Anda di halaman 1dari 17

Pemantapan Kemampuan Profesional

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOFERATIF TIPE JIGSAW


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA 3
SUBTEMA 1 KELAS 2 SD NEGERI 09 KEPAHIANG

Disusun Oleh:
Siska Permata Sari
856838665

UPBJJ BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia maupun
pencapaian pembangunan suatu bangsa karena manusia dapat menentukan dan
mengubah kehidupan yang dijalani melalui pendidikan, Apabila suatu bangsa memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, maka kemajuan suatu bangsa tak dapat
diragukan kembali. Sebagaimana visi dan misi Sistem Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana dalam mencerdaskan


individu dimana hal ini telah menjadi suatu kebutuhan dan tidak dapat dipisahkan dari
individu itu sendiri. Pendidikan sebagai salah satu investasi masa depan, tidak akan
berarti apa-apa jika tidak dibarengi dengan senantiasa melakukan peningkatan,
pengembangan, dan inovasi pembelajaran yang berkelanjutan yang berdampak pada
penanaman nilai-nilai karakter dan budaya bangsa (Purnamasari, Desyandri, &
Yunisrul, 2018)
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional tersebut, maka peran guru menjadi
kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain
bertanggung jawab untuk mengatur dan menggarahkan siswa, guru juga berkewajiban
membimbing siswa supaya lebih giat lagi dalam belajar untuk mencapai tujuan. Proses
kegiatan belajar dengan menciptakan kondisi belajar yang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, serta siswa mampu menerima dan
mentranfer pengetahuan yang diterimanya saat belajar, sehingga kemampuan untuk
menelaah materi atau pelajaran akan membawahnya ketingkat keberhasilan.
Penilaian ketuntasan belajar ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tiga komponen yang terkait dengan
penyelenggaraan pembelajaran. Ketiga komponen tersebut adalah kompleksitas materi
serta kompetensi yang harus dikuasai, daya dukung dan kemampuan awal peserta didik
(intake). Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan perlu menetapkan dan meningkatkan
KKM untuk mencapai ketuntasan ideal. Dalam hal ini setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik dan hasil analisis yang berbeda, sehingga nilai KKM yang ditetapkan dalam
setiap mata pelajaran akan berbeda dan bervariasi KKM yang ditetapkan mulai dari yang
terendah misalnya 65, dan setiap tahun ditingkatkan hingga mencapai KKM ideal
Nasional yaitu 75 bahkan lebih. (Mulyasa 2014: 151).
Berdasarkan hasil observasi awal seperti yang dialami oleh siswa kelas 2 SD
Negeri 09 Kepahiang, informasi yang di dapat bahwa nilai-nilai siswa masih cukup
rendah, dilihat dari hasil evaluasinya dari 27 siswa ada 15 siswa yang mendapatkan nilai
≥ Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 12 siswa mendapat nilai ≤ Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) hampir setengahnya rendah. Hal ini di tunjukkan dengan
hasil kuis dan ulangan harian serta kurang aktif saat belajar. Masalah tersebut
disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dan belum efektif.
Dilihat dari evaluasi atau fakta yang terjadi di kelas menunjukkan masih
banyaknya siswa yang belum menguasai materi pelajaran dan belum tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan, maka dari permasalahan yang telah diuraikan peneliti
tertarik untuk menerapkan salah satu model pembelajaran sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal. Salah satu model yang diterapkan
yaitu model pembelajaran kooferatif tipe jigsaw dengan upaya pembelajaran lebih
bervariasi serta menarik minat belajar siswa.
Suherti dan Maryam (2016) berpendapat, “Model pembelajaran Jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada peserta didik, sedangkan
guru bertindak hanya sebagai fasilitator dan motivator serta menitikberatkan pada kerja
kelompok dalam bentuk kelompok kecil”.
Menurut Istarani (2014) Model pembelajaran tipe jigsaw adalah model yang
dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa
sangat diperlukan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa penting untuk
melakukan penelitian terhadap masalah di tersebut. Oleh karena itu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Adapun judul
dari penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooferatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema 3 Subtema 1 Kelas 2 SD Negeri 09
Kepahiang”.

1) Identifikasi masalah:
Hasil identifikasi masalah yang di dapat adalah:
a. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dan bahasa
indonesia.
b. Sebagian besar siswa di dalam kelas kurang memperhatikan guru saat
menjelaskan materi pembelajaran dan masih banyak siswa yang suka
bermain pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
c. Proses pembelajaran dilaksanakan secara monoton, karena guru kurang
menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik.

2) Analisis Masalah
Setelah di diskusikan dengan supervisor diketahui bahwa faktor penyebab
siswa kurang menguasai materi pembelajaran yang diajarkan adalah:
a. Media dan Metode yang digunakan terlalu monoton, sehingga perlu untuk
mengganti metode dengan lebih variatif.
b. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disajikan oleh guru.
c. Guru kurang memberikan kesempatan siswa dalam bertanya.

3) Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan analisis masalah diatas, langkah selanjutnya guru merencanakan
alternatif pemecahan masalah, untuk memperbaiki proses pembelajaran maka
peneliti mengambil beberapa alternatif pemecahan masalah diantaranya:
a. Penggunaan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Memberikan motivasi kepada siswa
c. Pengelolaan kelas yang berfokus pada cara belajar siswa aktif.
Dilihat dari mata pelajaran dan karakteristik materi pelajaran yang akan
diajarkan maka peneliti mengambil prioritas pemecahan masalah yaitu: Penerapan
Model Pembelajaran Kooferatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Tema 3 Subtema 1 Kelas 2 SD Negeri 09 Kepahiang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:” Bagaimana penerapan model pembelajaran kooferatif
tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 2 SD Negeri 09
Kepahiang?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Secara umum tujuan perbaikan ini adalah untuk Penerapan Model
Pembelajaran Kooferatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Tema 3 Subtema 1 Kelas 2 SD Negeri 09 Kepahiang”.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1) Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan belajar mengajar di kelas
b. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Dapat menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil belajar.
2) Bagi Guru
a. Memberikan arahan dan pedoman dalam proses belajar mengajar yang
kaitannya dengan variasi pembelajaran agar proses dan hasil belajar siswa
baik.
b. Sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan model
pembelajaran atau pendekatan yang tepat.
c. Membantu guru meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya, sebagai
upaya meningkatkan proses dan hasil belajar siswa
3) Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonseia, Matematika di
Sekolah Dasar, khususnya di SD 09 Kepahiang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


Muhammad Djajadi (2019:1) menyatakan bahwa Pengertian Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di
dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Kemmis
(1988) dalam Muhammad Djajadi (2019:1) menyatakan bahwa penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam
situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan
sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai
praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelas (sekolah) tempat ia mengajar dengan tekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran (Zainab Aqib & Ahmad Amrullah,
2018:1).
Penelitian tindakan kelas bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab
dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar.
Nugroho (2017) mengemukakan bahwa pelaksanaan tindakan menurut
skenario dilakukan di dalam situasi sosial, artinya terdapat interaksi–komunikasi antar
guru–siswa atau antar siswa di dalam suasana pembelajaran. Sebagai bagian pokok
dalam penelitian tindakan kelas, tahap pelaksanaan tindakan kelas membutuhkan
keseriusan dan kesungguhan, meskipun bukan merupakan situasi eksperimental yang
sangat mencekam. Situasi kelas harus diupayakan senormal-normalnya seperti keadaan
sehari-hari. Pada saat melakukan tindakan kelas, guru sebagai pendidik harus
mengambil peran dalam memberdayakan peserta didik sehingga mereka menjadi agent
of change (agen perubahan) bagi dirinya sendiri dan bagi kelas. Kelas lebih diupayakan
menjadi learning community (komunitas belajar) daripada sebagai laboratorium
tindakan. Hindari penggunaan cara–cara empiris misalnya membagi kelas menjadi
kelompok kontrol dan kelompok treatment (perlakuan).

B. Materi/Mata Pelajaran Tematik


1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan. Selanjutnya menurut Kunandar, “Tema merupakan alat atau
wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.
Dalam pembelajaran tematik, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa
anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada murid.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu
atau terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang di ikat dalam
tema-tema tertentu. 1 Pembelajaran ini melibatkan beberapa Kompetensi Dasar
(KD), hasil belajar dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa
mata pelajaran. K’eterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses dan waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau
waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik
adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi
yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali
tatap muka. Dalam buku penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dijelaskan bahwa pendekatan pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid pada kelas
satu, dua dan tiga.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
yang bermakna kepada siswa.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik


Untuk ruang lingkupnya meliputi semua kompetensi dasar dari semua
mata pelajaran kecuali agama. Mata pelajaran dalam hal ini, misalnya: Bahasa
Indonesia, PPKN, Matematika, IPA, IPS, PJOK, serta Seni Budaya dan Prakarya
yang dipadukan dalam satu tema. Fungsinya sebagai pemersatu kegiatan
pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus. Perpaduan
antar mata pelajaran yang selanjutnya disebut dengan pembelajaran tematik
mengandung tema, subtema, dan pembelajaran. Lubis dan Azizan (2020)
menyebutkan bahwa untuk meningkatkan softskill dan hardskill siswa, maka
perlu adanya penanaman kompetensi yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari
yang sudah terangkum dalam pembelajaran tematik.

3. Tujuan Pembelajaran Tematik


Tujuan pembelajaran tematik diantaranya sebagai peningkatan
pemahaman konseptual terhadap realitas sesuai dengan tahap perkembangan
intelektualnya, pembelajaran tematik dapat meningkatkan profesionalismenya.
Pembelajaran tematik dapat mendorong siswa untuk untuk bekerja secara aktif
dalam pembelajaran, pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan
hubungan antar siswa dan dapat menumbuhkan kecermatan dan keseriusan guru
dalam menemukan konsep pembelajaran, merancang perencanaan pembelajaran,
menemukan dan menyiapkan metode pembelajaran sampai dengan menyusun
instrumen evaluasi yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD).

C. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media. Banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menunjang proses pelaksanaan
pembelajaran, sebelum menentukan model pembelajaran yang digunakan terlebih
dahulu mengetahui pengertian model pembelajaran, berikut pengertian model
pembelajaran menurut para ahli:
Model Pembelajaran menurut Trianto (2011), menyatakan bahwa:
“Model Pembelajaran adalah salah satu pendekatan yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan procedural yang tersetruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah”

Sedangkan menurut Ngalimun (2012) berpendapat :


Model Pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman pembelajaran di kelas. Artinya model pembelajaran adalah suatu
rancangan yang digunakan guru untuk melakukan pengajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
rancangan dan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran
yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap ataupun keterampilan demi tercapainya
suatu tujuan pembelajaran.
2. Macam-macam Model/Metode Pembelajaran
metode pembelajaran yang bisa digunakan guru dalam proses kegiatan
belajar di kelas, yaitu antara lain sebagai berikut:
1) Metode Studi Kasus
Metode studi kasus digunakan untuk membuat kegiatan pembelajaran
menjadi lebih aktif. Metode ini memanfaatkan suatu kasus yang dapat
memberikan pembelajaran yang bermakna untuk siswa. Pada metode ini
guru akan memberikan suatu kasus, kemudian siswa akan berdiskusi
terkait kasus tersebut. Siswa akan melakukan analisa, kemudian
mengevaluasi kasus tersebut.
2) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode di mana guru akan menjelaskan
secara lisan dan langsung informasi dalam proses kegiatan belajar. Metode
ini cocok diaplikasikan di dalam kelas yang jumlah siswanya cukup
banyak.
3) Metode Diskusi Kelompok
Metode diskusi kelompok adalah metode yang menciptakan kegiatan
saling bertukar pendapat, pengalaman dan informasi di kelas. Metode ini
akan mendorong siswa untuk berinteraksi dan saling membantu dalam
memahami pendapat yang kemungkinan berbeda selama kegiatan sedang
berlangsung.
4) Metode Tanya Jawab
Metode ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi-materi yang sudah disampaikan guru. Dalam metode
belajar ini, guru dan siswa akan saling berinteraksi.
5) Metode Demonstrasi
Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan
langsung dengan materi yang sedang dipelajari, kemudian siswa akan
memperagakannya di depan kelas. Metode ini dapat menunjukkan
bagaimana siswa melakukan sesuatu yang sudah diamati dan dibahas di
depan kelas.
6) Metode Tugas Proyek
Pada kesempatan ini siswa akan melakukan riset, eksperiman dan
tidak jarang mereka harus turun langsung ke lapangan untuk melakukan
pengamatan. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghasilkan sebuah produk tertentu dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan. Siswa dapat melakukan tugas proyek tersebut secara individu
maupun berkelompok.
7) Metode Discovery
Metode belajar ini mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan
atau konsep pembelajaran baru secara sendiri. Pada kesempatan ini, guru
harus memotivasi bagaimana siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep
yang sedang dipelajari.
8) Metode Jigsaw
Metode belajar ini menghendaki siswa untuk belajar dengan
berkelompok. Guru akan mendorong siswa untuk bekerja sama di dalam
suatu kelompok. Jenis metode belajar ini mendorong siswa untuk
mendengar dan belajar satu sama lain.
9) Metode Bermain Peran
Metode bermain peran dirancang untuk mendorong siswa untuk
melakukan peran tertentu ketika ingin memecahkan suatu permasalahan.
Pada kesempatan ini guru akan akan memberikan suatu kasus kepada siswa
tentang jembatang yang ambruk karena hujan deras, maka yang harus
dilakukan siswa yaitu membagi perannya yang mana berguna untuk
membantu siswa untuk menganalisis permasalahan yang sedang terjadi dan
mencari solusi terbaik dari permasalahan tersebut.
10) Metode Kunjung Karya
Metode belajar ini biasanya dilakukan setelah metode pembelajaran
tugas proyek dilaksanakan. Metode belajar ini membuat siswa untuk
melihat hasil karya teman-tamannya. Siswa bisa saling melihat,
menganalisis karya, dan belajar dari karya-karya yang sudah dibuat
tersebut

D. Model Pembelajaran Jigsaw


1. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw di kembangkan dan di uji oleh Elliot Aronson
dan rekan-rekan sejawatnya. Menggunakan model pembelajaran jigsaw siswa di
tempatkan ke dalam tim belajar heterogen beranggota 5-6 orang. Setiap kelompok
diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat
itu. Dari informasi yang di berikan pada setiap kelompok ini, masing-masing
anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Model pembelajaran jigsaw dapat di
artikan pula sebagai strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada
kerjasama dan tanggung jawab. Jadi dapat di simpulkan bahwa jigsaw merupakan
suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompokknya bertanggung jawab
untuk mempelajari anggotaanggota lain tentang salah satu bagian materi.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah model pembelajaran jigsaw adalah:
a. Membagi siswa menjadi 5-6 siswa menjadi satu kelompok yang bersifat
heterogen.
b. Menetapkan satu peserta didik dalam kelompok menjadi pemimpin.
c. Setiap siswa dalam kelompok mempelajari satu bagian pelajaran.
d. Memberi waktu pada siswa untuk membaca bagian materi pelajaran yang telah
ditugaskan kepadanya.
e. Siswa dari kelompok jigsaw bergabung dalam kelompok ahli yang mempunyai
materi sama dan berdiskusi.
f. Kembali ke kelompok jigsaw.
g. Siswa mempresentasikan bagian yang dipelajari pada kelompoknya.
h. Kelompok jigsaw mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
i. Diakhir kegiatan siswa diberikan soal untuk dikerjakan mengenai materi yang
sudah dipelajari.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw


Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekanrekannya.
b. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
c. Dapat meningkatkan kemampuan social : mengembangkan rasa harga diri dan
hubungan interpersonal yang positif.
d. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing
kelompok.
e. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam
dan sederhana dengan anggota kelompoknya.
f. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut
kepada teman kelompok belajarnya.
g. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
h. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
Adapun kekurangan yang biasa ditemukan didalam pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit
dalam menyampaikan materi pada teman.
b. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
c. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
d. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
e. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
f. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai
antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
g. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang terbiasa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
h. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika
ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
pasif dalam diskusi.
i. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit
dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti
kelompok.
j. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum
terkondisikan dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat
juga menimbulkan kegaduhan serta butuh waktu dan persiapan yang matang
sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

E. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Umumnya dalam proses belajar mengajar guru sering menggunakan
media pembelajaan dengan tujuan supaya informasi atau materi yang disampaikan
akan lebih mudah diterima atau dipahami oleh siswa. Heinich, 15 dkk (Hermawan
2007: 3) media merupakan alat saluran komunikasi. Sedangkan menurut (Asyhar
2012: 3) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat
menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana,
sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien dan efektif.
media pembelajaran adalah suatu media perantara dalam
menyampaikan/menyalurkan pesan atau informasi dari sumber yang terencana.
Bila digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas maka media pembelajaran
dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan sehingga
terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien dan efektif yang dapat
menciptakan kondisi kelas yang lebih baik dan kondusif
2. Media Visual
Media visual yaitu media yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
sumber kepada penerima pesan. Saluran yang dipakai meyangkut indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami artinya agar proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.
Media visual dapat didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan
fakta dan gagasan secara jelas, kuat, dan terpadu, melalui kombinasi
mengungkapkan kata-kata dan gambar. Media ini sangat tepat untuk tujuan
menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan
Media visual merupakan sarana penunjang keberhasilan proses belajar
mengajar di sekolah, serta dapat menumbukan semangat belajar peserta didik,
membantu guru dalam menjelaskan materi baik yang bersifat konkret maupun
abstrak. Sebagai alat bantu mengajar maka media pengajaran dapat menunjang
penggunaan metode mengajar yang digunakan guru. Dalam interaksi belajar
mengajar sering terjadi hambatan komunikasi, hal ini bisa berasal dari peserta
didik (daya tangkap yang rendah), dan juga bahan yang diajarkan guru terlalu sulit
dengan menggunakan alat atau media pengajaran maka hambatan komunikasi
tersebut dapat di atasi, sehingga dapat dicapai kualitas belajar mengajar yang baik.

F. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Salah satu tugas pokok seorang guru adalah untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan siswanya, seperti rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar serta mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami secara tepat
(valid) dan dapat dipercaya (reliabel), untuk itu diperlukannya informasi yang
didukung oleh data-data yang obyektif dan memadai tentang indikator-indikator
perubahan perilaku dan pribadi siswa. Setiap kegiatan yang dilakukan secara
sadar oleh seseorang tentunya mempunyai tujuan. Perubahan inilah yang
diharapkan dikuasai siswa yang sering di sebut hasil belajar.
Hasil belajar yang baik dapat di lihat dari seberapa besar anak
memahami pelajaran yang disampaikan dan seberapa besar minat anak terhadap
pelajaran. Sudjana (2016) menyatakan, Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Untuk mengatasi permasalahan di atas guru dapat memilih model
pembelajaran yang tepat. Di antara model yang dapat diandalkan oleh seorang
guru adalah model pembelajaran kooperatif. Rusman (2011) menyatakan
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan
partisipasi peserta didik dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi yang
menuntut adanya kerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Dari uraian di atas bahwa lingkungan yang baik harus diciptakan agar
siswa dapat belajar secara efektif, sehingga hasilnya akan dapat seperti yang
diharapkan. Kondisi inilah yanag menempatkan fungsi guru dalam posisi yang
sangat strategis sebagai salah satu faktor penentu dari keberhasilan belajar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor baik yang internal
maupun eksternal. Adapun faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Adapun faktor-faktor internal yang berasal dari dalam diri individu yaitu:
1) Faktor jasmaniah (fisik) baik bersifat bawaan maupun yang
diperolehnya, yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak
berfungsi dengan baik atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya
kemudian seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang
tidak sempurna.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya,
terdiri atas:
a) Faktor interaktif yang mempengaruhi faktor potensial, yaitu faktor
kecelakaan dan bakat serta faktor kecakapan nyata seperti prestasi
yang dimiliki.
b) Faktor noninteraktif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penesuaian
diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor Eksternal (Berasal dari luar diri)
1) Faktor sosial terdiri dari:
a) Lingkungan keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar, hubungan antar anggota keluarga, orang tua,
anak, kakak, dan adik yang harmonis akan membantu siswa
melalui aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan sekolah, seperti guru, teman-teman sekelas juga
dapat mempengaruhi proses belajar siswa, hubungan harmonis
dapat menjadi motivasi bagi siswa umtuk belajar lebih baik di
sekolah.
c) Lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
2) Faktor materi pelajaran
N Faktor ini hendaknya di sesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru di
sesuaikan dengan usia perkembangan siswa. Oleh karena itu guru
harus dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa faktor
lingkungan alamiah, instrumental, dan materi pelajaran adalah hal
yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Terutama
dalam hal penyampaian materi pelajaran oleh seorang guru
hendaknya guru tersebut menguasai metodologi pembelajaran
dengan baik.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan di lakukan di kelas II SD Negeri 09 Kepahiang, dengan
jumlah 27 siswa

Anda mungkin juga menyukai