Anda di halaman 1dari 8

Serambi Akademica Vol. 7, No.

7, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2019 eISSN 2657- 0998

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II pada Pelajaran PKN Materi


Gotong Royong melalui Penggunaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme di SD Negeri 10 Banda Aceh

Alviana

SD Negeri 10 Banda Aceh


Email: alviana_10@gmail.com

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran konstruktivisme membantu siswa mengkonstruksi


pengetahuan dan memadukannya dengan pengalaman sebelumnya yang dimiliki
oleh siswa. Model pembelajaran seperti ini akan memberikan kesan Mendalam bagi
siswa, sehingga ilmu yang diperolehnya akan menjadi memori yang dapat diingat
untuk jangka waktu yang lama. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan aktivitas guru dalam
proses pembelajaran PKN Materi gotong royong dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa, aktivitas siswa, dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran PKN
materi gotong royong dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan yang
digunakan adalah kuantitatif dan analisis data menggunakan statistik deskriptif
dengan teknik persentase. Subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri 10 Banda
Aceh kelas II yang berjumlah 26 siswa. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa
pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 72,31 dan siswa yang
tuntas mengikuti proses pembelajaran 16 orang siswa dari 26 orang siswa.
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa sebesar 81,54 dan
semua siswa telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran materi gotong
royong. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal
ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 4,33 dan
pada siklus II sebesar 4,6. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I
sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang
diperoleh sebesar 3,67 dan pada siklus II sebesar 4,33.
Kata Kunci: Konstruktivisme, Gotong Royong, Hasil Belajar

PENDAHULUAN
Sekolah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan berperan meningkatkan
pengetahuan, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dalam segala aspek
kehidupan masyarakat terutama bagi para siswa yang menuntut ilmu pada suatu sekolah
Sekolah juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk
melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progressif Subianto, 2013). Para siswa
sebuah lembaga pendidikan pada umumnya adalah warga masyarakat usia sekolah yang
sedang menimba ilmu pengetahuan umum dan ilmu-ilmu agama

1047
Alviana

Model pembelajaran merupakan salah satu alat untuk menunjang tercapainya


tujuan pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang harus dikuasai oleh guru,
karena dengan menguasai metode pembelajaran, guru dapat mengkomunikasikan bahan
pelajaran dengan baik dan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.
Pada saat apersepsi di dalam kelas, pada umumnya guru langsung menulis materi
di papan tulis, kemudian siswa disuruh mencatat materi tersebut, setelah siswa mencatat
guru langsung menjelaskan materi, ketika guru menjelaskan banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, mereka bergurau, ngobrol dengan teman-temannya.
Sehingga mengakibatkan nilai siswa menurun, untuk mengatasi permasalahan di atas
peneliti mencoba menerapkan Pendekatan pembelajaran konstruktivis dalam
pembelajaran. Karena pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivis lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka,
dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Pada pembelajaran PKN khususnya materi gotong royong diperlukan kesabaran
dan ketelitian, karena siswa harus memahami konsep-konsep kemudian menguasai
konsep tersebut. Proses pembelajaran ini diharapkan tidak hanya menggunakan satu
metode saja, agar pembelajaran lebih efektif. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran PKN khususnya materi gotong royong adalah melalui
model pembelajaran konstruktivisme.
Penerapan model pembelajaran konstruktivisme membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuan dan memadukannya dengan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh
siswa. Model pembelajaran seperti ini akan memberikan kesan Mendalam bagi siswa,
sehingga ilmu yang diperolehnya akan menjadi memori yang dapat diingat untuk jangka
waktu yang lama. Model pembelajaran konstruktivis tidak hanya unggul dalam membantu
siswa memahami konsep konsep yang sulit tetapi sangat membantu siswa menumbuhkan
kemampuan kerjasama, dan juga berfikir kritis (Jailani, 2018).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis untuk mengambil fokus
penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II pada Pelajaran PKN
Materi Gotong Royong Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme di SD
Negeri 10 Banda Aceh”.
Rumusan masalah penelitian ini adalah : (a) Bagaimanakah hasil belajar Siswa
Kelas II SD Negeri 10 Banda Aceh Tahun Ajaran 2019/2020 pada pelajaran PKN materi
gotong royong yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
? (b) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas II SD Negeri 10 Banda Aceh Tahun
Ajaran 2019/2020 pada pelajaran PKN materi gotong royong yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme? (c) Bagaimanakah aktivitas mengajar
guru di Kelas II SD Negeri 10 Banda Aceh Tahun Ajaran 2019/2020 pada pelajaran PKN
materi gotong royong yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme?

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif


dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
pada tahun ajaran 2019/2020 semester I bulan Juli – Oktober 2019 di SD Negeri 10 Banda

1048
Serambi Akademica Vol. 7, No.7 , pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2019 eISSN 2657- 0998

Aceh. Subjek penelitian adalah siswa kelas II yang berjumlah 26 siswa. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan model yang digunakan
oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan
pada setiap siklus yaitu : (1) Perencanaan (planning), (2) Aksi atau tindakan (acting), (3)
Obervasi (Observing), dan (4) Refleksi (reflecting).

Data Sumber data pada penelitian ini seluruh siswa, sedangkan data yang
dikumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi : (1)
Data hasil belajar siklus 1 dan 2, (2) observasi pada waktu proses pembelajaran, dan (3)
Foto. Data tes hasil belajar, aktivitas guru dan siswa dianalisis menggunakan rumus
persentase menurut Depdiknas (dalam Muklis, 2005:81) dan diseskripsikan dengan
mengunakan tingkat ketuntasan minimal yaitu 60. Menurut Arikunto (2007:25), ”bahwa
suatu program pembelajaran dikatakan sangat efektif bila 80 % siswa yang mengikuti
pembelajaran tersebut mampu mencapai 80 % tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah diadakan penelitian pada siklus I dan Siklus II maka diperoleh beberapa
yang akan diolah oleh peneliti. Adapun hasil penelitian yang diperoleh akan dijelaskan
sebagai berikut.
Siklus I
Hasil tes belajar siswa yang diperoleh pada siklus I pada materi gotong royong
dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Hasil Tes Siklus I Materi Gotong Royong
No Kategori Skor Frekuensi Nilai Persentase Rata-rata
1. Tuntas ≥ 65,00 16 1360 61,54 %
2. Tidak Tuntas ≤ 65,00 10 520 38,46 %
Jumlah 26 1880 100% 72,31
1049
Alviana

Hasil belajar siklus I pada pokok bahasan gotong royong dengan skor rata-rata
sebesar 72,31. Penilaian hasil siklus I dilakukan melalui tes hasil belajar berupa tes akhir
secara tertulis dan dilaksanakan setelah proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme selesai. Berdasarkan hasil tabel 1 diatas dapat diketahui
bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa dari 26 siswa yang ada, sementara
siswa yang tidak tuntas berjumlah 10 orang siswa. Jadi banyaknya siswa yang tuntas
adalah 61,54% sedangkan siswa yang tidak tuntas sebesar 38,46%. Untuk siswa yang
belum tuntas diberikan soal-soal remedial yang ada hubungannya dengan materi gotong
royong.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru
Indikator /Aspek yang Diamati Skor Kategori
1. Kegiatan Pendahuluan 4,5 Sangat Baik
2. Kegiatan inti 4,3 Baik
3. Kegiatan Penutup 4,5 Sangat Baik
Rata-Rata 4,33 Baik

Berdasarkan Tabel 2 dalam melakukan aktivitasnya selama proses pembelajaran


dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I guru
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,33 yang termasuk dalam kategori baik. Aktivitas guru
pada kegiatan awal memperoleh skor sebesar 4,5 termasuk kedalam kategori sangat baik,
kegiatan inti dengan skor rata-rata 4,3 termasuk kedalam kategori baik dan kegiatan akhir
dengan skor 4,5 juga termasuk dalam kategori sangat baik. Guru menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme dengan baik. Selain mengamati aktivitas guru, observer
juga mengamati aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pengamatan Akivitas Siswa pada Siklus I


Aspek Pengamatan Skor Kriteria
Pengamatan Penilaian
a. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan 4 Baik
guru/teman
b. Menghubungkan materi dengan kehidupan 3 Kurang
sehari-hari
c. Membaca/ memahami tugas 4 Baik
d. Menjawab tugas yang diberikan 4 Baik
e. Bertanya/menyampaikan pendapat/ ide 3 Kurang
kepada guru atau teman
f. Menarik kesimpulan suatu konsep atau 4 Baik
prosedur pemahaman
Skor rata-rata 3,67 Baik

Berdasarkan tabel 3 dalam melakukan aktivitasnya selama proses belajar dengan


menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus I siswa memperoleh skor
rata-rata sebesar 3,67 dan termasuk kategori baik.
Adapun keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut:

1050
Serambi Akademica Vol. 7, No.7 , pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2019 eISSN 2657- 0998

a. Nilai rata-rata yang telah diperoleh 72,31 dan siswa yang tuntas sebanyak 16 orang
siswa (61,54%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang siswa (38,46%).
b. Aktivitas guru memperoleh skor rata-rata 4,33 termasuk dalam kategori sangat baik.
Aktivitas guru pada kegiatan awal memperoleh skor sebesar 4,5 termasuk kedalam
kategori sangat baik, kegiatan inti dengan skor rata-rata 4,3 termasuk kedalam
kategori baik dan kegiatan akhir dengan skor 4,5 juga termasuk dalam kategori sangat
baik.
c. Aktivitas siswa memperoleh skor rata-rata 3,67 dan termasuk dalam kategori baik.
Adapun perbaikan yang harus dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Hasil belajar siswa harus ditingkatkan karena belum tuntas secara klasikal. Terdapat
10 orang siswa yang belum tuntas belajarnya pada materi gotong royong (38,46%).
b. Aktivitas siswa dengan skor 3,67 termasuk kedalam kategori kurang. Adapun
aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan adalah menghubungkan materi dengan
kehidupan sehari-hari dan bertanya/menyampaikan pendapat/ ide kepada guru atau
teman.
c. Guru membimbing dan mengarahkan agar aktivitas siswa semakin meningkat dan
memberikan penghargaan kepada siswa sesuai dengan kemampuanya masing-masing.

Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, perlu dilakukan pembelajaran untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahannya untuk siklus II. Pelaksanaan siklus II ini teridiri
dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil tes belajar siswa yang
diperoleh pada siklus II pada materi gotong royong dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4 Hasil Tes Siklus II Materi Gotong Royong


No Kategori Skor Frekuensi Skor Persentase Rata-Rata
1. Tuntas ≥ 62,00 26 2120 100 %
2. Tidak Tuntas ≤ 62,00 0 0 0%
Jumlah 26 2120 100% 81,54

Hasil belajar siklus II pada pokok bahasan gotong royong dengan skor rata-rata
sebesar 81,54. Penilaian hasil siklus I dilakukan melalui tes hasil belajar berupa tes akhir
secara tertulis dan dilaksanakan setelah proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme selesai. Berdasarkan hasil tabel 4 diatas dapat diketahui
bahwa seluruh siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah tuntas belajar dikarenakan
model pembelajaran konstruktivisme telah diterapkan dengan baik sesuai dengan langkah-
langkah yang pembelajaran yang ada.
Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus II dalam mengajar dapat dilihat paa tabel 5.

1051
Alviana

Tabel 5 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru


Indikator /Aspek yang Diamati Skor Kategori
4. Kegiaan Pendahuluan 4,6 Sangat Baik
5. Kegiatan inti 4,4 Baik
6. Kegiatan Penutup 4,8 Sangat Baik
Rata-Rata 4,6 Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 5 dalam melakukan aktivitasnya selama proses pembelajaran


dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II guru
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,6 yang termasuk dalam kategori baik. Aktivitas guru
pada kegiatan awal memperoleh skor sebesar 4,6 termasuk kedalam kategori sangat baik,
kegiatan inti dengan skor rata-rata 4,4 termasuk kedalam kategori baik dan kegiatan akhir
dengan skor 4,8 juga termasuk dalam kategori sangat baik. Guru menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme dengan baik.
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 6 Hasil Pengamatan Akivitas Siswa pada Siklus II


Aspek Pengamatan Skor Kriteria
Pengamatan Penilaian
a. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/ 5 Sangat Baik
teman
b. Menghubungkan materi dengan kehidupan sehari- 4 Kurang
hari
c. Membaca/ memahami tugas 4 Baik
d. Menjawab tugas yang diberikan 4 Baik
e. Bertanya/menyampaikan pendapat/ ide kepada guru 4 Baik
atau teman
f. Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur 5 Sangat Baik
pemahaman
Skor rata-rata 4,33 Baik

Berdasarkan tabel 6 dalam melakukan aktivitasnya selama proses belajar dengan


menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada siklus II siswa memperoleh skor
rata-rata sebesar 4,33 dan termasuk kategori baik.
Adapun keberhasilan yang telah dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata yang telah diperoleh 81,54 dan siswa yang tuntas sebanyak 26 orang
siswa (100%).
b. Aktivitas guru memperoleh skor rata-rata 4,6 termasuk dalam kategori sangat baik.
Aktivitas guru pada kegiatan awal memperoleh skor sebesar 4,6 termasuk kedalam
kategori sangat baik, kegiatan inti dengan skor rata-rata 4,4 termasuk kedalam
kategori baik dan kegiatan akhir dengan skor 4,8 juga termasuk dalam kategori sangat
baik.
c. Aktivitas siswa memperoleh skor rata-rata 4,33 termasuk dalam kategori sangat baik.

1052
Serambi Akademica Vol. 7, No.7 , pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2019 eISSN 2657- 0998

PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan atas hasil pengamatan yang dilanjutkan
dengan refleksi pengamatan pada setiap siklus tindakan. Dari refleksi pengamatan pada
siklus pertama diperoleh temuan bahwa siswa kelas II SD Negeri 10 Banda Aceh pada
materi gotong royong telah mencapai ketuntasan baik secara individual maupun secara
klasikal.
Hal ini dikarenakan, model pembelajaran konstruktivisme menciptakan suasana
bejar siswa yang kreatif. Siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Siswa lebih
terfokus pada proses pemahaman. Mereka menghubungkan materi yang ada dengan
engalaman sehari-hari. Model pembelajaran sepeti ini meningkatkan pemahaman siswa
untuk jangka waktu yang lama. Sehingga siswa tidak mudah lupa terhadap materi yang
telah dipelajari.

PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini dirumuskan berdasarakan hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan penulis pada siswa kelas II SD Negeri 10 Banda Aceh dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme pada materi gotong royong, maka
kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
a. Pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 72,31 dan siswa yang
tuntas mengikuti proses pembelajaran 16 orang siswa dari 26 orang siswa. Sedangkan
pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa sebesar 81,54 dan semua siswa
telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran materi gotong royong.
b. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 4,33 dan pada siklus II
sebesar 4,6.
c. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 3,67 dan pada siklus II
sebesar 4,33.

DAFTAR PUSTAKA
Asep, Jihad dan Muhtadi, Abdullah, 2008. Guru Profesional. Bandung: PT Cipta Persada.
Cet. Ke-10.
Cholisin, 2006. Seminar Nasional Evaluasi Pelaksanaan KBK dalam Menyongsong
Undang-Undang Guru dan Dosen di Propinsi Gorontalo, Jogyakarta: UNY.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B., 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. J
Jailani, 2018. Implementasi Perkuliahan Biologi Sel melalui Penerapan Pembelajaran
Cooperative ConstruCtivis. http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/serambi-
ptk/article/view/604/552. ni, 2018.
Kep. Dirjen Dikti No. 267/dikti/kep./2000 tentang penyempurnaan kurikulum Inti Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) PKn pada PT di Indonesia.

1053
Alviana

Mulyaningrum, Novinda dan kawan-kawan. 2009. Kewarganegaraan unntuk SD/MI Kelas


III, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Masnur, Muslich, 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E., 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Nana, Supriatna, 2007. Pendidikan IPS di SD, Bandung: UPI PRESS..
Nurhadi, Burhan , Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Puspandari, Anindita. 2009. Hubungan Penguasaan Materi Hukum dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan Disiplin Siswa dalam Mematuhi Tata Tertib
Sekolah di SMP Negeri 3 Malang. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan,
Fakultas Ilmu Sosial, Malang: Universitas Negeri Malang.
Rusyan, A. 1996. Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Amanah Duta.
Subianti, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan
Karakter Berkualitas. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/
Edukasia/article/view/757/726
Sumantri, M.,1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan
Tinggi Proyek PGSD.
Jailani, 2018. Implementasi Perkuliahan Biologi Sel melalui Penerapan Pembelajaran
Cooperative ConstruCtivis. http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/serambi-
ptk/article/view/604/552
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembanga Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi kedua, Cetakan Kesepuluh, Jakarta : Balai Pustaka.
UU No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan
Negara RI.
UU Nomor 2 Negara RI tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1054

Anda mungkin juga menyukai