN MENGGUNAKAN


METODE DISCOVERY LEARNINGPADA SISWA
KELAS IV SDNEGERI 095559 BANGUN
KECAMATAN GUNUNG MALELA
TP.2019 /2020

RATNA MEGAWATI DAMANIK


NIM: 855 961 715
Email: ratna.megawati8008@gmail.com

ABSTRAK
Hasil Belajar Siswa dengan Metode Discovery Learning pada pokok Bahasan
Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajarn IPA di Kelas IV SD Negeri 095559
Bangun. Subjek penelitian adalah siswa – siswa kelas IV Tahun Pelajaran 2019/2020
berjumlah 26 siswa,14 laki – laki,12 perempuan. Prosedur penelitian yang dilakukan
berupa perencaan, pelaksanaan tindakan, observasi,evaluasi-refleksi yang bersifat daur
ulang.Hasil penelitian menunjukkan, metode Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar. Hal ini dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa dari Pra Siklus, Siklus I
hingga Siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa awal Pra Siklus mencapai rata-rata
52,11, Siklus I mencapai 65,19 sedangkan rata-rata pada Siklus II mencapai 80,77.Saat
tes di Pra Siklus siswa yang tuntas mencapai 7 orang, siswa yang tidak tuntas mencapai
19 orang Hasil tes pada Siklus I siswa yang tuntas mencapai 17 orang siswa yang belum
tuntas mencapai 9 orang. Siklus II siswa yang tuntas 24 orang yang belum tuntas
semakin sedikit hanya 2 orang siswa.Jadi penerapan Metode Discovery Learning dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa tentang Struktur dan Fungsi Bagian
Tumbuhan pada pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 095559 Bangun.

Kata Kunci, Hasil Belajar, Discovery Learning

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan diIndonesia ternyata telah mengalami banyak
perubahan.Perubahan – perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai
usaha pembaharuan dalam pendidikan.Akibat pengaruh itu pendidikan nasional
semakin mengalami kemajuan, pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat.Perkembengan itu terjadikarena terdorong
adanya perubahan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin
menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar
bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang mencakup seluruh
komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan nasional barulah ada
artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakatt dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Sekolah dan guru memiliki kewenangan untuk mengembangkan kurikulum
agar apa yang diinginkan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang efektif dan
efesien. Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan dapat ditempuh dengan berbagai cara antara
lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas
pembelajaran, meningkatan sarana dan prasarana pembelajaran. Selama ini masih
sering dijumpai pembelajaran yang bersifat konvensional, pembelajaran yang
berpusat kepada guru, pembelajaran yang bersifat ceramah.
Cara penyampaian materi menggunakan metode konvensional mengakibatkan
siswa tidak fokus pada guru yang sedang menyampikan materi.Hal yang sering
terjadi didalam kelas adalah siswa suka menggangu teman, siswa selalu gelisah
saat guru menyampaikan materi, suka melamun, sering permisi ke kamar mandi,
hasil belajar yang menurun dan tidak memenuhi KKM terutama pada materi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
Jika pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dilakukan dengan metode
ceramah sebagai metode pokok maka proses pembelajaran akan terasa membosan
bagi siswa karena terlalu monoton. Ini dapat berpengaruh pada keaktifan siswa
didalam kelas.Bukan berarti metode ceramah tidak dapat digunakan dalam
pembelajaran, tetapi metode tersebut dapat mempengaruhi siswa menjadi bosan,
jenuh, dan tidak aktif saat guru menyampaikan pembelajaran.
Masalah yang terjadi saat saya melakukan pembelajaran antara lain, siswa
mudah jenuh saat materi pelajaran saya sampaikan, cara mengajar saya yang
terlalu monoton, kurangnya kreativitas saya menggunakan model pembelajaran,
siswa merasa gelisah ketika saya menyampaikan materi ajar, hasil belajar siswa
juga menurun ketika ulangan dilaksanakan. Hal ini terbukti dari rata-rata hasil
belajar siswa dalam pelajaran IPA hanya mencapai 52,11 sedangkan KKM
pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri 095559 Bangun sebesar 70. Sehingga dari 26
siswa yang mengikuti ulangan yang mencapai KKM hanya 7 siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul, “ Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Struktur dan Fungsi
Tumbuhan dengan Menggunakan Metode Discovery Learning Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri 095559 BangunKecamatan Gunung Malela TP.2019-
2020”.
1. Identifikasi Masalah
a. Siswa kelas IV SD Negeri 095559 Bangun merasa bosan dan jenuh
dengan sistem pembelajaran yang dilakukan guru.
b. Kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran di
dalam kelas.
c. Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 095559 Banguntidak
memenuhi KKM.
2. Analisis Masalah
Adapun permasalah yang terjadi karena:
a. Pembelajaran yang dilakukan terlalu pasif dan monoton
b. Kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode
pembelajaran.
c. Hasil belajar siswa yang rendah
3. Alternatif dan Perioritas Pemecahan Masalah
Alternatif dari permasalahan diatas adalah peggunaan metode discovery
learning untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi struktur dan fungsi
bagian tumbuhan siswa kelas IV.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD
095559 BangunKecamatan Gunung Malela TP. 2019/2020?
2. Apakah penerapan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa di kelas IV SD Negeri 095559 BangunKecamatan
Gunung Malela TP. 2019/2020?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :
1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan penerapan metode Discovery
Learning pada Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 095559 Bangun.
2. Meningkatkan Aktivitas Siswa dengan Metode Discovery Learning Pokok
Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di
Kelas IV SD Negeri 095559 Bangun.
3. Untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam melaksanakan Pembelajaran
IPA di Kelas IV SD Negeri 095559 Bangunpada pokok Bahasan Struktur
dan Fungsi Bagian Tumbuhan dengan penerapan metode Discovery
Learning.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama materi struktur dan
fungsi tumbuhan.
b. Siswa lebih senang dan bersemangat saat proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Discovery Learning.
2. Bagi Guru
Dapat meningkatkan keterampilan guru saat mengajar.
3. Bagi Sekolah
Dengan diadakannya penelitian disekolah dapat meningkatkan mutu
pendidikan sekolah.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Belajar bisa juga didefinisikan sebagai sebuah proses
perubahan di dalam keperibadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir dan kemampuan – kemampuan yang lain.  Yaitu
suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.
Hal ini dapat dilihat dari perbandingan kemampuan sebelumnya dengan
kemampuan setelah mengikuti pembelajaran. Kegiatan belajar ini tidak
hanya dilakukan di sekolah saja. Tetapi kegiatan belajar ini juga dapat
dilakukan di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di
hutan dan dimana saja.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku
atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,
fungsional, positif dan disadari.Bentuk perubahan tingkah laku harus
menyeluruh secara konprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah
laku.
Menurut Sri Anitah W, dkk (2007) hasil belajar merupakan perubahan
perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu
secara utuh. Oleh karena itu, seorang guru harus memperhatikan secara
seksama supaya perilaku tersebut dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh
peserta didik. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan
evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur
evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.Kata
sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya
tahu”.Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
pengetahuan.Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA didefinisikan sebagai
sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh
dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metodeilmiah.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar
dapat membantu pencapaian keberhasilan pembelajaran.Dalam pembelajaran
IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didik nya
memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan
sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.
Karakteristik pembelajaran IPA bersifat objektif, sistematis, dilakukan secara
konsisten dan logis/masuk akal.
Menurut Amalia Sapriati,dkk (2008) ruang lingkup mata pelajaran IPA
untuk SD/MI adalah sebagai beikut:
1. Kerja Ilmiah dan Keselamatan Kerja, yaitu mengajukan pertanyaan,
memprediksi, melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah data,
menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil percobaan
2. Makhluk Hidup dan Sistem KehidupanGejala alam, yaitu lingkungan,
tumbuhan, hewan, dan manusia secara makro
3. Energi dan Perubahannya, yaitu Gaya dan Gerak, Sumber Energi, Bunyi,
CahayaSumber Daya Alam, Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor, Rangkaian
Listrik Sederhana dan Sifat Magnet
4. Materi dan Perubahan-nyaPerubahan Wujud, yaitu Penggolongan Materi
5. Bumi dan AntariksaTata SuryaBumi, Bulan, dan Matahari
6. Sains, Lingkungan, Teknologi, dan MasyarakatLingkungan dan
KesehatanPerawatan TumbuhanSumber Daya Alam.
4. Pengertian Metode Discovery Learning
Discovery Learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan
masalah secara intensif di bawah pengawasan guru.Pada discovery, guru
membimbing peserta didik untuk menjawab atau memecahkan suatu
masalah.Discovery Learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang
menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta
didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.
DiscoveryLearning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry).
Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery
Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada
discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa,
sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Langkah-Langkah Metode Discovery Learning :
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Membagi petunjuk praktikum
3. Peserta didik melaksanakan praktikum di bawah pengawasan guru
4. Guru menunjukkan gejala yang diamati
5. Peserta didik menyimpulkan hasil praktikum
Kelebihan dan kelemahan dari Discovery Learning adalah sebagai
berikut :
a. Kelebihan metode Discovery Learning
 Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat;
 Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari
pada hasil lainnya;
 Secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa
dan kemampuan untuk berpikir bebas.
b. Kekurangan metode Discovery Learning
 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
5. Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
Tumbuhan dan manusia memang memiliki hubungan yang sangat
penting.Pasalnya banyak jenis tumbuhan yang dapat dikonsumi manusia. Dan
keduanya juga sama – sama makhluk hidup yang pastinya memiliki kehidupan
dan bagian – bagian yang dapat membantu berlangsung hidup keduanya. Bagian -
bagian penting tumbuhan adalah akar, batang, daun, bunga dan buah.
Akar merupakan salah satu bagian tumbuhan dan tumbuhnya di dalam
tanah.Pada umumnya akar berada di dalam tanah.Akar memiliki struktur luar
yang terdiri dari daerah perumbuhan akar, tudung akar dan bulu akar.Fungi akar
pada tumbuhan dapat diuraiakan sebagai berikut: (a). Menyerap air dan zat hara
(mineral), (b). Menunjang berdirinya tumbuhan, (c).Sebagai alat pernapasan,
(d).Sebagai penyimpan makanan cadangan.
Batang merupakan bagian utama tumbuhan yang berada diatas tanah dan
berfungsi mendukung bagian bagian tumbuhan lainnya seperti daun, bunga dan
buah.Batang memiliki ruas dan antarruas. Pada ruas akan muncul bunga atau
tunas daun. Letak cabang-cabang pada batang berfungsi menempatkan daun
dalam posisi yang memungkinkan daun mendapat cahaya matahari untuk proses
fotosintesis.
Daun itu termasuk salah satu bagian organ tumbuhan yang tumbuh di
ranting. Pada umumnya daun berwarna hijau karena memiliki zat hijau daun atau
klorofil.Fungsi dari daun sebagai bagian dari tumbuhan adalah untuk digunakan
sebagai tempat melakukan proses fotosintesis atau pun produksi dari bahan-bahan
makanan.
Bunga dapat muncul secara tunggal maupun bersama-sama dalam satu
rangkaian.Oleh karena itu pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan
pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.Fungsi
biologi bunga adalah organ seksual, sebagai wadah menyatunya gamet jantan
(mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji.Bunga berfungsi
sebagai alat reproduksi pada tumbuhan. 
Biji merupakan alat utama untuk berkembang biak dan juga untuk menyebar.
Bisa dibilang, biji merupakan alat vital dari tumbuhan. Proses pembuahan akan
menghasilkan sel telur yang berubah menjadi biji. Buah adalah bagian utama dari
segala macam jenis Tanaman ataupun tumbuhan yang memiliki bunga, yang
merupakan bagian dari proses terciptanya buah yang disebut dengan istilah
ovarium.Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi
utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak Yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah
siswa kelas IV SD Negeri 09555 Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten
Simalungun yang berjumlah 26 orang siswa, 14 orang laki-laki dan 12 orang
perempuan.
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah SD Negeri 09555
Bangun Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada Semester I (Ganjil) Tahun Ajaran
2019/2020.Untuk jelasnya jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No. Hari/Tanggal Siklus
1 Kamis, 10 Oktober 2019 Pra Siklus
2 Selasa, 22 Oktober 2019 Siklus I
3 Rabu, 26 Oktober 2019 Siklus II

3. Pihak Yang Membantu


Pihak yang membantu peneliti adalah :
 Ibu Nurmaulita,S.Pd.M.Si, selaku Tutor Pembimbing sekaligus Supervisor
 Bapak DP Hutagalung,S.Pd, selaku Supervisor 2
 Ibu Kostaria Hasugian,S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 09555 Bangun
Kecamatan Gunung Malela
 Seluruh guru-guru SD Negeri 095559 Bangun
 Peserta didik kelas IV SD Negeri 095559 Bangun
2. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) berupa refleksi awal
dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Metode
yang dilaksanakan adalah metode Discovery Learning karena penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan metode Discovery. Sesuai dengan jenis penelitiannya maka
penelitian ini dijabarkan menjadi empat tahapperencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.Siklus direncanakan akan dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan (Arikunto: 2010)

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I TINDAKAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

PENINGKATAN
SIKLUS II TINDAKAN
HASIL BELAJAR

PENGAMATAN
Gambar1.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

SIKLUS I

a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Menyusun materi yang akan di ajarkan
3. Membuat tes yang akan diujikan kepada siswa dengan maksud untuk
menemukan letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan.
b. Pelaksanaan
Setelah perencanaan tindakan disusun dengan baik, maka dilakukan tindakan
terhadap kurangnya pemahaman siswa dalam pembelajaran.Dalam pelaksanaan
tindakan ini, pemberian dilakukan dengan metode Discovery Learning secara
individu.Dalam pembelajaran didalam kelas merupakan pengembangan dan
pelaksanaan program pengajaran yang telah disusun.
c. Observasi (Pengamatan)
Pada tahap ini guru melakukan observasi atau pengamatan untuk mengetahui
apakah kondisi belajar mengajar telah terlaksana sesuai dengan rencana
pembelajaran dan dilakukan disetiap siklus.
d. Refleksi
Dari data yang diperoleh dari tes dan tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Hasil analisis data akan memperlihatkan apakah pembelajaran
menggunakan metode Discovery Learning tuntas atau tidak. Jika tidak tuntas
maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

SIKLUS II
Siklus II merupakan refleksi dari siklus I, dimana hasil refleksi ini digunakan
untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus I. Apabila permasalahan siswa
dalam proses pembelajaran belum bisa diselesaikan maka dapat dilanjutkan pada
siklus berikutnya :
a. Perencanaan
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan (RPP)
2. Menyusun materi yang akan diajarkan
3. Membuat tes yang akan diujikan kepada siswa dengan tujuan untuk
melihat tingkatan hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah perencanaan tindakan disusun dengan baik, maka dilakukan tindakan
terhadap kurangnya hasil belajar siswa terhadap pembelajaran.Dalam tahap ini,
pemberian tindakan dilakukan dengan metode Discovery Learning dengan
membentuk beberapa kelompok. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir
sama dengan pelaksanaan pada siklus I, hanya saja ada beberapa penambahan
dalam kegiatan ini seperti waktu pembelajaran dan materi yang disampaikan lebih
singkat. Pada tindakan ini guru lebih banyak membimbing siswa dalam
pemecahan masalah dan siswa juga diminta untuk bekerja sama dengan teman
yang lainnya.
c. Pengumpulan Data
Pada tahap ini guru mengobservasi siswa untuk melihat apakah kondisi belajar
mengajar telah terlaksana sesuai dengan rencana pembelajaran dan dilakukan pada
setiap siklus.
d. Refleksi
Dengan data yang diperoleh dari tes dan tahap observasi dikumpulkan serta di
analisis. Hasil analisi data akan memperlihatkan apakah pembelajaran
menggunakan metode Discovery Learning tuntas atau tidak. Jika tuntas maka
penelitian akan dihentikan, dan apabila jika penelitian tidak tuntas maka penelitian
akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I


1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut :
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
b. Menyusun materi yang akan di ajarkan;
c. Membuat tes yang akan diujikan kepada siswa dengan maksud untuk
menemukan letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan.
2. Pelaksanaan
Setelah perencanaan tindakan disusun dengan baik, maka dilakukan tindakan
terhadap kurangnya pemahaman siswa dalam pembelajaran.Dalam pelaksanaan
tindakan ini, pemberian dilakukan dengan metode discovery learning secara
berkelompok.Dalam pembelajaran didalam kelas merupakan pengembangan dan
pelaksanaan program pengajaran yang telah disusun.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini guru memberikan tes secara tertulis untuk mengetahui hasil
belajar IPA siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
4. Refleksi
Dari data yang diperoleh dari tes dikumpulkan serta dianalisis. Hasil analisis
data akan memperlihatkan apakah pembelajaran menggunakan metode
discoverytuntas atau tidak. Jika tidak tuntas maka akan dilanjutkan pada siklus
selanjutnya.

Prosedur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Siklus II merupakan refleksi dari siklus I, dimana hasil refleksi ini digunakan
untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus I. Apabila permasalahan siswa
dalam proses pembelajaran belum bisa diselesaikan maka dapat dilanjutkan pada
siklus selanjutnya.
1. Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan (RPP)
b. Menyusun materi yang akan diajarkan
c. Membuat tes yang akan diujikan kepada siswa dengan tujuan untuk
melihat tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan oleh guru.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah perencanaan tindakan disusun dengan baik, maka dilakukan tindakan
terhadap kurangnya hasil belajar siswa terhadap pembelajaran.Dalam tahap ini,
pemberian tindakan dilakukan dengan menerapkan metode discovery learning
dengan membentuk beberapa kelompok dan menggunakan media gambar serta
bantuan bahan konkrit. Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini hampir sama
dengan pelaksanaan pada siklus I, hanya saja ada beberapa penambahan dalam
kegiatan ini seperti waktu pembelajaran dan materi yang disampaikan lebih
singkat. Pada tindakan ini guru lebih banyak membimbing siswa dalam
pemecahan masalah dan siswa juga diminta untuk bekerja sama dengan teman
yang lainnya.
3. Pengamatan
Pada tahap ini guru mengobservasi siswa untuk melihat apakah kondisi belajar
mengajar telah terlaksana sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dilakukan.
4. Refleksi
Dengan data yang diperoleh dari tes dan tahap observasi dikumpulkan serta di
analisis. Hasil analisi data akan memperlihatkan apakah pembelajaran
menggunakan metode discovery tuntas atau tidak. Jika tuntas maka penelitian
akan dihentikan, dan jika penelitian tidak tuntas maka penelitian akan dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
dekskriptif, yang meliputi:
1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil
belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan
indikator pada siklus I dan siklus II.
2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil
observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.
1. Indikator Kinerja
Yang menjadi indikator keberhasilan kinerja pada tindakan kelas ini adalah
jika terjadi perubahan peningkatan pemahaman siswa pada mata
pelajaran matematika melalui pembelajaran berbasis kontekstual.Secara
kuantitatif dapat di indikasikan jika 75 % dari seluruh siswa terlihat pemahaman
terhadap mata pelajaran matematika berubah lebih baik.pendekatan
pembelajaran berbasis kontekstual dapat terlaksana dengan baik.
1. Untuk menilai hasil evaluasi siswa
Untuk menentukan nilai yang diperoleh sesuai dengan tingkat ketercapaian
siswa pada materi yang telah dipelajari , peneliti menggunakan rumus:

jumlah jawaban benar


N= ×100
jumlah soal
%
2. Analisis Ketuntasan Belajar Kelas
Untuk menentukan nilai ketuntasan seluruh siswa atau ketuntasan kelas
berdasarkan yakni dengan membagi jumlah siswa yang lulus dengan jumlah
keseluruhan siswa kemudian dikalikan dengan 100%. Berikut bentuk rumusnya:

f
p= ×100%
n

Keterangan : P = Persentase ketuntasan belajar kelas

f = Jumlah siswa yang mengalami perubahan

n = Jumlah seluruh siswa

3.
Analisis Observasi Keaktifan Siswa Belajar
Data hasil observasi dilakukan dengan menganalisis keaktifan siswa belajar

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa dilakukan dengan

menggunakan rumus:

Skor keaktifan Siswa


Keaktifansiswa= ×100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah aspek
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Pra Siklus
a. Tahap Perencanaan Pra Siklus
Penelitian dilkasanakan di SD Negeri 095559 Bangun. Sebelum penelitian
dilaksanakan peneliti telah mempersiapkan RPP serta materi yang akan diajarkan
dan soal latihan yang akan diberikan kepada siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan pembelajarann seperti biasa
dengan menggunakan metode ceramah.Setelah pembelajaran selesai peneliti
memberikan soal latihan kepada siswa.Kemudian siswa mengerjakan soal latihan
dengan mandiri. Diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut:
Berdasarkan data pada tabel 4.2  tersebut di atas, diketahui bahwa siswa kelas
IV yang memiliki nilai kurang dari KKM (70), sebanyak 19 siswa.
Dengan  demikian persentase siswa yang belum mencapai KKM adalah sebanyak
19 siswa (73 %). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan hanya sebanyak
7siswa (23 %).
Pada data tersebut siswa belum menguasai materi yang disampaikan sesuai
dengan KKM yang telah ditetapkan70, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya tindakan untuk
memperbaiki perolehan nilai siswa yakni dengan menggunakan metode discovery
learning. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini :
80.0% 73%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0% 27%
20.0%
10.0%
0.0%
Siswa Tidak tuntas Siswa Tuntas

Gambar 4.1
Grafik Batang Ketuntasan Belajar Siswa Tahap Pra Siklus

Ini menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa belum maksimal atau
masih rendah, maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan
metode pembelajaran discovery learning.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran peneliti dibantu teman sejawat untuk mengamati
aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi Pra Siklus
Dari hasil pembelajaran ternyata hasil belajar siswa begitu rendah dari jumlah
siswa yang belum tuntas. Peneliti mencari cara untuk memperbaiki pembelajaran
karena hasil belajar siswa yang kurang maksimal.
2. Deskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP Perbaikan Pembelajaran, materi
dan soal latihan yang akan diberikan kepada siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti kembali melakukan pembelajaran dengan menerapkan
metode discovery learning.Pada pembelajaran ini peneliti lebih menekankan
belajar dengan sistem kelompok.Setelah kegiatan pembelajaran selesai peneliti
memberikan soal latihan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi
ajar yang telah dilakukannya. Hasil perolehan nilai siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Dari gambar grafik diperoleh peningkatan rata-rata dari rata-rata pada pra
siklus yaitu 52,11 menjadi 65,19 pada siklus I. Dengan jumlah siswa yang tuntas
sekitar 17siswa(65%) dan yang tidak tuntas sekitar 9siswa (35%). Dengan grafik
sebagai berikut:
70.0% 65.0%
60.0%
50.0% 35.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas

Gambar 3.GrafikBatang Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I


c. Observasi
Kegiatan selama proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
discovery learning dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati seluruh kagiatan
yang dilakukan.
d. Refleksi
Peneliti dibantu oleh teman sejawat bersama-sama melakukan kegiatan
refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi sebagai
berikut:
1. Masih ada siswa yang tidak serius melakukan pembelajaran dengan
menerapkan metode discovery learning.
2. Hasil belajar siswa belum maksimal.
3. Masih ada siswa yang tidak fokus.
3. Deskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP, materi dan soal latihan yang akan
diberikan kepada siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti kembali melakukan pembelajaran dengan menerapkan
metode discovery learning dan lebih menekankan keseriusan siswa dalam
kelompok.Setelah kegiatan pembelajaran selesai kemudian peneliti memberikan
soal latihan kepada siswa untuk mengetahui keberhasilan dalam belajarnya.Siswa
mengerjakan soal latihan secara mandiri. Jumlah siswa yang tuntas sekitar 24
orang atau sekitar 92 %, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sekitar 2
orang siswa atau sekitar 8 %. Ketuntasan dapat dilihat dengan grafik sebagai
berikut :
100.0% 92.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0% 8.0%
0.0%
Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas

Gambar4. Grafik Batang Perolehan Persentase Hail Belajar Siswa Siklus II

c. Observasi
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati semua
kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Pada tahap siklus II ini peneliti telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan metode discovery learning.Siswa yang tuntas sebanyak 24
orang (92 %) dan tidak tuntas sebanyak 2 orang ( 8 %). Dengan demikian hasil
belajar dengan menerapkan metode discovery learning terjadi peningkatan yang
signifikan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pembahasan Pra Siklus
Hasil penelitian pembelajaran sebelum diterapkannya metode pembelajaran
discovery learning pada Pelajaran IPA, hasil belajar siswa sangat menurun. Siswa
yang tuntas sekitar 7 orang atau hanya 27% saja sedangkan siswa yang tidak
tuntas mencapai 19 orang atau 73%.
2. Pembahasan Siklus I
Pada siklus ini hasil pembelajaran siswa dengan penerapan metode
pembelajaran discovery learning belum sepunhnya maksimal.Karena masih ada
beberapa siswa yang tidak serius dan tidak fokus dalam melaksanan belajar dalam
kelompok. Siswa yang tuntas 17 orang atau sekitar 65 % sedangkan siswa yang
tidak tuntas ada 9 orang atau sekitar 35 %.
3. Pembahasan Siklus II
Pada siklus ini hasil pengamatan yang diperoleh antara lain siswa lebih
bersemangat dalam melaksanakan belajar, interaksi antara siswa dan guru lebih
meningkat dan hasil belajar siswa juga lebih meningkat dari siklus I. Siswa yang
tuntas mencapai 24 orang siswa atau sekitar 92 % sedangkan siswa yang belum
tuntas hanya 2 orang atau sekitar 8 %. Karena hasil belajar siswa menggunakan
metode discovery learning sudah meningkat dengan signifikan maka penelitian ini
hanya sampai pada siklus II saja.

Hasil belajar siswa juga dapat dilihat pada grafik berikut:


100.0%
90.0% 92.0%
80.0% 73.0%
70.0% 65.0%
60.0%
50.0% Tuntas
40.0% 35.0% Tidak Tuntas
30.0% 27.0%
20.0%
10.0% 8.0%
0.0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 5.
Grafik Batang Persentase Hasil Belajar IPA SiswaPra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
Dilihat dari grafik diatas hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA pada materi
struktur dan fungsi tumbuhan menggunakan metode Discovery Learning pada
siswa kelas IV SD Negeri 095559 Bangun adalah :
1. Pada tahap Pra Siklus, siswa yang tidak tuntas mencapai 19 orang atau sekitar
27%. Sedangkan siswa yang tuntas hanya 7 orang atau sekitar 73 %.
2. Pada tahap Siklus I, siswa yang tidak tuntas adalah 9 orang atau sekitar 35 % .
Sedangkan siswa yang tuntas sudah mencapai 17 orang atau sekitar 65 %.
3. Pada tahap Siklus II, siswa yang tidak tuntas hanya 2 orang atau sekitar 8 %.
Sedangkan siswa yang tuntas sudah mencapai 24 orang atau sekitar 92 %.

V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. Simpulan
Dari penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa dapat meningkat dengan penerapan metode discovery
learning pada pokok bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada
pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 09555 Bangun Kecamatan Gunung
Malela Kabupaten Simalungun.
2. Aktifitas siswa dapat meningkat dengan metode discovery learning. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa dari awal Pra Siklus, Siklus I
hingga Siklus II. Dengan peningkatan hasil belajar siswa awal Pra Siklus
mencapai rata-rata 52,11, rata-rata pada Siklus I mencapai 65,19 sedangkan
rata-rata pada Siklus II mencapai 80,77.
3. Kreatifitas guru dapat meningkat dalam melaksanakan Pembelajaran IPA
dengan menggunakan Metode Discovery Learning yang dibuktikan dengan
hasil tes saat Pra Siklus siswa yang tuntas mencapai 7 orang atau sekitar 27 %
sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 19 orang atau sekitar 73 %. Hasil
tes siswa pada Siklus I siswa yang tuntas mencapai 17 orang siswa atau sekitar
65 % sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 9 orang atau sekitar 35%.
Sedangkan pada Siklus II siswa yang tuntas mencapai 24 orang atau sekitar
92% sedangkan siswa yang belum tuntas semakin sedikit yaitu hanya 2 orang
siswa atau sekitar 8%.
B. Saran
Saran yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang hanya menggunakan
metode ceramah ternyata kurang efektif digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Diharapkan para pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat agar memicu semangat dan aktifitas
belajar siswa, seperti pembelajaran berbasis kontekstual yang dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif.
3. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran
discovery learning, guru juga dapat mengembangkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang lain yang lebih efektif.
4. Dengan adanya perbaikan pembelajaran ini, diharapkan kreatifitas guru lebih
ditingkatkan lagi dalam proses pembelajaran.
5. Siswa di SDN 095559 Bangun Kabupaten Simalungun perlu dibiasakan untuk
bekerja dalam kelompok, sehingga ketika berkelompok diskusi menjadi lebih
hidup dan akan memudahkan siswa mempelajari materi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, dkk.(2007).Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka

Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka


Cipta.

Sapriati, Amalia,dkk (2008).Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai