Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI

KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI WILAYAH


INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI
KELAS V SDN SOROGOL KECAMATAN CIKAKAK
KABUPATEN SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2016- 2017.

SITI JULAEHA (836366694)

siti_j28@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS materi kenampakan alam dan buatan di kelas V SDN Sorogol. Pada
pembelajaran prasiklus, dari 28 siswa hanya 10 siswa (35,71%) yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sedangkan siswa yang lainnya masih dibawah
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).Hal ini disebabkan karena guru tidak
menggunakan strategi, metode ataupun model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka penulis merasa perlu untuk mengadakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam 2 siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukan peningkatan hasil
belajar siswa dari nilai rata-rata prasiklus hanya 60 menjadi 72 pada siklus I dan 84
pada siklus II. Dengan persentase ketuntasan 36 % pada prasiklus menjadi 61 %
pada siklus 1 dan 96 % pada siklus II. berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a match terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi kenampakan alam
dan buatan di wilayah Indonesia kelas V SDN Sorogol Kecamatan Cikakak
Kabupaten Sukabumi tahun pelajaran 2016- 2017.

Kata kunci : IPS, model Make a match, Hasil Belajar

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu permasalahan pendidikan yang sedang bangsa Indonesia alami adalah
peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas pendidikan bisa dilihat dari hasil
belajar para siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah proses pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses
interaksi antara guru dengan murid. Oleh sebab itu, dalam rangka memperoleh
keberhasilan proses pembelajaran diperlukan model atau metode pembelajaran
yang variatif dalam pembelajaran tersebut. Kurang tepatnya pemilihan metode
mengajar oleh guru dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan
monoton sehingga mengakibatkan sikap siswa yang acuh terhadap pelajaran,
khususnya pelajaran IPS.
IPS merupakan mata pelajaran tentang kehidupan sosial yang berdasarkan pada
bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah.
Pembelajaran IPS di SD hanya menekankan pada bahan kajian geografi,
ekonomi dan sejarah. Ketercapaian tujuan pembelajaran IPS dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam mengembangkan media, sumber, alat, dan metode
belajar serta menguasai materi yang dikembangkan berdasarkan pada kehidupan
riil di sekitar kehidupan sehari-hari siswa.
Pada kenyataannya ketika penulis mengadakan kegiatan pada pembelajaran di
kelas V sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Hasil evaluasi
menunjukkan, siswa yang mendapat nilai IPS sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70,00 sebanyak 10 Siswa (35,71%)
dari 28 siswa diatas KKM, dan 18 siswa (64,29%) memperoleh nilai di bawah
KKM. Agar lebih jelas disajikan pada tabel berikut:

TABEL 1

DATA HASIL EVALUASI PRA SIKLUS

MATA PELAJARAN IPS KELAS 5

KKM 70

2
No Klasifikasi Jumlah %

1. Tuntas Belajar 10 35,71%

2. Belum Tuntas Belajar 18 64,29%

Jumlah 28 100

Berdasarkan paparan di atas pada penelitian yang telah dilakukan penulis pada
pelajaran IPS materi kenampakan alam dan buatan di wilayah Indonesia kelas V
SD Negeri Sorogol, maka ditemukan dari 28 siswa di kelas V, hanya 10 siswa
(35,71%) yang nilainya di atas KKM dan 18 siswa (64,29%) yang nilainya di
bawah KKM. Jadi, selisih siswa yang nilainya di atas KKM dengan yang
nilainya di bawah KKM adalah 8 siswa (28,57%).
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas di kelas V dengan judul:
“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI
KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI WILAYAH INDONESIA
PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI KELAS V SDN SOROGOL
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI TAHUN
PELAJARAN 2016- 2017”.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data- data dan hasil refleksi diri juga hasil diskusi dengan
supervisor II maka, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
b. Kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Rendahnya hasil belajar siswa.
2. Analisa Masalah
Dari identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dianalisa
masalah- masalah yang menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran.
Adapun kemungkinan penyebabnya adalah sebagai berikut:

3
a. Guru tidak menggunakan strategi, metode ataupun model pembelajaran
yang membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran.
b. Guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi.
c. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Setelah mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan diatas, maka yang
akan menjadi alternatif dan prioritas untuk pemecahan masalah tersebut
adalah:
a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a match.
b. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah serta diskusi dengan teman
sejawat yang akan menjadi fokus dalam penulisan ini adalah : Apakah model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS dalam materi kenampakan alam dan buatan di
wilayah Indonesia di kelas V SD Negeri Sorogol?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian yang disajikan
pada bagian rumusan masalah. Maka tujuan penelitian perbaikan pembelajaran
ini adalah:
1. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
match dalam materi kenampakan alam dan buatan di wilayah Indonesia.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa materi kenampakan alam dan buatan di
wilayah Indonesia pada mata pelajaran IPS.
3. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make
match terhadap materi Kenampakan alam dan buatan di wilayah Indonesia
pada mata pelajaran IPS.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran disusun penulis yaitu untuk
meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya:
1. Bagi Guru
a. Meningkatkan professional guru untuk memperbaiki pembelajaran.

4
b. Menumbuhkan sifat kreatif untuk mengoptimalkan hasil belajar.
c. Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
b. Dapat meningkatkn motivasi belajar siswa.
c. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Laporan hasil penelitian dapat dijadikan sumber dalam meningkatkan
kompetensi dan kualitas pembelajaran di SD Negeri Sorogol.
b. Meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Sorogol.

KAJIAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
1. Pengertian Penelitian tindakan kelas (PTK)
Menurut Suhardjono (2007:58) bahwa penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/
meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Rustam dan Mundilarto (2004:1)
mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitin yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan- tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam konteks tujuan penelitian tindakan kelas, secara rinci Suhardjono
(2007:61) mengemukakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah 1).
meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. 2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya
mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas. 3).

5
meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan. 4).
menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas diantaranya: a) Membantu guru
memperbaiki kualitas pembelajarannya. b) Meningkatkan profesionalitas guru.
c). meningkatkan rasa percaya diri guru. d) memungkinkan guru secara aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik penelitian tindakan kelas diantaranya: a) masalah berasal dari
guru. b) tujuannya memperbaiki pembelajaran. c) metode utama adalah refleksi
diri dengan tetap mengikuti kaidah- kaidah penelitian. d) fokus penelitian
berupa kegiatan pembelajaran. e) guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
B. Model pembelajaran “Make A Match”
1. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran Make A Match adalah sistem pembelajaran yang
mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja
sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui
permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007:59).
Model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif
yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik
yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Teknik model pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.
2. Langkah- langkah model pembelajaran make a match:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.

6
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang di pegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
6. Setelah satu babak kartu dikocok laagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
7. Guru bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match
a. Kelebihan Metode Pembelajaran Make A match
 Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let
them move).
 Kerjasama antara sesama murid terwujud secara dinamis.
 Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh murid.
 Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana menyenangkan.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match
 Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
 Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu
banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
 Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai.
 jika kelas anda termasuk gelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas)
berhati-hatilah.
 Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih
dahulu kita mempersiapkan kartu-kartu.
4. Tujuan Model Pembelajaran Make A Match

Adapun tujuan dari model pembelajaran Make a match diantaranya: a)


pendalaman materi. b) menggali materi; dan c) untuk selingan.

7
C. Hasil Belajar
Menurut Winataputra (2007:10) hasil belajar adalah bukti keberhasilan yang
telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu
perubahan yang khas. Dalam hal ini, belajar meliputi keterampilan proses,
keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
merupakan perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa melalui
proses belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, psikomotoris (Dr. Nana
Sudjana.2016:3 )
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
kulminasi perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa dari suatu
proses yang telah dilakukan dalam belajar yang mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotoris.
D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, dan
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai
aspek kehidupan secara terpadu.
2. Manfaat Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Manfaat yang dapat didapat setelah mempelajari IPS adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam
sekitar sebagai sumber belajar.
2. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternative
pemecahan masalah social yang terjadi di masyarakat.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.
4. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk
terjun sebagai anggota masyarakat.

8
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri Sorogol Kecamatan

Cikakak yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 11 laki-laki 17 perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri SOROGOL Desa Margalaksana Kecamatan


Cikakak Kabupaten Sukabumi.

Profil SD Negeri Sorogol

Nama Sekolah : SD NEGERI SOROGOL


Alamat : Jalan Sorogol
Desa : Margalaksana
Kecamatan : Cikakak
Kabupaten : Sukabumi
Provinsi : Jawa Barat
NSS / NPSN : 101020628010 / 20202583
Status Akreditas / Tahun : B / 2010
Tahun Didirikan : 1975 Tahun Beroperasi 1975
Kepemilikan Tanah :
a. Status Tanah : Milik Pemerintah
b. Luas Tanah : 1.908 m2
Kepemilikan gedung
a. Status Gedung/Bangunan : Milik Pemerintah
b. Luas Seluruh Bangunan : 451 m2
3. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada tanggal 16


Agustus 2016 ( pembelajaran pra siklus ), tanggal 23 Agustus 2016 (perbaikan
pembelajaran siklus I) dan tanggal 30 Agustus 2016 (perbaikan pembelajaran

9
siklus II), pada mata pelajaran IPS selama 2 jam pelajaran (2x 35 menit) setiap
pertemuan.

Adapun jadwal lebih rinci dari kegiatan pembelajaran pra siklus, perbaikan
pembelajaran siklus I, perbaikan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 3.
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Alokasi Fokus Perbaikan


No. Tanggal Pelaksanaan
Waktu (Refleksi)
1. 23 Agustus 2016 Pra Siklus 2 x 35 menit -

2. 30 Agustus 2016 Siklus I 2 x 35 menit Menggunakan model


pembelajaran Make a
match
3. 6 September 2016 Siklus II 2 x 35menit Menambahkan media
pembelajaran

4. Pihak yang membantu penelitian


1. Bpk.Drs.Asep Widan Budiantan, sebagai supervisor 1
2. Bpk.Iwit Suwita. S.Pd.SD, sebagai kepala sekolah SD Negeri Sorogol
3. Ibu Rustini. S.PdI, sebagai teman sejawat
B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan Pembelajaran ini dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas


( PTK ) yang berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap
kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
SIKLUS I

a. Rencana Perbaikan

Pra siklus dilakukan sebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1,


pelaksanaannya dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati, dan merekam

10
data dengan hasil evaluasi kurang memuaskan yaitu hanya 35,71% yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan analisis dan perumusan masalah, maka penulis akan mengadakan


perbaikan siklus 1 sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas.


2. Membuat skenario perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Make a match.
3. Mempersiapkan sumber, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan
perbaikan pembelajaran.
4. Mempersiapkan lembar pengamatan dan lembar evaluasi.
b. Pelaksanaan Perbaikan

Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yaitu pada


hari Selasa tanggal 23 Agustus 2016. Adapun langkah- langkah yang ditempuh
dalam perbaikan pembelajaran sebagai berikut:

1). Kegiatan Awal


 Siswa berdoa dan selanjutnya guru mengadakan apersesi dengan cara
mengabsen kehadiran siswa.
 Guru memotivasi siswa dengan memberi pertanyaan lisan yang sesuai
dengan materi pembelajaran..
 Guru menyampaikan Indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2). Kegiatan Inti
 Guru menyampaikan materi tentang kenampakan alam dan buatan
di wilayah Indonesia.
 Siswa memperhatikan penjelasan sekilas dari guru mengenai materi
kenampakan alam dan buatan di wilayah Indonesia.
 Guru melakukan tanya jawab tentang jenis- jenis, manfaat,dan
dampak dari kenampakan alam dan buatan yang ada di wilayah
Indonesia.

11
 Guru menyiapkan kartu sejumlah siswa yang berisi beberapa konsep
atau topik yang berhubungan dengan materi kenampakan alam dan
kenampakan buatan di wilayah Indonesia.
 Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing- masing
kelompok 7 siswa.
 Setiap kelompok mendapatkan 7 buah kartu ( 2 kelompok
mendapatkan kartu soal dan 2 kelompok mendapatkan kartu
jawaban).
 Kelompok yang mendapatkan kartu soal mencari pasangan pada
kelompok yang mendapat kartu jawaban.
 Setiap kelompok yang sudah mendapatkan jawaban, langsung
menempelkannya di papan tulis.
 Setiap kelompok yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar
sebelum waktu yang ditentukan habis, mendapatkan poin nilai.
 Guru membenarkan hasil pekerjaan kelompok.
 Setelah babak satu selesai, guru membagikan kartu soal dan kartu
jawaban lagi untuk babak kedua.
 Guru memfasilitasi siswa menyelesaikan masalah yang belum
terselesaikan.
3. Kegiatan Akhir
 Siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran
 Siswa diberi tugas evaluasi akhir.
 Guru menutup kegiatan pembelajaran
c. Pengamatan

Hasil pengamatan terhadap guru dan siswa ditemukan hal- hal sebagai berikut:

1. Guru masih kewalahan ketika membagi kelompok untuk penugasan, hal ini
terlihat terlalu ributnya siswa.
2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
3. Siswa belum bisa bekerja sama dengan baik dalam kerja kelompok.

12
d. Refleksi

Hasil analisis evaluasi proses perbaikan pembelajaran pada siklus 1


menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi kenampakan
alam dan buatan di wilayah Indonesia, maka penulis mengadakan refleksi
bersama supervisor 2 untuk menemukan solusi dari masalah- masalah yang
timbul pada proses pembelajaran siklus 1. Dari hasil diskusi dapat terungkap
masalah yang timbul, diantaranya:

a. Guru sudah menggunakan model pembelajaran yang tepat tetapi belum


efektif dan optimal dalam penggunaan/ penerapannya.

b. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik.

c. Guru kurang inovatif dalam menggunakan model pembelajaran make a


match.

d. Supervisor 2 menyarankan untuk menambahkan media pembelajaran agar


siswa termotivasi, dan hasil belajar pun meningkat.

Dari hasil evaluasi siklus 1 adanya peningkatan nilai dari sebelum perbaikan.
Dari 28 siswa terdapat 17 siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dan 11 siswa lainnya masih dibawah KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa siklus I belum berhasil.

SIKLUS II
a. Rencana Perbaikan
1. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
2. Merancang skenario perbaikan pembelajaran siklus II dengan menggunakan
model pembelajaran Make a match dan media gambar.
3. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Mempersiapkan alat evaluasi.
5. Mempersiapkan sumber, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan
perbaikan pembelajaran.
6. Mempersiapkan lembar pengamatan dan lembar evaluasi.

13
b. Pelaksanaan Perbaikan
1). Kegiatan Awal
 Siswa berdoa dan selanjutnya guru mengadakan apersepsi dengan cara
mengabsen kehadiran siswa.
 Guru memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu “ dari sabang sampai
merauke” secara bersama- sama.
 Guru memberikan pertanyaan lisan yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
 Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2). Kegiatan Inti
 Guru menyajikan materi tentang kenampakan alam dan buatan di wilayah
Indonesia sebagai pengantar untuk memulai pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran berupa gambar- gambar kenampakan
alam dan buatan.
 Guru melakukan tanya jawab tentang jenis- jenis, manfaat,dan dampak
dari kenampakan alam dan buatan yang ada di wilayah Indonesia.
 Guru menjelaskan langkah- langkah yang akan ditempuh dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Make a match.
 Guru menyiapkan kartu sejumlah siswa yang berisi beberapa konsep atau
topik yang berhubungan dengan materi kenampakan alam dan
kenampakan buatan di wilayah Indonesia.
 Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing- masing kelompok 7
siswa.
 Setiap kelompok mendapatkan 7 buah kartu ( 2 kelompok mendapatkan
kartu soal dan 2 kelompok mendapatkan kartu jawaban).
 Kelompok yang mendapatkan kartu soal mencari pasangan pada
kelompok yang mendapat kartu jawaban.
 Setiap kelompok yang sudah mendapatkan jawaban, langsung
menempelkannya di papan tulis.

14
 Setiap kelompok yang dapat mencocokkan kartunya dengan benar
sebelum waktu yang ditentukan habis, mendapatkan poin nilai.
 Guru membenarkan hasil pekerjaan kelompok.
 Setelah babak satu selesai, guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban
lagi untuk babak kedua.
 Siswa mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok.
 Guru membimbing diskusi.
 Persentasi dan tanggapan hasil kerja siswa
3. Kegiatan Akhir
 Siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran
 Siswa diberi tugas evaluasi akhir.
 Guru menutup kegiatan pembelajaran
c. Pengamatan

Observer mencatat temuan- temuan selama proses pembelajaran. Dari


pengamatan terhadap guru dan siswa diperoleh data sebagai berikut:

a. Guru lebih menguasai model pembelajaran yang digunakan.


b. Siswa mampu menunjukkan kerjasamanya.
c. Hasil belajar siswa meningkat.

Perolehan nilai siswa pada siklus II ada peningkatan yang signifikan dari
60,71% menjadi 96,42% memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Make a
match sesuai dengan materi yang diajarkan.

d. Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan siklus II dapat diperoleh refleksi


sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Make a match dan media pembelajaran


membuat siswa menjadi termotivasi dalam belajar.

15
2. Secara keseluruhan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran
sudah baik karena guru menerapkan model pembelajaran make a match dan
media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Tehnik Analisis Data

1. Mengumpulkan Data
Kegiatan mengumpukan data yang diperoleh dari:
a. Kegiatan belajar siswa melalui lembar observasi
b. Kegiatan guru selama proses belajar melalui pengamatan, catatan,
komentar dan saran dari supervisor.
2. Menganalisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan tehnik analisa kualitatif dan


kuantitatif, yang terdiri dari penjelasan mengenai data yang diperoleh dan
angka- angka nilai hasil belajar siswa.

3. Menyajikan Data
Data kualitatif yang disajikan oleh penulis dalam bentuk aktivitas pengamatan
( observasi) pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a
match dan metode diskusi, dan untuk melengkapinya disertai data kuantitatif
berupa nilai hasil belajar siswa berbentuk tabulasi dan diagram batang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Pra siklus

Setelah dilakukan pengamatan terhadap hasil tes formatif siswa dan catatan
yang telah dilakukan sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran diperoleh
nilai siswa sebagai berikut:

16
Tabel 4.1
HASIL KETUNTASAN SISWA PADA PRA SIKLUS

No Klasifikasi Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tuntas Belajar 10 35,71%

2 Belum Tuntas Belajar 18 64,29%

Jumlah 28 100%

Dari tabel diatas terlihat jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran hanya
10 siswa (35,71%) dan lebihnya siswa tidak tuntas dalam pembelajaran yaitu 18
siswa (64,29%). Hasil yang dicapai pada pra siklus ini masih dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan sebesar 70%, oleh karena itu
dilakukan perbaikan pembelajaran yang diawali dengan siklus 1.

1. Siklus 1
a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, penulis mempersiapkan rencana perbaikan


pembelajaran pada siklus 1 dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran.
Tahap perencanaannya yaitu:

1) Peneliti melakukan identifikasi masalah sebelum menyusun Rencana


Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan merencanakan langkah- langkah
tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus 1.
2). Peneliti membuat skenario perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Make a match.
3). Mempersiapkan sumber dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan
perbaikan pembelajaran.
4). Menyediakan lembar observasi.
5). Mempersiapkan lembar evaluasi.

17
b. Pelaksanaan

Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yaitu pada hari


Selasa tanggal 23 Agustus 2016 di SD Negeri Sorogol Kecamatan Cikakak
Kabupaten Sukabumi pada mata pelajaran IPS dalam materi kenampakan alam
dan buatan di wilayah Indonesia dengan model pembelajaran Make a match.
Hasil dari evaluasi pada siklus 1 menunjukkan peningkatan yang cukup
memuaskan dari 28 siswa kelas V telah memperoleh nilai diatas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 17 siswa (60,71%) dan 11 siswa
(39,28%) belum mencapai KKM. Nilai rata- rata pada siklus 1 71,78. Berikut
ini tabel hasil evaluasi siswa pada siklus 1.

Tabel 4.2
DAFTAR NILAI EVALUASI SIKLUS 1

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. M. Hamdilah 50 TT
2. Denda 40 TT
3. Risma 60 TT
4. Akidah 60 TT
5. Alya Mulya Suci 70 T
6. Giska Alya Silviani 80 T
7. Herlawati 90 T
8. Masrukah 80 T
9. Irpan 60 TT
10. Djaelani 80 T
11. Kandar 40 TT
12. Lisna 90 T
13. Lusiani 80 T
14. Maspupah 80 T
15. M. Nasor 100 T
16. Neng Erna 70 T
17. Osiriani 50 TT
18. Puput Apriliani 100 T
19. Saory 60 TT
20. Silpa 100 T

18
21. Siti Fatimah 80 T
22. Tendi 60 TT
23. Yuni 80 T
24. Andi Muhamad PR 80 T
25. Mubarok 70 T
26. Neng Resti Febrianti 90 T
27. Saripudin 50 TT
28. Farwah Putri Islami 60 TT
Jumlah 2010
Rata- rata 71,78 %
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Tingkat Ketuntasan 60,71%

Tabel 4.3

HASIL KETUNTASAN SISWA PADA SIKLUS 1

No Klasifikasi Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tuntas Belajar 17 60,71%

2 Belum Tuntas Belajar 11 39,28%

Jumlah 28 100%

c. Pengamatan
Pada proses pengamatan ditemukan beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1). Pengamatan penulis pada proses kegiatan pembelajaran siswa kurang aktif
dalam pembelajaran.

2). Hasil observasi guru masih kewalahan ketika membagi kelompok untuk
penugasan, hal ini terlihat ributnya siswa.

3). Siswa belum bisa bekerja sama dengan baik dalam kerja kelompok.

d. Refleksi

19
Dari hasil diskusi bersama supervisor 2 dapat terungkap masalah yang timbul
diantaranya:
1). Guru sudah menggunakan model pembelajaran yang tepat tetapi belum
efektif dan optimal dalam penggunaan/ penerapannya.
2). Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik.
3). Guru kurang inovatif dalam menggunakan model pembelajaran make a
match.
4). Supervisor 2 menyarankan untuk menambahkan media pembelajaran yang
menarik agar siswa termotivasi, dan hasil belajar pun meningkat.

3. Siklus II

a. Perencanaan

pada tahap perbaikan pembelajaran siklus II peneliti melakukan perubahan


pada proses pembelajaran yaitu menggunakan media gambar yang menarik.

b. Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran silus II dilaksanakan sesuai jadwal yaitu pada hari
selasa, tanggal 30 Agustus 2016 di SD Negeri Sorogol Kecamatan Cikakak
Kabupaten Sukabumi pada mata pelajaran IPS dalam materi kenampakan alam
dan buatan di wilayah Indonesia.

Hasil dari evaluasi pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II


memperoleh hasil yang memuaskan dari 28 siswa kelas V diperoleh sebanyak
27 siswa (96,42%) sudah mencapai KKM dan 1 siswa (3,57%) belum
mencapai KKM. Rata- rata yang diperoleh pada kegiatan perbaikan
pembelajaran siklus 2 adalah 85,35. Berikut ini tabel hasil evaluasi siklus II.

Tabel 4.5
Daftar Nilai Evaluasi Siklus II

20
Siklus II
No. Nama Siswa
Ket
Nilai

21
1. M. Hamdilah 70 Tuntas
2. Denda 60 Belum Tuntas
3. Risma 70 Tuntas
4. Akidah 70 Tuntas
5. Alya Mulya Suci 90 Tuntas
6. Giska Alya Silviani 100 Tuntas
7. Herlawati 100 Tuntas
8. Masrukah 90 Tuntas
9. Irpan 80 Tuntas
10. Djaelani 100 Tuntas
11. Kandar 70 Tuntas
12. Lisna 100 Tuntas
13. Lusiani 100 Tuntas
14. Maspupah 100 Tuntas
15. M. Nasor 100 Tuntas
16. Neng Erna 90 Tuntas
17. Osiriani 70 Tuntas
18. Puput Apriliani 100 Tuntas
19. Saory 70 Tuntas
20. Silpa 100 Tuntas
21. Siti Fatimah 90 Tuntas
22. Tendi 70 Tuntas
23. Yuni 100 Tuntas
24. Andi Muhamad PR 80 Tuntas
25. Mubarok 70 Tuntas
26. Neng Resti Febrianti 100 Tuntas
27. Saripudin 70 Tuntas
28. Farwah Putri Islami 70 Tuntas
Jumlah 2390
Rata- rata 85,35
Nilai Tertinggi 60
Nilai Terendah 100
Ketuntasan 96,42%

Tabel 4.6
Hasil Ketuntasan Siswa pada siklus II

No Klasifikasi Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tuntas Belajar 27 96,42%

2 Belum Tuntas Belajar 1 3,57%

22
Jumlah 28 100%

c. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan pada siklus II, guru telah melaksanakan
pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat. Hasil pengamatan terhadap
guru dan siswa ditemukan hal- hal sebagai berikut:
a. Guru lebih menguasai model pembelajaran yang digunakan.
b. Siswa mampu menunjukkan kerjasamanya.
c. Hasil belajar siswa meningkat.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan siklus II dapat diperoleh refleksi
sebagai berikut:
a. Penggunaan model pembelajaran Make a match dan media pembelajaran
yang menarik , siswa menjadi termotivasi dalam belajar.
b. Secara keseluruhan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran
sudah baik karena guru menerapkan model dan media pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil refleksi, peneliti bersama supervisor 2 memutuskan untuk


menghentikan penelitian pada siklus II.

b. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tabel 4.7

Daftar Rekapitulasi Hasil Belajar

No. Nama Siswa Nilai

23
Pra Siklus Siklus 1 Siklus II

1. M. Hamdilah 40 TT 60 TT 70 T
2. Denda 20 TT 40 TT 60 TT
3. Risma 50 TT 60 TT 70 T
4. Akidah 50 TT 60 TT 70 T
5. Alya Mulya Suci 60 TT 70 T 90 T
6. Giska Alya Silviani 70 T 90 T 100 T
7. Herlawati 80 T 90 T 100 T
8. Masrukah 60 TT 70 T 90 T
9. Irpan 60 TT 70 T 80 T
10. Djaelani 70 T 90 T 100 T
11. Kandar 40 TT 60 TT 70 T
12. Lisna 70 T 80 T 100 T
13. Lusiani 60 TT 70 T 100 T
14. Maspupah 60 TT 80 T 100 T
15. M. Nasor 80 T 90 T 100 T
16. Neng Erna 60 TT 70 T 90 T
17. Osiriani 40 TT 60 TT 70 T
18. Puput Apriliani 80 T 100 T 100 T
19. Saory 40 TT 60 TT 70 T
20. Silpa 80 T 100 T 100 T
21. Siti Fatimah 60 TT 70 T 90 T
22. Tendi 60 TT 60 TT 70 T
23. Yuni 60 TT 70 T 100 T
24. Andi Muhamad PR 60 TT 70 T 80 T
25. Mubarok 50 TT 60 TT 70 T
26. Neng Resti T T
80 T 100 100
Febrianti
27. Saripudin 40 TT 40 TT 70 T
28. Farwah Putri Islami 50 TT 60 TT 70 T
Jumlah 1690 2010 2360
Rata- rata 60,35 71,78 85,35
Nilai Tertinggi 100 100 100
Nilai Terendah 20 40 60
Ketuntasan 35,71% 60,71% 96,42%

Tabel 4.8
REKAPITULASI HASIL KETUNTASAN SISWA

24
Pra Siklus Siklus 1 Siklus II
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
No. Klasifikasi
Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)

1. Tuntas Belajar 10 35,71% 17 60,71% 27 96,42%


2. Belum Tuntas Belajar 18 64,29% 11 39,28% 1 3,57%
Jumlah 28 100% 28 100% 28 100%

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus, ternyata ada


peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II yang telah
dilaksanakan, karena hampir seluruhnya siswa tuntas dalam pembelajaran
yaitu 27 siswa (96,42%) sedangkan 1 siswa (3,57%) tidak tuntas dalam
pembelajaran. hasil yang dicapai pada siklus II ini menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran Make a match dan metode diskusi terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari 35,71% jadi 60,71% menjadi
96,42%. Adapun persentase hasil ketuntasan hasil belajar siswa dalam bentuk
diagram adalah sebagai berikut:

Deskripsi Per Siklus


Siklus I
1). Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik dan tidak
menoton lagi, sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa seperti
terlihat pada data peningkatan perolehan nilai pada siklus I, tetapi masih
perlu ditingkatkan karena hasil yang dicapai belum selesai dengan standar
kompetensi yang diharapkan.
2). Aktivitas siswa dengan penerapan model pembelajaran Make a match ada
peningkatan dari pra siklus, tetapi siswa masih terlihat kurang aktif dan
jenuh dalam kegiatan pembelajaran. oleh sebab itu, peneliti menerapkan
Model pembelajaran Make A Match, sesuai dengan pendapat Wahab, dkk
(2007: 59) model pembelajaran Make a match adalah sistem pembelajaran
yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan

25
bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir
cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab,
2007 : 59). Hasil belajar siswa yang diperoleh dengan menggunakan
model pembelajaran Make a match mengalami perubahan dan kenaikan
sehingga siswa mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
60.71%.
3). Di samping keberhasilan, terdapat juga kelemahan pada siklus I yaitu
masih ada 11 siswa (39,28%) yang belum tuntas belajar. Itu disebabkan
karena peneliti belum menggunakan media pembelajaran yang tepat dan
menarik yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan
meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Gearlach & Ely (1971) bahwa
media adalah manusia , materi, atau kejadian yang membangun kondisi
agar siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
4) Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan tindakan kembali dengan
dilanjutkan pada pelaksanaan tindakan siklus II.
2. Siklus II
1). Pada perbaikan pembelajaran siklus II, upaya yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan model pembelajaran Make a match dan media
pembelajaran yang menarik sudah berhasil. Sehingga hasil yang dicapai
mengalami peningkatan yang cukup relevan sesuai dengan standar
kompertensi yang diharapkan.
2). Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pemebelajaran Make a
match menunjukkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, peneliti
merefleksikan pendekatan pembelajaran ini untuk diterapkan pada
pelajaran yang lain.
3). Hasil belajar siswa setelah diadakan evaluasi sudah memenuhi standar
kompetensi yang diharapkan dengan pencapaian nilai diatas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), dan hampir seluruhnya siswa tuntas belajar
yaitu 27 siswa (96,42%), sedangkan 1 siswa adalah siswa ABK.
Dari hasil perolehan nilai diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Make a match mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa

26
dalam diskusi, sesuai dengan pendapat Wahab, dkk bahwa Model
pembelajaran Make A Match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan
penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama,
kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui
permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
Faktor lain keberhasilan ini juga didukung oleh media pembelajaran yang
menarik yaitu berupa gambar- gambar kenampakan alam dan buatan di
wilayah Indonesia. Sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (1991) bahwa
penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu
belajar mengajar dan untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
pada siswa kelas V di SD Negeri SOROGOL Kecamatan Cikakak Kabupaten
Sukabumi pada mata pelajaran IPS materi kenampakan alam dan buatan di
wilayah Indonesia memperoleh hasil yang memuaskan setelah menggunakan
model pembelajaran Make a match. Dari hasil yang telah dilaksanakan selama
2 siklus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1). Model pembelajaran Make a match mampu meningkatkan hasil belajar
siswa dalam materi kenampakan alam dan buatan di wilayah Indonesia
pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Sorogol, dari pra siklus hanya 10
siswa (35,71%) menjadi 27 siswa ( 96,42%) pada siklus II.
2). Hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 35,71% menjadi 60,71% ada
kenaikan 11,07%, dan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 96,42%
ada kenaikan 13,57%.
3). Penggunaan model pembelajaran Make a match dalam meningkatkan hasil
belajar siswa materi kenampakan alam dan buatan di wilayah Indonesia
pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Sorogol Kecamatan Cikakak
Kabupaten Sukabumi ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

27
B. Saran
1. Untuk Guru
a. Kepada rekan guru setiap proses pembelajaran hendaknya menggunakan
media atau alat peraga yang mendukung materi pembelajaran, untuk
memudahkan pemahaman siswa serta membantu menjelaskan materi
pembelajaran.
b. Penerapan model pembelajaran Make a match dapat diterapkan pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar lainnya. Sehingga penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan lebih lanjut untuk menambah wawasan
dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS.
c. Penerapan model pembelajaran Make a match bisa diterapkan pada mata
pelajaran yang lain.
2. Untuk Kepala Sekolah
Harapan guru hendaknya kepala sekolah mendukung perbaikan pembelajaran
baik moril maupun materiil, sebab dengan peningkatan profesi guru akan
berdampak pada peningkatan prestasi siswa.
Sebagai guru dan merangkap peneliti, penulis akan terus mengembangkan
penelitian tindakan kelas ini untuk memperbaiki pembelajaran di masa yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

28
Anitah W. S. dkk. (2014). Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.AK. dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang

Selatan : Universitas Terbuka.

Sardjiyo, dkk. (2014). Pendidikan Ips di SD. Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka.

Suhardjono, (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bhumi Aksara.

Dra.Sumiati, dkk (2012). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Prof. Fathurrohman. P, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT.Refika

Aditama

Hidayat, S.U, dkk (2011). Model- Model Pembelajaran Berbasis Paikem.

Bandung: CV.Siliwangi & CO

Hernawan, A. H, dkk. (2013). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

29

Anda mungkin juga menyukai