Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Penelitian Pendidikan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN


MEMAKAI ALAT PERAGA PAPAN NAPIER PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS 2 SDN 49 OKU

Yunita Damai Yanti , Ganda Febri Kurniawan


Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Email : yunitadamai83@gmail.com, gandafk@mail.unnes.ac.id

ABSTRAK
Alat bantu visual adalah alat yang digunakan untuk memudahkan penyampaian informasi. Dalam
dunia pendidikan, alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang membantu pembelajaran agar pesan
yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan buku teks Napier
Bone dapat meningkatkan pemahaman konsep perkalian siswa kelas II SDN 49 OKU. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan pre-test and post-test
control group design, yaitu penelitian dilakukan dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil pemahaman konsep dianalisis dengan menggunakan rumus uji t yaitu Ha diterima dan
H0 ditolak, diperoleh hasil thitung = 8,89 dan ttabel = 1,99, maka thitung > ttabel yaitu 8,89 > 1,99.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran tulang punggung pada materi perkalian
dapat meningkatkan konsep siswa di SDN 49 OKU.
Kata Kunci : Alat Peraga Papan Napier, Matematika, Hasil Belajar

ABSTRACT
Visual aids are tools used to facilitate the delivery of information. In the world of education,
visual aids can be interpreted as tools that help learning so that the message conveyed can be
well received so that learning can take place effectively and efficiently. The purpose of this
study was to find out how the use of the Napier Bone text book could increase students'
understanding of the concept of multiplication in grade II SDN 49 OKU. The type of research
used in this study was a quasi-experimental design with a pre-test and post-test control group
design, namely the research was conducted in two classes, namely the experimental class and
the control class. The results of understanding the concept were analyzed using the t test
formula, namely Ha was accepted and H0 was rejected, the results obtained were tcount =
8.89 and ttable = 1.99, then tcount > ttable, namely 8.89 > 1.99. So it can be concluded that
the use of backbone learning in multiplication material can improve students' concepts at
SDN 49 OKU.
Kata Kunci : Napier Board Teaching Aid, Mathematics, Learning Outcomes
Jurnal Penelitian Pendidikan

PENDAHULUAN

Pendidikan tidak dapat dipandang sebelah mata dalam peranannya untuk penyediaan
sumber daya manusia (SDM) yang bermutu, dalam sebuah pendidikan sangatlah penting bagi
anak-anak bisa merasakan dan mendapatkan pendidikan agar menjadi lebih terarah dan
memiliki motivasi yang tinggi untuk dikembangkan dengan wawasan teknologi sehingga
dapat mengurangi dan mengatasi kebodohan dan rasa kemalasan dalam berpikir seorang
peserta didik..
UU No. 20 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Pasal 20
“Pembelajaran adalah interaksi siswa dengan guru dan alat peraga dalam suatu lingkungan
belajar”. Dengan demikian untuk menciptakan pembelajaran berkualitas guru haruslah
mampu untuk menciptakan suasana yang dapat menarik minat peserta didik. Kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru salah satunya dapat membaca situasi dan karakteristik
peserta didik untuk menggunakan atau menerapkan cara atau model pembelajaran yang baik
dalam penyampaian materi, sehingga peserta didik dapat menerima dan aktif dalam proses
pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran yang diadakan tercapai.

Studi matematika merupakan salah satu bidang pendidikan yang ada pada semua
jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika
diajarkan secara informal di taman kanak-kanak. Apalagi saat belajar matematika, proses
belajar matematika membutuhkan perhatian dan pengolahan yang serius. Hal ini penting
karena hasil penelitian terus menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar
belum membuahkan hasil yang memuaskan.

Pemahaman bukan sekedar mengetahui, tetapi biasanya terbatas pada mengingat


kembali pengalaman dan menghasilkan apa yang telah dipelajari. Bagi orang yang benar-
benar paham, beliau dapat memberikan gambaran, contoh dan penjelasan yang lebih lengkap
dan memadai. Pemahaman adalah tahap demi tahap, dimana setiap tahap memiliki
keterampilan tersendiri seperti penerjemahan, interpretasi, ekstrapolasi, penerapan, analisis,
sistematika dan evaluasi. Sehingga siswa dapat menyerap dan memahami mata pelajaran
yang diajarkan oleh guru dan sedikit demi sedikit.
 
Jurnal Penelitian Pendidikan

Di samping itu, guru juga belum pernah mencoba menggunakan media atau alat
peraga pada materi yang berhubungan dengan perkalian untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi tersebut, namun pada materi yang lain guru sudah menggunakan
media atau alat bantu visual dalam proses pembelajaran. Salah satu solusinya dalam proses
pembelajaran pada materi perkalian dengan cara menggunakan media pembelajaran atau alat
peraga pada saat proses pembelajaran berlangsung guna meningkatkan keaktifan siswa,
sehingga siswa dapat memahami materi perkalian dan dapat menyelesaikan soal perkalian
dengan baik.
Pemecahan masalah sangat diharapkan sebagai formula perbaikan pembelajaran
berdasarkan permasalahan yang ada Perlu adanya perbaikan pembelajaran Matematika
berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perkalian Menggunakan
Alat Peraga Papan Napier di Kelas 2 Mata Pelajaran Matematika SDN 49 OKU. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan perangkat pembelajaran Papan
Napier dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian di kelas 2 SDN 49
OKU.

METODE
Subjek dan Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN 49 Ogan Komering Ulu, Kecamatan
Baturaja Barat, lebih tepatnya di Jalan Lettu Tukiran No. 556 Talang Jawa. Subjek penelitian
dalam tindakan ini yaitu siswa kelas II SD Negeri 49 OKU tahun pelajaran 2022/2023.
Jumlah siswa sebanyak 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada waktu semester II Tahun Pelajaran 2022/2023, pada
bulan November 2022. Secara rinci jadwal pelaksanaan  sebagai berikut: 

Tabel 1
Jadwal Penellitian
No Siklus SD/Kelas Hari/Tanggal Waktu
SDN 49 OKU/ Jum’at,
1 Pra Siklus 09.15-10.15
Kelas II 28 Oktober 2022
Jurnal Penelitian Pendidikan

SDN 49 OKU/ Jum’at,


2 Siklus 1 09.15-10.15
Kelas II 4 November 2022
SDN 49 OKU/ Jum’at,
3 Siklus 2 09.15-10.15
Kelas II 11 November 2022
       
Pihak yang Membantu
Penelitian Tindakan Kelas ini melibatkan seorang Supervisor yang berperan
sebagai pengamat terhadap tindakan yang dilakukan. Selain itu supervisor membantu
peneliti dalam menentukan perbaikan pembelajaran.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan selesainya penelitian utama. Pelaksanaan


berlangsung selama 3 kali yaitu pembelajaran dini (pra-siklus), siklus I dan siklus II.
Pelaksanaannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, sebagai berikut:

Pembelajaran Dini (Pra Silkus)


a. Perencanaan
Perencanaan utama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran standar tanpa persiapan khusus dan Rencana Pembelajaran (RP). Bahan
yang diambil kurang lebih Pekalian pada mata pelajaran Matematika kelas II Semester I.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
1) Pendidik menyusun rencana pembelajaran dengan materi Perkalian.
2) Pendidik menyiapkan sumber bahan dan media pembelajaran.
3) Lembar kerja siswa disusun oleh guru.
4) Metode diskusi kelompok dipilih oleh guru.
5) Lembar observasi aktifitas guru dan siswa beserta indikatornya dibuat oleh guru.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dini dilakukan selama 60 menit dalam proses pembelajaran
kelas II SDN 49 OKU, Kecamatan Baturaja Barat. Penggunaan alat penelitian. Suvervisor 2
melakukan observasi tentang perilaku guru saat membagikan materi dengan metode diskusi
kelompok. Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Apersepsi diberikan oleh guru melalui tanya jawab.
Jurnal Penelitian Pendidikan

2) Kemudian motivasi dan tujuan pembelajaran disampaikan oleh guru.


3) Pengertian perkalian dijelaskan guru.
4) Siswa bekerja dalam kelompok dengan tugas siswa yang diberikan guru.
5) Salah satu siswa membacakan hasil kerja.
6) Bereaksi terhadap hasil kerja kelompok masing-masing di bawah bimbingan guru.
7) Topik ditentukan oleh siswa dan guru.
8) Tes formatif diikuti siswa.
9) Kemudian tes formatif diperiksa guru.
10) Siswa diberikan tugas lanjutan berupa soal berupa pekerjaan rumah.
11) Pesan moral agar siswa kembali giat belajar disampaikan guru.

c. Observasi
Observasi dilaksanakan Suvervisor 2 dengan bentuk observasi ini meliputi guru,
aktivitas siswa dan timbal balik pembelajaran dengan indikator. Observasi
mengungkapkan kekuatan dan kelemahan guru melakukan kegiatan pembelajaran dan
pendidikan. Kemudian dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar
selanjutnya. Hasil juga didasarkan pada format pertanyaan yaitu, 5 soal pilihan ganda.

d. Refleksi
Setelah dilakukannya observasi dan catatan pada pelaksanaan pembelajaran awal,
guru melakukan refleksi supaya dapat mengidentifikasi kelemahan, hambatan, hambatan
serta kelebihan pembelajaran. Karena masih banyak celah serta hambatan yang dapat
menyebabkan rendahnya hasil belajar, maka dari itu guru melakukan penambahan
pembelajaran pada siklus I.
  
Siklus I
Siklus I perbaikan pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi sebagai berikut :
a. Perencanaan
Pada siklus I perbaikan pembelajaran dibuat dari hasil refleksi pembelajaran dini
matematika pada materi perkalian kelas II. Berdasarkan hasil tersebut guru kecewa
dengan hasil evaluasi analisis nilai, terlihat bahwa dari 27 siswa mendapat nilai 75 dan
Jurnal Penelitian Pendidikan

hanya 14 siswa yang mendapat nilai lebih tinggi yaitu 52%. Dari 13 siswa yang tersisa,
8% mendapat nilai di bawah 75.
Urutan kegiatan tahap perencanaan berikut ini:
1) Bahan dan sumber media yang digunakan dalam pelaksanaan perbaikan siklus I
disiapkan pendidik.
2) Pendidik menyusun rencana pengembangan pembelajaran 1 siklus
3) Pendidik mengatur pekerjaan rumah peserta didik .
4) Pendidik menyiapkan penilaian tes formatif berupa soal-soal.
5) Pendidik menyiapkan formulir observasi interaksi aktivitas, pembelajaran siswa,
pendidik serta indikatornya.

b. Implementasi
Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam waktu 60 menit dalam
proses pembelajaran Matematika kelas II di SDN 49 OKU Kecamatan Baturaja Barat.
Suvervisor 2 menggunakan instrumen penelitian untuk melakukan observasi tentang
perilaku guru dalam menyampaikan materi melalui Papan Napier. Perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I dilakukan menurut langkah-langkah
berikut:
1) Pendidik melakukan apersepsi yang dilakukan melalui tanya jawab dengan
pertanyaan “Siapa yang dapat melakukan penjumlahan berulang? Berapa 2 + 2 + 2 ?
dan Berapa 4 + 4 + 4?
2) Pendidik menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran.
3) Pendidik menghubungkan apersepsi dengan materi yang dipelajari siswa, yaitu.
perkalian bilangan yang menghasilkan bilangan dua digit.
4) Peserta didik bekerja dalam kelompok di papan Napier dengan tugas.
5) Wakil siswa mempersentasikan hasil kerja.
6) Peserta didik menanggapi hasil kerja masing-masing kelompok di bawah bimbingan
guru.
7) Topik ditentukan oleh peserta didik dan pendidik.
8) Peserta didik mengikuti tes.
9) Pendidik menilai hasil tes.
10) Peserta didik diberikan tugas lanjutan berupa pekerjaan rumah.
Jurnal Penelitian Pendidikan

c. Observasi
Guru melakukan pengamatan dengan dua bentuk observasi, meliputi pendidik,
aktivitas siswa dan timbal balik pembelajaran dengan indikator. Menentukan kekuatan
dan kelemahan pengamatan dari pendidik yang melakukan kegiatan mengajar dan
pendidikan. Apakah ada peningkatan dari siklus sebelumnya/kurikulum asli? Sehingga
dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Hasil juga
berdasarkan format soal yaitu 3 soal pilihan ganda, 2 soal isian dan satu soal uraian.

d. Refleksi
Setelah hasil observasi dilihat dan catatan dari pembelajaran pertama, pendidik
melakukan refleksi serta mengidentifikasi kelemahan, keterbatasan, hambatan serta
kelebihan pembelajaran. Hasil belajar peserta didik ternyata masih belum terlihat secara
signifikan, ada peningkatan, masih ada kesenjangan dan hambatan dapat menyebabkan
hasil belajar rendah, maka pendidik melakukan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

Pada Siklus II perbaikan pembelajaran dilaksanakan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, observasi dan refleksi sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada siklus II perbaikan pembelajaran dilakukan pada materi perkalian kelas II
berdasarkan hasil perbaikan refleksi pada siklus belajar I jurusan matematika.
Berdasarkan pengamatan pendidik kurang puas dengan hasil evaluasi analisis,
ternyata dari 27 siswa yang mendapat nilai 75 bahkan lebih, hanya 18 peserta didik
yang mendapat nilai 69%, sedangkan sembilan siswa yang mendapat nilai kurang dari
75 mendapat nilai 39%. . Langkah-langkah yang diambil dalam fase ini, yaitu :
1) Bahan dan sumber media yang digunakan dalam pelaksanaan perbaikan siklus II
disiapkan pendidik.
2) Pendidik menyusun rencana pengembangan pembelajaran siklus II.
3) Pendidik menyelenggarakan permainan peran.
Jurnal Penelitian Pendidikan

4) Pendidik menyiapkan alat penilaian berupa tugas tes.


5) Pendidik menyiapkan formulir observasi interaksi aktivitas dan pembelajaran
siswa dan guru serta indikatornya.

b. Implementasi
Pelaksanaan pendidikan dasar dilakukan selama 60 menit pada pembelajaran
matematika kelas II di SDN 49 OKU Kecamatan Baturaja Barat. Suvervisor 2
menggunakan instrumen penelitian untuk melakukan observasi tentang perilaku guru
dalam membagikan materi dengan menggunakan alat peraga peran Papan Napier.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan sebagai berikut :
1) Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab dengan pertanyaan “Siapa yang
tahu hasil 2 x 4 = berapa?”
2) Melalui tepuk tangan, guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran serta
mendorong semangat siswa.
3) Pendidik menjelaskan materi Papan Napier dan alat peraga yang digunakan.
4) Pendidik membentuk kelompok untuk menyelesaikan kumpulan.
5) Salah satu peserta didik mempresentasikan hasil kerja.
6) Peserta didik meberikan tanggapan hasil kerja masing-masing kelompok di bawah
bimbingan guru
7) Peserta didik dan pendidik memutuskan topik
8) Peserta didik mengerjakan tes formatif.
9) Pendidik memberikan tindak lanjut berupa soal koreksi dan pengayaan berupa
pekerjaan rumah
10) Pendidik menyampaikan pesan moral kepada siswa

c. Observasi
Observasi dilasanakan oleh Suvervisor 2 menggunakan lembar observasi kemudian
disi dengan pendidik, aktivitas peserta didik dantimbal balik pembelajaran dengan
indikator. Kekuatan dan kelemahan pengamatan guru yang melakukan kegiatan mengajar
dan pendidikan. Apakah ada peningkatan dibandingkan dengan Siklus 1 sehingga dapat
digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Bukankah
Jurnal Penelitian Pendidikan

seharusnya siklus III dipertimbangkan? Hasil juga didasarkan pada format pertanyaan
yaitu. soal pilihan ganda 5 , isian 3 dan uraian 2.
e. Refleksi
Melihat dari hasil observasi serta catatan yang telat dibuat dalam pelaksanaan
pembelajaran siklus II, pendidik melakukan refleksi serta mengidentifikasi kelemahan,
hambatan, hambatan serta kelebihan pembelajaran. Dari hasil belajar siswa cukup naik
secara signifikan yaitu. ada 25 siswa, dimana 96% mendapat skor 75 atau lebih.
Mengingat hal tersebut, perbaikan pembelajaran tidak memerlukan Siklus III. Artinya
PTK matematika sudah siap.
  
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Guru Kelas II SDN 49 OKU dengan
menggunakan alat peraga Papan Napier mendemonstrasikan. Kegiatan pembelajaran yang
mendorong percakapan aktif, inovatif, kreatif, produktif dan menyenangkan. Kemampuan
pelatih dalam mentransfer pembelajaran tampak meningkat dari siklus ke siklus. Hal ini
terlihat pada hasil observasi awal pembelajaran, dimana rata-rata skor 89,81, skor siklus I
90,22, dan skor siklus II 91,16. Demikian dapat kita simpulkan bahwa penggunaan tabel
Napier sebagai alat peraga pembelajaran matematika kelas II dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Hasil belajar siswa kelas SDN 9 OKU II meningkat setelah mengikuti pembelajaran
materi perkalian matematika melalui pembelajaran Napiear Board. Hal ini terlihat pada
hasil pra siklus dengan rata-rata 81,6 dan tingkat ketuntasan sebesar 72%, mengingat ada 7
orang yang tidak tuntas dan 18 orang yang menyelesaikan siklus dengan nilai KKM yang
ditetapkan. I dengan rata-rata 96 dan persentase ketuntasan 96%, jika diperhatikan 1 orang
yang tidak selesai dan 2 orang yang memenuhi nilai ketuntasan yang ditentukan, dan siklus
II dengan rata-rata 96,8 maka persentase idealnya adalah 100% saat berhitung Semua
murid. yang memenuhi nilai ketuntasan yang ditentukan.
 
.

100

95

90

85

80

75
70 Siklus
RPPProsesHasil Belajar

Jurnal Penelitian Pendidikan

Hasil Pembelajaran Pra Siklus sampai Siklus II

Napier's staff atau disebut juga meja Napier adalah kalkulator yang diperkenalkan
oleh John Napier dari Edinburgh, Skotlandia pada tahun 1617. Napier's bone staff dinamai
menurut nama penemu alat tersebut, yaitu John Napier yang lahir. di Kastil Merchiston
pada tahun 1550. John Napier adalah seorang ahli matematika abad ke-16 yang
mengerjakan logaritma dari tulang atau serutan.
Menurut John Napier dalam bukunya Rabdologiae, Napier melakukan penghitungan
dengan menggerakkan bidak-bidak numerik di atas papan catur dan selanjutnya bidak-
bidak tersebut dikenal dengan nama keripik atau tulang Napier dan kemudian alat-alat
tersebut menjadi lebih dikenal dengan nama Napier Bones. Selain itu, Napier bone helix ini
digunakan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
operasi perkalian, terutama pada perkalian bilangan yang besar. Tulang Napier ini mengacu
pada sistem bilangan basis sepuluh atau sistem desimal 10 tulang atau chip atau kartu. Jika
melihat urutan angka pada setiap tulang, pembelajaran tulang Napier sebenarnya termasuk
sistem tabel perkalian. nomor dasar di nomor dasar 10.
John Napier adalah seorang matematikawan Skotlandia yang hidup antara tahun 1550
dan 1670. Dia bekerja selama lebih dari 20 tahun untuk mengembangkan tabel teoretis
yang menjadi sangat terkenal, yang disebut tabel Logatmide. Menjelang akhir hidupnya,
John Napier menemukan seperangkat tongkat yang disebutnya tulang karena terbuat dari
tulang. Tulang digunakan sebagai angka. Idenya adalah mengubah proses perkalian dan
pembagian yang rumit menjadi penjumlahan dan pengurangan. Tulang Napier selanjutnya
akan dikenal sebagai tongkat Napier.
Menurut Aristian (2013), keuntungan dari media batang napier adalah gambar dapat
dengan mudah dipindahkan, memungkinkan siswa untuk bersemangat memindahkan kode
pos. Model pengajarannya dapat memudahkan siswa dalam memperbanyak anaknya
karena disusun dalam kotak persegi. Lebih mudah bagi anak-anak untuk mengatakan
nomor demi nomor.
Hasil belajar adalah keterampilan yang diperoleh anak setelah menyelesaikan
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah proses dimana seseorang berusaha untuk
mencapai perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Dalam kegiatan pembelajaran
atau kegiatan mengajar, guru biasanya menetapkan tujuan pembelajaran. Siswa yang
berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional adalah siswa yang berhasil
dalam belajar (Jihad dan Haris, 2013, p. 1 ).
Jurnal Penelitian Pendidikan

Menurut Benjamin S. Bloom (Winkel, 1, p. 19), tiga bidang hasil belajar adalah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sementara itu, A.J. Hasil pembelajaran Romizowski
yang dikutip oleh Jihad dan Haris merupakan hasil dari sistem pemrosesan input. Input ke
sistem berupa berbagai jenis informasi, sedangkan output berupa tindakan atau kinerja
(Jihad dan Haris, 2013, hal. 1). Dari sini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
pencapaian perubahan tingkah laku yang cenderung tercermin pada bidang kognitif, afektif
dan psikomotorik. Perubahan ini terjadi setelah pembelajaran selesai dalam jangka waktu
tertentu.
Benjamin S. Bloom (Jihad dan Harris, 2013, p. 1-15) berpendapat bahwa hasil
belajar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Informasi
terdiri dari empat kategori : pengetahuan fakta, pengetahuan metode, pengetahuan konsep,
dan pengetahuan prinsip. Keterampilan terdiri dari empat kategori : keterampilan berpikir,
keterampilan tindakan, keterampilan perilaku, dan keterampilan komunikasi.
Supaya hasil belajar dapat tercapai dilakukan penilaian, yaitu suatu cara untuk
memantau atau mengukur penguasaan siswa. Keberhasilan akademik seorang siswa tidak
hanya diukur dari tingkat pengelolaan pengetahuannya, tetapi juga dari sikap dan
keterampilannya. Penilaian hasil belajar siswa dengan demikian mencakup segala sesuatu
yang dipelajari di sekolah, baik itu pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Jihad dan
Haris, 2013, p. 1 -15). Penilaian dalam proses pembelajaran meliputi: 1) penilaian formatif,
2) penilaian sumatif, 3) pelaporan hasil penilaian, ) pelaksanaan program perbaikan atau
pengayaan (Suryosubroto, 2002, hlm. 53).
Dapat Berdasarkan sudut pandang di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)
penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan oleh guru setelah pembelajaran satu
mata pelajaran. Penilaian formatif disebut penilaian pada akhir satu pelajaran. Penilaian ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan instruksional khusus yang ditetapkan
dalam standar kompetensi telah tercapai; 2) penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilakukan guru setelah jangka waktu tertentu. Penilaian sumatif berguna untuk
memperoleh informasi tentang prestasi akademik siswa, yang digunakan sebagai input
utama untuk menentukan raport atau nilai akhir semester. 3) pelaporan hasil evaluasi.
Setelah memberikan penilaian formatif dan sumatif, guru harus mengolah nilai akhir setiap
istirahat atau akhir semester dan memasukkannya ke dalam buku rapor yaitu laporan hasil
kerja. Buku raport adalah laporan hasil pekerjaan sekolah untuk orang tua atau wali
murid; ) pelaksanaan program peningkatan dan pengayaan. Jika seorang siswa menerima
Jurnal Penelitian Pendidikan

nilai di bawah 6,00 dalam ujian (ujian formatif atau ujian sumatif) atau pendaftarannya di
bawah 60%, dia harus berpartisipasi dalam pembaruan. Tujuan pemeriksaan kesehatan
adalah agar mahasiswa memperoleh tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dengan baik
dengan cara menjelaskan materi pelajaran atau dengan memberikan tugas tambahan kepada
mahasiswa, atau dengan kata lain soal-soal kerja. Siswa yang memenuhi persyaratan
kelayakan dapat menerima pengayaan minimal 60% bila terdapat kesalahan sebelum
beralih ke materi selanjutnya.
Faktor psikologis hadir pada pembelajaran merupakan kontribusi penting. Faktor
psikologis selalu menciptakan landasan dan kenyamanan dalam pencarian tujuan belajar
yang terbaik. Jika faktor psikologis tidak ada dapat mempersulit belajar (Djamarah, 2008,
p. 58)..Faktor psikologis biasanya keterampilan, motivasi belajar (motif), minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan, kemampuan khusus dan kemauan belajar, sedangkan faktor
fisiologis adalah kondisi fisik siswa itu sendiri. Metode adalah suatu cara dimana guru
mengimplementasikan RPP yang telah disusun dalam tindakan nyata, sehingga tujuan yang
diinginkan tercapai secara optimal. Artinya metode menerapkan strategi yang diatur
sedemikian rupa sehingga dapat dikatakan bahwa metode memegang peranan yang sangat
penting dalam rangkaian sistem pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya
bahwa keberhasilan penerapan strategi pembelajaran sangat tergantung pada bagaimana
pendidik menggunakan metode pengajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya dapat
dilaksanakan dengan menggunakan metode pengajaran (Sina, 2011, p. 6).
Metode yang digunakan pendidik menghasilkan pelajaran yang menarik minat
peserta didik, dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik, serta membuat pelajaran
akan lebih hidup. Oleh karena itu, penggunaan metode dapat mempengaruhi proses belajar
mengajar di kelas sehingga dapat meningkatkan perkembangan hasil belajar siswa. Dengan
demikian dapat kita simpulkan ternyata salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran, metode pembelajaran
yang digunakan ternyata dapat menimbulkan keinginan serta minat baru, menimbulkan
keinginan serta merangsang kegiatan pembelajaran, efek disiplin ilmu pada siswa serta
pada akhirnya menghasilkan kebaikan hasil pembelajaran. Faktor eksternal dapat
mempengaruhi proses serta hasil belajar adalah faktor lingkungan, lingkungan sosial serta
lingkungan alam. Selanjutnya faktor instrumental juga dapat meliputi bahan pembelajaran,
meliputi kurikulum, guru atau instruktur, media serta teknik mengajar, kesempatan serta
ruang belajar.
Jurnal Penelitian Pendidikan

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari hasil yang didapat serta analisis dari penulis yang dilaksanakan pada SDN 49
OKU Kecamatan Baturaja Barat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2022/2023 maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan alat peraga Papan Napier pada mata pelajaran
Matematika Kelas II dapat meningkatkan prestasi serta hasil belajar siswa.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka upaya meningkatkan mutu pendidikan terdapat
beberapa saran sebagai berikut:
1. Pendidik hendaknya bisa menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi yang
akan diajarkan agar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.
2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat menggunakan alat peraga Papan Napier
pada pembelajaran matematika terutama pada materi operasi hitung perkalian dan
diharapkan dapat membuat desain alat peraga yang lebih menarik lagi dari
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai