Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
yang diampu oleh Bapak Dr. I Nengah Parta, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:
Siti Nur Rohmah (190311867251)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEPTEMBER 2019
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada semua jenjang, karna
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Rusman,
2015). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama bersama
anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok
untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka
dapat melakukannya seorang diri.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini
diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan baca an daripada secara
verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim belajar. Tahap ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas
bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi persentase hasil
akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan
memberi penghargaan terhadap usaha kelompok maupun individu (Rusman,
2015).

B. Penggunakan Pembelajaran kooperatif pada semua jenjang (SD,SMP,


dan SMA)
1. Sekolah Dasar

Math Phobia atau ketakutan terhadap matematika merupakan perasaan yang


dimiliki oleh sebagian besar peserta didik yang takut dan tidak berminat belajar
matematika sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar dan berdampak
kepada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa(Utami, 2018).. Math Phobia
atau ketakutan terhadap matematika merupakan perasaan yang dimiliki oleh
sebagian besar peserta didik yang takut dan tidak berminat belajar matematika
sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar dan berdampak kepada
rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Adanya motivasi belajar yang tinggi
akan menumbuhkan minat belajar siswa atau keinginan yang besar untuk
melakukan kegiatan belajar. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) sangat membantu siswa untuk menghilangkan
Math Phobia serta untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa (Utami,
2018).
Melalui belajar kelompok dengan guru yang memilihkan kelompok serta
pembagian nomor dan soal bagi setiap anggota kelompok pada pembelajaran
matematika dengan materi menentukan keliling dan luas bangun datar seperti
persegi, persegi panjang dan segitiga, melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) siswa dapat memahami cara menentukan
keliling dan luas bangun datar tanpa harus dengan menghafalkan rumus tetapi
hanya dengan melihat bangun datar dapat menentukan rumus yang akan
diigunakan untuk menemukan luas dan keliling setiap bangun datar. Pemilihan
anggota kelompok yang berbedabeda dalam setiap siklus juga dapat
meningkatkan interaksi siswa supaya menjadi lebih aktif dalam belajar
kelompok(Utami, 2018).
Oleh karna itu pembelajaran kooperatif efektif dilalukan pada jenjang
Sekolah Dasar (SD), hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Utami.
Utami (2018) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta membuat
pemahaman siswa menjadi lebih dalam terhadap materi yang telah dipelajari.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini
digunakan peneliti untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa
kelas IV dalam pembelajaran matematika.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan
memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematis menjadi
perhatian yang sangat penting mengingat hal tersebut termasuk ke dalam tujuan
matematika diajarkan kepada siswa (Sarwono, 2017). Polya mengartikan
pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna
mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah untuk segera dicapai, dengan
empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan melakukan pengecekan
kembali.
Agar siswa dapat memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik,
banyak faktor yang harus diperhatikan; antara lain proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat,
dan perkembangan fisik psikologis peserta didik (Sarwono, 2017). Ada beberapa
cara yang dapat diterapkan guru dalam mengajar untuk memunculkan hal-hal
tersebut. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Division) yang memanfaatkan
diskusi dan kerja sama siswa.
Pembelajaran kooperatif efektif dilalukan pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP) hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sarwono,
yakni meneliti pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan
LKS terstruktur terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VIII G
SMP Negeri 16 Pontianak. Sarwono (2017) mengatakan agar siswa dapat
memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik, banyak faktor yang
harus diperhatikan; antara lain proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik psikologis peserta didik.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan guru dalam mengajar untuk
memunculkan hal-hal tersebut. Salah satu model yang dapat digunakan adalah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Sarwono,2017). Hal ini juga
dipengaruhi hasil angket motivasi belajar yang terlihat bahwa setelah
mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan
LKS terstruktur, hampir semua siswa di kelas eksperimen termotivasi dengan
tingkat motivasi yang sangat tinggi untuk belajar matematika dengan suasana
pembelajaran tersebut khususnya, atau pada umumnya yaitu suasana
pembelajaran yang bervariasi atau baru dari biasanya(Sarwono,2017).

3. Sekolah Menengah Atas (SMA)


Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus
dikuasai oleh siswa. Di dalam pemecahan masalah, siswa tidak hanya dapat
untuk memecahkan masalah tetapi juga dapat mengembangk an kemampuan
berpikirnya. Siswa di SMA Muhammadiyah khususnya kelas X IPA 1 mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Hal tersebut dibuktikan dengan
tidak dapat menerapkan apa yang diketahui pada soal. Sehingga untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan suatu model pembelajaran salah satunya model
pembelajaran Team Games Tournament (TGT).
Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif efektif dilakukan pada jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA) hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Puspitasari, dimana tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu
presentasi kelas, belajar kelompok, game, turnamen, dan penghargaan kelompok
(Puspitasari,2019). Tahapan-tahapan tersebut sangat penting untuk menunjang
dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Game dan
tournament diharapkan dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar
matematika, lebih kreatif, menumbuhkan sikap positif pada siswa, menghormati
teman, dan tepat dalam menyelesaikan masalah matematika (Puspitasari,2019).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas X IPA 1 di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto
pada pokok bahasan fungsi komposisi, model pembelajaran TGT menjadi penting
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan matematis siswa. Siswa cenderung
merasa bosan dalam mengerjakan soal matematika apalagi jika siswa belum
menguasai materi. Untuk menumbuhkan motivasi siswa diperlukan suatu model
pembelajaran yang menyenangkan dan menikmati sehingga siswa dapat lebih
mudah menyelesaikan masalah matematika (Puspitasari,2019)..

C. Penggunaan Pembelajaran kooperatif pada Calon Guru

Kualitas pendidikan di suatu instansi perguruan tinggi dipengaruhi oleh


banyak faktor, yakni: mahasiswa, staf pengajar (dosen), sarana prasarana, dan
faktor lingkungan kampus/tata pamong di lingkungan kampus mulai tingkat prodi
sampai universitas (Nasution, 2019). Dalam hal ini, kampus menjadi tempat dosen
dan mahasiswa berinteraksi dan berkomunikasi untuk kebutuhan ilmu
pengetahuan. Dosen bertindak sebagai pengajar sekaligus fasilitator. dalam
kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa, sedangkan mahasiswa berperan sebagai
objek/pelaku dalam kegiatan pembelajaran (Nasution, 2019).
Nasution (2019) mengatakan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(UMSU) saat ini menyandang predikat kampus swasta terbaik di Sumatera Utara.
Prestasi tersebut tak lepas dari upaya UMSU dalam mengikuti setiap
perubahan/tuntutan yang diberikan Kemenristekdikti. Salah satu perubahan
paradigma pembelajaran yang dilakukan UMSU mulai tahun 2015 adalah konsep
belajar dengan pendekatan Student Centered Learning (SCL).
Pembelajaran kooperatif efektif dilakukan pada Calon Guru atau mahasiswa
hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nasution. Nasution (2019)
mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan salah
satu model dari pembelajaran kooperatif yang paling mudah diterapkan dan sangat
mendukung konsep pembelajaran SCL, karena melibatkan mahasiswa secara aktif
belajar dalam suasana kelompok untuk memecahkan masalah belajar dan
memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Hasil dari pembelajaran kooperatif think pair share pada
kemampuan mahasiswa Prodi PGSD kelas A2 dalam memahami materi Pengantar
Dasar Matematika sebelum menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
berada pada kategori baik namun tidak tuntas. Kemampuan mahasiswa Prodi
PGSD kelas A2 memahami materi Pengantar Dasar Matematika setelah diajar
dengan model pembelajaran Think Pair Share berada pada kategori sangat baik
dan tuntas (Nasution, 2019).

D. Penggunaan Pembelajaran kooperatif pada Pelatihan Guru

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan


bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang nomor 14
tahun 2015 bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi (Hidayati, 2019).
Kegiatan pengabdian matematika kami melakukan kegiatan pengabdian
berupa “Pelatihan Dan Pendampingan Implementasi Active Learning Untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru Matematika Di SMP Muhammadiyah Kota
Yogyakarta” oleh Hidayati dan Cahdriana, dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan bekal ilmu tentang active learning dan implementasinya serta
menginternalisasikan nilai-nilai akan pentingnya pembelajaran aktif bagi siswa,
selain itu guru juga diarahkan untuk menyusun RPP berbasis active learning.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini menggunakan metode curah pendapat,
ceramah, tanya jawab dan simulasi/praktik active learning.
Secara umum metode yang digunakan dalam kegiatan pelatihan ini adalah
meliputi pemaparan materi, diskusi dan tanya jawab, simulasi active learning
(Hidayati, 2019). Berdasarkan pengalaman guru di lapangan, tim mendata
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan active learning dan
alasan mengapa belum pernah menerapkan active learning. Model-model
pembelajaran tersebut nantinya akan dijadikan model dalam penyusunan RPP
sehingga menjadi acuan dalam menuliskan kegiatan pembelajaran. Pelatihan
dalam pertemuan ini diakhiri dengan menyepakati adanya guru yang akan menjadi
model dalam menerapkan active learning di sekolah dan masing-masing guru
mendapat tugas untuk membuat RPP dengan model pembelajaran yang termasuk
dalam kategori active learning (Hidayati, 2019).
Praktik active learning yang pertama menampilkan guru model yang
berasal dari SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Dalam praktik tersebut, guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
dengan mengambil materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan
garis singgung persekutuan luar dua lingkaran (Hidayati, 2019).
Jadi pembelajaran kooperatif efektif dilalukan pada pelatihan guru, hal ini
ditunjukan pada sebagian besar guru menyatakan bahwa model NHT
menunjukkan banyaknya porsi student centered selama proses. Siswa berdiskusi
secara kelompok dan guru dapat mengamati perkembangannya melalui nomor
peserta yang menempel di bagian dada siswa (nomor identitas tidak harus berada
di kepala siswa).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N.A dan Cahdriyana,R.A. 2019. Pelatihan Active Learning Bagi Guru
Smp Muhammadiyah Se Kota Yogyakarta. Abdimas Dewantara. Vol. 4(2)

Nasution, I.S. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Pengantar Dasar
Matematika-Fkip Umsu. MES (Journal of Mathematics Education and
Science), Vol. 4(2)

Puspitasari,D; Muliawanti, S dan Sairan,G. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Team Games
Tournament Sma Muhammadiyah 1 Purwokerto. Jurnal Program Studi
Pendidikan Matematika, Vol. 8(1), 83-90

Rusman. 2015. Belajar dan Pembelajaran: berorientasi standar proses


pendidikan. Jakarta: Kencana
Sarwono, Eko. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.7 (5)
Utami, T; Kristin, F dan Anugraheni, I. 2018. Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (Nht) Pada Pembelajaran
Matematika Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa
Kelas IV. Junal Sains dan Teknologi, Vol. 1(1).

Anda mungkin juga menyukai