Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik Kelas II di MIN 6 Ponorogo

Hanik Mufidah, S.Pd. 1*, Dr. Retno Widyaningrum, S.Si, M.Pd. 2, Rahma Fitrotul Mualif 3
1
Hanik Mufidah, S.Pd. hanikmufidah2015@gmail.com*
2
Dr. Retno Widyaningrum, SS.Si, M.Pd. retno.widya@iainponorogo.ac.id
3
Rahma Fitrotul Mualif, patangpuluhlimo88@gmail.com

*Corresponding Address: hanikmufidah2015@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran PPKN kelas II MIN 6 Ponorogo menggunakan model pembelajaran kooperatif. Jenis penelitian
yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain PTK menggunakan model Kemmis dan
Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah Observasi dan Tes. Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas II MIN 6 Ponorogo pada Mata Pelajaran PPKN dengan
persentase pada siklus pertama 44% pada kategori sedang kemudian mengalami peningkatan pada siklus
kedua dengan prosentase 100% pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa pembelajaraan kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci: Model, Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif

I. PENDAHULUAN
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil belajar.
Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan
dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta
didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam
setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik
mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai
melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Hasil belajar yaitu suatu hasil yang diperoleh siswa sesudah proses pembelajaran dalam
beberapa waktu tertentu. Menurut hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah
selesai menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2010). Sedangkan belajar merupakan proses
yang bersifat yang tidak dapat dilihat dengannyata.proses itu terjadi di dalam diri seseorang
yang sedang mengalami proses belajar. Dari pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, untuk memperoleh
sebuah wawasan yang belum pernah diketahuinya. Maka dari itu dengan cara belajar
seseorang akan dapat mengetahui apa yang belum pernah di ketahuinya. Menurut
Muhammad Thobroni hasil belajar adalah pola pola perbuatan, nilai-nilai,pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Sedangkan menurut Nana Sudjana hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalamanbelajarnya. Menurut Agus Suprijono hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. (Agus Suprijono,
2012) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi pada siswa setelah melakukan prosespembelajaran yang diperoleh siswa yang
berupa nilai dari mengerjakan tes. Hasil belajar itu meliputi semua aspek prilaku (aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik), hasil belajar itu sangat penting dalam proses
pembelajaran, karna dengan adanya hasil belajar seorang guru dapat mengetahui sejauh mana
siswa memahami materi yang telah disampaikan.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada model pembelajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. (Slavin, 2013) Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai
kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok.Pemilihan model pembelajaran ini didasarkan pada teori belajar kontruktivisme,
yang mana pembelajaran berpusat pada siswa atau studentcentered, guru hanya sebagai
fasilitator yang membantu pelajar membina pengetahuan dan menyelesaikan masalahnya.
Yang dikembangkan oleh seorang filsafat yang bernama Piaget dan dikenal dengan teori
Peaget kontruktivism kognitif.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi
siswa. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan
atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan
model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti memilih alternatif menggunakan metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai upaya langkah awal untuk
menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif sekaligus untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran PPKN. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan pada
semua mata pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara wajar dan sengaja
mengembangkan, interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah
pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
sistem yang didalamnya terkandung elemen-elemen yang saling terkait. Diantaranya: a)
Saling ketergantungan positif, b) Interaksi tatap muka, c) Akuntabilitas individual, d)
Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang sengaja
diajarkan. Singkatnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran
kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan
yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.
Pada kelas II peneliti menemukan kondisi dimana peserta didik cenderung pasif saat
proses pembelajaran berlangsung. Ketika di berikan pertanyaan siswa tidak memberikan
tanggapan dengan antusias. Hanya beberapa siswa yang biasa menjawab pertanyaan dari guru
dengan malu-malu dan suara tidak lirih. Siswa mendengarkan penjelasan guru namun
cenderung tidak memberikan tanggapan terhadap apa yang sedang disampaikan oleh guru.
Hal ini menimbulkan tanda tanya apakah siswa itu diam karena memang sudah paham atau
karena belum paham sama sekali. Peneliti kemudian mengamati hasil ulangan harian pesera
didik. Berdasarkan hasil ulangan harian peserta didik, lebih dari 50% anak memiliki nilai
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Salah satunya pada pelajaran PPKN ,
dimana dari 18 siswa di kelas hanya sekitar 8 anak yang memperoleh nilai di atas KKM
Banyak model pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat mengaktifkan dan meningkatkan prestasi
belajar peserta didik adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
menekankan pada aspek kerjasama dan diskusi secara kelompok. Hal ini dapat merangsang
siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Ketika siswa telah aktif dalam mengikuti
pembelajaran maka pemahaman siswa akan meningkat yang berdampak juga pada prestasi
belajar siswa. Dari uraian tersebut peneliti ingin mencoba menerapkan pembelajaran dengan
model kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKN
kelas II MIN 6 Ponorogo.
Dalam proses pembelajaran di MIN 6 Ponorogo, siswa masih kesulitan dalam
menerima pelajaran yang disampaikan guru tanpa adanya objek yang konkret. Oleh sebab itu
guru memerlukan alat bantu mengajar untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar dan dapat memudahkan siswa dalam menerima dan memahami pelajaran. Alat bantu
tersebut yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran sebagai pendukung kegiatan belajar
siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan, permasalahan diatas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai beirikut:
(1). Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PPKN materi
aturan di lingkungan sekolah? (2). Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar PPKN pada materi aturan di lingkungan sekolah
i MIN 6 Ponorogo ?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (a). Guru dapat menerapkan
model model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PPKN materi aturan di lingkungan
sekolah di MIN 6 Ponorogo. (b). Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar PPKN pada materi aturan di lingkungan sekolah di MIN 6
Ponorogo.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MIN 6 Ponorogo. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas 2A dengan jumlah 18 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 8 perempuan. Penelitian
ini dilaksanakan pada Tahun 2022 semester ganjil dari bulan Agustus sampai September
2022. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender pendidikan di sekolah karena
dalam pelaksanaan tindakan ini memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses
belajar mengajar menjadi efektif di kelas. Kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Obyek penelitian ini adalah hasil
belajar siswa yang berkaitan dengan materi aturan di lingkungan sekolah pada mata pelajaran
PPKN untuk siswa kelas II A semester ganjil. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang akan merefleksikan permasalahan-permasalahan yang ada di
dalam kelas. Sumber data pada penelitian ini ada dua jenis yaitu sumber data primer yang
berasal dari siswa dan guru yang meliputi: RPP , lembar obsevasi, dan hasil belajar siswa.
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang masih berkaitan dengan siswa seperti
daftar nilai sebelum tindakan data pribadi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah berupa tes, observasi dan dokumentasi. Indikator kinerja dari penelitian ini adalah
selain siswa adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap
siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
refleksi.

Siklus I
a. Tahap perencanaan
Mengidentifikasi masalah, Merancang RPP tentang materi mengenal aturan bermain
di rumah teman, Pada pertemuan pertama guru akan membahas tentang memahami
aturan bermain di rumah teman, Pertemuan kedua guru menjelaskan tentang aturan di
lingkungan sekolah, Menerapkan model pembelajaran kooperatif, Menyusun lembar
kegiatan guru dan siswa, Menyusun kisi-kisi soal, Menyusun soal tes hasil belajar dan
jawabannya.
b. Tahap Pelaksanaan
Menyiapkan RPP siklus 1, Menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban, Guru
menyampaikan materi aturan dirumah teman, Guru membentuk kelompok. Guru
membagi siswa menjadi 2 kelompok besar, masing-masing siswa diberi kartu soal dan
kartu jawaban secara acak, Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, Setiap peserta
didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang di pegang, Setiap peserta didik
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartumya (soal jawaban),
Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin,
Siswa mempersentasikan hasil mencocokan kartu yang telah didapatkan, Siswa bersama
guru menyimpulkan materi pelajaran, Pada alur siklus 1 siswa mengerjakan tes hasil
belajar.
c. Pengamatan (Observasi)
Tahap tindakan dan observasi dilakukan oleh peneliti setelah penyusunan rencana
selesai. Kedua tahap ini dilakukan oleh peneliti dalam waktu bersamaan saat pebeajaran
berlangung. Tahap tindakan digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan peneliti
dalam pembelajaran. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil
belajar siswa di kelas II A dengan menggunakan pedoman lembar evaluasi yang telah
dibuat sebelumnya untuk mengetahui nilai sekaligus sebagai data hasil belajar siswa.
Observasi di fokuskan pada Penerapan model pembelajaran kooperatif yang digunakan
pada kegiatan proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1). Menganalisis data
maupun informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan mengenai hasil dan aktivitas
belajar siswa serta perfoman guru. (2).Memberi pejelasan terhadap informasi yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan mengenai hasil dan aktivitas siswa serta perfoma
guru. (3). Menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan, supaya peneliti dapat menentukan
langkah selanjutnya dalam upaya menghasilkan perbaikan. (4), Merancang tindak lanjut.

Siklus II
Pada siklus kedua ini tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan sama dengan
siklus pertama, tetapi berdasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama atau perbaikan-
perbaikan yang terdapat pada siklus pertama, sehingga pada siklus kedua ini diharapkan bisa
berjalan lebih baik dari sebelumnya. Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua
kejadian yang dilakukan pada siklus II. Selain untuk mengetahui pencapaian hasil belajar
siswa, analisis juga dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses
belajar mengajar di kelas pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis refleksi pada siklus I dan
II terhadap hasil dan aktifitas siswa maka akan dapat disimpulkan keberhasilannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yaang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil sebagai
berikut.
a. Hasil Tindakan Siklus 1
Tahap perencanaan ini adalah memilih materi yang akan disampaikan dan menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkolaborasi dengan guru kelas, serta
menyiapkan lembar observasi kegiatan dan terakhir menyiapkan tes akhir tiap siklus
dengan materi yang akan diberikan. Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan,
adapun materi pelajaran PPKN kelas II pada semester I adalah aturan bermain di rumah
teman.
Hasil pengamatan di siklus I berada pada kategori cukup baik dengan presentase nilai
rata-rata 73,33. Aspek yang masih perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran pada
siklus I adalah lebih ditingkatkan memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran, dalam membentuk kelompok masih terlalu berkumpul dengan teman-
temannya, siswa belum ada yang mau bertanya dan melakukan sanggahan, kurangnya
minat siswa yang mau melakukan presentase.
Berdasarkan hasil belajar siswa pada tes siklus I menunjukkan jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 8 siswa dengan presentase 44,44%.
Hasil pengamatan observasi siswa di siklus I berada pada kategori cukup.
Hal ini terjadi karena pada siklus I siswa belum terlalu baik dalam hal mendengarkan
penjelasan guru, mengemukakan gagasan sendiri, bertanya, melakukan diskusi, dan
melakukan presentasi. Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 44,4%, sedangkan siswa
yang belum tuntas hasil belajarnya 55,6% meningkat dibandingkan dengan pra siklus.
Namun demikian, hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai standar yang
ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan penelitian ini
dianggap berhasil bila mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 80%. Berdasarkan pada
data ini, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dilakukan pada siklus II.
Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, diadakan refleksi proses pembelajaran
yang dilakukan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan melibatkan rekan sebagai
pembanding. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari rekan
selaku observer, agar pada siklus II hasil evaluasi pembelajaran mencapai target yang
telah ditentukan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
Pada siklus I terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif masih kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah karena belum pernah
menerapkan model pembelajaran itu pada pembelajaran sebelumnya. Akibatnya,
pengorganisir siswa yang dibagi dalam kelompok-kelompok menjadi agak terganggu
karena siswa yang ramai dan akhirnya mengganggu siswa lainnya. Akhirnya masih
banyak kegiatan yang direncanakan masih belum dilakukan. Sehingga, pada siklus II
peneliti harus berusaha melakukan semua kegiatan.

Tabel Hasil Belajar Siklus 1


No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Agung Prasetyo 60 Tidak Tuntas
2 Alaric Badil Fairus 60 Tidak Tuntas
3 Alfa Risqia Desita Aulia Ayu Revitha 100 Tuntas
4 Elfira Rafa Ardiant 80 Tuntas
5 Fahri Yazid Alfarizi 60 Tidak Tuntas
6 Kabhinawa Adzkia Kinara Bagus 60 Tidak Tuntas
7 Meiza Kayla Nurin Najwa 100 Tuntas
8 Moh Raihan Faizul Muttaqiin 60 Tidak Tuntas
9 Mohammad Azzam Hafidz Atho’illah 60 Tidak Tuntas
10 Muhammad Raffa Melano Putra A. 60 Tidak Tuntas
11 Muhammad Ridwan Abdul Aziz 60 Tidak Tuntas
12 Octavia Alfina Zahra 80 Tuntas
13 Refa Apriliani 100 Tuntas
14 Shafa Febryziana Aniqah Yulfa 80 Tuntas
15 Sultan Yusuf Setyawan 60 Tidak Tuntas
16 Vanesya Nadia Ayu Aurelia 100 Tuntas
17 Yahya Hanung Probo Manik 60 Tidak Tuntas
18 Zabata Radel Saputra 80 Tuntas
Jumlah Nilai 1320 -
Rata-rata 73,33 -
Presentase Tuntas 8 44,44%

b. Hasil Tindakan Siklus II


Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan
pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II
yaitu: membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif; menyiapkan lembar observasi; lembar evaluasi yang diberikan pada akhir
pertemuan siklus.
Seperti halnya pada tindakan siklus I, pada siklus II kegiatan observasi dilakukan oleh
observer yang sama. Dari hasil aktivitas guru pada siklus II berada pada kategori sangat
baik. Dalam proses pembelajaran pada siklus II, kegiatan ini telah menunjukkan semua
aspek berada pada kategori sangat baik.
Berdasarkan perolehan pada siklus II kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada materi aturan di lingkungan
sekolah telah mencapai hasil 100% berada pada kategori sangat baik. Sedangkan dalam
proses pembelajaran pada siklus II, kegiatan siswa telah menunjukan semua aspek berada
pada kategori sangat baik pula. Hasil aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II
telah berada pada kategori sangat baik. Telah terjadi peningkatan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 44,4%, sedangkan
siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 55,6%. Pada siklus II terjadi peningkatan lebih
baik lagi dimana siswa yang tuntas mencapai 100%. Dengan demikian, hasil belajar pada
siklus II dianggap berhasil karena mencapai mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 80%.
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan demikian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif berhasil dilakukan pada siklus II. Pada
akhir siklus II, diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti pada
siklus I, refleksi dilakukan dengan melibatkan rekan selaku observer. Hasil dari refleksi
tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada
siklus II sudah baik sekali. Pada siklus II guru dapat dikatakan berhasil, hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas belajar sekaligus
meningkatnya prosentase tuntas belajar yaitu sebanyak 100%, dibandingkan dengan hasil
belajar pada siklus I yaitu sebesar 44,4%.

Tabel Hasil Belajar Siklus II


No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Agung Prasetyo 100 Tuntas
2 Alaric Badil Fairus 100 Tuntas
3 Alfa Risqia Desita Aulia Ayu Revitha 100 Tuntas
4 Elfira Rafa Ardiant 100 Tuntas
5 Fahri Yazid Alfarizi 80 Tuntas
6 Kabhinawa Adzkia Kinara Bagus 100 Tuntas
7 Meiza Kayla Nurin Najwa 100 Tuntas
8 Moh Raihan Faizul Muttaqiin 100 Tuntas
9 Mohammad Azzam Hafidz Atho’illah 100 Tuntas
10 Muhammad Raffa Melano Putra A. 100 Tuntas
11 Muhammad Ridwan Abdul Aziz 80 Tuntas
12 Octavia Alfina Zahra 100 Tuntas
13 Refa Apriliani 100 Tuntas
14 Shafa Febryziana Aniqah Yulfa 100 Tuntas
15 Sultan Yusuf Setyawan 80 Tuntas
16 Vanesya Nadia Ayu Aurelia 100 Tuntas
17 Yahya Hanung Probo Manik 100 Tuntas
18 Zabata Radel Saputra 100 Tuntas
Jumlah Nilai 1740 -
Rata-rata 96,66 -
Presentase Tuntas 18 100 %

Pada tabel siklus II di atas menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
secara klasikal sebanyak 18 siswa dengan presentase (100%), Angka ini sudah memenuhi
bahkan melebihi KKM yang ditentukan oleh MIN 6 Ponorogo Sepakat yaitu 70 pada
pelajaran PPKN. Oleh karena itu, hasil belajar siswa pada pelajaran PPKN materi aturan
di lingkungan sekolah untuk siklus II telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa melalui model
cooperative learning telah berhasil, hal ini membuktikan ketuntasan siswa mengalami
peningkatan dan lebih baik untuk setiap siklusnya. Berdasarkan paparan diatas
menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata- rata tingkat ketuntasan hasil belajar siswa
melalui model cooperative learning pada mata pelajaran PPKN materi aturan di
lingkungan sekolah di kelas II A MIN 6 Ponorogo. Hal ini menggambarkan adanya
upaya-upaya guru meningkatkan hasil belajar dan kualitas pembelajaran yang dilakukan,
yang ditunjukkan dari adanya peningkatan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa untuk
setiap siklusnya mengalami peningkatan antara siklus I dan siklus II.

PEMBAHASAN
Pemberian tindakan dalam penelitian ini berlangsung selama dua siklus. Pada siklus
pertama diberikan materi aturan bermain di rumah teman. Pengamatan hasil proses
pembelajaran, persoalan yang ditemukan antara lain bahwa siswa kurang mengerti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif. Hal ini disebabkan karena baru
pertama kali menggunakan model pembelajaran ini, dan belum pernah menggunakan model
pembelajaran ini sebelumnya. Akhirnya, yang terjadi adalah ketika melakukan
pengorgansasian siswa, masih banyak siswa yang ramai dan membuat keributan di kelas,
sehingga mengganggu siswa yang lain. Pada siklus pertama ini, ditemukan masih banyak
siswa yang diam, dan hanya beberapa yang mengajukan pertanyaan.
Mengacu pada permasalahan-permasalahan pada siklus I, kemudian dibuat perencanaan
untuk dilaksanakan pada siklus II, dan ditemui bahwa dalam pelaksanaan tindakan, masalah
masalah yang dihadapi pada siklus I menjadi berkurang. Pada siklus II, terlihat bahwa
motivasi siswa untuk belajar PPKN menjadi meningkat, hal ini ditunjukkan antara lain,
bahwa siswa aktif berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya, kemudian aktif bertanya
pada hal hal yang belum diketahui, termasuk aktif dalam memberikan tanggapan pada
presentasi dari kelompok yang berbeda.
Dari hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II secara keseluruhan, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas
II MIN 6 Ponorogo, terjadi peningkatan dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran PPKN dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar PPKN.
Meskipun demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran ini ada beberapa faktor yang
menjadi penghambat terlaksananya kegiatan pembelajran ini. Pertama, kurang maksimalnya
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode cooperative learning, karena
metode pembelajaran ini juga baru pertama kali dilaksanakan. Kedua, pada pertemuan
pertama siklus I, banyak siswa yang memilih untuk berkelompok dengan temannya sendiri,
sehingga banyak siswa yang kurang berprestasi akhirnya harus berkelompok dengan siswa
yang kurang berprestasi juga. Ketiga, dalam presentasi kelompok, siswa yang berprestasi
masih dominan dalam menjawab atau memberikan pertanyaan, namun guru belum dapat
mengatasi hal tersebut, sehingga presentasi dan tanya jawab menjadi didominasi oleh siswa
yang berprestasi. Keempat, waktu. Karena kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan bertepatan
dengan jam pelajaran, dan akan pergantian jam pelajaran berikutnya, sehingga terkesan
memberikan materi secara terburu-buru, sehingga tidak mengeksplorasi materi lebih jauh dan
dalam.
Meskipun terdapat beberapa hambatan, ada faktor yang juga menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif ini. Pertama, ketegasan
guru. Setelah melihat kondisi pada pertemuan pertama siklus I, dimana siswa berkelompok
hanya dengan temannya, guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa dalam kelompok
heterogen. Kedua, untuk mengatasi keributan selama proses pembagian kelompok, guru
membacakan nama dan meminta siswa satu persatu untuk bergabung dengan kelompoknya,
sehingga tidak lagi terjadi kegaduhan seperti pada pertemuan 1 siklus I. Kedua, kesediaan
siswa yang berprestasi dan aktif untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang
berprestasi dan pasif untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, juga menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. Ketiga, motivasi yang diberikan, dengan
memberikan kesempatan serta kepercayaan kepada siswa yang pasif dan kurang berprestasi
untuk dapat mempersentasikan serta mengajukan pertanyaan juga menjawab pertanyaan,
membuat suasana kelas lebih bervariasi dan tidak lagi didominasi hanya oleh siswa yang
berprestasi.
Berdasarkan nilai rata-rata tes siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II terjadi
peningkatan rata-rata nilai tes, dapat dilihat pada siklus I rata-rata nilai sebesar 73,3, pada
siklus II terjadi peningkatan lagi sebesar 96,6. Ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan
persentase ketuntasan dan nilai rata-rata tes siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif, dan setelah dilaksanakan pembelajaran.
Mengacu pada hasil tersebut, maka dapat disarankan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif perlu diberlakukan pada siswa MIN 6 Ponorgo.
Dari hasil ini juga, kemudian menajwab hipotesis tindakan yang didesain, bahwa ada
peningkatan motivasi belajar PPKN dengan menggunakan metode kooperatif pada siswa
kelas II MIN 6 Ponorgo.

Tabel Hasil Penelitian Keseluruhan


No Hasil Penelitian Siklus 1 Siklus II Presentae Keterangan
. Perubahan
(%)
1 Jumlah 1320 1740 - -
2 Rata-rata 73,33 96,66 - -
3 Prosentse Tuntas 44,44 % 100 % 55,56 % Berhasil
Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Dan II

Berdasarkan hasil analisis secara umum hasil belajar mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut terjadi karena guru maupun siswa memahami
bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan yaitu pembelajaran menggunakan model
kooperatif. Pada model ini, siswa dapat dilihat sejak awal pembelajaran untuk dapat
menyelesaikan soal. Baik siswa maupun guru telah melaksanakan aktivitas pembelajaran
dengan baik, sehingga aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dalam kelas, namun
mereka perlu juga membaca, menulis, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas di atas, penggunaan model pembelajaran kooperatif ini dapat
dijadikan alternatif baru yang dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru mata
pelajaran PPKN dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Diharapkan penggunaan model
cooperative learning ini tidak hanya untuk mata pelajaran PPKN saja, akan tetapi bisa
diterapkan pada mata pelajaran lain.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan berkaitan dengan “
Penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran PPKN pada materi aturan di lingkungan sekolah di kelas IIA MIN 6 Ponorogo
diperoleh hasil sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus I nilai rata-
rata siswa adalah 73,33 dengan ketuntasan klasikal 44,44%. Dan meningkat pada siklus II
dengan rata-rata nilai mencapai 96,66 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%, terjadi
peningkatan sebesar 55,56%. Peningkatan tersebut terjadi karena dalam model kooperatif
memiliki karakteristik seperti kerjasama, permainan, dan penghargaan, sehingga siswa dapat
bekerja sama dalam memecahkan masalah serta tercipta suasana belajar yang menyenangkan,
asyik, dan aktif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Keberhasilan penelitian ini, penulis tidak luput dari berbagai kesulitan dan hambatan,
namn atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan artikel ini dapat
terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telak membantu serta mendukung penulis
dalam menyusun dan menyelesaikan artikel ini, yaitu kepada:
1. Ibu Dr. Evi Muafah, M.Ag. selaku Rektor IAIN Ponorogo
2. Bapak Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag. selaku Dekan IAIN Ponorogo
3. Ibu Ulum Fatmahanik, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
4. Ibu Dr. Retno Widyaningrum, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Magang 2
5. Ibu Hanik Mufidah, S.Pd. selaku Guru Pamong MIN 6 Ponorogo
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril, materil, spiritual kepada
penulis dari awal hingga akhir menyelesaikan artikel ini.
7. Teman-teman seperjuangan, rekan-rekan mahasiswa kelompok 65
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang secara langsung telah
membantu penelitian artikel ini. Penulis telah berusaha dengan sebaik mungkin dengan
kemampuan yang ada dalam menyelesaikan artikel ini untuk mendapat hasil yang
sebaik-baiknya. Namun penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat menghargai segala kritik
dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga artikel ini dapat
berrmanfaat.

REFERENSI

Mahanani, P. S. (2022) Penerapan Metode Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN Tambakrejo Kediri, Jurnal Tindakan Kelas
http;//doi.org/10.53624/ptk.v2i2.58

Slavin, Robert E. (2013). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.

Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning: Teori, dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai