Anda di halaman 1dari 13

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Kelas II SDTK

Lampung Classical School Dengan Media Papan Perkalian

Ayu Gunanti1), Siti Zubaidah2), Lisa Virdinarti Putra3)


1)
Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
2)
Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
3)
Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ngudi Waluyo
1)
ayug161097@gmail.com
2)
sitizubaida1969@gmail.com
3)
lisavirdinartiputra@gmail.com

abstrak
Pembelajaran yang inovatif dan beragam dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Media
pembelajaran yang tepat dan berorientasi pada tujuan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting di sekolah. Namun, banyak
siswa yang mengalami bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan.
Penelitian ini membutuhkan lingkungan belajar yang inovatif serta penggunaan media pembelajaran
yang sesuai agar siswa tertarik dan tidak merasa bosan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi perkalian
dengan media papan perkalian pada siswa kelas 2 SDTK Lampung Classical School. Jenis penelitian
ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan topik penelitian yaitu siswa kelas 2 SD dengan
tujuh siswa laki-laki dan lima siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
kuantitatif dengan bantuan hasil tes yang diberikan kepada siswa. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Oktober 2022 sampai dengan November 2022 dalam satu prasiklus dan dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat fase, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan), dan
refleksi.. Hasil penelitian ini merupakan nilai rata-rata prasiklus sebesar 62,5. Pada siklus I, rata-
ratanya adalah 69,2. Dan pada siklus II nilai rata-ratanya meningkat menjadi 76,7 dengan KKM 70.

Kata kunci : Hasil belajar matematika, perkalian, media papan perkalian


PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia selalu menawarkan inovasi-inovasi baru yang dapat
mengarahkan guru dan siswa untuk dapat berpikir lebih inovatif. Pembelajaran yang inovatif
dan bervariasi dapat mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Hamalik dalam Novita
(2013:15) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah perilaku pola, nilai, dan persepsi untuk
memahami, bertindak, dan melihat”. Evaluasi hasil belajar memiliki standar dalam bentuk
KKM (kriteria ketuntasan minimum). Milhah (2022:20) mengungkapkan bahwa indikator
kinerja siswa dalam menyelesaikan kurikulum sesuai kemampuan harus memenuhi kriteria
kesempurnaan minimum (KKM). Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah sekolah (Wasliman dalam Susanto,2013:13). Penilaian yang dilakukan di sekolah
berupa penilaian keterampilan dan penilaian pengetahuan. Irawan (Ari, 2016: 87) menyatakan
bahwa belajar dapat berubah dengan mempelajari perilaku melalui pengalaman hidup.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus di pelajari siswa kelas 2
(dua) sekolah dasar. Matematika adalah ilmu pasti. Rostina Sundayana (2016:2) menyatakan
bahwa “matematika memainkan peran penting dalam pendidikan yang mana dalam
matematika merupakan bagian dari subjek yang menduduki posisi penting dalam pendidikan.
Matematika adalah mata pelajaran pendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan bantuan ilmu eksata”. Matematika memiliki peran penting dalam kemampuan siswa
untuk berpikir logis, kritis, hati-hati, dan masuk akal. Salah satu materi pembelajaran
matematika adalah perkalian.
Perkalian adalah proses menghitung satu angka dengan angka lain melalui
penjumlahan berulang dengan bilangan yang sama (Al-Husna, 2020: 56). Bagi siswa di
sekolah dasar kelas rendah, perkalian 1-100 amatlah penting karena memudahkan mereka
dalam penghitungan perkalian saat naik ketingkatan kelas yang lebih tinggi dan memecahkan
masalah sehari-hari. Sesuai dengan pemahamannya, dalam menyelesaikan perkalian selain
dengan menghafal siswa juga dapat menggunakan konsep perkalian sebagai bentuk
menjumlahkan angka secara berulang. Misalnya, 4 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 12. Konsep
seperti itu dapat memudahkan siswa dalam berhitung perkalian. Selaian berhitung dengan
konsep tersebut, siswa dapat pula menghafal perkalian dengan menggunakan tabel perkalian.
Namun, tidak semua siswa dapat dengan mudah untuk menghafal terutama untuk siswa kelas
rendah.
Media pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. media
papan perkalian merupakan salah satu media yang dapat dipakai dalam pembelajarana materi
perkalian. Papan perkalian merupakan sebuah media yang dapat guru buat sendiri
menggunakan sterofoam, gelas-gelas plastik, dan sedotan atau stik es krim. Dapat pula guru
menggunakan benda konkret, ataupun menggunakan stik lidi. Media belajar dibuat dengan
menggunakan berbagai macam benda yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari, awet dan tahan lama (Armin,2021:81-86). Menurut Dada (2022: 12),
papan perkalian digunakan sebagai media yang memudahkan bentuk perkalian dari bentuk
abstrak ke dalam bentuk nyata, sehingga siswa tidak lagi memandang perkalian sebagai
bentuk yang abstrak dan dapat menerapkannya dalam pengalaman sehari-hari.
Berdasarkan hasil penilaian harian dan observasi yang dilakukan di kelas 2 SDTK
Lampung Classical School, terdapat 8 siswa atau 67% siswa yang tidak tuntas dan sebanyak 4
siswa atau 33% siswa yang tuntas dengan KKM 70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar mata pelajaran Matematika materi perkalian kelas 2 SDTK Lampung Classical School
tergolong rendah. Dari hasil penilaian dan observasi tersebut teridentifikasi penyebab
rendahnya hasil belajar siswa diantaranya kurangnya minat belajar siswa, siswa kurang
memperhatikan guru ketika sedang dijelaskan dan kurang berkonsentrasi ketika kegiatan
belajar berlangsung, siswa juga merasa bosan, dan kurangnya peran orang tua dalam belajar
anak di rumah. Kegiatan belajar mengajar yang kurang berkesan dan membosankan dapat
diakibatkan oleh berbagai faktor. Salah satunya yaitu media pembelajaran. Sebagaimana
telah diuraikan pada latar belakang masalah di atas, tujuan dari penilitian ini adalah untuk
melihat apakah media papan perkalian dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
perkalian kelas 2 SDTK Lampung Classical School.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan
untuk mengetahui kecapaian hasil belajar pengetahuan, keterampilan proses, dan
implementasi media papan perkalian. Model yang digunakan dalam penelitian yaitu model
Kemmis dan Mac Taggart (Kemmis, 1992) yang dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di
SDTK Lampung Classical School, Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Teluk Betung
Barat, Kota Bandar Lampung pada semester I tahun pelajaran 2022/2023. Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober 2022 sampai dengan November 2022. Subjek penelitian ini
yaitu siswa kelas II SD dengan jumlah 12 siswa dengan 7 (tujuh) siswa laki-laki dan 5 (lima)
siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan dalam satu prasiklus dan dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan satu kali pertemuan. Setiap siklus terdapat empat fase, yaitu 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan (observasi), dan 4) refleksi.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis
data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes dengan memenuhi nilai kriteria
ketuntasan pada Siklus I dan Siklus II pada nilai KKM 70. Data kuantitatif ini dapat dihitung
dengan menggunakan nilai rata-rata suatu kelas dengan rumus :
Ʃ𝑥1
Rumus : X =
𝑁
Keterangan :
X = Rata-rata kelas
N = Jumlah siswa
X1 = Total nilai siswa.
Indikasi keberhasilan pembelajaran kelas ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa
dari satu siklus ke siklus berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini dilaksanakan melalui satu kegiatan prasiklus dan dua siklus.
Langkah-langkah setiap siklusnya yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)
pengamatan (observasi), dan 4) refleksi. Berikut tahapan dari setiap siklusnya :
Hasil
1. Prasiklus
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan terdapat beberapa langkah, yaitu guru mempersiapkan
sumber materi pembelajaran yang akan diberikan. Setelah menyiapkan sumber bahan
ajar, guru membuat Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan
beserta lembar kerja peserta didik. Pada tahap ini, guru merencanakan bagaimana
kegiatan itu akan dilakukan nantinya.
b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan, guru membuka pembelajaran dengan salam dan doa
menurut keyakinan dan agama masing-masing. Setelah berdoa, guru mengecek daftar
hadir dan kerapihan siswa. Kemudian, guru mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada hari tersebut. Dengan metode ceramah, guru
menjelaskan materi tentang konsep perkalian kepada siswa. Kemudian guru
memberikan contoh soal perkalian di papan tulis dan penyelesaiannya. Lalu guru
merangsang siswa dengan menyajikan soal dan jawabannya. Guru kemudian
membagikan lembar kerja kepada siswa untuk dikerjakan secara mandiri. Setelah
siswa selesai mengerjakan, guru meminta siswa melakukan refleksi mengenai
kegiatan pembelajaran pada hari itu dan menarik kesimpulan. Pembelajaran diakhiri
dengan doa sesuai keyakinan dan agama masing-masing siswa.
c. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilakukan secara bersamaan dengan proses belajar
mengajar berlangsung dan melalui lembar penilaian. Berikut ini disajikan hasil
penilaian prasiklus.
Tabel 1
Perolehan nilai rata-rata berdasarkan hasil penilaian prasiklus:
No Nama KKM Nilai Keterangan
1 Adyarta 70 50 Tidak lulus
2 Daniel 70 60 Tidak lulus
3 Davin 70 80 Lulus
4 Calista 70 60 Tidak lulus
5 Elyn 70 50 Tidak lulus
6 Gwyneth 70 80 Lulus
7 Hans 70 60 Tidak lulus
8 Joel 70 60 Tidak lulus
9 Juel 70 50 Tidak lulus
10 Keiko 70 50 Tidak lulus
11 Kenzie 70 80 Lulus
12 Margaretha 70 70 Lulus
Jumlah 750
Rata – rata 62,5

d. Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan pada prasiklus terdapat 8 siswa atau 67%
siswa yang tidak tuntas dan sebanyak 4 siswa atau 33% siswa yang tuntas. Dengan
Dari data ini dapat terlihat jelas bahwa guru belum berhasil dalam pembelajaran dan
siswa belum berhasil menguasai materi yang di ajarkan. Oleh karena itu, berdasarkan
hasil tersebut dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 1.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, guru menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) Siklus I yang dirancang selama satu hari pembelajaran. RPP meliputi KI, KD,
materi, indikator, tujuan pembelajaran, tujuan perbaikan pembelajaran, skenario
pembelajaran, media atau sumber belajar, dan penilaian. Tahap pendahuluan
dilakukan selama 10 menit. Tahap inti membutuhkan waktu selama 50 menit. Dan
kegiatan penutup memerlukan waktu 10 menit. Selain itu, guru juga menyiapkan
sarana dan prasarana belajar berupa media papan perkalian dan sumber belajar
berupa buku guru dan buku siswa. Kemudian guru menyiapkan lembar evaluasi yang
digunakan untuk mengevaluasi siswa.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran dibuka dengan memberikan salam kepada siswa
dilanjutkan dengan doa bersama dan pengisian daftar hadir. Setelah itu, guru
mengajak siswa untuk melakukan ice breaking. Setelah ice breaking, guru
menyampaikan materi yang akan diajarkan. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan tujuan perbaikan yang dilakukan. Guru melanjutkan dengan
membagikan bahan pembelajaran dan menunjukan media papan perkalian kepada
siswa.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang konsep perkalian dan
memberikan contoh penyelesaian soal perkalian. Setelah itu, guru memberikan
contoh penyelesaian soal perkalian dengan media papan perkalian. Setelah
penjelasan, guru menanyakan pemahaman siswa tentang konsep perkalian yang telah
dijelaskan. Kemudian, guru memberikan permasalahan lagi dan meminta siswa untuk
maju ke depan kelas dan menyelesaikan masalah perkalian menggunakan media
papan perkalian. Setelah siswa berhitung dengan papan perkalian, guru menanyakan
tentang hasil perkalian yang dilakukan oleh siswa. Setelah itu, guru dan siswa
bertanya jawab tentang apa yang dipelajari dan apa yang belum dipahami. Lalu, guru
memberikan lembar observasi yang harus dikerjakan siswa.
Pada kegiatan penutup, guru memberikan pekerjaan rumah sebagai bahan
untuk dipelajari siswa di rumah. Kemudian guru mengulang kembali apa saja yang
sudah dipelajari oleh siswa. Setelah itu, guru meminta siswa untuk menarik
kesimpulan dari pelajaran pada hari itu. Setelah selesai membuat kesimpulan, guru
mengajak siswa untuk berdoa diakhir pelajaran hari itu. Selesai berdoa, guru
memberikan salam penutup.
c. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilakukan secara bersamaan dengan proses belajar
mengajar berlangsung dan melalui lembar penilaian. Berikut ini disajikan hasil
penilaian siklus I.
Tabel 2
Perolehan nilai rata-rata berdasarkan hasil penilaian siklus I :
No Nama KKM Hasil Deskripsi
1 Adyarta 70 60 Tidak lulus
2 Daniel 70 70 Lulus
3 Davin 70 90 Lulus
4 Calista 70 60 Tidak lulus
5 Elyn 70 60 Tidak lulus
6 Gwyneth 70 80 Lulus
7 Hans 70 70 Lulus
8 Joel 70 60 Tidak lulus
9 Juel 70 60 Tidak lulus
10 Keiko 70 70 Lulus
11 Kenzie 70 80 Lulus
12 Margaretha 70 70 Lulus
Jumlah 830
Rata – rata 69,2

d. Refleksi
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai pada siklus 1
mengalami peningkatan, yaitu sekurang-kurangnya 7 (tujuh) siswa yang sudah
mencapai KKM dan 5 (lima) siswa lainnya masih mendapatkan nilai jelek. Dengan
nilai rata-rata kelas 69,2. Ketika guru telah menyelesaikan proses belajar mengajar,
guru mulai mengkaji masalah yang diangkat sebelumnya. Penilaian tersebut
kemudian diberikan kepada siswa yang mengerjakan soal penilaian perbaikan
pembelajaran. Dari hasil evaluasi Siklus I atau pertemuan perbaikan pembelajaran I
terlihat bahwa nilai siswa kelas 2 mengalami peningkatan daripada sebelum terjadi
perbaikan. Beberapa siswa masih memiliki nilai di bawah KKM yang ditetapkan.
Dengan nilai tersebut, guru kembali memperbaiki pembelajaran pada siklus I
(pertama).
Dari hasil observasi dan evaluasi, teridentifikasi beberapa kendala dan
permasalahan selama pelaksanaan Siklus I, antara lain : 1) sebagian siswa kurang
memahami aritmatika 2) sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan
evaluasi 3) sebagian siswa nampak kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran
4) metode pembelajaran tidak dapat membangkitkan minat belajar siswa 5) sebagian
siswa takut ketika harus mengerjakan soal di depan kelas. Berdasarkan hasil dari
refleksi tersebut, guru pada akhirnya perlu melakukan perbaikan pada pembelajaran
Siklus II. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari dan memahami materi yang diajarkan. Guru mengubah metode
pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab, diskusi, dan tugas pada
Siklus II.

3. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini, guru membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pada
siklus II untuk satu hari pembelajaran. RPP yang telah dilengkapi meliputi penentuan
KI, KD, materi, indikator, tujuan Pembelajaran, tujuan perbaikan pembelajaran,
skenario pembelajaran, media atau sumber belajar, dan penilaian. Tahap
pendahuluan dilakukan selama 10 menit. Tahap inti dilakukan selama 50 menit.
Penutup dilakukan selama 10 menit. Kemudian, guru mempersiapkan sarana dan
prasarana media papan perkalian dan sumber belajar berupa buku guru dan buku
siswa. Guru juga menyiapkan lembar evaluasi yang akan digunakan untuk
mengevaluasi siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dibuka dengan memberikan
salam kepada siswa dilanjutkan dengan doa bersama dan pengisian daftar hadir
siswa. Kemudian, guru menyerahkan materi yang akan diajarkan. Setelah itu, guru
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan yang dilakukan.
Guru melanjutkan dengan membagikan bahan ajar dan menunjukan media papan
perkalian kepada siswa.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang konsep perkalian dan
memberikan contoh cara menyelesaikan soal perkalian. Setelah itu, guru memberikan
contoh cara menyelesaikan soal perkalian dengan media papan perkalian. Setelah
penjelasan, guru bertanya kepada siswa tentang konsep perkalian yang telah
dijelaskan. Kemudian guru memberikan soal lain dan meminta siswa untuk maju ke
depan kelas dan mengerjakan penyelesaian masalah perkalian dengan media papan
perkalian. Setelah siswa berhitung dengan papan perkalian, guru bertanya tentang
hasil perkalian yang dilakukan oleh siswa. Kemudian guru membagi siswa ke
menjadi beberapa kelompok dan mengajukan pertanyaan diskusi. Setelah diskusi,
guru memberikan lembar observasi yang harus dikerjakan siswa secara mandiri.
Pada kegiatan penutup, guru meminta siswa untuk melakukan refleksi dan
bertanya jawab tentang materi yang belum mereka pahami. Kemudian guru
mengulang kembali apa yang telah dipelajari oleh siswa. Setelah itu, guru meminta
siswa untuk menarik kesimpulan dari pelajaran hari ini. Setelah kesimpulan, guru
mengajak siswa untuk berdoa diakhir pelajaran hari ini. Setelah berdoa, guru
memberikan salam terakhir.
c. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilakukan secara bersamaan dengan proses
belajar mengajar berlangsung dan melalui lembar penilaian. Berikut ini disajikan
hasil penilaian siklus II.
Tabel 3
Perolehan nilai rata-rata berdasarkan hasil penilaian siklus II :
No Nama KKM Hasil Deskripsi
1 Adyarta 70 70 Lulus
2 Daniel 70 80 Lulus
3 Davin 70 100 Lulus
4 Calista 70 60 Tidak lulus
5 Elyn 70 70 Lulus
6 Gwyneth 70 90 Lulus
7 Hans 70 80 Lulus
8 Joel 70 70 Lulus
9 Juel 70 60 Tidak lulus
10 Keiko 70 80 Lulus
11 Kenzie 70 90 Lulus
12 Margaretha 70 80 Lulus
Jumlah 920
Rata – rata 76,7

d. Refleksi
Ketika guru telah menyelesaikan proses belajar mengajar, guru mulai
mengkaji topik yang diangkat sebelumnya. Penilaian ulang diberikan kepada siswa
yang telah mengerjakan soal penilaian perbaikan pembelajaran. Dari hasil evaluasi
pada siklus II atau pertemuan II perkembangan pembelajaran terlihat bahwa nilai
siswa kelas 2 mengalami peningkatan. Dari hasil observasi di atas, dapat terlihat
naik menjadi 10 dari 12 siswa, yaitu 83,3% siswa telah mencapai KKM mata
pelajaran matematika materi perkalian dengan nilai rata-rata 76,7. Dengan media
papan perkalian, nilai belajar dan motivasi belajar siswa meningkat. Dan setelah
dilakukan perbaikan pada Siklus II (kedua), penggunaan media papan perkalian
dalam mata pelajaran matematika terbukti sangat bermanfaat bagi siswa dalam
pembelajaran materi perkalian.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa hasil belajar matematika
meningkat dari prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 melalui media papan perkalian. Di bawah ini
disajikan tabel dan grafik perbandingan antara nilai prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 :
Tabel 4
Perbandingan Nilai Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Hasil evaluasi
No Nama KKM Indikator
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
1 Adyarta 70 50 60 70 Tercapai
2 Daniel 70 60 70 80 Tercapai
3 Davin 70 80 90 100 Tercapai
4 Calista 70 60 60 60 Belum Tercapai
5 Elyn 70 50 60 70 Tercapai
6 Gwyneth 70 80 80 90 Tercapai
7 Hans 70 60 70 80 Tercapai
8 Joel 70 60 60 70 Tercapai
9 Juel 70 50 60 60 Belum Tercapai
10 Keiko 70 50 70 80 Tercapai
11 Kenzie 70 80 80 90 Tercapai
12 Margaretha 70 70 70 80 Tercapai
Jumlah 750 830 920
Rata – rata 62,5 69,2 76,7

Berdasarkan perolehan nilai di atas, terdapat peningkatan ketercapaian nilai dari


prasiklus, siklus 1, dan siklus 2. Hasil penilaian pembelajaran prasiklus, siklus 1, dan siklus 2
dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 5
Nilai Rata-Rata
No Tindakan Nilai Rata-Rata Indikator
1. Prasiklus 62,5 Belum lulus
2. Siklus 1 69,2 Belum lulus
3. Siklus 2 76,7 Lulus

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil rata-rata penilaian belajar mengajar pada awal
pembelajaran adalah 62,5. Pada akhir Siklus 1, hasil evaluasi menunjukkan peningkatan
sebesar 69,2. Dan nilai rata-rata dalam proses belajar mengajar selama Siklus 2 adalah 76,7.
Hal ini dikarenakan kesiapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi,
dan refleksi pada Siklus II secara signifikan dan lebih matang.
Pembelajaran melalui media papan perkalian memungkinkan siswa untuk lebih baik dan
memaksimalkan mencapai tujuan pembelajarannya. Kelemahan dari media papan perkalian
adalah papan perkalian membutuhkan banyak waktu dan uang untuk pembuatan dan
penggunaannya. Selain itu, jika siswa sering menggunakannya, siswa akan mudah bosan
ketika menunggu giliran. Hasil evaluasi ini menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran
siswa dengan materi perkalian menggunakan media papan perkalian, sehingga perlu adanya
perluasan penggunaan dan pemanfaatan media papan perkalian dalam pembelajaran
matematika khususnya di kelas rendah.

SIMPULAN DAN SARAN


Media papan perkalian dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika
materi perkalian, khususnya di kelas rendah. Dengan bantuan media papan perkalian
diketahui sejauh mana siswa telah menguasai materi perkalian. Kemudahan penggunaan
dalam proses penilaian dapat membuat media ini cocok digunakan sebagai alat pembelajaran.
Hasil belajar meningkat dari pra siklus sampai dengan siklus II. Pada prasiklus rata rata
adalah 62,5. Setelah tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus I, nilai
rata-rata meningkat menjadi 69,2. Dan pada Siklus II naik kembali menjadi 76,7 dengan
KKM 70.
Media papan perkalian dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa, serta
kreativitas guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus dapat menggunakan media
papan perkalian untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi perkalian.
Penggunaan media papan perkalian dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu. Penggunaan media papan perkalian dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar di kelas, dan diharapkan kegiatan ini terus berlanjut dan
didukung oleh berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Wardani, G.A.K, dkk. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka.
Irawan, A., (2016). Efektifitas Mathmagic dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1):87.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/755/664
Milhah, M. (2022). Meningkatkan Keahlian Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) Melalui Workshop Dan Supervisi Akademik Di SD Negeri
Delingseng. Wilangan: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika, 3(1), 19-22.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/wilangan/article/view/14162/8633
Al-Husna, C., & Mujib, A. (2020). Menemukan Pola Perkalian dengan Angka 9. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Terpadu (JPPT), 2(1), 55-70. https://jurnal
lp2m.umnaw.ac.id/index.php/JPPT/article/view/428/362.
Novita, L., Sukmanasa, E., & Pratama, M. Y. (2019). Penggunaan media pembelajaran video
terhadap hasil belajar siswa SD. Indonesian Journal of Primary Education Penggunaan,
3(2), 64-72. https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-20200110015955.pdf
Rostina Sundayana, (2016). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika. Bandung: Alfabeta,2.
Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana,13.
Armin, R., & Purwati, W. H. (2021). Pengaruh Penggunaan Media Papan Cerdas
Perkalian Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Siswa
Kelas II di SD Negeri 75 Buton. Jurnal Akademik Pendidikan Matematika,
81-86. https://www.ejournal.lppmunidayan.ac.id/index.php/matematika/article/view/394
Dada, D. (2022). Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Media Papan Musi Pada Materi Perkalian Dan Pembagian Kelas III. Bitnet: Jurnal
Pendidikan Teknologi Informasi, 7(1), 10-15.
https://journal.umpr.ac.id/index.php/bitnet/article/view/3366
Yunus, Mohamad, dkk. (2022). Panduan Mata Kuliah Karya Ilmiah Program Sarjana dan
Diploma IV Universitas Terbuka. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=MKWI4560/&doc=DAFIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai