Anda di halaman 1dari 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON


EXAMPLE TENTANG HUBUNGAN MAKANAN DAN
KESEHATAN PADA PELAJARAN IPA
DI KELAS V SD NEGERI 12 JEBUS
KABUPATEN BANGKA BARAT

Oleh:
M U H A I N I
NIM. 821124473

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebanyakan guru dalam mengajar masih
kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan
pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibat
motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal
dan mekanistis. Berdasarkan masalah diatas, bagaimanakah meningkatkan hasil belajar
siswa menerapkan model pembelajaran Example Non Example tentang Hubungan Makanan
dan Kesehatan pada pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus Kabupaten Bangka
Barat. Subjek penelitian adalah siswa siswa kelas V (lima) tahun pelajaran 2014/2015
berjumlah 24 siswa dengan 11 laki-laki dan 20 perempuan. Prosedur penilitian yang
dilakukan berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-
refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran,
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian 1 tanpa
menerapkan model pembelajaran Example Non Example 63,33 menjadi 70,00 (ulangan
harian 2) dan 74,58 (ulangan harian 3) serta 81,57 (ulangan harian 4) setelah
menggunakan pembelajaran menerapkan model Example Non Example. Jadi penerapan
model Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa tentang
Hubungan Makanan dan Kesehatan pada pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus
Kabupaten Bangka Barat.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Example Non Example,


Hubungan Makanan dan Kesehatan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan
pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern.
Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya
perubahan yang lebih baik (improvement orientet). Hal ini tentu saja menyangkut
berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat
pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa. Dalam proses
pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen karena guru yang menentukan,
apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak dan bagaimanakah kompetensi
siswa.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa meski adanya
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan namun
pembelajaran dan pemahan siswa ditingkat dasar termasuk sekolah dasar pada
beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Pembelajaran di tingkat sekolah dasar cenderung teks book orientet dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep
cenderung abstrak dan dengan metode cermah sehingga konsep-konsep
akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam
mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan
kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang
bervariasi dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan
dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Disisi lain dalam melaksanakan proses belajar mengajar kurang 20% guru
yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari sehingga wajar apabila evaluasi
hasil belajar hasilnya belum seperti yang diharapkan.
Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering
menonton gurunya mengajar daripada memperhatikan guru mengajar. Sehingga

2
guru yang “lucu” apalagi yang memberi nilai “murah” akan menjadi favorit
siswa.
2. Analisis Pemecahan Masalah
Berdasarkan pengalaman belajar bahwa peserta didik yang hanya
mengandalkan penglihatan dan pendengaran dalam proses pembelajarannya akan
memperoleh daya serap yang rendah. Tidak ada model pembelajaran yang paling
baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran
yang lain. Baik atau tidaknya suatu model pembelajaran akan tergantung pada
tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan,
perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan
memberdayakan semua sumber belajar yang ada. Menurut Amri dalam bukunya
yang berjudul Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
(2013 : 5) dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diharpkan.
3. Prioritas Pemecahan Masalah
Mencermati hal diatas perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi
ataupun gerakan perubahan mindset kearah pencapaian tujuan pendidikan pada
umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran ilmu pengetahuan
alam hendaknya lebih bervarisi metode maupun strategi guna mengoptimalkan
potensi siswa sekolah dasar. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan
memperbadayakan variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan
metode dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai
iklim PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan) adalah
tuntutan yang diupayakan guru.
Perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang
hendak disampaikan merupakan upaya bagaimana menyediakan alternatif dalam
kegiatan belajar mengajar agar selaras dengan perkembangan kognitif, afektif,
dan psikomotorik pada jenjang Sekolah Dasar (SD).
Untuk perbaikan pembelajaran tersebut perlu dilakukan penelitian berupa
penelitian tindakan kelas. Judul yang akan dirumuskan sebagai perbaikan
pembelajaran adalah sebagai berikut : “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa

3
menerapkan model pembelajaran Example Non Example tentang Hubungan
Makanan dan Kesehatan pada pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus
Kabupaten Bangka Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, permasalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut: Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa menerapkan
model pembelajaran Example Non Example tentang Hubungan Makanan dan
Kesehatan pada pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus Kabupaten
Bangka Barat?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penulis mengadakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
dapat meningkatkan hasil belajar siswa menerapkan model pembelajaran
Example Non Example tentang Hubungan Makanan dan Kesehatan pada
pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus Kabupaten Bangka Barat.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, dapat dirumuskan penelitian, yaitu :
1. Bagi Siswa
Bagi siswa, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari hasil
tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksnakan dengan landasan PTK ini
adalah :
a. Memperbaiki belajar siswa yang diakibatkan oleh adanya kesalah praktik
pembelajaran guru dalam proses pembelajaran;
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya yang tercermin pada
meningkatnya perolehan nilai ulangan harian siswa di kelas V SD Negeri
12 Jebus Kabupaten Bangka Barat.
2. Bagi Guru
Secara umum, tindakan perbaikan pembelajaran ini berserta hasil-
hasil yang didapatnya, diharapkan dapat menjadi kekuatan pendorong yang
kuat bagi penulis untuk tumbuh dan terus berkembang menjadi guru
profesional, yang mampu menerapkan kaidah-kaidah PTK dalam rangka
mengatasi permasalahan pembelajaran dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat
diberikan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan berlandaskan kaidah PTK ini, adalah :
4
a. Memberikan tambahan pengalaman tentang cara menemukan kelemahan
dalam pembelajaran melalui refleksi;
b. Memberikan tambahan pengalaman dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran secara ilmiah berdasarkan PTK.
3. Bagi Sekolah
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap kemajuan sekolah, yang antara lain tersemin pada :
a. Makin meningkatnya kemampuan profesional pada gurunya;
b. Meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar siswanya;
c. Meningkatnya hubungan kolegial yang sehat, pada gilirannya dapat
membawa dampak pada meningkatnya kondusivitas iklim dan suasan
kerja di sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan
yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar
adalah perubahan dari diri seseorang. Menurut Gagne (dalam Anitah, et.al. 2011 :
1.3) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman.
Menurut Daryanto (2013 : 2) belajar merupakan transmisi pengetahuan dari
expert ke novice. Peran guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Guru mempersepsi diri berhasil dalam
pekerjaannya apabila dia dapat menuangkan pengetahuannya sebanyak-banyaknya
ke kepala siswa dan siswa dipersepsi berhasil apabila mereka tunduk menerima
pengetahuan yang dituangkan guru kepada mereka. Sedangkan Menurut Aqib
(2013 : 1) belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Pendapat lain yang dikemukakan Cahyo (2013 : 60) belajar

5
adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada
diri pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan
perubahan tingkah laku.
Dari pengertian belajar, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar yaitu:
proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.
1. Proses, belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, tetapi
oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu);
2. Perubahan perilaku, hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku.
Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang
berupa pengetahuan, keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap);
3. Pengalaman, belajar adalah mengalami; dalam arti belajar terjadi di dalam
interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungana fisik maupun
lingkungan sosial.
Karakteristik siswa belajar, antara lain sebagai berikut:
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan;
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa;
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara
personal;
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas;
Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esesnsinya
adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah prilaku
yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Aqib
dalam bukunya yang berjudul Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (inovatif) (2013 : 66) proses belajar mengajar adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi instrinsik siswa.
Hartono (2013 : 150) dalam bukunya Ragam Model Mengajar yang Mudah diterima
Murid mengemukakan bahwa motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar.

6
Sedangkan menurut Wardani, et.al (2011 : 5.28) yang dimaksud dengan
motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi yang tidak
memerlukan rangsangan dari luar diri seseorang, karena biasanya dalam diri orang
tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam perspektif psikologi
kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi instrinsik (bukan
ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain.
Menurut anitah, et.al. (2011 : 2.7) faktor instrinsik siswa yang berpengaruh
terhadap hasil belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan dan kesehatan serta kebiasaan siswa.
Prestasi hasil belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan
permasalahan belajar siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini
dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri
tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga
menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar
yang diberikan oleh guru tersebut.
Pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak sangat mendorong anak
untuk berprestasi. Menurut Wardani, et.al. (2011 : 6.21) beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan pembelajaran anak adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran anak harus diwarnai dengan tingkat kecepatan dan kompleksitas
yang lebih sesuai dengan kemampuannya;
2. Pembelajaran tidak saja mengembangkan kecerdasan intlektual semata, tetapi
pengembangan emosional juga patut mendapat perhatian;
3. Pembelajaran anak berorientasi pada modifikasi proses, isi, dan produk.
Menurut Cahyo (2013 : 22) dalam pengembangan belajar, hasil yang diamati
adalah hasil pembelajaran yang nyata (actual autcomes) dalam pengertian
probabilistik yaitu hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan
merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan.
Peningkatan perolehan hasil belajar ditetapkan sebagai hasil pembelajaran
yang diinginkan dan model pembelajaran merupakan salah satu metode yang dapat
meningkatkan pencapaian hasil pembelajaran yang diinginkan.
B. Model dan Strategi Pembelajaran
Isitlah model pembelajaran amat dekat dengan strategi pembelajaran. Istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi.
7
Menurut Suyatno (2009 : 25-26) model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Sedangkan menurut Amri (2009 : 4)
model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan sesuatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan
situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Soedjadi (dalam Amri, 2013 : 4) menyebutkan strategi pembelajaran adalah
suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan
pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan.
Sedangkan Hartono (2013 : 43) strategi pembelajaran diartikan sebagai
sebuah proses perencanaan yang memuat serangkaian kegiatan yang telah didesain
dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Anitah, et.al. (2011 : 1.24) dalam bukunya yang berjudul Strategi
pembelajaran di SD mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan upaya
mengaktualisasikan berbagai gagasan yang telah dirancang dengan memodifikasi
dan memberikan perlakuan yang selaras dan bersiasat sehingga komponen-
komponen pembelajaran berfungsi mengembangkan potensi siswa.
Strategi pembelajaran merupakan seperangkat kebijaksanaan yang terpilih
yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut,
yaitu:
1. Pemilihan materi pelajaran (guru dan siswa);
2. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri;
3. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis,
formal, atau non formal);
4. Sasaran penerima materi pelajaran (kelompok, perorangan, heterogen, dan
homogen).

Menurut Anitah, et.al. (2011 : 1.56) ditinjau dari pihak pengolah pesan,
strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi:
1. Strategi pembelajaran Ekspositori

8
Dengan strategi pembelajaran Ekspositori bahan atau materi pelajaran diolah
oleh guru. Siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan strategi pembelajaran
Ekspositori pembelajaran Ekspositori guru yang mencari dan mengolah bahan
pelajaran, yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi ini dapat
digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang sifatnya
pemecahan masalah.
2. Strategi pembelajaran Heuristik
Dengan strategi pembelajaran Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah
oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai
fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan. Strategi pembelajaran
Heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk
pemecahan masalah. Dengan strategi ini diharapkan siswa bukan hanya paham dan
mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti kritis, kreatif,
inovatif, mandiri, dan terbuka.
Kembali ke pembelajaran, guru dapat berkreasi dengan berbagai model
pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa.
Model guru tersebut dapat pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun
dalam persepsi pendekatan dan metode yang sama.
Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai
strategi yang ada di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara
spesifik.
Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi
dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model
pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh
strategi atau metode tertentu, yaitu:
1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya;
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai;
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil;
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
9
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintak (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Menurut
Amri (2013 : 6) sintak dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai
dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintak dari suatu model pembelajaran
tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan guru
dan siswa. Sintak dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-
komponen yang sama, contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya
menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses
pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran,
di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan
oleh siswa dengan bimbingan guru.
Berbedanya pengertian antara model pembelajaran dan strategi pembelajaran
diharapkan guru pada umumnya, dan khususnya IPA, mampu memilih model dan
mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi
serta kompetensi dasar dan standar isi.
C. Pembelajaran Inovatif
Esensi pembelajaran inovatif di kelas adalah suatu pembelajaran yang
dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan siswa tentang konsep
dan generalisasi sehingga penerapannya.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses belajar mengajar yang selalu
menghadirkan sesuatu yang baru sehingga mampu menghilangkan rasa jenuh dan
bosan (Hartono, 2013 : 151). Sedangkan menurut Suyatno (2009 : 6) pembelajaran
inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk
melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh
kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif selalu menghadirkan sesuatu yang
baru dalam setiap elemen pendidikan, mulai dari aspek strategi guru, bahan,
perangkat, dan beberapa elemen penting lainnya.
Pembelajaran inovatif berbeda jauh dari pembelajaran konvensional yang
memang sudah menjadi kebiasaan dalam pembelajaran. Guru membangun suasana
learning is fun kepada semua siswa yang merupakan kunci yang diterapkan dalam

10
pembelajaran inovatif. Kalau siswa sudah menamkan hal ini dipikirannya tidak akan
ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas,
kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Implikasi belajar terhadap pembelajaran inovatif, antara lain sebagai berikut:
1. Pada prinsipnya, strategi pembelajaran digunakan guru untuk mengaktifkan
siswa belajar (mental dan emosional;
2. Perubahan perilaku siswa sebagai hasil belajar harus dirumuskan secara jelas
dalam rumusan kompetensi yang mengandung tujuan pembelajaran atau
indikator (pengetahuan, keterampilan, sikap);
3. Guru harus menyiapkan lingkungan belajar yang memicu dan menantang siswa
belajar. Lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan melalui
pengalaman langsung atau pengamatan langsung hasilnya akan lebih baik
daripada belajar dengan melalui pengalaman tidak langsung, apalagi jika guru
mengajar hanya dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga.
Menurut Suyatno (2009 : 7) pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-
prinsip berikut:
1. Pembelajaran, bukan pengajaran;
2. Guru sebagai fasilitator, bukan instruktur;
3. Siswa sebagai subjek, bukan objek;
4. Sentuhan manusia, bukan hewani;
5. Pembelajaran induktif, bukan deduktif;
6. Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal;
7. Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.
Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar di sekolah
dasar, diantaranya observasi atau pengmatan, inkuiri, pemecahan masalah, diskaveri,
dsb. Siswa dapat dibimbing dengan pembelajaran konstruktivis yaitu mencari,
menemukan, menggolongka, menyusun, melakukan, mengkaji atau menyimpulkan
sendiri berkelompok dari subtasi yang dipelajarinya.
Model pembelajaran sangat bermacam-macam, antara lain;
1. Pembelajaran mencari dan bermakna;
2. Pembelajaran terpadu;
3. Pembelajaran terpadu;
4. Pembelajaran kooperatif
5. Pembelajaran terbimbing;
6. Pembelajaran kontekstual
Model Pembelajaran Example Non Example digolongkan rumpun model
sosial yaitu model pembelajaran kontekstual.
D. Model Pembelajaran Example Non Example
11
Model Pembelajaran Example Non Example digolongkan rumpun model
sosial yang dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk
studi memecahkan masalah. Menurut Anitah, et.al. (2011 : 3.16) model mengajar
sosial diciptakan untuk membentuk masyarakat belajar. Kegiatan terpenting dalam
pengelolaan kelas sebenarnnya merupakan pengembangan hubungan kooperatif di
dalam kelas.
Model Pembelajaran Example Non Example, siswa dilatih dan dibiasakan
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggungjawab
(Suyatno, 2009 : 51). Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi
sosialisasi karena Model Pembelajaran Example Non Example adalah miniatur dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-
masing.
Menurut Wardani, et.al. (2011 : 10.20) model pembelajaran Example Non
Example adalah salah satu strategi pembelajaran yang berhungan dengan:
1. Fenomena kehidupan masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita
yang tumbuh;
2. Fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan siswa, dan;
3. Kelas sebagai fenomena sosial.
Model Pembelajaran Example Non Example didasarkan atas contoh (Aqib,
2013 : 17-18). Contoh dapat diambil dari kasus/gambar yang relevan dengan
kompetensi dasar. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
2. Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas;
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
6. Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai;
7. kesimpulan
Hal senada juga disampaikan Amri (2013 : 15-16) langkah-langkah
penerapan model Pembelajaran Example Non Example adalah sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
2. Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;

12
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas;
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
6. Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai;
7. kesimpulan

Prinsip utama dari belajar Model Pembelajaran Example Non Example,


adalah sebagai berikut:
1. Kesamaan tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat kegiatan
belajar lebih kooperatif. Pada suatu saat anak-anak mungkin tampak berkerja
kooperatif apabila bertanya tentang materi tertentu. Mungkin anak-anak tersebut
memiliki tujuan sendiri yang terpisah dalam kasusu ini.
Jika suatu kelas bekerja sama dalam suatu permainan, tujuan kelompok
adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak-anak lain senang
atau mengapresiasi kelompok itu. Namun, tujuan tiap anak mungkin tidak sama.
Seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik
perhatian kelas lain, yang lain betul-btul menganggap sebagai suatu kesempatan
untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan makin
kooperatif.
2. Ketergantungan positif
Prinsip kedua dari belajar Model Pembelajaran Example Non Example adalah
ketergantungan positif. Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena
kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama. Ketergantungan
antara individu-individu dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai berikut:
a. Beri anggota kelompok peran khusus untuk membentuk pengamat, peningkat,
penjelas atau perekam. Dengan cara ini, tiap individu memiliki tugas khusus dan
kontribusi tiap anggota diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas;

13
b. Bagilah tugas menjadi sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan
tugas. Setiap anggota kelompok diberi sub tugas. Input diperlukan oleh seluruh
anggota kelompok;
c. Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu.
Anak-anak dapat berkeja berpasang-pasangan dengan penilaian tiap pasangan
dengan penilaian tiap pasangan;
d. Struktur tujuan pembelajaran dapat dikoordinasikan dengan menggunakan
kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama lain;
e. Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk
membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.
Menurut Anitah, et.al. (2011 : 3.9) model mengajar sosial dari belajar Model
Pembelajaran Example Non Example bermanfaat pada kegiatan belajar, diantaranya:
1. Meningkatkan hasil belajar pebelajar;
2. Meningkatkan hubungan antarakelompok, belajar tersebut memberi kesempatan
pada setiap siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim
untuk mencerna materi pelajaran;
3. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar dapat membina sifat
kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa
andil terhadap keberhasilan tim;
4. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berpikir, belajar dapat
diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit,
pelaksanaan kajian proyek, dan latihan memecahkan masaalah;
5. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan;
6. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas;
7. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khsus untuk menerapkannya.
Menurut Anitah, et.al. (2011 : 3.9-3.10) model mengajar sosial dari belajar
Model Pembelajaran Example Non Example keterbatasan pada kegiatan belajar,
diantaranya:
1. Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk berkerja dalam tim;
2. Memerlukan latihan agar terbiasa belajar dalam tim;

14
3. Model belajar yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar,
materi ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai dengan misi belajar model
pembelajaran tersebut;
4. Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda;
5. Memerlukan kemampuan khsus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan pembelajaran.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subejek
Subjek penelitian adalah siswa siswa kelas V (lima) tahun pelajaran
2014/2015 berjumlah 24 siswa dengan 11 laki-laki dan 20 perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 12 Jebus dengan Alamat Ds.
Air Kuang Kecanatan Jebus Kabupaten Bangka Barat.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 12 Jebus. Waktu penelitian ini
adalah 18 September 2014 s.d. 9 Oktober 2014.
4. Pihak yang Membantu
Penelitian ini dibantu oleh supervisor 1 yang ditugaskan oleh UPBJJ-
UT untuk membimbing pelaksanaan PKP dan supervisor 2 adalah kepala
sekolah/pengawas SD/guru senior untuk membimbing mahasiswa melakukan
praktek perbaikan pembelajaran di kelas.
5. Jadwal Perbaikan Per Siklus
Tabel 3.1 Jadwal Perbaikan Per Siklus mata pelajaran IPA

Hari/Tgl Uraian
Materi Pelajaran Keterangan
Pelaksanaa Kegiatan
Kamis, 18 Hubungan Makanan dan
Pra Siklus
September 2014 Kesehatan
Kamis, 25 Hubungan Makanan dan
Siklus 1
September 2014 Kesehatan
Kamis, 02 Hubungan Makanan dan
Siklus 2
Oktober 2014 Kesehatan
Kamis, 09 Hubungan Makanan dan
Siklus 3
Oktober 2014 Kesehatan
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

15
Menurut Arikunto, et.al. (2008 : 140) prosedur penilitian yang dilakukan
berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-
refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus.
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan 3 (tiga) siklus, setiap siklus
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-
refleksi.

Siklus 1
a. Perencanaan
1) Pengembangan perangkat pembelajaran;
2) Merancang skenario pelaksanaan tindakan.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran;
2) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas;
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
6) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
7) kesimpulan
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah
kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario
pembelajaran.
d. Refleksi

16
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana
dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan
apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
Siklus 2
a. Perencanaan
1) Pengembangan perangkat pembelajaran;
2) Merancang skenario pelaksanaan tindakan.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran;
2) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas;
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
6) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
7) kesimpulan
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah
kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario
pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana
dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan
apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
Siklus 3

17
a. Perencanaan
1) Pengembangan perangkat pembelajaran;
2) Merancang skenario pelaksanaan tindakan.
b. Tindakan
Melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario;
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran;
2) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas;
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
6) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
7) kesimpulan
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah
kegiatan siswa dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario
pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana
dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan
apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang
dikumpulkan peneliti, yaitu:
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dianalisis secara deskriptif.
Dalam hal ini penulis menggunakanan analisis statistik deskriptif, berupa
nilai rerata, ketuntasan Belajar. Ketuntasan belajar setiap indikator yang

18
merupakan penjabaran dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Menurut Wardani, et.al. (2011 : 8.30) kriteria ideal ketuntasan untuk masing-
masing indikator adalah 75%.
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tingkat pemahaman terhadap
suatu mata pelajaran dan dianalisis secara kualitatif.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskrisi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitan diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus
pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam
penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana pemaparan
berikut ini :
1. Siklus Pertama
Kegiatan perbaikan pembelajaran di siklus 1 meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Example Non Example.
2) Membuat rencana pembelajaran model pembelajaran Example Non Example.
3) Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan tindakan yang dilakukan guru antara lain;


1) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
2) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
3) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas;
4) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;

19
5) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
6) Kesimpulan
Pada awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal
ini disebabkan:
1) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
2) Sebagian kelompok memahami langkah-langkah model pembelajaran
Example Non Example secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut .
1) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam
berkelompok, kerja sama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah model
pembelajaran Example Non Example.
Pada akhir siklus pertama dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi
dengan supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2) Siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran Example Non Example.
c. Observasi/Pengamatan
1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar selama siklus
pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1

Skor
Kelompok Skor Ideal Persentase (%) Keterangan
Perolehan
Mawar 7 12 58,33
Melati 9 12 75,00
Kertas 8 12 66,67
Kenanga 6 12 50,00 Terendah
Pukul empat 8 12 66,67
Trompet 8 12 66,67
Flamboyan 10 12 83,33
Kaktus 11 12 91,67 Tertinggi
Rerata 5,58 12 69,79
2) Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal
100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 70 atau 70%.
3) Hasil evaluasi Siklus I. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran

20
Selain rata-rata siswa dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong sangat kurang. Dari skor
ideal 100, skor perolehan ketuntasan hanya mencapai 37,5 atau 37,50%.
d. Evaluasi-Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama
adalah sebagai berikut:
1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada
pendekatan model pembelajaran Example Non Example. Hal ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai
69,79%.
2) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 70,00%
3) Ketuntasan belajar masih jauh dari harapan, hanya mencapai 37,50%
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat
dibuat perencanaan sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
2. Siklus Kedua
Kegiatan perbaikan pembelajaran di siklus 2 meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi
a. Perencanaan

1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam


pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Example Non Example.
5) Membuat rencana pembelajaran model pembelajaran Example Non Example.
6) Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
7) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
8) Menyusun alat evaluasi pembelajaran

21
b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan tindakan yang dilakukan guru antara lain;


1) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
2) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
3) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas;
4) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
5) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
6) Kesimpulan
Pada awal siklus kedua pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal ini
disebabkan:
1) Suasana pembelajaran sudah mengarah pada model pembelajaran Example
Non Example. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan
menempelkan gambar dipapan mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam
satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama
anggota kelompok.
2) Sebagian kelompok memahami langkah-langkah model pembelajaran
Example Non Example secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut .
3) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam
berkelompok, kerja sama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
4) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah model
pembelajaran Example Non Example.
Pada akhir siklus kedua dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi
dengan supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2) Siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran Example Non Example.
c. Observasi/Pengamatan
Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar selama
siklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut.

22
Tabel 4.2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 2

Skor
Kelompok Skor Ideal Persentase (%) Keterangan
Perolehan
Mawar 8 12 66,67
Melati 10 12 83,33
Kertas 8 12 66,67
Kenanga 7 12 58,33 Terendah
Pukul empat 9 12 75,00
Trompet 9 12 75,00
Flamboyan 11 12 91,67
Kaktus 12 12 100,00 Tertinggi
Rerata 6,17 12 77,08
1) Hasil evaluasi Siklus 2. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal
100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 74,58 atau 74,58%.
2) Hasil evaluasi Siklus 2. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain rata-rata siswa dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong sangat kurang. Dari skor
ideal 100, skor perolehan ketuntasan hanya mencapai 62,50 atau 62,50%.
d. Evaluasi-Refleksi
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus kedua
adalah sebagai berikut:
1) Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada
pendekatan model pembelajaran Example Non Example. Hal ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM mencapai 77,08%.
2) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 74,58%.
3) Ketuntasan belajar mencapai 62,50%.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus kedua, maka pada pelaksanaan siklus ketiga dapat
dibuat perencanaan sebagai berikut.
1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
3. Siklus Ketiga
Kegiatan perbaikan pembelajaran di siklus 2 meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi

23
a. Perencanaan

1) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam


pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3) Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Example Non Example.
5) Membuat rencana pembelajaran model pembelajaran Example Non Example.
6) Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
7) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
8) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan tindakan yang dilakukan guru antara lain;


1) Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui in fokus;
2) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar;
3) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas;
4) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
5) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
6) Kesimpulan
Pada siklus ketiga pelaksanaan sesuai dengan rencana. Antara lain:
1) Suasana pembelajaran mengarah pada model pembelajaran Example Non
Example. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menempelkan
gambar dipapan mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

24
2) Masing-masing kelompok memahami langkah-langkah model pembelajaran
Example Non Example secara utuh dan menyeluruh.
Upaya penelitian perbaikan pembelajaran disiklus 3 agar lebih baik maka
hal-hal yang dilaksanakan guru antara lain sebagai berikut .
1) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam
berkelompok, kerja sama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2) Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah model
pembelajaran Example Non Example.
Pada akhir siklus ketiga dan dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi
dengan supervisor 2 dapat disimpulkan:
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2) Siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran Example Non Example.
3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah tercapai.
4) Semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu
presentasi dari kelompok lain.
c. Observasi/Pengamatan
Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar selama
siklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3

Skor
Kelompok Skor Ideal Persentase (%) Keterangan
Perolehan
Mawar 11 12 91,67
Melati 11 12 91,67
Kertas 10 12 83,33
Kenanga 10 12 83,33 Terendah
Pukul empat 10 12 83,33
Trompet 10 12 83,33
Flamboyan 12 12 100,00
Kaktus 12 12 100,00 Tertinggi
Rerata 7,17 12 89,58
1) Hasil evaluasi Siklus 3. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal
100, skor perolehan rata-rata mencapai 81,57 atau 81,57 %.
2) Hasil evaluasi Siklus 3. Dari skor ideal 100, skor perolehan ketuntasan
mencapai 95,83 atau 95,83 %.
d. Evaluasi-Refleksi

25
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus kedua
adalah sebagai berikut:
1) Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah pada
pendekatan model pembelajaran Example Non Example. Hal ini diperoleh
dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM mencapai 89,58%.
2) Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 81,57%.
3) Ketuntasan belajar mencapai 95,83%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
Example Non Example tentang Hubungan Makanan dan Kesehatan pada pelajaran
IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus Kabupaten Bangka Barat maka dapat
dikemukakan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran Example Non Example tentang Hubungan
Makanan dan Kesehatan pada pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus
Kabupaten Bangka Barat dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar
ditandai dengan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya
mencapai 69,79% di siklus pertama dan mengalami peningkatan sebesar 77,08%
di siklus kedua serta peningkatan yang signifikan sebesar 89,58% di siklus
ketiga.
2. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan. Hal
ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian 1
tanpa menerapkan model pembelajaran Example Non Example 63,33 menjadi
70,00 (ulangan harian 2) dan 74,58 (ulangan harian 3) serta 81,57 (ulangan
harian 4) setelah menggunakan pembelajaran menerapkan model Example Non
Example.
3. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan. Hal
ini ditunjukkan dengan ketuntasan hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian
1 tanpa menerapkan model pembelajaran Example Non Example 16,67%
menjadi 37,50% (ulangan harian 2) dan 62,50% (ulangan harian 3) serta 95,83%
(ulangan harian 4) setelah menggunakan pembelajaran menerapkan model
Example Non Example.
4. Melalui penerapkan model pembelajaran Example Non Example, siswa
membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari

26
penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai siswa, baik secara individu
maupun secara berkelompok.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAKLANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran Example Non Example tentang Hubungan
Makanan dan Kesehatan pada pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 12 Jebus
Kabupaten Bangka Barat dapat meningkatkan aktivitas proses belajar.
2. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan.
Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian yang meningkat
setelah menerapkan model Example Non Example mulai siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3.
3. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkasn peningkatan.
Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan hasil ulangan harian yang meningkat
setelah menerapkan model Example Non Example mulai siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Telah terbuktinya penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, maka kami sarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model
Example Non Example sebagai suatu alternatif.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam maupun pelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum


2013. Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka Publisher

27
Anitah, Sri W, et.al. (2011). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsimi., et.al. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit
Sinar Grafika
Aqib, Zainal. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(inovatif). Bandung: Penerbit CV Yrama Widya
Cahyo, Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar; Teraktual
dan Terpopuler. Jogjakarta: Penerbit DIVA Press
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran; Peranannya Sangat Penting dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit GAVA Media
Hartono, Rudi. (2013). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.
Jogjakarta: Penerbit DIVA Press
Suyatno (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Penerbit Masmedia
Buana Pustaka
Wardani, IGAK, et.al. (2011). Perspektif Pendidikan SD. Penerbit Universitas
Terbuka

28
29

Anda mungkin juga menyukai