Oleh:
NOFERA LIE
NIM. 821769146
ABSTRAK
Hasil belajar siswa pada materi IPA masih rendah. Rata-rata ulangan harian siswa kelas
IV masih kurang dari kriteria ideal ketuntasan yang diberlakukan di SD Negeri 2 Oh’aem yaitu
85% siswa atau lebih memperoleh nilai 75 atau lebih. Hal ini disebabkan siswa kurang
menyadari pentingnya memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga dalam
mengajar guru hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, mencatat, dan
mengerjakan latihan soal. Berdasarkan masalah diatas, Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem Kecamatan Amfoang
Selatan Kabupaten Kupang. Subjek penelitian adalah siswa siswa kelas IV (empat) tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 25 siswa dengan 12 laki-laki dan 13 perempuan. Prosedur penilitian yang
dilakukan berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi yang
bersifat daur ulang atau siklus. Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran, Hasil evaluasi Siklus I.
Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan
rata-rata hanya mencapai 72,80 atau 72,80 %. Pada Siklus II, skor perolehan rata-rata mencapai
74,00 atau 74,00 %. Sedangkan pada siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang
signifikan yaitu sebesar 85,60 atau 85,60 %. Jadi penerapan Metode Diskusi menggunakan media
gambar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa tentang Struktur dan Fungsi Bagian
Tumbuhan pada pelajaran IPA di Kelas IV SD Bakti Parittiga Kabupaten Bangka Barat.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Dsikusi, Media Gambar, Struktur dan Fungsi
Bagian Tumbuhan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
peningkatan kualitas pendidikan. Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi peranan sangat membantu.
IPA sebagai salah satu cabang ilmu adalah merupakan tujuan peradaban
manusia yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi karena berfungsi sebagai dasar untuk mempelajari materi pelajaran yang lain.
Penanaman konsep awal pada siswa merupakan hal utama yang harus dilakukan
oleh seorang guru karena hal itu menjadi modal bagi siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Untuk itu, dalam belajar IPA siswa harus banyak berlatih mengerjakan
soal agar lebih memahami konsep-konsep yang ada sehingga dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
Guru dalam mengajarkan IPA perlu memiliki strategi pembelajaran yang tepat.
Selain itu agar pelajaran IPA dapat diserap baik oleh siswa maka seorang guru perlu
menerapkan salah satu model atau metode pembelajaran yang dipandang tepat untuk
mengatasi masalah yang ada dalam pembelajaran di sekolah, dan juga seorang guru dapat
membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat
sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Kalaulah dalam
pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut
bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat
tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati.
1. Identifikasi Masalah
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru,
lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa.
2
Anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Menurut informasi guru IPA SD Negeri 2 Oh’aem, hasil belajar siswa pada materi
IPA masih rendah. Rata-rata ulangan harian siswa kelas IV tahun pelajaran 2022/2023
masih kurang dari kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator berdasarkan
K-13 (Kurikulum 2013) yang diberlakukan di SD Negeri 2 Oh’aem yaitu 85% siswa atau
lebih memperoleh nilai 75 atau lebih. Hal ini disebabkan siswa kurang menyadari
pentingnya memahami dan menguasai materi yang telah disampaikan, dan juga dalam
mengajar guru hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, mencatat, dan
mengerjakan latihan soal.
2. Analisis Pemecahan Masalah
Hal-hal yang secara mendasar melatarbelakangi penelitian diantaranya guru
dalam mengajarkan IPA kepada siswa masih menggunakan metode ekspositori yaitu guru
hanya menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan
latihan soal.
Padahal dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subjek bukan sebagai
objek. Di samping itu siswa ikut berpartisipasi, ikut mencoba dan melakukan atau
mempraktekkan sendiri apa yang dipelajari.
IPA diajarkan di SD Negeri 2 Oh’aem dengan maksud agar siswa mampu
berpikir logis, kritis, bersikap mandiri, dan berwawasan luas. Namun pada
kenyataannya siswa menganggap IPA sebagai pelajaran yang sulit dipahami dan
membosankan. Oleh sebab itulah siswa kurang memperhatikan penjelasan guru di
kelas dan enggan mengerjakan PR yang ditugaskan guru.
Selain itu, input siswa di SD Negeri 2 Oh’aem tergolong rendah sehingga hal ini
juga berpengaruh terhadap kualitas siswa dalam meningkatkan mutu sekolah secara
umum.
3. Prioritas Pemecahan Masalah
Beberapa masalah yang ada dan tidak mudah untuk segera dicari solusinya
antara lain dari aspek kognitif yaitu penalaran sebagian besar siswa di SD Negeri 2 Oh’aem
masih rendah. Mereka kurang kritis, pola berpikirnya kurang logis, dan kesadaran
belajarnya masih amat rendah. Kebanyakan siswa sulit memahami konsep-konsep dan
prinsip-prinsip IPA yang diajarkan oleh gurunya. Jika mereka sudah memahaminya,
3
mudah sekali mereka lupa, padahal konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang akan
diberikan terdapat keterkaitan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sebelumnya.
Sedangkan dari aspek sikap dan kepribadian siswa, secara psikologis umur
siswa SD memasuki masa fase berpikir konkrit sehingga sebagian dari mereka menunjukkan
sikap buruk atau yang sering kita sebut dengan kenakalan anak. Hal ini berpengaruh
pada proses pembelajaran khususnya IPA sehingga mata pelajaran yang tergolong sulit ini
mengalami hambatan untuk dipahami apalagi dikuasai oleh siswa.
Pada dasarnya, guru IPA di SD Negeri 2 Oh’aem sudah mengupayakan
perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum optimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengambil langkah yaitu dengan
memperbaharui metode pembelajaran IPA, metode yang melibatkan keaktifan siswa
secara fisik dan emosional.
Kegiatan interaksi belajar IPA juga harus selalu ditingkatkan efektif dan
efisiensinya. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah, dalam usaha
meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi kegiatan
tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas untuk diskusi dengan menggunakan media
gambar sebagai selingan untuk variasi metode penyajian.
Metode diskusi merupakan penyajian pelajaran yang menghadapkan anak didik
pada suatu masalah berupa pernyataan dan pertanyaan yang bersifat problematik untuk
dibahas dan dipecahkan bersama (Hamid, 2013 : 85). Selain itu siswa juga dapat lebih aktif
dalam pembelajaran yaitu melalui diskusi atau tanya jawab sebagai wujud
pertanggungjawaban tugas yang telah dikerjakan sebelumnya.
Untuk itulah peneliti berkeinginan mengadakan penelitian tindakan kelas di
kelas IV dengan materi pokok IPA dengan tujuan agar aktivitas dan hasil belajar siswa
meningkat, paling tidak aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV lebih baik. Oleh karena itu,
judul penelitian yang dipilih yaitu: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode
Diskusi menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
pada Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem, Kecamatan Amfoang Selatan
Kabupaten Kupang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut. Bagaimanakah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi
menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada
4
Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten
Kupang?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menganalisis
1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar
Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV
SD Negeri 2 Oh’aem.
2. Meningkatkan Aktivitas Siswa dengan Metode Diskusi menggunakan Media Gambar
Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada Pelajaran IPA di Kelas IV
SD Negeri 2 Oh’aem.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun manfaat penelitian Perbaikan Pembelajaran ini adalah sebagai berikut
1. Bagi Siswa
a. Siswa dapat belajar lebih baik dan dapat memahami materi IPA secara
mandiri.
b. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa sekaligus sebagai motivasi bagi siswa
sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
2. Bagi Guru
a. Guru semakin berpengalaman dalam menentukan metode yang tepat untuk
memperbaiki dan meningkatkan efektifitas pembelajaran.
b. Guru dapat menerapkan metode dan media pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
b. Meningkatnya kualitas pembelajaran (KBM) yang dilaksanakan di SD Negeri 2
Oh’aem.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan
yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan
di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja.
Menurut Hamid (2013 : 15), mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan dangan serangkaian kegiatan yang perubahannya akan lebih
signifikan jika dibarengi dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Menurut Mahmud (2009 : 121), belajar bukanlah kegiatan yang
hanya berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada
individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri. Dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan
jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.
Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Menurut Husamah dan
Setyaningsih (2013 : 99), pembelajaran merupakan proses membuat orang belajar, dengan
tujuan untuk membantu orang belajar atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi
6
kemudahan bagi orang yang belajar. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai
komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Menurut Aqib dalam bukunya yang berjudul Model-model, media, dan strategi
pembelajaran kontekstual (inovatif (2013), mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
upaya sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan ealuasi.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru
dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan
dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses
yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum,
sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan
berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran
menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi,
jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada
hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana
siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan
terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut
keaktifan guru dan siswa.
B. Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media
merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan dalam pekerjaan. Kata media
itu sendiri berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang
berarti “pengantar atau perantara”.
Menurut Ahmadi dan Amri (2010 : 116), media merupakan alat yang memungkinkan
peserta didik untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk
7
mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi pelajaran
dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantu.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran (Daryanto, 2010 : 4). Pembelajaran adalah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media
pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi
atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan bahwa
media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan
pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar
1. Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a. mempermudah proses pembelajaran di kelas
b. meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c. menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar
d. membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar.
b. bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami pembelajar,
serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c. metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan
tenaga.
d. pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.
Manfaat Media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
1. memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
2. menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik
3. memberikan kerangka sistematis secara baik.
4. memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran
8
5. membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
6. membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
7. meningkatkan kualitas pembelajaran
Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu:
1. meningkatkan motivasi belajar pembelajar
2. memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
3. memberikan struktur materi pelajaran
4. memberikan inti informasi pelajaran
5. merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
6. menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
C. Media Gambar
Menurut Ahmadi dan Amri (2010 : 115), media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan
sebagainya.
1. Pengertian Media Gambar
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 6.19), media gambar diam/mati (still pictures) masuk
ke dalam media gambar fotografik. Media gambar sebagimana halnya media yang lain.
Media gambar untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang
dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam
gambar tentang binatang, manusia, tempat atau objek lainnyanyang ada kaitannya dengan
isi/bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian
ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau
diabaikan tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi
biayanya.
2. Pertimbangan Pemilihan Media Gambar
Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan
utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan:
a. Tujuan pengajaran
b. Bahan pelajaran
c. Metode mengajar
d. Alat yang dibutuhkan
9
e. Pribadi mengajar
f. Minat dan kemampuan mengajar
g. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung
Keterkaiatan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi
pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan
menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga media yang digunakan
lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbalebalik
dengan empat aspek tersebut.
Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus
disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
3. Peran Media Gambar
Menurut Daryanto dalam bukunya yang berjudul Strategi dan Tahap Mengajar (2013 :
32), media Pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:
a. Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah
b. Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya
c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret
d. Memberi kesamaan persepsi
e. Mengatasi hambatran waktu, tempat, jumlah, dan jarak
f. Menyajikan ulang informasi secara konsisten
g. Memberi suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik.
Selain fungsi diatas. Anitah, et.al. (2009 : 6.10) mengemukakan fungsi media
pembelajaran yaitu:
a. fungsi atensi berarti media merupakan inti, menarik dan mengrahkan perhatian
pembelajar akan berkosentrasi pada isis pelajaran
b. fungsi afektif maksudnya media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmaran pembelajar
ketika belajar membaca teks bergambar.
c. fungsi kognitif yaitu mengungkapkan bahwa lambang visual mempelancar pencapaian
tujuan dalam memahami dan mendengar informasi
d. 4.fungsi kompensatoris yaitu media memberikan konteks untuk memahami teks dan
membantu pembelajr yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali.
10
D. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.. Sehingga 2 hal
penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana
dalam pelaksanaan.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2013 : 1).
Teori Metode Pembelajaran
1. Menurut Anitah, et.al. (2009: 5.17) metode pembelajaran adalah metode pembelajaran
ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.
2. Menurut Aqib, Zainal (2013: 102) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
3. Menurt Sunhaji ( 2009 : 37) Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang
sistematis untuk menyampaikan informasi.
Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan
E. Metode Diskusi
Pengertian Diskusi yaitu secara etimologis kata diskusi berasal dari
bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan,
dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion; berarti perundingan atau pembicaraan,
sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran
antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan
memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazin juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Pada
umumnya diskusi adalah suatu proses penglibatan dua atau lebih individu yang berinter aksi
secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu
11
melauli cara tukar menukar informasi (information sharing), mempertahankan pendapat
(self-maintenance) atau pemecahan masalah (problem-solving).
Hal senada juga disampaikan Yamin (2010 :69), metode diskusi merupakan interaksi
antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah,
menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan
ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang
dan terencana disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi
dengan tujuan tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,;
menghasilkan ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi,
melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar pendapat, beradu
argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi
tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan
terperinci membawa hasil baik berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran alternatif, dan
lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama
Metode diskusi (Discussion Method) diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
untuk
1. Mendorong siswa berpikir kritis.
2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah
bersama.
4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.22), mengemukakan bahwa kelebihan Metode
Diskusi antara lain sebagai berikut.
1. Bertukar pikiran.
2. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan
bukan satu jalan.
3. Menghayati permasalahan.
4. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
5. Merangsang siswa untuk berpendapat.
6. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
12
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.22), mengemukakan bahwa kelemahan Metode
Diskusi antara lain sebagai berikut.
1. Relatif memerlukan waktu yang lebih banyak.
2. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3. Materi pembelajaran dapat menjadi lebih luas.
4. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
5. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara;.
6. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
. Prinsip Dasar Diskusi yaitu aturan atau prinsip-prinsip dasar di dalamnya,prinsip-
prinsip tersebut antara lain :
1. Menghindari terjadinya debat kusir. Debat kusir adalah perselisihan pendapat yang
terjadi, tetapi tanpa dilandasi alasan yang jelas.
2. Menyanggah atau menolak pendapat orang lain harus didasari oleh argumentasi-
argumentasi yang kuat dan meyakinkan.
3. Dalam diskusi setiap peserta dituntut untuk aktif menyampaikan pendapat-pendapatnya.
Bahkan, seringkali terjadi saat seseorang menyampaikan pendapatnya, teman yang lain
menyelanya.
4. Tidak ada pemenang dalam diskusi, yang dicari atau didapat dari diskusi adalah mufakat
atau kesepakatan bersama yang didapat dari berbagai pendapat yang ada..
Langkah-langkah Diskusi menurut Daryanto (2013 : 12-13), Berikut ini akan
diuraikan prosedur penyelenggaraan diskusi yang meliputi 2 fase,yaitu :
Fase Persipan, ini biasanya terdiri atas langkah-langkah sebagi berikut:
1. Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2. Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan member pengarahan siapa menjadi
apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3. Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5. Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan dalam
diskusi (briefing).
6. Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7. Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam rangka
pemecaha masalah.
13
8. Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
Fase Pelaksanaan
Fase ini tersusun atas kontinu sebagai berikut :
Pembukaan Diskusi
Dalam pembukaan diskusi yang perlu diperhatikan adalah penciptaan prakondisi sehingga
perhatian dan sikap mental peserta digiring dan disipakan agar terkonsentrasi pada hal-hal
yang akan dibicarakan dalam diskusi,usaha tersebut dapat berupa :
1. Membuat outline singkat situasi yang akan didiskusikan.
2. Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting yang ada
hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
3. Memberikan ilustrasi, demonstrasi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian peserta.
Pemeliharaan Diskusi
Dalam pemeliharaan ini sebaiknya diterapkan bentuk-bentuk reinforcement sehingga
mendorong peserta untuk berpartisipasi secara aktif. Pemeliharaan perasaan itu sanagat
penting yang menyebabkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta diikutsertakan
sehingga mendorong timbulnya sikap bertanggungjawab dan rasa memiliki.
Penutup diskusi
1. Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil diskusinya
maka dalam penutupan diskusi segera.
2. Segera dibuatka rangkuman dan kesimpulan yang tepat dan jelas.
3. Kalau terpaksa dalam menyimpulkan diskusi itu terjadi kompromi maka jangan biarkan
diskusi itu menjadi terkantung-kantung.
14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Hari/Tgl Uraian
Materi Pelajaran Keterangan
Pelaksanaa Kegiatan
Jumat, 16 Bahasan Struktur dan
Pra Siklus Fungsi Bagian Tumbuhan
September 2022
Jumat, 23 Bahasan Struktur dan
Siklus 1 Fungsi Bagian Tumbuhan
September 2022
Jumat, 30 Bahasan Struktur dan
Siklus 2 Fungsi Bagian Tumbuhan
September 2022
Jumat, 7 Oktober Bahasan Struktur dan
Siklus 3 Fungsi Bagian Tumbuhan
2022
15
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi.
Siklus 1
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
6) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7) Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.
8) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
9) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting
yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
10) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian
peserta
11) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil
diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera
c. Pengamatan
16
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
Siklus 1
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
6) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7) Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.
8) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
9) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting
yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
17
10) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian
peserta
11) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil
diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
Siklus 3
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode diskusi.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.
2) Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan memberi pengarahan siapa
menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
3) Mementukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.
4) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah
konsep,prinsip, dan lain-lain).
5) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan
dalam diskusi (briefing).
6) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.
7) Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam
rangka pemecaha masalah.
18
8) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
9) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting
yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
10) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian
peserta
11) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil
diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan
instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak
dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang
harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dikumpulkan
peneliti, yaitu:
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dianalisis secara deskriptif. Dalam hal
ini penulis menggunakanan analisis statistik deskriptif, berupa nilai rerata, ketuntasan
Belajar. Ketuntasan belajar setiap indikator yang merupakan penjabaran dari suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Menurut Wardani, et.al. (2011 : 8.30)
kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator adalah 75%.
2. Analisis data kualitatif dilakukan melalui proses pengelompokkan masing-masing
pernyataan dan ringkasan data sebaik mungkin.
3. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan
gambaran tentang ekspresi siswa tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran
dan dianalisis secara kualitatif.
19
BAB IV
20
4) Menunjukan dan menguaraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan dalam
diskusi (briefing).
5) Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta. Mengembangkan
agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam rangka pemecaha masalah.
6) Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan
dipergunakan.
7) Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting yang ada
hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.
8) Memberikan ilustrasi, diskusi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian peserta
9) Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil diskusinya
maka dalam penutupan diskusi segera.
Pada awal siklus pertama pelaksanaan kegiatan belajar belum sesuai dengan rencana.
Hal ini disebabkan:
1) Waktu yang lebih banyak tersita karena guru belum dapat memanfaatkannya dengan baik.
2) Kelompok yang besar mengakibatkan pembelajaran tidak berjalan seesuai dengan
harapan.
3) Materi pembelajaran dapat menjadi lebih luas.
4) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan hanya dikuasai oleh orang-orang
yang suka berbicara.
Pada akhir siklus pertama dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan
supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Kegiaan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar
dapat merangsang siswa untuk berpendapat.
2) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
Pada siklus kedua pelaksanaan kegiatan belajar telah menunjukkan kesesuaian dengan
rencana, namun masih ada hal yang masih perlu perhatian.Ini disebabkan:
1) Materi pembelajaran dapat menjadi lebih luas.
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan hanya dikuasai oleh orang-orang
yang suka berbicara.
Pada akhir siklus kedua dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan
supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Kegiaan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar
dapat merangsang siswa untuk berpendapat.
21
2) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
3) Menghayati permasalahan.
4) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
Pada siklus ketiga pelaksanaan kegiatan belajar telah menunjukkan kesesuaian dengan
rencana, pada akhir siklus ketiga dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan
supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Bertukar pikiran.
2) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan
bukan satu jalan
3) Kegiaan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar
dapat merangsang siswa untuk berpendapat.
4) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleransi.
5) Menghayati permasalahan.
6) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
c. Observasi/Pengamatan
1) Hasil observasi Nilai Rata-Rata dalam proses belajar mengajar selama di siklus I, siklus
II, dan siklus III dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut.
Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong
kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 72,80 atau 72,80 %.
Pada Siklus II, skor perolehan rata-rata mencapai 74,00 atau 74,00 %. Sedangkan pada
siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 85,60 atau
85,60 %.
2) Hasil observasi Nilai Ketuntasan dalam proses belajar mengajar selama di siklus I, siklus
II, dan siklus III dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut.
Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong
kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan ketuntasan hanya mencapai 60,00 atau 60,00 %.
Sedangkan yang belum tuntas sebesar 40,00 atau 40,00%. Pada Siklus II, skor perolehan
22
ketuntasan mencapai 72,00 atau 72,00 %, yang belum tuntas sebesar 28,00 atau 28,00%.
Dan pada siklus III, perolehan rata-rata mencapai peningkatan yang signifikan yaitu sebesar
96,00 atau 96,00 %.
3) Hasil observasi Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar selama di siklus I, siklus
II, dan siklus III dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut.
Pada siklus I, aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, pun masih tergolong
pasif. Dari skor ideal 100, siswa yang aktif hanya mencapai 14 orang dan sisanya 11 orang
pasif. Pada Siklus II, siswa yang aktif hanya mencapai 18 orang dan sisanya 17 orang pasif.
Dan pada siklus III, siswa yang aktif mencapai 25 orang.
d. Evaluasi-Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai
berikut:
1) Guru telah dapat memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2) Memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat
terampil dan melakukannya.
3) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 72,80%, siklus kedua 74,00%, dan
siklus ketiga 85,60%.
4) Hasil evaluasi belajar pada siklus pertama mencapai ketuntasan sebesar 40,00%, siklus
kedua 72,00%, dan siklus ketiga sebesar 96,00%.
5) Aktivitas belajar siswa pada siklus pertama hanya mencapai 14 siswa, siklus kedua 18
siswa dan siklus ketiga sebanyak 25 siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pembahasan yang mendeskripsikan secara ringkat apa saja yang dilakukan peneliti
sejak pengamatan awal, yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang
merupakan perencanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III.
Keterkaiatan antara metode dan media pembelajaran dengan tujuan, materi, dan
kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan
menggunakan metode dan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga metode dan
media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka
hasil pembahasannya sebagai berikut.
1. Perencanaan
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas dengan melaksanakan
penelitian tindakan kelas ini, penulis didampingi supervisor 2 dan kepala sekolah SD Negeri
2 Oh’aem. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penelitian tersebut diadakan diskusi.
23
Dalam diskusi tersebut masalah yang ditekankan pada meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan metode diskusi menggunakan media gambar.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan maka dilaksanakan perbaikan untuk:
a. Untuk membina perilaku belajar yang tidak efektif dapat dilaksnakan menggunakan
metode diskusi menggunakan media gambar.
b. Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan tiga putaran, yaitu siklus I,
siklus II, dan siklus III.
c. Pelaksanaan tindakan kelas tempat penelitian dilaksanakan oleh guru kelas, didampingi
supervisor 2. Instrumen berupa lembar kerja individu, lembar diskusi, soal-soal yang
nantinya digunakan untuk tugas tambahan secara struktur disiapkan guru kelas dengan
persetujuan supervisor 2 dan supervisor 1. Refleksi dilakukan atas dasar hasil yang
dilaporkan oleh guru kelas dan pengamatan supervisor 2.
Berkaitan dengan kegiatan penelitian tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan menggunakan tiga putaran.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan kepada seluruh siswa kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem yang
berjumlah 25 orang. Pengamatan dilaksanakan dalam kondisi siswa mengikuti pelajaran IPA
di dalam kelas. Waktu observasi dilaksanakan 1 kali pertemuan. Setiap pertemuan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Tujuan pengamatan tersebut adalah: (1)
seberapa besar hasil belajar siswa mengikuti pelajaran IPA, (2) mengetahui bagaimana reaksi
siswa dengan diskusi di kelas, (3) untuk menentukan metode diskusi dengan menggunakan
media gambar yang dapat merangsang belajar siswa agar selalu aktif di kelas, seperti
beertanya, bersiskusi, menyampaikan ide, gagasan, mengerjakan tugas, dan tetap memiliki
motivasi belajar yang tinggi.
4. Refleksi
Pada bagian ini, yang dikemukakan adalah seberapa hasil perubahan yang telah
diperoleh dari kegiatan penelitian. Selanjutnya, dilaksnakan diskusi dengan supervisor 2 dan
supeervisor 1. Hasil diskusi tersebut mencoba meningkatkan efektifitas penerapan metode
diskusi menggunakan media gambar terhadap mata pelajaran IPA pada Pokok Bahasan
Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan baik pada siklus I, siklus II, maupun siklus III.
24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAKLANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Oh’aem Kecamatan Amfoang
Selatan Kabupaten Kupang tentang Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan pada pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian yang
meningkat setelah menerapkan Metode diskusi menggunakan media gambar mulai siklus
I, siklus II, dan siklus III.
2. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan ketuntasan hasil ulangan harian yang meningkat setelah menerapkan
Metode diskusi menggunakan media gambar mulai siklus I, siklus II, dan siklus III.
3. penerapan Metode diskusi menggunakan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru dan Amri, Sofan. (2010). Strategi Pembelajaran; Sekolah Berstandar
Internasional & Nasional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Anitah, Sri W., et.al. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka
________. (2013) Strategi dan Tahapan Mengajar; Bekal Keterampilan Dasar bagi
Guru. Bandung: Penerbit YramaWidya
Sunhaji (2009. Strategi Pembelajaran; Konsep Dasar, Metode, dan Aplikasi dalam
Proses belajar Mengajar. Yogyakarta: Grafindo Litera Media
Wardani, IGAK, et.al. (2011). Perspektif Pendidikan SD. Penerbit Universitas Terbuka
26