Anda di halaman 1dari 26

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE

DISKUSI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR POKOK


BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN
TUMBUHAN PADA PELAJARAN IPA
DI KELAS IV SD NEGERI 2 OH’AEM
KECAMATAN AMFOANG SELATAN
KABUPATEN KUPANG

Oleh:

NOFERA LIE
NIM. 821769146

ABSTRAK

Hasil belajar siswa pada materi  IPA masih rendah. Rata-rata ulangan harian siswa kelas
IV masih  kurang  dari  kriteria  ideal  ketuntasan   yang diberlakukan di SD Negeri 2 Oh’aem  yaitu
85% siswa atau lebih  memperoleh  nilai  75  atau  lebih.  Hal  ini  disebabkan  siswa  kurang 
menyadari  pentingnya  memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga dalam
mengajar  guru  hanya  menyampaikan  materi  dan  siswa  mendengarkan,  mencatat,  dan
mengerjakan latihan soal. Berdasarkan masalah diatas, Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem Kecamatan Amfoang
Selatan Kabupaten Kupang. Subjek penelitian adalah siswa siswa kelas IV (empat) tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 25 siswa dengan 12 laki-laki dan 13 perempuan. Prosedur penilitian yang
dilakukan berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi yang
bersifat daur ulang atau siklus. Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran, Hasil evaluasi Siklus I.
Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan
rata-rata hanya mencapai 72,80 atau 72,80 %. Pada Siklus II, skor perolehan rata-rata mencapai
74,00 atau 74,00 %. Sedangkan pada siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang
signifikan yaitu sebesar 85,60 atau 85,60 %. Jadi penerapan Metode Diskusi menggunakan media
gambar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa tentang Struktur dan Fungsi Bagian
Tumbuhan pada pelajaran IPA di Kelas IV SD Bakti Parittiga Kabupaten Bangka Barat.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Dsikusi, Media Gambar, Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa  ini  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  menuntut
peningkatan  kualitas  pendidikan.  Dalam  kaitannya  dengan  ilmu  pengetahuan  dan
teknologi  peranan  sangat  membantu. 
IPA  sebagai  salah  satu  cabang  ilmu  adalah  merupakan  tujuan  peradaban 
manusia  yang  memegang  peranan  penting  dalam  perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi karena berfungsi sebagai dasar untuk  mempelajari  materi  pelajaran  yang  lain. 
Penanaman  konsep  awal  pada  siswa  merupakan hal utama yang harus dilakukan
oleh seorang guru karena hal itu menjadi  modal  bagi  siswa  untuk  mempelajari  materi 
selanjutnya.  Untuk  itu,  dalam  belajar  IPA  siswa  harus  banyak  berlatih  mengerjakan 
soal  agar  lebih  memahami  konsep-konsep yang ada sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
 Guru  dalam  mengajarkan  IPA  perlu  memiliki  strategi  pembelajaran  yang  tepat.
Selain itu agar pelajaran  IPA dapat diserap baik oleh siswa maka seorang guru  perlu
menerapkan salah satu model atau metode pembelajaran yang dipandang tepat  untuk
mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di sekolah, dan juga seorang  guru  dapat 
membuat  program  pembelajaran  dengan  memanfaatkan  media  pembelajaran  yang  tepat 
sehingga  diharapkan  dapat  meningkatkan  hasil  pembelajaran.
Dalam  dunia  pendidikan,  pengajaran  yang  efektif  adalah  pengajaran  yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Kalaulah  dalam 
pengajaran  tradisional  asas  aktivitas  juga  dilaksanakan  namun  aktivitas  tersebut 
bersifat  semu  (aktivitas  semu).  Pengajaran  modern  tidak  menolak  seluruhnya pendapat
tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati.
1. Identifikasi Masalah
Kegiatan  pembelajaran  dirancang  untuk  memberikan  pengalaman belajar yang 
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar  siswa,  siswa  dengan  guru, 
lingkungan  dan  sumber  belajar  lainnya  dalam  rangka  pencapaian  kompetensi  dasar. 
Pengalaman  belajar  yang  dimaksud  dapat  terwujud  melalui  penggunaan 
pendekatan  pembelajaran  yang  bervariasi  dan  berpusat  pada  siswa. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa.

2
Anak  (siswa)  belajar  sambil  bekerja.  Dengan  bekerja  mereka  memperoleh
pengetahuan,  pemahaman,  dan  aspek  tingkah  laku  lainnya,  serta  mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Menurut informasi guru IPA SD Negeri 2 Oh’aem, hasil belajar siswa pada materi 
IPA masih rendah. Rata-rata ulangan harian siswa kelas IV tahun pelajaran 2022/2023
masih  kurang  dari  kriteria  ideal  ketuntasan  untuk  masing-masing  indikator  berdasarkan 
K-13  (Kurikulum  2013)  yang diberlakukan di SD Negeri 2 Oh’aem  yaitu 85% siswa atau
lebih  memperoleh  nilai  75  atau  lebih.  Hal  ini  disebabkan  siswa  kurang  menyadari 
pentingnya  memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga dalam
mengajar  guru  hanya  menyampaikan  materi  dan  siswa  mendengarkan,  mencatat,  dan
mengerjakan latihan soal.
2. Analisis Pemecahan Masalah
Hal-hal  yang  secara  mendasar  melatarbelakangi  penelitian  diantaranya  guru
dalam mengajarkan  IPA  kepada siswa masih menggunakan metode ekspositori yaitu  guru 
hanya  menyampaikan  materi  dan  siswa  mendengarkan,  mencatat,  dan  mengerjakan
latihan soal.
Padahal dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai  subjek bukan sebagai
objek. Di samping itu siswa ikut berpartisipasi, ikut mencoba  dan melakukan atau
mempraktekkan sendiri apa yang dipelajari.
IPA  diajarkan  di  SD Negeri 2 Oh’aem  dengan  maksud  agar  siswa  mampu
berpikir  logis,  kritis,  bersikap  mandiri,  dan  berwawasan  luas.  Namun  pada
kenyataannya  siswa  menganggap  IPA  sebagai  pelajaran  yang  sulit  dipahami  dan
membosankan.  Oleh  sebab  itulah  siswa  kurang  memperhatikan  penjelasan  guru  di
kelas dan enggan mengerjakan PR yang ditugaskan guru.
Selain itu, input siswa di SD Negeri 2 Oh’aem  tergolong rendah sehingga hal  ini 
juga  berpengaruh  terhadap  kualitas  siswa  dalam  meningkatkan  mutu  sekolah  secara
umum.
3. Prioritas Pemecahan Masalah
Beberapa  masalah  yang  ada  dan  tidak  mudah  untuk  segera  dicari  solusinya
antara lain dari aspek kognitif yaitu penalaran sebagian besar siswa di SD Negeri 2 Oh’aem  
masih  rendah.  Mereka  kurang  kritis,  pola  berpikirnya  kurang  logis,  dan  kesadaran 
belajarnya  masih  amat  rendah.  Kebanyakan  siswa  sulit  memahami  konsep-konsep  dan 
prinsip-prinsip  IPA  yang  diajarkan  oleh  gurunya.  Jika  mereka  sudah  memahaminya, 

3
mudah  sekali  mereka  lupa,  padahal  konsep-konsep  dan  prinsip-prinsip yang akan
diberikan terdapat keterkaitan dengan konsep-konsep dan  prinsip-prinsip sebelumnya.
Sedangkan  dari  aspek  sikap  dan  kepribadian  siswa,  secara  psikologis  umur
siswa SD memasuki masa fase berpikir konkrit sehingga sebagian dari mereka menunjukkan
sikap  buruk  atau  yang  sering  kita  sebut  dengan  kenakalan  anak.  Hal  ini  berpengaruh
pada proses pembelajaran khususnya IPA  sehingga mata pelajaran yang  tergolong sulit ini
mengalami hambatan untuk dipahami apalagi dikuasai oleh siswa.
Pada  dasarnya,  guru  IPA  di  SD Negeri 2 Oh’aem  sudah  mengupayakan
perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum  optimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengambil langkah yaitu dengan
memperbaharui  metode  pembelajaran  IPA,  metode  yang  melibatkan keaktifan siswa
secara fisik dan emosional.
Kegiatan  interaksi  belajar  IPA  juga  harus  selalu  ditingkatkan  efektif  dan
efisiensinya.  Dengan  banyaknya  kegiatan  pendidikan  di  sekolah,  dalam  usaha
meningkatkan  mutu  dan  frekuensi  isi  pelajaran,  maka  sangat  menyita  waktu  siswa
untuk  melaksanakan  kegiatan  belajar  mengajar  tersebut.  Untuk  mengatasi  kegiatan
tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas untuk diskusi dengan menggunakan media
gambar  sebagai  selingan  untuk  variasi  metode  penyajian. 
Metode  diskusi   merupakan penyajian pelajaran yang menghadapkan anak didik
pada suatu masalah berupa pernyataan dan pertanyaan yang bersifat problematik untuk
dibahas dan dipecahkan bersama (Hamid, 2013 : 85). Selain itu siswa juga dapat lebih aktif
dalam  pembelajaran  yaitu  melalui  diskusi  atau  tanya  jawab  sebagai  wujud
pertanggungjawaban tugas yang telah dikerjakan sebelumnya.
Untuk  itulah  peneliti  berkeinginan  mengadakan  penelitian  tindakan  kelas  di 
kelas  IV dengan materi pokok IPA dengan tujuan agar aktivitas dan hasil belajar siswa
meningkat, paling tidak aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV  lebih baik. Oleh karena itu,
judul penelitian yang dipilih yaitu: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode
Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem, Kecamatan Amfoang Selatan
Kabupaten Kupang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  di  atas,  maka  dirumuskan  masalah penelitian
sebagai berikut. Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi
menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada

4
Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten
Kupang?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menganalisis
1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar
Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV
SD Negeri 2 Oh’aem.
2. Meningkatkan Aktivitas Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar
Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV
SD Negeri 2 Oh’aem.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun manfaat penelitian Perbaikan Pembelajaran ini adalah sebagai berikut
1. Bagi Siswa
a. Siswa  dapat  belajar  lebih  baik  dan  dapat  memahami  materi  IPA  secara
mandiri.
b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa sekaligus sebagai motivasi bagi siswa
sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
2. Bagi Guru
a. Guru  semakin  berpengalaman  dalam  menentukan  metode  yang  tepat  untuk
memperbaiki dan meningkatkan efektifitas pembelajaran.
b. Guru dapat menerapkan metode dan media pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Dengan  adanya  informasi  yang  diperoleh  sehingga  dapat  dijadikan  sebagai
bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
b. Meningkatnya kualitas pembelajaran (KBM) yang dilaksanakan di SD Negeri 2
Oh’aem.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan
yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan
di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja.
Menurut Hamid (2013 : 15), mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan dangan serangkaian kegiatan yang perubahannya akan lebih
signifikan jika dibarengi dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Menurut Mahmud (2009 : 121), belajar bukanlah kegiatan yang
hanya berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri. Dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan
jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Menurut Husamah dan
Setyaningsih (2013 : 99), pembelajaran merupakan proses membuat orang belajar, dengan
tujuan untuk membantu orang belajar atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi

6
kemudahan bagi orang yang belajar. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai
komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran. 
Menurut Aqib dalam bukunya yang berjudul Model-model, media, dan strategi
pembelajaran kontekstual (inovatif (2013), mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
upaya sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan ealuasi.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru
dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan
dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses
yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum,
sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan
berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran
menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi,
jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada
hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana
siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan
terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut
keaktifan guru dan siswa.
B. Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media
merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan dalam pekerjaan. Kata media
itu sendiri berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang
berarti “pengantar atau perantara”.
Menurut Ahmadi dan Amri (2010 : 116), media merupakan alat yang memungkinkan
peserta didik untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk

7
mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi pelajaran
dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantu.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran (Daryanto, 2010 : 4). Pembelajaran adalah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
            Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media
pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi
atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan  bahwa
media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan
pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a. mempermudah proses pembelajaran di kelas
b. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c. menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar
d. membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
2. Manfaat Media Pembelajaran
            Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar.
b. bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami pembelajar,
serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c. metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan
tenaga.
d. pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.
Manfaat Media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
1. memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
2. menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik
3. memberikan kerangka sistematis secara baik.
4. memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran

8
5. membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
6. membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
7. meningkatkan kualitas pembelajaran
Manfaat media  pembelajaran bagi pembelajar, yaitu:
1. meningkatkan motivasi belajar pembelajar
2. memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
3. memberikan struktur materi pelajaran
4. memberikan inti informasi pelajaran
5. merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
6. menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.            
C. Media Gambar
Menurut Ahmadi dan Amri (2010 : 115), media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan
sebagainya.
1. Pengertian Media Gambar
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 6.19), media gambar diam/mati (still pictures) masuk
ke dalam media gambar fotografik. Media gambar sebagimana halnya media yang lain.
Media gambar untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang
dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam
gambar tentang binatang, manusia, tempat atau objek lainnyanyang ada kaitannya dengan
isi/bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian
ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau
diabaikan tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi
biayanya.
2. Pertimbangan Pemilihan Media Gambar
Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan
utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan:
a. Tujuan pengajaran
b. Bahan pelajaran
c. Metode mengajar
d. Alat yang dibutuhkan

9
e. Pribadi mengajar
f. Minat dan kemampuan mengajar
g. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung
            Keterkaiatan antara  media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi
pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan
menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga media yang digunakan
lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbalebalik
dengan  empat aspek tersebut.
Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus
disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
3. Peran Media Gambar
         Menurut Daryanto dalam bukunya yang berjudul Strategi dan Tahap Mengajar (2013 :
32), media Pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:
a. Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah
b. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya
c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret
d. Memberi kesamaan persepsi
e. Mengatasi hambatran waktu, tempat, jumlah, dan jarak
f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten
g. Memberi suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik.
Selain fungsi diatas. Anitah, et.al. (2009 : 6.10) mengemukakan fungsi media
pembelajaran yaitu:
a. fungsi atensi berarti media merupakan inti, menarik dan mengrahkan perhatian
pembelajar akan berkosentrasi pada isis pelajaran
b. fungsi afektif maksudnya media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmaran pembelajar
ketika belajar membaca teks bergambar.
c. fungsi kognitif yaitu mengungkapkan bahwa lambang visual mempelancar pencapaian
tujuan dalam memahami dan mendengar informasi
d. 4.fungsi kompensatoris yaitu media memberikan konteks untuk memahami teks dan
membantu pembelajr yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali.

10
D. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.. Sehingga 2 hal
penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana
dalam pelaksanaan.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2013 : 1).
Teori Metode Pembelajaran
1. Menurut Anitah, et.al. (2009: 5.17) metode pembelajaran adalah metode pembelajaran
ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.
2. Menurut Aqib, Zainal (2013: 102) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
3. Menurt Sunhaji ( 2009 : 37) Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang
sistematis untuk menyampaikan informasi.
Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan
E. Metode Diskusi
Pengertian Diskusi yaitu secara etimologis kata diskusi berasal dari
bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan,
dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion; berarti perundingan atau pembicaraan,
sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran
antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan
memecahkan masalah (problem solving).  Metode ini lazin juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Pada
umumnya diskusi adalah suatu proses penglibatan dua atau lebih individu yang berinter aksi
secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu

11
melauli cara tukar menukar informasi (information sharing), mempertahankan pendapat
(self-maintenance) atau pemecahan masalah (problem-solving).
Hal senada juga disampaikan Yamin (2010 :69), metode diskusi merupakan interaksi
antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah,
menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan
ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang
dan terencana disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi
dengan tujuan tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,;
menghasilkan ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi,
melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar pendapat, beradu
argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi
tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan
terperinci membawa hasil baik berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran alternatif, dan
lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama
Metode diskusi  (Discussion Method) diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
untuk
1. Mendorong siswa berpikir kritis.
2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah
bersama.
4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.22), mengemukakan bahwa kelebihan Metode
Diskusi antara lain sebagai berikut.
1. Bertukar pikiran.
2. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan
bukan satu jalan.
3. Menghayati permasalahan.
4. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
5. Merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.

12
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.22), mengemukakan bahwa kelemahan Metode
Diskusi antara lain sebagai berikut.
1. Relatif memerlukan waktu yang lebih banyak.
2. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3. Materi pembelajaran dapat menjadi lebih luas.
4. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
5. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara;.
6. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
. Prinsip Dasar Diskusi yaitu aturan atau prinsip-prinsip dasar di dalamnya,prinsip-
prinsip tersebut antara lain :
1. Menghindari terjadinya debat kusir. Debat kusir adalah perselisihan pendapat yang
terjadi, tetapi tanpa dilandasi alasan yang jelas.
2. Menyanggah atau menolak pendapat orang lain harus didasari oleh argumentasi-
argumentasi yang kuat dan meyakinkan.
3. Dalam diskusi setiap peserta dituntut untuk aktif menyampaikan pendapat-pendapatnya.
Bahkan, seringkali terjadi saat seseorang menyampaikan pendapatnya, teman yang lain
menyelanya.
4. Tidak ada pemenang dalam diskusi, yang dicari atau didapat dari diskusi adalah mufakat
atau kesepakatan bersama yang didapat dari berbagai pendapat yang ada..
Langkah-langkah Diskusi menurut Daryanto (2013 : 12-13), Berikut ini akan
diuraikan prosedur penyelenggaraan diskusi yang meliputi 2 fase,yaitu :
Fase Persipan, ini biasanya terdiri atas langkah-langkah sebagi berikut:
1. Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2. Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan member pengarahan siapa menjadi
apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3. Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5. Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan dalam
diskusi (briefing).
6. Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7. Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam rangka
pemecaha masalah.

13
8. Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
Fase Pelaksanaan
Fase ini tersusun atas kontinu sebagai berikut :
Pembukaan Diskusi
Dalam pembukaan diskusi yang perlu diperhatikan adalah penciptaan prakondisi sehingga
perhatian dan sikap mental peserta digiring dan disipakan agar terkonsentrasi pada hal-hal
yang akan dibicarakan dalam diskusi,usaha tersebut dapat berupa :
1. Membuat outline singkat situasi yang akan didiskusikan.
2. Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting yang ada
hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
3. Memberikan ilustrasi, demonstrasi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian peserta.
Pemeliharaan Diskusi
Dalam pemeliharaan ini sebaiknya diterapkan bentuk-bentuk reinforcement sehingga
mendorong peserta untuk berpartisipasi secara aktif.  Pemeliharaan perasaan itu sanagat
penting yang menyebabkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta diikutsertakan
sehingga mendorong timbulnya sikap bertanggungjawab dan rasa memiliki.
Penutup diskusi
1. Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil diskusinya
maka dalam penutupan diskusi segera.
2. Segera dibuatka rangkuman dan kesimpulan yang tepat dan jelas.
3. Kalau terpaksa dalam menyimpulkan diskusi itu terjadi kompromi maka jangan biarkan
diskusi itu menjadi terkantung-kantung.

14
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subejek
Subjek penelitian adalah siswa siswa kelas IV (empat) tahun pelajaran
2022/2023 berjumlah 25 siswa dengan 12 laki-laki dan 13 perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Oh’aem dengan Alamat Desa Oh’aem
2, Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Oh’aem. Waktu penelitian ini adalah
16 September 2022 s.d. 7 Oktober 2022.
4. Pihak yang Membantu
Penelitian ini dibantu oleh supervisor 1 yang ditugaskan oleh UPBJJ-UT
untuk membimbing pelaksanaan PKP dan supervisor 2 adalah kepala
sekolah/pengawas SD/guru senior untuk membimbing mahasiswa melakukan praktek
perbaikan pembelajaran di kelas.
5. Jadwal Perbaikan Per Siklus
Tabel 3.1 Jadwal Perbaikan Per Siklus mata pelajaran IPA

Hari/Tgl Uraian
Materi Pelajaran Keterangan
Pelaksanaa Kegiatan
Jumat, 16 Bahasan Struktur dan
Pra Siklus Fungsi Bagian Tumbuhan
September 2022
Jumat, 23 Bahasan Struktur dan
Siklus 1 Fungsi Bagian Tumbuhan
September 2022
Jumat, 30 Bahasan Struktur dan
Siklus 2 Fungsi Bagian Tumbuhan
September 2022
Jumat, 7 Oktober Bahasan Struktur dan
Siklus 3 Fungsi Bagian Tumbuhan
2022

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

15
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi.

Siklus 1
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
6) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7) Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.
8) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
9) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting
yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
10) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian
peserta
11) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil
diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera
c. Pengamatan

16
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.

d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
Siklus 1
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
6) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7) Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.
8) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
9) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting
yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.

17
10) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian
peserta
11) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil
diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera.

c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
Siklus 3
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
6) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7) Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.

18
8) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
9) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting
yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
10) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian
peserta
11) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil
diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dikumpulkan
peneliti, yaitu:
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dianalisis secara deskriptif. Dalam hal
ini penulis menggunakanan analisis statistik deskriptif, berupa nilai rerata, ketuntasan
Belajar. Ketuntasan belajar setiap indikator yang merupakan penjabaran dari suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Menurut Wardani, et.al. (2011 : 8.30)
kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator adalah 75%.
2. Analisis data kualitatif dilakukan melalui proses pengelompokkan masing-masing
pernyataan dan ringkasan data sebaik mungkin.
3. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan
gambaran tentang ekspresi siswa tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran
dan dianalisis secara kualitatif.

19
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskrisi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitan terlebih dahulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara
ringkat apa saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal, yaitu kondisi awal guru dan
siswa diikuti refleksi awal yang merupakan perencanaan tindakan siklus I, siklus II, dan
siklus III, sebagaimana pemaparan berikut ini :
Kegiatan perbaikan pembelajaran di siklus I, siklus II, dan siklus III meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi.
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan perbaikan pembelajaran di siklus I, siklus II, dan siklus III
adalah sebagai berikut.
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran di siklus I, siklus II, dan
siklus III adalah sebagai berikut.
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa menjadi
apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat).
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).

20
4) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan dalam
diskusi (briefing).
5) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta. Mengembangkan
agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam rangka pemecaha masalah.
6) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
7) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting yang ada
hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
8) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian peserta
9) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil diskusinya
maka dalam penutupan diskusi segera.
Pada awal siklus pertama pelaksanaan kegiatan belajar belum sesuai dengan rencana.
Hal ini disebabkan:
1) Waktu yang lebih banyak tersita karena guru belum dapat memanfaatkannya dengan baik.
2) Kelompok yang besar mengakibatkan pembelajaran tidak berjalan seesuai dengan
harapan.
3) Materi pembelajaran dapat menjadi lebih luas.
4) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan hanya dikuasai oleh orang-orang
yang suka berbicara.
Pada akhir siklus pertama dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan
supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Kegiaan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar
dapat merangsang siswa untuk berpendapat.
2) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
Pada siklus kedua pelaksanaan kegiatan belajar telah menunjukkan kesesuaian dengan
rencana, namun masih ada hal yang masih perlu perhatian.Ini disebabkan:
1) Materi pembelajaran dapat menjadi lebih luas.
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan hanya dikuasai oleh orang-orang
yang suka berbicara.
Pada akhir siklus kedua dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan
supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Kegiaan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar
dapat merangsang siswa untuk berpendapat.

21
2) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
3) Menghayati permasalahan.
4) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
Pada siklus ketiga pelaksanaan kegiatan belajar telah menunjukkan kesesuaian dengan
rencana, pada akhir siklus ketiga dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan
supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Bertukar pikiran.
2) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan
bukan satu jalan
3) Kegiaan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar
dapat merangsang siswa untuk berpendapat.
4) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
5) Menghayati permasalahan.
6) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
c. Observasi/Pengamatan
1) Hasil observasi Nilai Rata-Rata dalam proses belajar mengajar selama di siklus I, siklus
II, dan siklus III dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut.

Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong
kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 72,80 atau 72,80 %.
Pada Siklus II, skor perolehan rata-rata mencapai 74,00 atau 74,00 %. Sedangkan pada
siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 85,60 atau
85,60 %.
2) Hasil observasi Nilai Ketuntasan dalam proses belajar mengajar selama di siklus I, siklus
II, dan siklus III dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut.

Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong
kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan ketuntasan hanya mencapai 60,00 atau 60,00 %.
Sedangkan yang belum tuntas sebesar 40,00 atau 40,00%. Pada Siklus II, skor perolehan

22
ketuntasan mencapai 72,00 atau 72,00 %, yang belum tuntas sebesar 28,00 atau 28,00%.
Dan pada siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang signifikan yaitu sebesar
96,00 atau 96,00 %.
3) Hasil observasi Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar selama di siklus I, siklus
II, dan siklus III dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut.
Pada siklus I, aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, pun masih tergolong
pasif. Dari skor ideal 100, siswa yang aktif hanya mencapai 14 orang dan sisanya 11 orang
pasif. Pada Siklus II, siswa yang aktif hanya mencapai 18 orang dan sisanya 17 orang pasif.
Dan pada siklus III, siswa yang aktif mencapai 25 orang.
d. Evaluasi-Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai
berikut:
1) Guru telah dapat memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2) Memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat
terampil dan melakukannya.
3) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 72,80%, siklus kedua 74,00%, dan
siklus ketiga 85,60%.
4) Hasil evaluasi belajar pada siklus pertama mencapai ketuntasan sebesar 40,00%, siklus
kedua 72,00%, dan siklus ketiga sebesar 96,00%.
5) Aktivitas belajar siswa pada siklus pertama hanya mencapai 14 siswa, siklus kedua 18
siswa dan siklus ketiga sebanyak 25 siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pembahasan yang mendeskripsikan secara ringkat apa saja yang dilakukan peneliti
sejak pengamatan awal, yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang
merupakan perencanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III.
Keterkaiatan antara metode dan   media pembelajaran dengan tujuan, materi, dan
kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan
menggunakan metode dan    media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga metode dan
media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka
hasil pembahasannya sebagai berikut.
1. Perencanaan
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas dengan melaksanakan
penelitian tindakan kelas ini, penulis didampingi supervisor 2 dan kepala sekolah SD Negeri
2 Oh’aem. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penelitian tersebut diadakan diskusi.

23
Dalam diskusi tersebut masalah yang ditekankan pada meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan maka dilaksanakan perbaikan untuk:
a. Untuk membina perilaku belajar yang tidak efektif dapat dilaksnakan menggunakan
metode diskusi menggunakan media gambar.
b. Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan tiga putaran, yaitu siklus I,
siklus II, dan siklus III.
c. Pelaksanaan tindakan kelas tempat penelitian dilaksanakan oleh guru kelas, didampingi
supervisor 2. Instrumen berupa lembar kerja individu, lembar diskusi, soal-soal yang
nantinya digunakan untuk tugas tambahan secara struktur disiapkan guru kelas dengan
persetujuan supervisor 2 dan supervisor 1. Refleksi dilakukan atas dasar hasil yang
dilaporkan oleh guru kelas dan pengamatan supervisor 2.
Berkaitan dengan kegiatan penelitian tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan menggunakan tiga putaran.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan kepada seluruh siswa kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem yang
berjumlah 25 orang. Pengamatan dilaksanakan dalam kondisi siswa mengikuti pelajaran IPA
di dalam kelas. Waktu observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan. Setiap pertemuan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Tujuan pengamatan tersebut adalah: (1)
seberapa besar hasil belajar siswa mengikuti pelajaran IPA, (2) mengetahui bagaimana reaksi
siswa dengan diskusi di kelas, (3) untuk menentukan metode diskusi dengan menggunakan
media gambar yang dapat merangsang belajar siswa agar selalu aktif di kelas, seperti
beertanya, bersiskusi, menyampaikan ide, gagasan, mengerjakan tugas, dan tetap memiliki
motivasi belajar yang tinggi.
4. Refleksi
Pada bagian ini, yang dikemukakan adalah seberapa hasil perubahan yang telah
diperoleh dari kegiatan penelitian. Selanjutnya, dilaksnakan diskusi dengan supervisor 2 dan
supeervisor 1. Hasil diskusi tersebut mencoba meningkatkan efektifitas penerapan metode
diskusi menggunakan media gambar terhadap mata pelajaran IPA pada Pokok Bahasan
Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan baik pada siklus I, siklus II, maupun siklus III.

24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAKLANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem Kecamatan Amfoang
Selatan Kabupaten Kupang tentang Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian yang
meningkat setelah menerapkan Metode diskusi menggunakan media gambar mulai siklus
I, siklus II, dan siklus III.
2. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan ketuntasan hasil ulangan harian yang meningkat setelah menerapkan
Metode diskusi menggunakan media gambar mulai siklus I, siklus II, dan siklus III.
3. penerapan Metode diskusi menggunakan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Telah terbuktinya penerapan Metode diskusi menggunakan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam, maka kami sarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan Metode diskusi
menggunakan media gambar sebagai suatu alternatif.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka kegiatan ini
dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
maupun pelajaran lain.

25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru dan Amri, Sofan. (2010). Strategi Pembelajaran; Sekolah Berstandar
Internasional & Nasional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Anitah, Sri W., et.al. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka

Aqib, Zainal. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual


(Inovatif). Bandung: Penerbit YramaWidya

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran; Peranannya Sangat Penting dalam


Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

________. (2013) Strategi dan Tahapan Mengajar; Bekal Keterampilan Dasar bagi
Guru. Bandung: Penerbit YramaWidya

Hamid, Hamdani. (2013). Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia. Bandung:


Penerbit CV Pustaka Setia

Husamah dan Setyaningsih, Yanur. (2013). Desain Pembelajaran; Berbasis


Pencapaian Kompetensi Panduan merancang Pembelajaran untuk Mendukung
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka

Sunhaji (2009. Strategi Pembelajaran; Konsep Dasar, Metode, dan Aplikasi dalam
Proses belajar Mengajar. Yogyakarta: Grafindo Litera Media

Wardani, IGAK, et.al. (2011). Perspektif Pendidikan SD. Penerbit Universitas Terbuka

Yamin, Martinis (2010). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Penerbit


Gaung Persada (GP) Press Persada

26

Anda mungkin juga menyukai