Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Fiqih Pada Siswa Kelas IIC MIN 6 Ponorogo

Hanik Mufidah, S.Pd.I1, Yuni Pramesti Widyastuti2, Retno Widyaningrum, S.Si, MPd3
1
MIN 6 Ponorogo, hanikmufidah2015@gmail.com
2
IAIN Ponorogo, yunipramesti06@gmail.com
3
IAIN Ponorogo, retno.widya@iainponorogo.ac.id

Corresponding Address: hanikmufidah2015@gmail.com

ABSTRAK
Ineraksi anatara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsunya proses pembelajaran. Guru
adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha mengajar secara
optimal pada berbagai pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Ketidak
keberhasilan guru dalam proses pembelajaran tidak selamanya berada pada pihak guru, tetapi terkadang
berada di pihak siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas
IIC pada mata pelajaran Fiqih materi Gerakan dan bacaan shalat MI Negeri 6 Ponorogo Kecamatan
Ponorogo Kabupaten Ponorogo setelah dilaksanakanya model pembelajaran make a match. Metode
penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas. Penelitian dilakukan di MI Negeri 6 Ponorogo pada bulan
Agustus sampai November 2022. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan dokumen,
observasi, dan tes tertulis. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif.
Dalam penelitian ini subyek yang memberi tindakan adalah peneliti. Siswa kelas IIC MI 6 Ponorogo tahun
pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 18 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki
bertindak sebagai subyek yang menerima Tindakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IIC MI Negeri 6 Ponorogo. Hal
tersebut terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan secara signifikan dengan rata-rata meningkatan sejumlah 14,44% dari siklus I
dan naik pada siklus II.
Kata Kunci : Fikih,Model Pembelajaran make a match, hasil belajar,

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan secara sadar dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam undang-undang pasal 1 ayat 1 No. 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan sebagai usaha sadar untuk
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan optimal keagamaan, pengendalian
diri, kepibadian, kecerdasan, keterampilan, serta akhlak mulia yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat bangsa dan negara (Taufiq et al., 2017). Pendidikan dikatakan tepat bagi siswa
apabila Pendidikan yang diberikan dapat memfasilitasi siswa supaya bisa memecahkan
masalah yang di jumpai dalam aktivitas sehari-hari. Komponen yang penting dalam
Pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi anatara siswa,
guru, dan lingkunganya sehingga terjadi perubahan kera rah yang lebih baik. Dalam proses
pembelajara terdapat kegiatan belajar mengajar yang tidak dapat di pisahkan satu sama lain,
bahkan saling berkaita erat.
Ineraksi antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsunya proses
pembelajaran. Interaksi dalam proses pembelajaran memiliki arti yang sangat luas, tidak
hanya behubungan anatara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini
bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pembelajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pengajaran (Zaini, 2009) Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam
Pendidikan pada umumnya, karena guru memengang peranan dalam proses pembelajaran,
dimana proses pembelajaran merupkan inti dari proses Pendidikan secara keseluruhan. Jadi
guru adalah salah satu
komponen dalam proses pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha mengajar secara
optimal pada berbagai pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
(Rusman, 2011)
Ketidak keberhasilan guru dalam proses pembelajaran tidak selamanya berada pada pihak
guru, tetapi terkadang berada di pihak siswa. Seperti timbulnya kejenuhan dalam belajar,
siswa banyak masalah di luar lingkup sekolah, siswa kurang menyukai mata pelajaran atau
kutrang menarik baginya, dan mudah bosan. Oleh karena itu pembelajaran perlu
mendapatkan perhatian dari kedua pihak anatara guru dan siswa.
Berdasarkan observasi awal, terkait dengan hasil belajar siswa teridentifikasi beberapa
masalah yang terjadi di kelas IIC diantaranya:
1. Perhatian siswa kurang dalam proses pembelajaran
2. Antusias siswa dalam proses pembelajaran masih kurang
3. Hanya Sebagian siswa yang dapat menjawab dan melaksanakan perintah guru.
Mengacu pada permasalahan di atas, maka perlu dicari solusi dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Make-A Match. Model pembelajaran Make-A
Match atau mencari pasangan merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa
untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui
suatu permainan kartu pasangan. Model pembelajaran Make-A Match adalah cara
menyenangkan dalam meninjau kembali materi pembelajaran dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan teman sekelasnya.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Teknik Make-A Match siswa akan
lebih bersemangat karena model pembelajaran tersebut terdapat unsur permainanya, selain itu
siswa pun dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Hal tersebut juga telah disebutkan oleh
salah satu ahli yaitu Wijanarko, menurutnya model pembelajaran make a match dapat
membantu guru untuk menciptakan suasana belajar yang inovatif , aktif dan menyenagkan
(Ermita, 2021). Model pembelajaran Make-A Match merupakan salah satu jenis dari model
pembelajaran kooperatif, yakni pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelomok kecil secara kloaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam
orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogeny (Rusman, 2011). Model
pembelajaran make a match membutuhkan ketelitian, kecermatan, ketepatan, dan kecepatan
siswa dalam memasanhkan atau mencocokan kartu yang dipegang sambal belajar menegani
suatu konsep dalam suasan belajar yang menyenangkan.
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan model pembelajaran make a
match. Penelitian yang dilakukan oleh Riyanti yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatkan dari siklus I 62,5% dan pada siklus II meningkat menjadi
93,75%. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran make a
match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Penelitian selanjutnya silakukan oleh Arinal Magfiroh yang menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran model pembelajaran
kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa
kelas II SDN 20 Baraka.
Adapun langkah-langkah dalam megaplikasikan model pembelajaran make a match di
kelas adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan materi pembelajaran pada siswa
b. Guru membagi siswa kedalam dua kelompok, misalnya kelompok satu dan kelompok
dua. Kemudian masing-masing kelompok ini saling berhadapan.
c. Guru memberikan kelompok satu berupa kartu pertanyaan dan kelompok dua berupa
kartu jawaban.
d. Guru memberitahukan kepada siswa Batasan waktu selama mencari dan mencocokkan
kartu yang dibawa.
e. Guru mengharuskan seluruh anggota kelompok satu untuk mencari pasangan kartu di
kelompok dua. Apabila siswa sudah mendapatkan pasangan kartunya, siswa dapat
melapor kepada guru untuk dicatat di lembaran yang telah disiapkan sebelumnya.
f. Apabila waktu telah berakhir, siswa diberitahukan jika waktu untuk mencari pasangan
kartu sudah berakhir dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan berkumpul dengan
yang tidak mendapatkan pasangan juga.
g. Siswa yang tidak mendapatkan pasangan satu persatu diminta untuk mempresentasikan
hasilnya di depan kelas. Siswa yang lain harus menyimak.
h. Guru mengecek benar tidaknya hasil yang dipresentasikan serta memberikan
penegasan mengenai materi materi.
i. Guru meminta pasangan selanjutnya untuk melakukan presentasi hingga semua
pasangan selesai melakukan presentasi.(Huda, 2015)
Langkah model pembelajaran make a match harus dilakukan secara urut dan sistematis
yang diawali dengan persiapan, membagikan kartu soal dan jawaban, mencari pasangan dari
kartu tersebut, mencocokkan pasangan kartu, memberikan penghargaan dan penyimpulan
materi pembelajaran. Kelebihan Model Pembelajaran Make a match (1) Dapat menciptakan
suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, (2) Materi pembelajaran yang akan
disampaikan akan lebih menarik perhatian siswa, (3) Sangat cocok diterapkan untuk tugas
yang sederhana, (4) dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
(Qadriyatun & dkk, 2014)
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu pencapaian dalam satu
kompetensi dasar yang diinginan (Basri, 2009). Hasil belajar tersebut sangatlah penting untuk
siswa karena sebagai tolak ukur pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan .Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Tujuan utama yang ingin dicapai
dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil beajar digunkan untuk mengetahui sampai
mana siswabisa memahami serta mengerti materi yang sudah di ajarkan. Jadi hasil belajar adaah
prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu
perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar sebagai pengukur kegiatan belajar
mengajar atau proses belajar yang dinyatakan menggunakan symbol, huruf, maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicoba oleh setiap siswa pada periode tertentu.
Hasil belajar juga bisa dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas
pengajaran yang dimaksud adalah profesionalitas dan keahlian yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik dibidang kognitif, bidang sikap, dan bidang perilaku sangat berpengaruh
dalam menentukan hasil belajar siswa.(Sulhan, 2020). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan. Menurut (Slameto, 2010)
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang. Faktor internl ini meliputi faktor
jasmaniah dan faktor psikologi. Selain actor internal juga terdapat faktor eksternal yaitu faktor yang
ada di luar seseorang. Faktor eksternal meliputi faktor kelurga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Mata pelajaran fiqih adalah unsur mata pelajaran Pendidikan Islam (PAI) pada sekolah umum.
Pada madrasah, fiqih menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan kepada siswa mulai
kelas satu smpai kelas enam.(Mucthar, 2012). Dengan adanya mata pelajaran fiqih, siswa akan
belajar untuk memahami hukum-hukum dan aturan dalam menjalankan perintah Allah Swt. mata
pelajaran fiqih di tingkat Madrasah ibtidaiyah ditekankan pada pemahaman, pengalaman, dan
pembiasaan. Selain itu fiqih juga penting sebagai bekal bagi siswa dalam melaksanakan hukum islam
secara sederhana dalam ibadah dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal untuk
Pendidikan di jenjang berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IIC pada mata pelajaran Fiqih materi Gerakan dan bacaan shalat MI Negeri 6 Ponorogo
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo
melalui model pembelajaran make a match.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melaukuan penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Pada Siswa
Kelas IIC MIN 6 Ponorogo”.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK berasal
dari masalah yang ditemukan oleh guru selama melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.
Menurut Arikunto PTK merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh guru di kelasnya yang
memiliki maksud untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
Dengan adanya penelitian ini, guru bisa mendeteksi kelamahan yang dialami siswa dan dapat
melakukan Tindakan untuk menangani permasalahan yang dihadapi siswa tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas ini akan menggunakan penelitian secara bersiklus. Peneliti
merancang 2 siklus. Apabila hasil penelitian yang ada di siklus I dan II belum mencapai hasil
yang maksimal, maka akan diadakan penelitian di siklus berikutnya. Penelitian ini akan
menerapkan prosedur PTK yang di kembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan
pada penelitian ini meliputi 3 tahap, yakni (1) Perencanaan, (2) Perlakuan dan Pengamatan,
(3) Refleksi. Tahapan penelitian PTK ini dapat digambarkan pada bagan berikut:

Pada tahap perencanaan, berupa rancangan Tindakan yang menjelaskan bagaimana


tindakan tersebut akan dilakukan . selain itu juga menyiapkan rencana perangkat
pembelajaran (RPP) sebagai pelengkap dalam pembelajaran. Selain itu perencanaan dimulai
dengan membentuk kelompok diskusi, siswa yang berjumlah 18 siswa dibagi menjadi 2
kelompok sehingga masing-masing kelompok berjumlah 9 siswa. Tahap selanjutnya adalah
perlakuan dan pengamatan. Tahap perlaukan merupakan penerapan dari isi rancangan yang
telah disusun sebelumnya. Pada tahap perlakuan, peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Sedangkan pada
tahap pengamatan, penelitian akan mengamati seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam penerapan mode pembelajaran make a match. Adapun yang menjadi observer adalah
peneliti sendiri dan guru. Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian
antara RPP dengan pelaksaanya di kelas serta untuk mendeteksi kendala yang dialamai saat
kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Tahap refleksi dilakukan peneliti untuk mengkaji
secara keseluruhan mengenai hasil pengamatan dan hasil tes yang dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk
melakukan evaluasi bersama menemukan kekurangan- di siklus sebelumnya guna
memperbaiki dan menyempurnakan Tindakan di siklus berikutnya.
Dalam melaksanakan siklus II sebenarnya memiliki kesamaan pada saat
melaksanakan siklus I, yang membedakan yaitu siklus II dilakukan penyempurnaan hal-hal
yang kurang sesuai di siklus I. Apabila di sikus II hasil yang diperoleh masih belum optimal
dan dirasa masih kurang, maka perlu dilakukan penelitian siklus II guna memperbaiki
masalah tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Negeri 6 Ponorogo Kecamatan Ponorogo Kabupaten
Ponorogo pada bulan Agustus sampai September tahun 2022. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas IIC semester ganjil MI Negeri 6 Ponorogo tahun pelajaran 2022/2023. Jumlah
siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 18 siswa dengan jumlah perempuan 7 siswa dan
laki-laki 11 siswa.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
dokumen, observasi, dan tes tertulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Agung menyatakan bahwa, analisis statistic deskriptif
adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik
deskriptif seperti distribusi frekuens, grafik, angka raa-rata (Mean), median (Me), dan Modus
(Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan
umum.1 Sedangkan deskriptif kuantitatif adalah suatua cara pengolahan data yang dilakukan
denganjalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau presentase mengenai
keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum.(A Agung, 2005, p. 96)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan adalah 1) Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan model pembelajaran mak a match.
Membuat lembar observasi siklus I untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas,
2) Membuat Lembar Kerja Siswa siklus I, 3) membuat kelompok terdiri dari 9 siswa yang
bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis,4) menyususn alat evaluasi
pembelajaran berdasarkan perkembangan pada siklus II serta menyiapkan instrumen
pendukung pembelajaran lainya.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a
match untuk sikuls I dengan jumlah siswa 18 siswa.dalam hal ini peneliti berperan sebagai
guru. Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan siklus I dapat diuraikan sebagai berikut 1) Guru mengawali
pembelajaran dengn mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdo’a terlebih dahulu
sebelum pembelajaran di mulai, 2) Guru memberikan apersepsi, 3) guru menyampaikan
tujuan dan materi gerakan dan bacaan shalat, 4) Guru memberikan penjelasan mengenai
materi gerakan dan bacaan shalat, 5) Guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan jawaban, 6)
Guru membagi siswa dalam 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdapat 9 siswa, 7)
dari kedua kelompok tersebut masing-masing siswa mendapatakan kartu yang bertuliskan soal
dan jawaban, 8) Masing-masing siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartu yang
dipegangnya, 9) Dalam mencari kartu yang cocok dengan yang dipegang sisa di berikan
batasan waktu jika dapat mencocokan kartu sebelum batas waktu yang sudah ditentukan akan
mendapatkan poin 10) siswa yang sudah mendapatkan pasangan akan membacakan soal dan
jawaban yang telah mereka dapat, 11) Guru memberikan tugas secara individu, 12) Guru
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Setelah diadakan penelitian pada siklus I masih belum menunjukkan hasil yang
memuaskan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Hasil belajar
siswa seta pemahaman terhadap materi pembelajaran masih kurang maksimal. Adapun hasil
belajar siswa kelas IIC MI Negeri 6 Ponorogo sebagai berikut.

1
AA Gede Agung, Metodologi Penelitian Pendidikan (Singaraja: IKIP Negeri Singaraja, 2005), 6.
Tabel 1. Hasil belajar Fiqih siswa kelas IIC pada siklus I
No Nama Nilai Keterangan
1. Aqifa Nayla 70 Tuntas
2. Arkaan Harith Putra 70 Tuntas
3. Azzahra Khoirunnisa 55 Tidak tuntas
4. Dzaki Zaidan Rafif 70 Tuntas
5. Filia Dzafif Athaya 80 Tuntas
6. Ime Dinda Kurnia Wati 90 Tuntas
7. Muhammad Achsan Al Ghiffari 65 Tidak tuntas
8. Muhammad Ilham Hadziqul Fahmi 70 Tuntas
9. Muhammad Iqmal Abdul Iqsani 40 Tidak tuntas
10. Muhammad Rafid Al-Qawim 65 Tuntas
11. Muhammad Raihan Azka Saputra 70 Tuntas
12. Nayla Atta Riyanda 75 Tuntas
13. Rayhan Mawardi Kholis 95 Tuntas
14. Reza Taufiqur Rohman 65 Tidak tuntas
15. Rima Azzahra Putri 70 Tuntas
16. Robin 95 Tuntas
17. Siti Fatimah Rosidah 70 Tuntas
18. Veri Verdianto 40 Tidak tuntas
Jumlah 1.255

Berdasarkan tabel diatas rata-rata nilai belajar siswa pda siklus I adalah 69,72 rata-
rata presentase nilai belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran make a match pada
siklus I adalah 69,72 dengan kategori kurang. Dari tabel di atas diketahui jumlah siswa yang
sudah mencapai nilai KKM 13 siswa, dan 5 siswa yang belum mencapai KKM (≥70)
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada siklus I, hal yang perlu diperbaiki pada
siklus II adalah peneliti memberikan arahan yang mudah di pahami siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran siswa dapat memahami perintah yang diberikan. Dalam penerapanya,
siklus II dilakukan dengan mengubah kelompok pada sebelumnya. Hal ini ditujukan agar
jangkauan siswa dalam mencari pasangan menjadi lebih luas sehingga siswa lebih luas
sehingga siswa bisa berbaur dengan siswa lainya. Hal lain yang bisa diakukan adalah
memberikan perhatian lebih kepada siswa yang dirasa harus didampingi dalam belajar.
Siklus II
Perencanaan di mulai dengan membentuk kelompok. Siswa yang berjumlah 18 siswa
dibagi menjadi 3 kelompok sehingga masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa. Materi
pelajaran di ajarkan pada siklus II ini tetap sama dengan siklus I yaitu gerakan dan bacaan
shalat.
Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut 1) Guru
mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan mengajak seluruh siswa untuk berdo’a
bersama-sama, 2) Guru mengabsen siswa, 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 4)
Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi gerakan dan bacaan shalat serta
hikmah shalat, 5) Guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan jawaban, 6) Guru membagi
siswa dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdapat 6 siswa, 7) dari ketiga
kelompok tersebut masing-masing siswa mendapatakan kartu yang bertuliskan soal dan
jawaban, 8) Masing-masing siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartu yang
dipegangnya, 9) Dalam mencari kartu yang cocok dengan yang dipegang sisa di berikan
batasan waktu jika dapat mencocokan kartu sebelum batas waktu yang sudah ditentukan akan
mendapatkan poin 10) siswa yang sudah mendapatkan pasangan akan membacakan soal dan
jawaban yang telah mereka dapat, 11) Guru memberikan tugas secara individu, 12) Guru
menutup pembelajaran dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan dilanjutkan
dengan mengucapkan salam.
Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh
kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
materi gerakan dan bacaaan shalat. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 18
siswa. Guru mengamati dalam proses pembelajaran berlangsung siswa sudah memahami
aturan dalam model pembelajaran make a match. Perhatian da antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran juga sudah bagus, dan siswa juga sudah bisa menjawab dan melakukan perintah
yang guru berikan.

Tabel 2. Hasil belajar Fiqih siswa kelas IIC pada siklus II


No Nama Nilai Keterangan
1. Aqifa Nayla 90 Tuntas
2. Arkaan Harith Putra 85 Tuntas
3. Azzahra Khoirunnisa 70 Tuntas
4. Dzaki Zaidan Rafif 90 Tuntas
5. Filia Dzafif Athaya 90 Tuntas
6. Ime Dinda Kurnia Wati 100 Tuntas
7. Muhammad Achsan Al Ghiffari 70 Tuntas
8. Muhammad Ilham Hadziqul Fahmi 90 Tuntas
9. Muhammad Iqmal Abdul Iqsani 60 Tidak tuntas
10. Muhammad Rafid Al-Qawim 85 Tuntas
11. Muhammad Raihan Azka Saputra 90 Tuntas
12. Nayla Atta Riyanda 80 Tuntas
13. Rayhan Mawardi Kholis 100 Tuntas
14. Reza Taufiqur Rohman 90 Tuntas
15. Rima Azzahra Putri 90 Tuntas
16. Robin 90 Tuntas
17. Siti Fatimah Rosidah 85 Tuntas
18. Veri Verdianto 60 Tidak tuntas
Jumlah 1.515

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai beajar siswa pada siklus II
adalah 84,16. rata-rata hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran make a
match pada siklus II adalah 84,16. pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai 84,16
dengan kategori ”baik”. Dari tabel di atas diketahui jumlah siswa yang sudah mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ada 16 siswa, dan 2 siswa yang belum mencapai KKM
dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. nilai ketuntasan siswa adalah 70.00 . Adapun
beberapa peningkatan yang ditunjukan pada siklus II sebagai berikut : (1) siswa mampu
mencari pasangan kartu sesuai dengan kartu yang diperolehnya, (2) siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran sehingga kelas menjadi aktif, (3) guru memberikan dorongan dan
motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam mencari pasangan kartu, dengan harapan
supaya siswa memperoleh hasil yang diharapkan,
Berdasarkan hasil penelitian siklus II yang telah diuraikan di atas, menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada aspek peningkatan hasil belajar pada siswa. Untuk lebih
jelasnya perbandingan aatara skor hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dengan
menggunakan model pembelajaran make a match dapat di lihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 3. Perbandingan nilai hasil belajar Fiqih kelas IIC pada siklus I dan Siklus II
No Nama Nilai Siklus I Nilai Siklus II
1. Aqifa Nayla 70 90
2. Arkaan Harith Putra 70 85
3. Azzahra Khoirunnisa 55 70
4. Dzaki Zaidan Rafif 70 90
5. Filia Dzafif Athaya 80 90
6. Ime Dinda Kurnia Wati 90 100
7. Muhammad Achsan Al Ghiffari 65 70
8. Muhammad Ilham Hadziqul Fahmi 70 90
9. Muhammad Iqmal Abdul Iqsani 40 60
10. Muhammad Rafid Al-Qawim 65 85
11. Muhammad Raihan Azka Saputra 70 90
12. Nayla Atta Riyanda 75 80
13. Rayhan Mawardi Kholis 95 100
14. Reza Taufiqur Rohman 65 90
15. Rima Azzahra Putri 70 90
16. Robin 95 90
17. Siti Fatimah Rosidah 70 85
18. Veri Verdianto 40 60
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dari tiap-tiap siklus dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belaar siswa pada
mata pelajaran Fiqih yaitu pada materi gerakan dan bacaan shalat di kelas IIC dapat
dibuktikan dari hasil pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran make a match
diperoleh rata- rata 69,72 dan pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran make
a match diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 84,16.
Model pembelajaran make a match cocok digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Model pembelajaran make a match memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi serta melakukan tutor sebaya dengan siswa lain. Penggunaan model ini
juga bisa membuat suasana belajar di ruang kelas lebih menyenangkan karena terdapat undur
permainan, kompetisi serta adanya penghargaan, sehingga siswa bisa lebih bersemangan dan
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
Hasil pada penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dewa
Nyoman Suprapta dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa. Hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa inggris sebelum diterapkanya model pembelajaran make a match diperoleh
rata-rata 66,40 yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa
inggris masih sangat rendah mengingat kriteria ketuntasan maksimal (KKM) siswa untuk
mata pelajaran bahasa inggris adalah 72,00. namun setelah diterapkanya model pembelajaran
make a match pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa 71,81. namun rata-rata tersebut belum
maksimal karena hanya 24 siswa memperoleh nilai di atas KKM sedangkan siswa yang
lainya belum mencapai KKM. dengan begitu peneliti melanjutkan perencanaan yang lebih
baik pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II menjadi rat-rata 81,71. dengan upaya
yang maksimal menuntun pada suatu keberhasilan bahwa model pembelajaran make a match
mampu meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII A1 Semester II di SMP
Begeri 1 Ubud Tahun Pelajaran 2018/2019.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh sulhan dengan judul Penerpan model
pembelajaran Make A match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Prgan Peredaran
Darah dan Fungsinya. Hasil belajar siswa terlihat bahwa nilai pretes kelompok siswa belum
mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran make a match adalah
68,65. hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikaan setelah
diterapkanya model pembelajaran . pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 71,615 (<70,00).
hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa belum tuntas secara keseluruhan.
Setelah dilaksanakan siklus ke II mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar
80,400 artinya terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 11.65.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran make a match di kelas IIC MI Negeri 6 Ponorogo dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya skor rata-rata nilai siswa. Pada
siklus I dari 18 siswa terdapat 12 siswa yang dinyatakan tuntas atau skor rata-rata nilai siswa
sebesar 69,72 berada dalam kategori kurang, sedangkan perolehan hasil belajar ada siklus II
dari 18 siswa terdpat 16 siswa yang dinyatakan tuntas dengan nilai sebesar 84,16 berada
dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus
I ke siklus II sebesar 14,44.
UCAPAN TERIMA KASIH (Jika ada)
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya, rasa hormat, serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua guru, guru
pamong dan dosen yang telah memberikan masukan, dukungan, koreksi, dan nasehat
terhadap keseluruhan proses pendidikan apresiasi dan penulis artikel ini selesai. Keberhasilan
penelitian ini tidak terlepas dari arahan, bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, Ibu Dr. Hj. Evi Muafiah, M.Ag yang
memberikan motivsi dan pengarahanya.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Insitut Agama Islam Negeri
Ponorogo, Ibu Ulum Fatmahanik, M.Pd yang telah memberikan motivasi dan saranya.
3. Ibu Dr. Retno Widyaningrum, S.Si, M.Pd selaku dosen pembimbing magang yang telah
memberihan saran dan pengetahuanya.
4. Ibu Hanik Muafidah, S.Pd.I selaku guru pamong yang telah membatu dan memberikan
masukan serta saran terbiknya.
5. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ponorogo, Bapak Agus Prawoto, S.Sos yang
memberikan izin dalam melakukan praktikum magang 2 dan melaksanakan penelitian.
6. Rekan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ponorogo yang membantu suksesnya penelitian
ini.
7. Rekan kelompok Magang IAIN Ponorogo yang membantu lancarnya penelitian ini.
8. Siswa-siswi MI Negeri 6 Ponorogo yang telah membantu dalam berlangsungnya kegiatan
penelitian.
9. Keluarga tercinta atas do’a dan dukunganya.
Tentunya dalam pembuatan artikel ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang bermanfaat untuk
memperbiki penelitian selanjutnya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan
artikel ini dan harap maklum. Semoga artikel ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis
serta pembaca pada umumnya.
REFERENSI
A Agung, G. A. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. IKIP Negeri Singaraja.
Basri, H. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia.
Ermita. (2021). Make A-Match: Sebuah metode untuk meningkatkan Keaktifan siswa. Jurnal
Studi Guru Dan Pembelajaran, 4(2), 429–436.
Huda, M. (2015). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan.
Pustaka Pelajar.
Mucthar, H. J. (2012). Fikih Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Qadriyatun, S., & dkk. (2014). Pengaruh Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas II SD. Jurnal Fkip Uns.Ac.Id, 2(3), 22.
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja
Grafindo Persada.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Sulhan. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Materi Organ Peredaran Darah dan Fungsinya. Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar, 4(1).
Taufiq, A., Mikarsa, H. L., & Prianto, P. L. (2017). Pendidikan Anak di SD. Universitas
Terbuka.
Zaini, M. (2009). Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi.
Teras.

Anda mungkin juga menyukai