Anda di halaman 1dari 49

`

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP


SISTEM REPRODUKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA
KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 2 GOWA

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:
MUHAEMIN YUDHISTIRA
NIM. 105441103118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2022
`

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum pendidikan di indonesia telah berganti berkali-kali

sejak merdeka, hingga saat ini indonesia menerapkan kurikulum 2013,

dengan itu paradigma pembelajaran pada saat ini sudah mengalami

perubahan dalam pelaksanaannya. Salah satu perubahan paradigma

pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada

guru beralih pada peserta didik. Namun pada kenyataannya proses

pembelajaran masih dominan mengacu pada kurikulum sebelumnya yaitu

kurikulum 2006, salah satu indikatornya yaitu pembelajaran masih

dominan pada metode yang monoton di dalam kelas, sehingga dalam

proses pembelajarannya siswa lebih banyak pasif, sebagai pendengar.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian dari Rahmawati

(2020) yang menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih

banyak permasalahan di dalamnya diantaranya adalah: 1) partisipasi

siswa/fokus siswa terhadap pembelajaran rendah, 2) siswa kurang tertarik

dengan cara guru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi) dan 3)

Sebagian besar kurang termotivasi untuk belajar.

Salah satu persoalan yang tampak dalam pendidikan di indonesia

dapat diarikan buruknya kualitas sekolah yang tercermin dari rendahnya

prestasi belajar. Masalah lainnya dapat diartikan pendekatan dalam

pembelajaran masih terlalu terbebani oleh tugas pendidik (Teacher

Centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan


`

bukan menjadi subjek dalam pembelajaran. Pendidikan kita kurang

memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran,

untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara komprehenshif

(lengkap), kreatif, objektif dan logis.

Dalam proses pembelajaran guru menjadi fasilitator untuk

mengajak peserta didik mencari solusi terhadap permasalahan yang

ditemui. Ada berbagai model pembelajaran, dalam prakteknya guru harus

ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala

situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran

yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,

fasilitas- media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Dimana kondisi

siswa di SMA Negeri 2 Gowa masih kurang memiliki semangat dalam

belajar, hal ini dapat dilihat dari keaktifan kelas yang masih kurang. Hanya

beberapa orang yang terlihat menjawab pertanyaan guru dan mengajukan

pertanyaan.

Observasi awal terhadap proses belajar mengajar mata pelajaran

biologi di SMA Negeri 2 Gowa pada kelas XI masih memakai metode

konvensional ceramah, mencatat serta pemberian tugas biasa yang

menyebabkan rendahnya minat belajar siswa rendah. Hal ini bisa dilihat

dari suasana kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, seperti adanya

siswa yang mengantuk, bermain dengan teman sebangkunya serta

melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan proses

pembelajaran, siswa cenderung pasif sehingga tidak ada feedback antara


`

guru serta siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kondisi seperti

ini yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, diperlukan guru untuk

menentukan model yang cocok untuk mengatasi masalah ini.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata

pelajaran biologi di SMA Negeri 2 Gowa, dapat diketahui bahwa siswa

kelas XI MIPA 1 belum mampu memahami materi sistem reproduksi yang

disampaikan dengan baik, ini terlihat dari hasil evaluasi siswa yang tidak

maksimal. Hal ini dibuktikan dengan persentase siswa yang mendapat nilai

dibawah 74 sebanyak 70%, siswa yang mendapat nilai 75 sebanyak 20%

dan siswa yang mendapat nilai diatas 76 sebanyak 10%. Siswa dikatakan

tuntas apabila mencapai nilai diatas KKM yaitu 75.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penting untuk

memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang bervariasi, misalnya

penggunaan model pembelajaran yang menyenangkan yaitu teams games

tournament (TGT). pemanfaatan model pembelajaran teams games

tournament (TGT) dapat diartikan salah satu bentuk upaya untuk

mengembangkan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran biologi dengan

cara mengajak siswa secara keseluruhan untuk terlibat dalam proses

pembelajaran melalui permainan dan kompetisi. Pembelajaran kooperatif

model teams games tournament (TGT) adalah salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
`

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement

(Sukardjo, 2014).

Berdasarkan ulasan yang telah dijelaskan di atas, maka dianggap

perlu melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan

Hasil Belajar Pada Konsep Sistem Reproduksi Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Pada Siswa

Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2 Gowa”.

B. Malasah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, salah satu masalah

utama dalam kegiatan pembelajaran biologi di sekolah adalah

kecenderungan proses pembelajaran yang bersifat konvesional. Guru

membelajarkan siswa hanya dengan menerangkan materi pelajaran,

memberi contoh soal, bahkan hanya mendikte materi sehingga proses

interaksi edukatif cenderung berssifat satu arah. Hal inilah yang

berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dan kurangnya

motivasi, karena siswa cenderung bosan mengikuti pelajaran. Padahal

sebagai seorang guru professional, seharusnya memikirkan untuk

menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat lebih

menekankan kepada keaktifan siswa dalam belajar sehingga

penguasaan terhadap materi pelajaran biologi dapat maksimal pada

siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2 Gowa.

2. Alternatif Pemecahan Masalah


`

Salah satu cara untuk memecahkan masalah tentang rendahnya

motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri

2 Gowa, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka

peneliti menemukan beberapa masalah kemudian merumuskannya

sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games

tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

pada materi sistem reproduksi kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2

Gowa?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, Adapun tujuan dari

penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe team games tournament dapat meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa pada materi sistem reproduksi kelas XI MIPA 1 SMA

Negeri 2 Gowa.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
`

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memperkuat teori yang

sudah ada, mengenai pengaruh model Teams Games Tournament

(TGT) terhadap hasil belajar siswa di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada

proses pembelajaran serta mendorong siswa untuk berperan aktof

dalam proses pembelajaran.

b. Bagi guru dapat membantu guru dalam menentukan model atau

metode pembelajaran yang sesuai sehingga pembelajaran menjadi

lebih menarik.

c. Bagi sekolah sebagai masukan dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif, efisien dan

secara umum dapat meningkatkan mutu pendidikan.

d. Bagi peneliti mendapatkan keterlibatan langsung dalam

menerapkan model atau metode pembelajaran dan menambah

pengetahuan penulis sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bekal di

kemudian hari.
`

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas

daripada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Joyce dalam

Trianto (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial

dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainnya.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu

pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk

didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Jadi

model pembelajaran adala prosedur atau pola sistematis yang

digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran

didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, dan media,

(Oktavia, 2020).

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif


`

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami

materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2013).

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan

struktur kelompok heterogen. Pada hakikatnya pembelajaran

kooperatif sama dengan belajar secara kelompok. Dalam

pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu

interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,

siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (Multi Way Traffic

Communication). Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa

belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini, siswa

memiliki dua tanggungjawab, yakni tanggungjawab terhadap dirinya

sendiri dan tanggungjawab untuk kelompoknya (Rusman. 2011).

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

dipimpin dan diarahkan oleh guru. Secara umum, pembelajaran

kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru


`

menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta

didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Ermi Apriliani. 2014).

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya dan

berdampak positif terhadap peserta didik yang rendah hasil

belajarnya, dengan model ini peserta didik lebih mudah untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dengan teman-temannya.

Pembelajaran kooperatif dapat membantu meningkatkan pemahaman

peserta didik yang berkemampuan akademik rendah maupun peseta

didik berkemampuan akademik tinggi (Sudarsana, 2018).

Berdasarkan pendapat di atas belajar dengan model kooperatif

dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan

pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan

pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa

dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh

sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan

karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong

mengatasi tugas yang dihadapinya (Isjoni, 2013).

2. Team Games Tournament (TGT)

a. Pengertian Model Pembelajaran Team Games Tournament

(TGT)
`

Pembelajaran kooperatif model teams games tournament

(TGT) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang

mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus

ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya

dan mengandung unsur permainan (Sukardjo, 2014).

Teams Games Tournament (TGT) akan memberikan

suasana positif di dalam kelas karena kepuasan para siswa

terhadap permainan sehingga akan tercipta keaktifan siswa.

Dalam pembelajaran guru bertindak sebagai wasit dan memiliki

tugas mengurus masalah yang terjadi di ruang kelas. Suasana

kelas akan terbentuk pada saat proses pembelajaran yang akan

mendorong siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar karena

berada dalam lingkungan kompetisi positif dan dituntut untuk

menyelesaikan permasalahan untuk menjadi yang terbaik serta

memberikan yang terbaik untuk kelompok meraka. Hal ini terlihat

dari terbentuknya interaksi antar siswa yang berkembang dengan

kegiatan kelompok dan kompetisi (Monika, 2013).

TGT dapat diartikan semacam permainan yang

menyenangkan melibatkan siswa secara keseluruhan dan

membaginya menjadi kelompok-kelompok heterogen yang terdiri

4-6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku dan ras

yang berbeda. Model pembelajaran TGT atau kompetisi

permainan tim menggunakan kompetisi akademik dan sistem skor


`

kemajuan individu, dimana siswa bersaing sebagai agen kelompok

mereka dengan kelompok lain yang prestasi ilmiahnya sebanding

dengan mereka. Rekan satu tim akan saling membantu dalam

mempersiapkan diri untuk pelaksanaan permainan dengan

mempelajari lembar kegiatan dan selama permainan berlangsung,

teman mereka tidak boleh membantu dan menjamin tanggung

jawab individual (Romanda. 2016).

Komunikasi siswa dengan guru juga akan meningkat,

karena guru sebagai wasit. Sedangkan rencana permainan tamu

disesuaikan dengan persyaratan untuk latihan kelompok dan

latihan kompetisi. Skema permainan tamu dalam pertemuan akan

membuat siswa lebih intuitif dalam berbicara dengan orang lain

dan pada jam kompetisi itu akan diubah lagi agar siswa tidak

kelelahan dan lebih mudah siswa untuk menyelesaikan

keterampilan. Dengan kondisi yang seperti ini maka Teams

Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan siswa hasil belajar

siswa pada materi sistem peredaran manusia karena meningkatnya

interaksi atau komunikasi antara siswa dengan guru (Monika,

2013).

Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah

semua anggota kelompok telh menguasai materi. Oleh karena itu,

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan

materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Dalam


`

permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-

masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja

turnamen ditempati 5 sampai 6 peserta yang diusahakan agar tidak

ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap

meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen (Faturrohman,

2017).

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini memberi

kesan kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan.

Slavin (2005) menyatakan sebagian besar guru memilih model

pembelaaran kooperatif tipe TGT karena faktor menyenangkan

dalam pelaksanaannya (Asih, 2018).

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Games

Tournament (TGT)

Menurut Siti (2013), sintaks pembelajaran kooperatif tipe

TGT dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran (TGT)

No Tahapan Kegiatan

1. Presentasi Kelas Guru menyampaikan materi dalam


penyajian kelas

2. Tim (kelompok) Guru membagi siswa dalam tim


(kelompok)

3. Game Game terdiri dari pertanyaan yang


dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa

4. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur


`

dimana game berlangsung terdiri


dari pertanyaan untuk menguji
pengetahuan siswa dari penyajian
kelas dan belajar tim

5. Penghargaan tim Penghargaan diberikan kepada tim


(rekognisi team) yang mendapatkan skor tertinggi.

Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif

tipe Team Games Tournament (TGT) yaitu :

a) Penyajian Kelas (Class Presetation)

Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) tidak berbeda dengan

pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih

difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Dimana

guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Dengan

demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama

pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini

mereka harus mengerjakan games akademik dengan sebaik-

baiknya dengan skor mereka akan menentukan skor kelompok

mereka.

b) Kelompok (Team)

Kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis

kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk

lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan


`

lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

bekerja dengan lebih baik dan optimal pada saat game.

c) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Siswa yang menjawab

benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

d) Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau

pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan

kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.

e) Penghargaan Kelompok (Team Recognize)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang

menang, kelompok pemenang didasarkan pada perolehan skor

kelompok selama tournament. Kelompok dengan nilai

tertinggi akan mendapatkan hadiah atau pujian.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Team Gamess

Tournament (TGT)

Menurut Dian (2013), Model pembelajaran kooperatif tipe

TGT diartikan salah satu jenis atau cara pembelajaran yang

menyenangkan yang tidak sulit untuk diterapkan. Pembelajaran

kooperatif teams games tournament (TGT) ini mempunyai

kelebihan dan kekurangan.


`

Kelebihan dari model pembelajaran TGT yaitu :

a. Memprioritaskan pengakuan kontras individu;

b. Mampu memenguasai materi luar dalam waktu yang singkat;

c. Proses belajar mengajar terjadi dengan keaktifan dari siswa;

d. Menididik siswa untuk bekerja dalam bergaul dengan orang

lain;

e. Motivasi belajar yang lebih tinggi;

f. Hasil belajar lebih baik;

g. Tingkatkan kemurahan hati, partisipasi, persaingan yang sehat.

Kekurangan dari model pembelajaran TGT yaitu :

a. Sulit untuk mengatur siswa yang memiliki kapasitas

heterogeny dalam hal informasi;

b. Masih ada siswa berkapasitas tinggi yang tidak terbiasa

dengannya dan berpikir kritis bahwa sulit untuk

mengungkapkannya kepada siswa yang berbeda sehingga

siswa yang berbeda juga berpikir bahwa sulit untuk

memahaminya.

3. Motivasi dan Hasil Belajar

a. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta

didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya

yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-


`

sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut

Dalyono (2009) motivasi belajar adalah dorongan internal dan

eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau

unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara

lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan

kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan,

penghargaan dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.

Selain itu, Hartanto (2011). menyebutkan motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada

kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat dicapai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada

dalam diri individu siswa yang dapat memberikan dorongan untuk

belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut

b. Hasil Belajar.

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa

dalam bentuk huruf atau angka di setiap akhir dari pembelajaran.


`

Hasil belajar menjadi suatu pengalaman belajar bagi siswa dalam

perubahan tingkah laku dan hasil belajar tidak menjadi patokan

bagi siswa untuk belajar lebih giat. Selain itu, hasil belajar salah

satu hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran yang telah

dilakukan sebagai pemahaman yang telah diperolehnya. Hasil

belajar mengacu pada struktur pengetahuan yang telah dibuat

sebagai hasil dari proses pembelajaran dengan siswa dapat

memecahkan masalah. Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh

struktur pengetahuan yang telah dibuat, namun juga dipengaruhi

oleh sejumlah faktor lain, misalnya, kelelahan atau motivasi,

faktor lingkungan dalam sekolah seperti fasilitas, model

pembelajaran, pengajar (Yanuarti, 2016).

4. Materi Ajar

1. Pokok Bahasan Sistem Reproduksi

Materi ini di ambil dari buku kelas IX untuk SMP/MA Biologi

penulis Hamilah (2020).

a. Pengertian Reproduksi

Reproduksi adalah proses biologis ketika organisme

menghasilkan individu baru dari jenis mereka sendiri.

Reproduksi bertujuan untuk melestarikan keturunan. Sistem

reproduksi pada manusia termasuk ke dalam kategori reproduksi

seksual. Artinya, reproduksi terjadi melalui proses bertemunya

gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (ovum) membentuk


`

individu baru yang disebut dengan fertilisasi. Hasil dari

fertilisasi atau pembuahan adalah terbentuknya zigot. Zigot

kemudian mengalami perkembangan embrio hingga dilahirkan

menjadi anak. Manusia bereproduksi secara seksual. Laki-laki

akan menghasilkan sperma, sementara perempuan akan

menghasilkan ovum.

b. Sistem Reproduksi Laki-Laki

Gambar 2.1 Sistem Reproduksi Laki-Laki


Sumber: http://menarailmuku.blogspot.com/2012/10/sistem-
reproduksi-pada-manusia.html

Pada alat reproduksi laki-laki terdiri atas alat kelamin luar

dan alam kelamin dalam.

 Alat kelamin lelaki bagian dalam

Ada beberapa yang termasuk alat kelamin dalam, yakni:

 Testis

 Saluran kelamin

 Kelenjar kelamin

1) Testis

Di dalam testis terdapat pembuluh-pembuluh halus

yang disebut tubulus seminiferus. Testis atau buah zakar

berjumlah sepasang. Letaknya berada di rongga tubuh


`

yang dilindungi oleh skrotum (kantung zakar). Testis (alat

kelamin bagian dalam) berfungsi untuk memproduksi

sperma dan hormon testosteron.

2) Saluran kelamin

Sperma yang dihasilkan oleh testis akan keluar

melalui saluran kelamin yang terdiri atas:

- Epididimis setiap testis memiliki satu epididimis.

Epididimis merupakan saluran yang keluar dari testis.

Epididimis berfungsi sebagai tempat menyimpan sperma

sementara,

- Vas deferens merupakan saluran lanjutan epididimis. Vas

deferens berfungsi untuk mengangkut sperma dari

epididimis menuju kantung sperma.

- Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang

menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran

ejakulasi berfungsi menyemprotkan sperma hingga masuk

ke uretra dan selanjutnya diejakulasikan keluar.

- Uretra merupakan saluran yang terdapat di dalam penis.

Uretra berfungsi mengeluarkan sperma dan urin.

3) Kelenjar kelamin

- Vesikula seminalis merupakan kantong semen (mani) yang

dindingnya menghasilkan cairan lendir yang mengandung


`

fruktosa, asam askorbat dan asam amino sebagai makanan

dan pelindung sperma sebelum membuahi ovum.

- Kelenjar prostat menghasilkan cairan basa berwarna putih

susu. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih.

Fungsinya adalah menghasilkan cairan yang bersifat asam.

Ini berfungsi menetralkan sifat asam pada saluran vas

deferens dan cairan pada vagina sehingga sperma dapat

bergerak dengan aktif.

- Kelenjar cowperi (bulbouretralis) merupakan penghasil

cairan pelicin. Kelenjar Cowper menghasilkan lendir dan

cairan bersifat basa. Fungsinya adalah untuk melindungi

sperma dengan cara menetralkan urine yang memiliki pH

asam yang tersisa dalam uretra. Cairan tersebut juga

melapisi uretra untuk mengurangi kerusakan pada sperma

selama ejakulasi.

Gambar 2.2 Struktur Sperma


Sumber: Struktur dan Fungsi Sistem Reproduksi pada Manusia -
Kelas Pintar

 Alat Kelamin Lelaki Bagian Luar

Pada alat kelamin luar laki-laki terdiri atas penis dan

skrotum.
`

- Penis merupakan organ kopulasi dan berada di luar rongga

tubuh. Penis berfungsi untuk menyalurkan sperma ke dalam

alat reproduksi perempuan. Penis juga berfungsi sebagai

saluran kencing atau urine sekaligus tempat keluarnya

sperma. Di dalam penis terdapat uretra yang dikelilingi oleh

jaringan erektil dengan banyak rongga dan mengandung

pembuluh darah.

- Skrotum Skrortum merupakan kantung yang didalamnya

terdapat testis. Skrotum berperan untuk menjaga suhu testis

agar sesuai untuk memproduksi sperma. Pada skrotum

terdapat dua buah testis.

c. Sistem Reproduksi Perempuan

Gambar 2.3 Sistem Reprouksi Perempuan


Sumber: Fungsi Uterus atau Rahim Pada Sistem Reproduksi Wanita |
Siswapedia

Ada alat reproduksi perempuan ada beberapa bagian, yakni:

1) Ovarium

Ovarium merupakan alat kelamin yang menghasilkan

ovum (sel telur) dan mensekresi hormon estrogen dan


`

progesteron. Pada ovarium berjumlah sepasang dan terletak

didalam rongga badan di daerah pinggang sebelah kiri dan

kanan.

2) Saluran Kelamin

Saluran kelamin ada 3 bagian yakni:

a) Saluran telur

Saluran telur atau tuba falopi berjumlah sepasang

kanan dan kiri. Itu merupakan saluran bagi ovum menuju

uterus dan tempat terjadinya fertilisasi. Pada bagian

pangkal dari saluran telur berbentuk corong dan itu disebut

infundibulum tiba. Ovum yang sudah dibuahi bergerak

menuju uterus (rahim). Jadi tuba falopi berfungsi sebagai

saluran untuk sel telur (ovum) bergerak dari ovarium

menuju rahim. Pembuahan sel telur oleh sperma, terjadi di

saluran tuba falopi. Nantinya, sel telur yang berhasil

dibuahi di saluran tuba falopi akan bergerak menuju

rahim.

b) Rahim

Rahim manusia berbentuk simplek. Rahim

merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan

embrio hingga dilahirkan. Rahim berukuran panjang

kurang lebih 7 sentimeter dan lebar 4 sentimeter.


`

Dindingnya terdiri dari tiga lapisan, yakni perimetrium,

miometrium dan endometrium. Jika ovum tidak dibuahi,

akan terjadi menstruasi. Karena ovum yang telah rusak

akan meluruh bersama lapisan endometrium yang menebal

dan banyak mengandung pembuluh darah. Bagian bawah

rahim mengecil, dinamakan cerviks (leher rahim) dan

berhubungan dengan bagian luar tubuh yang disebut

vagina. Rahim berfungsi sebagai tem berkembangnya

janin setelah sel telur dibuahi oleh sel sperma. Dinding

rahim (endometrium) berperan dalam pembentukan

plasenta. Sel telur yang dihasilkan di indung telur disebut

juga sebagai ovum. Ovum termasuk ke dalam alecithal

(tanpa kuning telur) dan mengandung butiran kortikal dan

trombosit kuning. Struktur ovum terdiri dari membran

vitelin, zona pelusida, dan korona radiata.

c) Vagina

Vagina berfungsi sebagai saluran masuknya sperma

dan tempat keluarnya bayi saat kelahiran. Vagina yang

sehat memiliki sifat yang asam. Karena disebabkan adanya

degradasi glikogen yang akan menjadi asam laktat yang

diciptakan oleh bakteri bacillus. Pada vagina memiliki

selaput lendir pada bagian terluar dan lapisan tengah.


`

Vagina terdiri dari lapisan-lapisan otot lain yang

mempunyai banyak serat.

d. Proses Pembentukan Sperma (Spermatogenesis)

Proses spermatogenesis bermula dari sel-sel germinal awal

atau sel primordial dalam embrio membelah secara mitosis dan

mengalami diferensiasi (berkembang) sehingga membentuk

spermatogonium yang bersifat diploid (2n). Selanjutnya, sel

spermatogonium membelah secara mitosis membentuk sel

spermatosit primer yang juga bersifat diploid (2n).

Spermatosit primer membelah secara meiosis sehingga

terbentuk dua sel spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n).

Setiap sel spermatosit sekunder melanjutkan pembelahan

meiosis membentuk dua sel spermatid yang bersifat haploid (n).

Selanjutnya, spermatid mengalami diferensiasi atau

perkembangan menjadi spermatozoa (telah memiliki ekor).

Spermatozoa ini bersifat haploid (n).

Gambar 2.4 Proses Pembentukan Sperma


Sumber: Spermatogenesis, Proses Pembentukan Sel Sperma pada Testis Pria
(hellosehat.com)

e. Proses Pembentukan Ovum (Oogenesis)


`

Tahapan oogenesis dimulai di dalam embrio perempuan

dengan memproduksi oogonium dari sel germinal primordial.

Selanjutnya, oogonium membelah secara mitosis untuk

membentuk oosit primer. Selanjutnya, oosit primer mengalami

pembelahan secara meiosis. Akan tetapi, pembelahan meiosis

tersebut tidak selesai, tetapi berhenti pada tahap profase meiosis

I. Pembelahan tersebut akan dilanjutkan pada saat seorang

perempuan telah mengalami pubertas. Pada saat seorang

perempuan mengalami pubertas, hormon FSH atau hormon

perangsang folikel telah aktif berfungsi, sehingga secara

periodik dapat merangsang folikel untuk melanjutkan

pertumbuhan dan perkembangannya. Biasanya, hanya satu

folikel yang matang penuh setiap bulan, dengan oosit primernya

menyelesaikan tahap meiosis I.

Selanjutnya, pembelahan meiosis II dimulai untuk

membentuk oosit sekunder. Akan tetapi, pembelahan meiosis II

berhenti pada tahap metafase. Pada kondisi ini, oosit sekunder

dilepaskan diovulasikan saat folikelnya pecah. Kapankah

pembelahan meiosis tersebut selesai? Tahap pembelahan

meiosis akan dilanjutkan apabila ada sperma yang menembus

oosit sekunder (terjadi fertilisasi). Oosit sekunder kemudian

berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi

oleh sperma. Dengan demikian, hasil dari proses oogenesis


`

adalah satu sel telur matang yang telah mengandung kepala

sperma. Oleh karena itu, fertilisasi juga dapat didefinisikan

sebagai penyatuan nukleus haploid sperma dan oosit sekunder.

Pada saat pembelahan meiosis untuk pembentukan oosit primer

dan sekunder, selain dihasilkan oosit primer dan sekunder juga

dihasilkan badan kutub yang bersifat nonfungsional.

Gambar 2.5 Proses Pembentukan Ovum (oogenesis)


Sumber: https://www.bloggerzar.com/2020/07/proses-
pembentukan-ovum-pada-ovarium.html

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan berfungsi memberikan pemaparan tentang

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Berikut beberapa hasil

penelitian yang terdapat kaitannya dengan penelitian ini adalah:

1. Mella Mardayanti (2020) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa. Penelitian ini membuktikan bahwa pada penerapan

pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) ini dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam kelas, hal ini terbukti

dengan data yang didapatkan peneliti dalam observasi yaitu pada

presentase sebelum dilakukannya penelitian yaitu 52,64% kemudian


`

dilakukan tindakan siklus I kemudian nilai rata-rata motivasi belajar

siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 69,31%. Meskipun

mengalami peningkatan sebesar 16,75%, hasil rata-rata motivasi

belajar siswa masih kurang dari target yang diinginkan sebelumnya

yaitu sebesar 75%. Maka untuk menanggulanginya, peneliti

melakukan perbaikan siklus I ke tindakan siklus II. Setelah dilakukan

perbaikan pada siklus II, tingkat rata-rata observasi motivasi belajar

siswa mengalami peningkatan dari hasil siklus I yaitu sebesar 87,87%.

Pada siklus II target sudah tercapai.

2. Nurmaini Ginting (2020) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Teams Games Tournament untuk meningkatkan Motivasi Belajar

Biologi Siswa Di SMA Negeri 5 Padangsimpuan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada peningkatan angket motivasi siswa melalui

penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) di

kelas X MIPA-3 di SMA Negeri 5 Padangsidimpuan tahun ajaran

2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari angket motivasi siswa pada siklus

I 79,41% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan tes hasil

belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Ada

peningkatan hasil tes siswa dalam mengikuti pembelajaran yang

berlangsung

3. Fadilah Rahmawati (2020) Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Teams-Games-Tournament) Dalam Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Materi Animalia Siswa Kelas X


`

IPA SMA Bina Insan Mandiri Nganjuk Tahun Ajaran 2018/2019.

Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif team games tournament (TGT) dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa pada pelajaran biologi kelas X SMA Bina Insan

Mandiri materi Animalia yang dilihat dari meningkatnya motivasi

belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dari 38,6% menjadi 61,4%

serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan

jumlah siswa dengan nilai tuntas pada siklus I dan II yang mengalami

kenaikan dari 26 siswa (76,5%) menjadi 32 siswa (85,2%).

4. Msy Hikmah (2018) Penerapan Model Pembelajaran Team Games

Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta

Didik Pada Materi Dunia Hewan Kelas X Di SMA Unggul Negeri 8

Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model

pembelajaran TGT berpengaruh signifikan terhadap motivasi dan hasil

belajar peserta didik pada materi dunia hewan di SMA Unggul Negeri

8 Palembang. Hal tersebut didukung oleh nilai rata-rata motivasi dan

hasil belajar yang diperoleh peserta didik kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

5. Rika Rachmayanti (2021) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada

Pokok Bahasan Sistem Koordinasi Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Di Kelas XI IPA SMA. Penelitian ini

membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran tipe TGT

(Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi dan hasil


`

belajar biologi siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 3 Cimahi tahun

pelajaran 2018/2019. Rata-rata skor motivasi siklus I 124,86 (baik);

siklus II 134,83 (baik); dan siklus III 150.97 (sangat baik).

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa dengan tujuan siswa

akan berubah tingkah laku kearah yang lebih baik sehingga dinamakan

belajar. Dalam proses pembelajaran guru memiliki kewajiban untuk

membantu siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu upaya

yang dilakukan oleh guru adalah dengan penggunaan model dan metode

pembelajaran yang tepat, dalam hal ini penerapan model pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT).

Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 2 Gowa, terlihat

bahwa selama pembelajaran berlanngsung guru masih menggunakan

metode ceramah yang dominan serta memakai media papan tulis sehingga

peserta didik kurang semangat dalam menerima materi pembelajaran yang

disampaikan oleh gurunya. Dari hal tersebut sehingga pembelajaran

dikelas mennjadi berpusat pada guru yang berdampak pada siswa yang

hanya memperhatikan penjelasan guru. Hal tersebut sehingga akan

berdampak terhadap pada hasil belajar siswa yang menjadi rendah.

Berdasarkan hasil tersebut sehingga dibutuhkan suatu

pembahharuan cara mengajar guru agar siswa dapat dengan mudah

memahami materi yang diajarkan. Salah satunya yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran konsep atau materi yang akan diajarkan. Dengan


`

mengubah cara mengajar guru diharapkan akan terjadi perubahan atau

peningkatan hasil belajar siswa. Adapun kerangka berpikir penelitian ini

sebagai berikut:

Motivasi dan hasil belajar biologi di


SMA Negeri 2 Gowa masih banyak di
bawah KKM

Penerapan model pembelajaran Team


Games Tournament

Penerapan materi pada sistem reproduksi

Motivasi dan hasil belajar biologi di


SMA Negeri 2 Gowa mengalami
peningkatan yang segnifikan

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian Pustaka di atas maka hipotesis penelitian ini

terdapat peningkatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMA

Negeri 2 Gowa.

H 1: Ada peningkatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team

Games Tournament dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa SMA Negeri 2 Gowa.


`

H 0: Tidak ada peningkatan model pembelajaran kooperatiftipe Team

Games Tournament dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa SMA Negeri 2 Gowa.


`

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan upaya

guru dalam menigkatkan kualitas pembelajaran dimana peran serta tanggung

jawab guru khususnya dalam pengelolaan kelas dapat menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru maupun siswa, serta

memperbaiki mutu dan hasil belajar, sehingga siswa mudah memahami materi

(Pandiangan, 2019).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gowa yang berlokasi

di Jl. Pendidikan, Limbung Gowa, Desa Kalebajeng, Kecamatan Bajeng,

Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Subjek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subjek penelitian

adalah kelas XI MIPA 1 yang berjumlah 34 orang.

C. Faktor yang Diselidiki

Faktor yang akan diselidiki pada penelitian ini yaitu, Hasil dan

Motivasi belajar yang dicapai siswa setelah melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Team Games

Tournament (TGT), meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu


`

informasi dan memperbaiki rasa percaya diri, siswa diberi kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kelas.

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitiaan tindakan kelas (PTK) ini terdiri atas dua siklus,

yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus akan dilaksanakan selama 3

kali pertemuan, 2 kali pertemuan digunakan untuk penyajian materi dari 1 kali

pertemuan digunakan untuk tes siklus. Secara lebih rinci, implementasi

penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain PTK


Sumber: (Yonanda, 2018: 32)
`

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Adapun tahapan dalam siklus I yang dilakukan dalam tahap

perencanaan ini adalah sebagai berikut:

a) Hasil observasi awal di SMA Negeri 2 Gowa khususnya kelas XI

peneliti menemukan guru masih menggunakan teknik konvensional

sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Dari temuan ini

merupakan bahan dari refkleksi untuk melaksanakan siklus I

dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I.

b) Mempesiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.

c) Merancang soal-soal yang akan digunakan.

d) membuat table spesifikasi dan kisi-kisi soal untuk penyusunan tes

evaluasi.

e) Menyusun instrument berupa tes hasil belajar terdiri soal-soal

berdasarkan indikator yang tertuang dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

2. Tahap Tindakan

Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pertemuan 1

sampai 3 dilaksanakan untuk proses belajar mengajar lalu penerapan

model Team Games Tournament tiap pertemuan dan pertemuan ke-4

untuk pelaksanaan tes yang dilaksanakan 2x45 menit.


`

Tahap ini peserta didik diberikan materi. Tiapakhir materi ini,

peserta didik diberikan tugas mengenai materi yang telah diajarkan

atau tugas yang memiliki keterkaitan dengan tugas yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya. Tugas ini kemudian dikerjakan oleh

peserta didik di luar jam pelajaran. Tugas yang diberikan terlebih

dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar peserta didik

yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk

menyelesaikannya. Tempat dan lama waktu penyelesainnya tugas

harus jelas.

Langkah-langkah pelaksanaan tindakan untuk tiap sub materi pada

siklus I sebagai berikut:

a) Penjelasannya tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapau

pada sub materi yang diajarkan dan mengabsen peserta didik.

b) Penjelasan mengenai materi dengan metode ceramah dan diskusi.

c) Pemberian pertanyaan refleksi mengenai materi yang telah

diajarkan.

d) Penjelasan peneliti mengenai tugas yang akan dikerjakan.

e) Peneliti harus memberikan bimbingan utamnya kepada peserta

didik yang mengalami kesulitan belajar ata salah arah dalam

mengerjakan tugas.

f) Laporan peserta didik baik lisan/tertulis dari apa yang akan

dikerjakannya.
`

g) Tanya jawab kelas yang berhubungan dengan tugas diberikan pada

peserta didik.

h) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes.

3. Tahap Observasi/Evaluasi

Tahap observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran

pembelajaran berlangsung, peneliti dengan dua orang bertindak

sebagai observer, yaitu dengan mengisi lembar observasi yang memuat

rekaman keaktifan peserta didik pada pertemuan pertama hingga akhir

yang meliputi, kehadiran peserta didik, keaktifan peserta didik dalam

mengerjakan soal-soal, menjawab pertanyaan dan menanggapai

jawaban peserta lain; kesungguhan peserta didik mengikuti pelajaran

dan kekompakan yang diperlihatkan setiap kelompok, kemampuan

peserta didik menjawab soal-soal dengan benar, keberanian peserta

didik/kelompok mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya serta

perilaku peserta didik yang tidak relevan dengan kegiatan belaar

mengajar.

Evaluasi dilakukan setelah proses belajar mengajar dan observasi

siklus I selama dua kali pertemuan, yang berupa evaluasi proses

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan peserta didik. Data

dari evaluasi ini digunakan untuk Menyusun refleksi dalam rangka

persiapan perencanaan tindakan siklus II.

4. Refleksi
`

Hasil yang akan diperoleh dari pengamatan observasi ini adalah

dikumpulkan kemudian itu dianalisis. Kemudian hasil yang didapatkan

peneliti kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi apakah tindakan

yang dilakukan telah meningkatkan hasil belajar serta kemampuan

dalam menyelesaikan masalah. Adapun hasil analisis yang diperoleh

tahap ini akan dipergunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan

siklus II sehingga yang akan dicapai pada siklus berikutnya sesuai

denga napa yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari siklus

sebelumnya

Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I

langkah-langkah dijalankan kurang lebih sama dengan siklus I. Inti dari

pelaksanaan siklus II adalah memperbaiki pelaksanaan siklus I.

Langkah observasi kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi

adalah sebagai berikut:

1. Mencermati dan mengkaji.

2. Menganilis secara mendalam dan menyeluruh tindaakan yang

dilaksanakan.

3. Peneliti melakukan evaluasi yang akan dilakukan pada siklus I

sebelumnya.

Pada tahap evaluasi siklus II dilaksankan sesudah pertemuan siklus

I. Kemudian ke siklus II setelah itu kembali dilakukan refleksi melihat


`

sejauh mana perubahan hasil dan motivasi belajar siswa setelah diterapkan

model pembelajaran Team Games Tournament.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalaah sebagai

berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu menggambarkan prosedur

pengorganisasian pembelajaran atau perangkat pembelajaran yang menjadi

acuan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Hal digunakan sebagai

sebuah instrumen yang dibuat sebelum memulai pembelajaran yang

berisikan tahapan-tahapan pada saat melakukan proses pembelajaran di

dalam kelas.

2. Lembar Kegaiatan Peserta Didik (LKPD)

Lembar kegiatan peserta didik merupakan kumpulan berbagai soal-

soal materi yang menyangkut sistem reproduksi. Soal ini sebelumnya telah

disusun secara sistematis oleh peneliti yang kemudian akan menjadikan

sebagai sumber belajar bagi peserta didik.

3. Tes Hasil Belajar

Tes akan digunakan dalam mengukur tingkat penguasaan siswa

terhadap materi yang akan diajarkan serta untuk mengukur tingkat

keberhasilan proses peneliti dalam pembelajaran. Selain itu, dengan

menggunakan soal tes yang digunakan peneliti adalah soal tes dalam

bentuk pilihan ganda, yang diberikan di akhir kegiatan pembelajaran.


`

Bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa soal pilihan

ganda berjumlah 30 soal.

4. Angket Motivasi

Angket motivasi digunakan untuk mengetahui motivasi belajar

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model

pembelajaran team games tournament, untuk mengetahui perubahan

motivasi belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran team

games tournament dan sesudah menggunakan model pembelajaran team

games tournament.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknis Tes

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah tes. Tes merupakan serangkaian pertanyaan atau Latihan soal

pilihan ganda, dimana jumlah total soal 30 nomor.

2. Non Tes

Teknik Non Tes adalah penilaian hasil belajar siswa yang

dilakukan tanpa menguji siswa tetapi dengan melakukan pengamtan secara

sistematis. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian siswa

secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan

lain-lain. Adapun yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam


`

pendidikan adalah proses pembelajaran baik secara individu maupun

secara kelompok.

Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa

dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis yaitu:

a. Observasi

Observasi deilakukan dengan mengamati dan memantau semua

aktivitas kegiatan paa saat pembelajaran berlangsung baik faktor guru,

siswa dan keadaan kelas. Adapun hal-hal yang akan diamati pada

aktivitas siswa adalah proses kegiatan belajar siswa, persiapan siswa

dan hasil evaulasi. Sedangkan pada faktor guru yang akan diamati

adalah mulai dari persiapanguru dalam perangkat pembelajaran seperti

rencana pembelajaran soal-soal tes serta pelaksanaan pembelajaran.

b. Angket

Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang

diri responden dalam hal ini adalah siswa, yaitu mengenai respon

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Angket diberikan kepada siswa

dalam bentuk lembar angket/responsi, untuk mengetahui berbagai hal

yang berkaitan dengan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran

Biologi melalui pembelajaran kooperatif tipe team games tournament.

Lembar angket motivasi belajar siswa mengggunakan skala sikap.

Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek

tertentu. Angket skala sikap yang diberikan siswa disusun dengan

menggunakan skala sikap model likert. Dalam skala likert pernyataan-


`

pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif

dinilai dengan pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju). TS

(Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Angket ini diberikan satu

kali pada siklus terakhir yaitu pada akhir penelitian tindakan kelas

untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe

team games tournament.

c. Wawancara

Wawancara digunakan untuk melengkapi informasi mengenai

pelaksanaan pembelajaran dan partispasi siswa. Wawancara dalam hal

ini adalah untuk mengetahui hambatan yang dialami siswa selama

proses pembelajaran berlangsungdan sebagai cross check apabila ada

hal-hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara yang

ditujukan kepada siswa yang berkaitan dengan pertanyaan-peertanyaan

langsung terhadap pembelajaran melalui pembelajaran tipe team

games tournament. Wawancara yang dilakukan ini dimaksudkan untuk

melengkapi angket yang berisikan pendapat siswa terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan. Wawancara ini dilakukan akhir kegiatan

penelitian ini dengan memilih beberapa siswa acak untuk mengetahui

respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe team games

tournament.

d. Dokumentasi
`

Dokumentasi ini bertujuan agar peneliti mempunyai arsip

dokumentasi untuk menggambarkan proses belajar mengajar di kelas

pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian. Dokumentasi ini

bertujuan untuk menangkap suasana kelas. Dokumentasi yang akan

dilakukan peniliti antara lain berupa foto proses pembelajaran,

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskripsi kualitatif, yaitu

menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan

pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari obyek yang diteliti guna

mendapatkan kesimpulan yang bersifat deskriptif sesuai dengan kondisi dan

waktu. Adapun data yang diperoleh melalui observasi dianalisis secara

kualitatif. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan dianalisis secara

kuantitatif kemudian dideskriptifkan secara sistematis sehingga dapat

diperoleh suatu kesimpulan. Untuk menganalisis data secara kuantitatif

digunakan statistik deskriptif.

1. Data ketuntasan belajar

Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik, data dianalisis

dengan rumus :

KK =
∑X x 100 %
N

Keterangan :

X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 75

KK = Ketuntasan Klasikal

N = Jumlah siswa yang ikut tes


`

Kelas yang dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi

pelajaran yang diajarkan, jika ketuntasan secara klasikal ≥ 75 %.

2. Data Nilai Rata – Rata Kelas

Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas dipergunakan persamaan

berikut:

x=
∑ fi . xi
∑ fi
Keterangan :

x = Nilai rata-rata kelas

fi = Frekuensi

xi = Nilai tes

H. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

ini dapat dilihat adanya peningkatan nilai aktivitas belajar siswa setiap

siklusnya. Hasil belajar siswa dianggap tuntas apabila adanya peningkatan

rata-rata nilai siswa setiap siklusnya dan secara klasikal dianggap tuntas

apabila mencapai 75% (kategori tinggi) dan jumlah siswa seluruhnya

mencapai dengan KKM sekolah yaitu 75.

Tabel 3.1 Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik

Nilai Predikat Keterangan

93-100 A Sangat Baik

84-92 B Baik
`

75-83 C Cukup

<75 D Kurang

(Sumber : Kemendikbud, 2017)

Kriteria hasil belajar siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas dalam

belajar jika memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 untuk

mata pelajara biologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table di bawah

ini.

Tabel 3.2 Kriteria Ketentuan Minimal (KKM)

Nilai Hasil Belajar Kategori

≥ 75 Tuntas

< 75 Tidak Tuntas

(Sumber: SMA Negeri 2 Gowa)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Kadipiro Surakarta: Yuma Pustaka


`

Anshori, Moch & Djoko Martono. 2009. Biologi Untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA)-Madrasah Aliyah (MA). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Ariebowo, M., & Ferdinand P. F. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo
Media

Ariesta, Dw Bgs Pt Diva, I Nyn Arcana, I Gd Margunayasa. 2014. Pengaruh


Model Pembelajaran TGT dengan Bantuan Media Audio Visual
Terhadap Hasil Belajar IPA. E-journal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol 2 No 1.

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Asih, Budi. 2018, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Melalui
Teknik Bermain Guna Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas X Sma N 1 Pundong, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Azwar. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Melalui Metode Diskusi pada
Siswa Kelas XII SOS 2 SMP Negeri 2 Bantaeng. Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Makassar.

Brodie, R. 2005. Virus Of The Mind. Jakarta: KPG

Dian Riski Nugroho. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


(Team Games Tournament) TGT terhadap Motivasi Siswa Mengikuti
Pembelajaran Bola Voli di Kelas X SMAN 1 Panggul Kabupaten
Trenggalek. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Vol 01 No 01.

Ermi, A. 2014. Peningkatan Motivasi Belajar Sejarah Melalui Model


Pembelajaran Tipe Time Token (TITO) Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 4
Bantimurung-Maros. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UNM: Makassar

Firmansyah, R. dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: Pusat
Perbukuan Dapartemen Pendidikan Nasional.
Ginting, N., Nasution, R, H., & Syari, M. 2020. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Temas Games Tournament Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Biologi Siswa Di SMA negeri 5 Padangsidimpuan. Journal of
sciences. Vol 1 No 2. ISSN : 2721-5371

Hidayat, Nur. dkk. 2018. Mikroorganisme dan Pemanfaatannya. Malang: UB.


Press.
`

Hikmah, M., Anwar, Y., & Riyanto. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Team
Games Tournament Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik
Pada Materi Dunia Hewan Kelas X Di SMA Unggul Negeri 8 Palembang.
Jurnal Pembelajaran Biologi. Vol 5 No 1

Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Izet, M. Mustaqiem. 2017. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams


Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep
Fungi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta

Jonwandri, Nurul Afifah & Enny Afniyanti. 2015. Pengaruh Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA N 1 Kepenuhan Kabupaten
Rokan Hulu Tahun Pembelajaran 2014/2015. Universitas Pasir Pengaraian

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Direktorat Pembinaan SMA


Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kustandi, Cecep. 2013. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Cet.2 Bogor:
Ghalia

Mardayanti, M. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams


Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Prosedur Administrasi di SMK Batik 2 Surakarta.
Indonesian Journal Of Social Science Education. Vol 2 No 2.

Meti Herlina, 2019. Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan Media AudioVisual Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa di SMAN 5 Bengkulu Utara. Jurnal IPA Terpadu. Vol 3 No
1. ISSN. 2597-8977

Monika, Ruth Lana. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Games Tournament Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Siswa
Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada Materi Sistem Peredaran Darah
Manusia. Skripsi. Yogyakarta.

Nopiyanita, tri, dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Kimia Dan Kreativitas Siswa Pada Materi Reaksi Redoks Kelas X Semester
Genap Sma Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013. JPK (Jurnal
Pendidikan Kimia). Vol 02 No. 2

Nugroho, Dian Rizki dan Abdul Rohman. 2013. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe (Team Games Tournament) TGT terhadap Motivasi Siswa
`

Mengikuti Pembelajaran Bolavoli Di Kelas X SMAN Panggul Kabupaten


Trenggalek. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Vol.01:01.

Oktavia, A. S. 2020. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish

Rachmayanti, R. 2021. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan


Sistem Reproduksi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT Di Kelas XI IPA SMA. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 9 No 1. ISSN :
2339-0468
Rahmawati, F., Utami, B., dkk. 2020. Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe (TGT) (Teams-Games-Tournament) Dalam Meningkatkan Motivasi
Dan Hasil Belajar Biologi Materi Animalia Siswa Kelas X IPA SMA Bina
Insan Mandiri Nganjuk Tahun Ajaran 2018/2019. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya. Vol 7 No 1. ISSN : 2406-8659.

Romanda, Adang 2016. Penerapan model pembelajaran Teams Game


Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas V di
MI Al-Fajar Pringsewu tahun pelajaran 2016/2017. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung: Bandar
Lampung.

Rusman, 2011. “Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Setiawan, I. 2017. Replikasi Virus Serta Siklus Hidup dan Reproduksi


Menggunakan Siklus Litik dan Lisogenik. Tersedia di:
http://www.belajaripa.net/replikasi-virus/

Siti Aisah, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar ekonomi Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Menggunakan Permainan.
Multimedia Jurnal

Sudarsana, I, K. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap


Peningkatan Mutu Hasil Belajar Siswa. Jurnal Penjaminan Mutu Lembaga
Penjaminan Mutu Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Vol 4 No 1.
ISSN : 2548-3110

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulaeman, Hamzah, Amir. 1985. Media Audio Visual Untuk Pengajaran,


penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta: PT. Gramedia

Thobroni, M. 2017. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.
`

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
.
Undang-Undang No.20 Pasal 1 ayat 1 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.

Wardani Endah Kusuma, 2014. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Sejarah Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell Dengan
Materi Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 33 Makassar. Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar: Makassar.

Zulfira Vinanda, Evita Anggereini, Ali Sadikin. 2019. Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap
Hasil Belajar Biologi pada Materi Keanekaragaman Hayati di SMA Negeri
11 Batang Hari. Jurnal Ilmu Pendidikan Biologi. Vol 5 No 3. ISSN :2460-
2612.

Anda mungkin juga menyukai