Anda di halaman 1dari 5

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS DAN VOLUM

TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA KELAS


IXE MTsN 2 KOTA BANJARMASIN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

OLEH : AULIA HAYATI, S.Pd.


Guru MTsN 2 Kota Banjarmasin
Email: auliahay@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil Belajar Matematika
siswa kelas IX pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yang secara khusus diambil adalah
kemampun siswa dalam memahami Luas dan Volum Tabung sebagai Materi yang akan diteliti.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXE MTsN 2 Kota Banjarmasin Semester II Tahun Pelajaran
2018/2019 melalui Model Pembelajaran Discovery Learning. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode test (yaitu pre-test dan post-test pada setiap siklus) dan observasi terhadap
aktivitas siswa secara langsung. Hasil Tes berupa 10 butir soal untuk siklus I dan siklus II, semuanya
valid. Sehingga jumlah butir yang terpakai untuk selanjutnya diujikan adalah sama bentuk namun
berbeda angka. Dari Penelitian Tindakan Kelas ini diperoleh hasil dalam bentuk Peningkatan
aktivitas siswa pada siklus I aktivitas siswa arata-rata 54,7% pada siklus II menjadi 83,75%, dan
nilai hasil belajar yang diukur dari nilai tes siswa siklus I rata-rata 61 pada siklus II rata-rata nilai
menjadi 80,25, dengan ketuntasan belajar di siklus I 32,5 % pada siklus II menjadi 90%. Jadi dari
hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas IXE
MTsN 2 pada Materi Luas dan Volum Tabung setelah menggunakan metode pembelajaran
Discovery Learning.

I. Pendahuluan
Sesuai dengan tujuan diberikannya pelajaran matematika di sekolah, kita dapat melihat bahwa
matematika memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika untuk
memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan
dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mampu
mengikuti pelajaran matematika pada jenjang lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain
seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para siswa
dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif.
Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensi dasar
oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak berorientasi pada penguasaan materi
matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk
mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari
di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.
Selain itu memupuk Kemandirian dalam pembelajaran merupakan hal yang penting, karena
kemandirian menuntut siswa bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya sendiri. Peneliti
masih melihat ada masalah yang berhubungan dengan kemandirian belajar, masih ada guru
dalam pembelajaran kurang bervariasi, kurang menyenangkan sehingga siswa merasa jenuh dan
bosan, masalah dari siswa tidak percaya diri sehingga masih ada sebagian siswa yang bergantung
pada temannya ketika ada tugas dari guru. Kemandirian belajar pada pelajaran matematika
memberikan keluasan pada siswa dalam memahami atau mencari sumber belajar, siswa diberikan
kesempatan dalam mencari materi melalui media internet. Pada pembelajaran matematika siswa
diberimotivasi agar menguasi kompetensi sesuai yang diharapkan supaya tercapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan di Madrasah Madrasah
Tsanawiyah (MTs), masih terdapat kemandirian siswa yang belum berkembang, berakibat
rendahnya nilai siswa.
Selama ini terdapat jenjang perbedaan yang tinggi antara siswa pintar dan tidak pintar,
khususnya pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung, dimana nilai rata-rata kelas berkisar ≤ 55,
sehingga peneliti beranggapan sangat perlu dilakukan Tindakan Kelas untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung khususnya Luas dan Volum Tabung
dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning.

II. Tinjauan Pustaka

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars,
1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud
ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Sedangkan Hasil belajar siswa menurut W.Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang
mewujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan
salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam
menyampaikan materi pelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali untuk
diketahui, artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar seoptimal mungkin.

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya mengajar
guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya. Prastowo (2013: 68) berpendapat bahwa
model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan
berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen
yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery learning
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014:
97) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

III. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang desainnya mengacu pada model
Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2007:16), terdiri atas tiga tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IXE MTsN 2
Kota Banjarmasin yang berjumlah 40 orang siswa Jenis data dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari tes yang diberikan kepada siswa.Untuk melengkapi data
kuantitatif digunakan data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara dan
catatan lapangan. Indikator yang menunjukan keberhasilan pembelajaran yaitu jika daya serap
individu memperoleh nilai minimal 70 dari skor ideal dan ketuntasan klasikal minimal 75%.
Depdiknas, (2003) Tindakan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa
telah mengalami peningkatan. Siswa dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator
keberhasilan pembelajaran pada siklus I dan II. Indikator pembelajaran pada siklus I yaitu siswa
dapat menemukan rumus Luas dan Volum Tabung dengan cara mencari sendiri berdasarkan
pengalaman membuat jarring-jaring tabung dengan panduan LKS dan diskusi terbimbing
sehingga siswa mampu menjawab soal-soal tes tentang Luas dan Volum Tabung, dan pada
siklus II dilakukan aktivitas yang sama namun terdapat perbedaan perlakuan dengan menimbang
hasil refleksi pada siklus I. Keberhasilan tindakan yang dilakukan juga dilihat dari aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran
dengan menerapkan metode bermain. Aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dinilai dalam lembar observasi dan dinyatakan berhasil apabila berada dalam
kategori baik atau sangat baik.
Data yang dikumpulkan akan diukur secara Kuantitatif berdasarkan persen capaian :

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑋


%𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

IV. Hasil Pnelitian

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dilihat dari aspek kedisiplinan, perhatian/keseriusan, partisipasi dan kerja sama,
bertanya/mengemukakan pendapat, menuliskan jawaban, dan memberi kesimpulan, nilai aktivitas
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I. Nilai
aktivitas siswa siklus I masih rendah. Ini disebabkan siswa masih terbiasa belajar dengan pola
lama, yaitu mendengarkan mencatat dan mengerjakan soal-soal. Dengan Model Pembelajaran
Discovery Learning siswa menjadi lebih fokus terhadap kegiatan menemukan rumus Luas dan
Volum Tabung, berdiskusi, menyampaikan hasil pekerjaan dan membuat kesimpulan dengan
bantuan dan bimbingan guru. Setelah siklus II aktivitas dilakukan perbaikan berupa memperkecil
jumlah anggota kelompok, dan mewajibkan setiap individu untuk berperan aktiv menyelesaikan
soal-soal cerita tentang Luas dan Volum Tabung, maka siswa sudah aktif dan mandiri. Berikut ini
disajikan tabel perbandingan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dan II.

Tabel Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan II

No Aspek Aktivitas Siklus I Siklus II


1 Ketepatan Kehdairan 54,69% 86,25%
2 Antusias 57,82% 77,50%
3 Perhatian 53,13% 80,00%
4 Partisifasi/kerjasama 45,32% 88,75%
5 Berpendapat 56% 77,50%
6 Menulis laporan 62,50% 93,75%
7 menarik kesimpulan 53,13% 82,50%
Rata-rata 54,70% 83,75%

Dan untuk lebih jelasnya kita lihat diagram berikut,


PERBANDINGAN AKTIVITAS SISWA
SIKLUS I DAN SIKLUS II
Ketepatan Kehdairan Antusias Perhatian
Partisifasi/kerjasama Berpendapat Menulis laporan

93.75%
menarik kesimpulan Rata-rata

88.75%
86.25%

83.75%
82.50%
80.00%
77.50%

77.50%
62.50%
57.82%
54.69%

54.70%
53.13%

53.13%
45.32%
56%

SIKLUS I SIKLUS II

Selama proses pembelajaran ini, pada umumnya siswa menyikapi dengan rasa senang
sehingga situasi dan kondisi kelas berlangsung lebih kondusif dibanding pada pembelajaran
sebelumnya yang hanya berifat penyampaian pengetahuan belaka tanpa diimbangi dengan
penanaman ide atau gagasan yang ditimbulkan oleh siswa.
Keberhasilan ini sesuai dengan konsep pembelajaran yang dikemukakan para ahli bahwa
siswa belajar aktif melalui kegiatan berpikir dan bekerja. Sanjaya (2007: 132) menambahkan bahwa
belajar harus membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, yakni merangsang
kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat dikembangkan dengan cara mengembangkan
rasa ingin tahu, mencoba-coba, dan bereksplorasi.
Belajar di sekolah dasar dilakukan berorientasi pilar belajar, yaitu belajar memahami
(learning to know), belajar melaksanakan dan berbuat secara efektif (learning to do), belajar
menemukan jati diri (learning to be), belajar hidup bersama (learning to live together), melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Depdiknas, 2006: 7).
Sanjaya (2007:1) mengemukakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Ketika anak didik lulus dari
sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi

2. Perbandingan Hasil Belajar


Hasil belajar siswa siklus II meningkat dibandingkan dengan hasil belajar siswa siklus I. Siklus I
rata-rata mencapai 68,3 dan ketuntasan belajar mencapai 36,7%. Sedangkan hasil belajar siklus II
rata-rata mencapai 84 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 86,6%. Hasil belaajr siswa siklus
I masih gagal karena siswa belum aktif mengikuti langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery
Learning. Guru juga belum maksimal menerapkan model pembelajaran tersebut. Siklus II aktivitas
siswa dan guru dalam pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga dapat membantu meningkatkan
hasil belajar siswa siklus II.

Tabel 9 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan II


No. Siklus Nilai % Ketuntasan

1. I 61 32,5%
2. II 80,25 90%

Lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut,

Perbandingan Nilai Tes Siklus I dan


Siklus II

45%

35%

27.50% 27.50%

20%
15%
10% 10%
2.50% 2.50% 5% 0%

Nilai 100 Nilai 90 Nilai 80 Nilai 70 Nilai 60 Nilai 50

Siklus I Siklus II

Peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan penggunaan model pembelajaran Discovery
Learning. Dimana model pembelajaan ini lebih menyenangkan dan merangsang anak untuk
berpikir serta aktif dalam belajar. Strategi pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk
menemukan pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan kegiatan secara terarah dan
memperoleh pengalaman secara mandiri dalam mengambil kesimpulan. Keterampilan berbahasa,
keterampilan sosial, atau kerja ilmiah merupakan hal-hal yang perlu sering dilatihkan agar peserta
didik menguasai kompetensi mata pelajaran termasuk Matematika (Yulaelawati, 2007: 128). Dan
aktivitas ini dapat diupayakan dengan cara bijak memilih metode maupun mdel pembelajaran.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Aktivitas siswa kelas IXE MTsN 2 Kota Banjarmasin dalam mempelajari materi Luas dan Volum
Tabung pada mata pelajaran Matematika meningkat melalui model pembelajaran Discovery
Learning.
2. Hasil belajar siswa kelas IXE MTsN 2 Kota Banjarmasin dalam mempelajari materi Luas dan
Volum Tabung pada mata pelajaran Matematika meningkat melalui model pembelajaran
Discovery Learning.

Anda mungkin juga menyukai