Anda di halaman 1dari 16

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Mata Pelajaran

Biologi Materi Jaringan Tumbuhan Pada Kelas XI di SMAN 1 Gunungsari.

Nur Janah1, Mohammad Liwa Ilhamdi2, Sulhiyah3

Abstract

The biology learning model in schools is still teacher-centered, so it is difficult for students to be
actively involved in the learning process. The use of cooperative learning model type make a
match is an effective way in the learning process. The purpose of the study was to understand the
use of the make a match learning model and the advantages of using this learning model in
biology subjects at SMAN 1 Gunungsari. The results and discussion show that using the make a
match learning model the steps are: the teacher prepares cards totaling 9 question cards and 9
answer cards with plant tissue material. Then each student gets one answer card or question card,
students look for answers or questions that match the cards obtained and some students are able
to find pairs from the cards to get 100 points, and the last step the teacher and students conclude
learning together before learning ends the teacher gives a test via google form, students get a
score of 50 to 100. The advantages of this learning model such as learning can take place in a
pleasant atmosphere, facilitate students' understanding of the learning material, and finally the
use of the make a match learning model builds a positive cooperative attitude in class XI IPA 2.

Abstrak

Model pembelajaran biologi di sekolah selama ini masih berpusat pada guru, sehingga siswa
susah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match merupakan cara efektif dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian untuk
memahami penggunaan model pembelajaran make a match dan kelebihan penggunan model
pembelajaran tersebut pada mata pelajaran biologi di SMAN 1 Gunungsari. Hasil dan
pembahasan menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran make a match langkah-
langkahnya yaitu : guru mempersiapkan kartu berjumlah 9 kartu soal dan 9 kartu jawaban
dengan materi jaringan tumbuhan. Kemudian masing-masing siswa mendapatkan satu kartu
jawaban atau kartu soal, siswa mencari jawaban atau soal yang cocok dengan kartu yang
didapatkan dan sebagian siswa mampu menemukan pasangan dari kartu mendapatkan poin 100,
dan langkah terakhir guru serta siswa menyimpulkan pembelajaran bersama-sama sebelum
pembelajaran berakhir guru memberikan tes melalui google form, siswa memperoeh nilai 50
sampai dengan 100. Kelebihan dari model pembelajaran ini seperti pembelajaran dapat
berlangsung dengan suasana yang menyenangkan, memudahkan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran, dan terakhir penggunan model pembelajaran make a match membangun
sikap kerjasama yang bersifat positif pada siswa kelas XI IPA 2.

PENDAHULUAN

Pendidikan akan mencetak sumber daya manusia agar mempunyai kompetensi dibidang
afektif, kognitif dan psikomotorik.Seperti yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 bahwa tujuan negara Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karena itu, perlu adanya usaha sadar untuk mengembangkan keterampilan generasi muda guna
menyongsong setiap komponen kehidupan dimasa yang akan datang ( Triyani, 2020).

Model pembelajaran seharusnya mampu dilihat sebagai suatu alat yang mampu
digunakan oleh guru agar mampu mengelola pendidikan menjadi lebih baik berdaya guna dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Model sebenarnya diharapkan mampu
mengimplementasikan dengan pembelajaran yang lebih menarik, namun tidak itu saja
diharapkan model yang bervariatif mampu aktif di kelas. Kenyataannya dilapangan masih ada
guru mengalami kendala karena kurang memahami mengenai model serta strategi apa yang
diajarkan pada siswa dikelas (Handayani, 2021). Pembelajaran di sekolah-sekolah juga
cenderung hanya menekankan pada kemampuan intelektual dan masih kurang dalam
menekankan dari segi yang lain. Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah adalah
yang paling disenangi oleh guru karena metode ini paling mudah dilakukan. Komunikasi yang
terjadi dalam proses pembelajaran ini umumnya satu arah yaitu dari guru kepada siswa sehingga
pembelajaran terpusat pada apa yang disampaikan oleh guru (teacher centered). Salah satu cara
yang diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa selama di kelas merupakan penerapan
model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dalam kelas (Bahri, 2021). Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan rasa bosan, materi
yang disampaikan kurang dipahami, dan monoton menyebabkan siswa kurang termotivasi.
Berdasarkan paparan diatas perlu adanya perbaikan terhadap proses pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa dengan memilih model pembelajaran yang
inovatif salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
(Artini, 2019).model pembelajaran yang menarik sangat diperlukan juga media pembelajaran
yang juga menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran,
sehingga dapat meningkatkan gairah belajar dan meningkatkan kemampuan viual peserta didik
jika media yang digunakan menarik atau variatif. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat dari
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui penataran,
sertifikasi guru sampai pada perubahan dan pengembangan kurikulum serta pembaharuan-
pembaharuan dalam pendidikan ( Aliputri, 2018).

Kebanyakan siswa hanya memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, namun pada kenyataannya mereka sering kurang dalam memahami serta mengerti
dengan mendalam pengetahuan yang sifatnya hafalan. Sebagian besar dari siswa yang kurang
mampu menghubungkan antara yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut
akan dimanfaatkan atau diaplikasikan pada situasi baru. Keterampilan dalam berpikir adalah
suatu kebutuhan, karena dengan ketrampilan seseorang akan memiliki kunci-kunci dalam
menyelesaikan suatu masalah, menyaring informasi, pencapaian dalam prestasi atau dalam
pembentukan kepribadian (Suryaningsih, 2021).
Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari
pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Keunggulan tehnik ini yaitu seperti siswa
mencari pasangan sambil belajar terkait suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Metode make a match mampu melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang
baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir
siswa (Nursanti, 2021). Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah pembelajaran
yang mengikutsertakan siswa secara aktif dalam beberapa kegiatan pembelajaran baik secara
individu maupun kelompok, sehingga mampu mengembangkan pemahaman dan kemampuan
belajar . Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan model pembelajaran
yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu soal atau pasangan dari suatu jawaban
melalui suatu permainan pasangan (Kusuma, 2018).
Model yang digunakan pada pembelajaran di SMAN 1 GUNUNGSARI kelas XI pada
mata pelajaran biologi adalah Make a Match. Model pembelajaran Make a Match merupakan
model pembelajaran dengan memanfaatkan kartu, yang berisi kartu soal dan kartu jawaban.
Masing-masing peserta didik akan mendapatkan satu buah kartu secara acak (salah satu dari
kartu jawaban dan kartu soal). Setelah setiap siswa mendapatkan satu kartu, maka siswa akan
mencari pasangannya sesuai dengan isi kartunya.

SMA Negri 1 Gunungsari terletak di Jln. Pariwisata No.78 Gunungsari, Kabupaten


Lombok Barat, Provinsi NTB. SMA Negri 1 Gunungsari merupakan sekolah negri dengan
akreditasi A, yang didirikan sejak tahun 1994 dan status mutu sekolah ini adalah SSN (Sistem
Standardisasi Nasional). Sekolah ini beralamat di Jalan Pariwisata 78 gunungsari Desa
Gunungsari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa TenggaraBarat.
SMAN 1 Gunungsari ini memiliki jumlah siswa 830 siswa dan jumlah guru 50 guru. Dengan
guru tetapnya berjumlah 40 guru yg terdiri dari guru tetap laki- laki 17 guru dan guru tetap
perempuannya 23 guru, sedangkan guru tidak tetapnya berjumlah 10 guru dengan guru tidak
tetap laki- laki 8 danguru dan guru tidak tetap perempuannya 2 guru.
SMAN 1 Gunungsari memiliki 3 jurusan yaitu IPA, IPS, dan Bahasa. Fasilitas yang ada di
SMAN 1 Gunungsari ini adalah 3 Laborataorium (IPA, Bahasa, dan Komputer), 1 Perpustakan
dan 1 UKS .

Model pembelajaran biologi di sekolah selama ini masih berpusat pada guru, sehingga
siswa susah terlibat aktif dalam proses pembelajaran, karena guru hanya menunjukkan materi
dan mengajukan pertanyaan. Guru harus mencari alternatif model yang tepat untuk pengulangan
materi dengan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan proses
pembelajaran (Berlian, 2017 : 14). Motivasi dan prestasi belajar merupakan bagian terpenting
yang tidak dipisahkan dari berhasilnya suatu proses pendidikan untuk mencapai mutu pendidikan
yang diinginkan. Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting untuk mencapai
keberhasilan belajar. Belajar merupakan kegiatan yang fundamental dalam proses pendidikan di
sekolah (Sesfaot, 2020). Pembelajaran kooperatif mampu memberikan keuntungan baik itu bagi
siswa yang tergolong dalam kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama-
sama untuk menyelesaikan tugas akademiknya. Siswa kelompok atas mampu membantu siswa
kelompok bawah, sehingga siswa kelompok bawah akan mendapat bantuan khusus dari teman
sekelas yang memiliki orientasi dari bahasa yang sama (Sudarsana, 2018).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, selama ini guu jarang memberikan materi
yang diselingi game. Dari hasil observasi tersebut, penulis menjadikan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match menjadi kegiatan pembelajaran karena model pembelajaran ini
proses kegiatan belajar dan mengajar menjadi lebih menyenangkan. Adapun terdapat rumusn
masalah dalam penelitian ini yaitu : 1). Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match pada mata pelajaran biologi pada materi jaringan tumbuhan ?, 2). Apa
kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran biologi di
SMAN 1 Gunungsari ? untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah tersebut dilakukan
penelitian SMAN 1 Gunungsari.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahapan persiapan yaitu
menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, bahan ajar, dan media pembelajaran.
Adapun materi ajar dibagi menjadi beberapa pokok bahasan seperti jaringan tumbuhan.
Pembahasan dalam materi jaringan tumbuhan meliputi pengertian jaringan meristem, ciri-ciri
jaringan meristem, fungsi jaringan meristem, dan jenis –jenis jaringan meristem ( berdasarkan
posisi tubuh pada tumbuhan dan berdasrkan asal-usulnya. Jaringan dewasa meliputi pengertian
jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong (kolenkim dan sklerenkim), dan
jaringan pengangkut ( xilem dan floem). Media yang digunakan yaitu kartu berpasangan yang
terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban. Metode pembelajaran yang digunakan seperti model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dimulai dari siswa disuruh mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya
kan diberi poin. Alat evaluasi yang digunakan yaitu berupa ulangan harian melalui Google form.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penggunaan model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran biologi materi
jaringan tumbuhan di SMAN 1 Gunungsari
Model pembelajaran make a match dikenal sebagai model pembelajaran dengan
mencari pasangan. Karakteristik model pembelajaran make a match adalah memiliki
hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain. Penerapan model
pembelajaran ini menuntut keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangannya dengan kartu
yang sesuai dengan pertanyaan atau jawaban yang tertera dalam kartu berpasangan tersebut.
Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran ini, siswa dapat merasakan proses belajar
mengajar yang lebih bermakna. Make A Match berbantuan media couple card, dengan adanya
penghargaan kepada siswa dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Pemberian
reward berupa tepuk tangan, pujian dan poin dapat membangkitkan semangat siswa untuk
belajar. Dalam model pembelajaran Make A Match penghargaan diberikan kepada siswa yang
dapat mencari pasangan kartu yang diperolehnya dengan benar . Dengan adanya semangat
siswa dalam belajar mampu menjadikan siswa lebih aktif untuk belajar ( Horizon, 2016 ).
Di SMAN 1 Gunungsari pada mata pelajaran biologi materi jaringan tumbuhan kelas XI
XI IPA 2 dilaksanakan kegiatan belajar mengajar pada hari Jumat semester ganjil tahun
2020/2021. Tepatnya pada hari Jumat, 29 Oktober 2021 puku 09.00 sampai 10.00 WITA,
guru menggunakan model pembelajaran Make A Match dalam kegiatan belajar mengajar.
Materi yang disampaikan yaitu terkait jaringan tumbuhan. Kompetensi dasar 3.3 Menganalisis
keterkaitan antara struktur sel pada jaringan tumbuhan dengan fungsi organ pada tumbuhan.
Untuk indikator pencapaiannya yaitu menjelaskan jenis-jenis jaringan pada tumbuhan.
Sebelum penggunaan model pembelajaran Make A Match guru memberikan apersepsi
kepada siswa, memberitahu cakupan materi yang akan dipelajari, menjelaskan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan mempersilahkan siswa untuk mempelajari
materi tentang jaringan tumbuhan. Video pembelajaran model make a match bisa diakses
lewat link Youtube https://youtu.be/_qnQa8_Ztfg .
Adapun langkah-langkah pembelajaran Make A Match adalah sebagai berikut ini :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review yaitu satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
Guru menyiapkan 9 kartu soal dan 9 kartu jawaban yang sama dengan jumlah siswa kelas
kelas XI IPA 2 di SMAN 1 Gunungsari.
Gambar 1. Guru menyiapkan kartu soal Kelas XI IPA 2
b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkn jawaban atau soal yang dipegang.
Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada setiap siswa secara acak,
sehingga setiap siswa mendapatkan stu buh kartu. Adapun isi kartu soal sebagai berikut :
Soal 1). Menurut tempatnya, meristem dalam tubuh tumbuhan dibedakan menjadi tiga yaitu.;
2). Jaringan yang selnya berkembang secara langsung dari sel-selnya berkembang secara
langsung dari sel-sel embrionik dan banyak terdapat diujung pucuk utama, pucuk lateral, dan
ujung akar disebut..; 3). Ciri- ciri jaringan epidermis yaitu..; 4). Ciri- ciri jaringan parenkim
yaitu…; 5). Berdasarkan bentuknya, jaringan parenkim dapat dibedakan menjadi empat..; 6).
Jaringan sklerenkim dibagi menjadi dua bagian yaitu…; 7). Tersusun dari sel-sel yang
hidup,penebalan dinding sel tidak teratur, hanya memiliki dinding sel primer yang lunak,
lentur, dan tidak berlignin dan mampu menghilangkan penebaan dinding termasuk dalam ciri-
ciri jaringan..; 8). jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari
akar menuju daun disebut…9). Jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan
mendistribusikan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan
disebut..

Sedangkan isi kartu jawaban sebagai berikut : jawaban 1). Meristem apikal, Meristem
interkalar, dan Meristem lateral ; 2). Meristem primer ; 3). Umumnya tersusun atas selapis sel,
sel-selnya tersusun rapat satu sama lain, tidak terdapat ruang antar sel, dinding selnya memiiki
ketebalan yang berbeda-beda, umumnya tidak memiliki kloroplas, bentuk selnya bervariasi ;
4). Sel- selnya berukuran besar dan hidup. Dinding sel tipis. Susunannya renggang. Banyak
terdapat vakuola. Sel berbentuk segi enam dan banyak memiliki antarsel ; 5). Parenkim
palisade. Parenkim bintang (aktinenkim). Parenkim lipatan. Parenkim bunga karang. 6).
Serabut sklerenkim/fiber dan sklereid ; 7). Jaringan kolenkim ; 8). Xilem ; 9). Floem.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai jawaban atau soal dari kartu yang cocok
dengan kartunya.
Setelah guru menyiapkan 9 kartu soal dan 9 kartu jawaban, maka 18 kartu tersebut
dibagikan kepada siswa secara acak. Masing-masing siswa mendapatkan 1 kartu soal atau
jawaban kemudian siswa memikirkan kartu soal atau jawaban yang diterima.
Dalam konsep pembelajaran aktif salah satu tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi
merupakan salah satu usaha guru dalam menciptakan siswa tidak bosan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran aktif itu dimana siswa yang aktif disaat proses belajar, baik aktif
dalam mengemukakan pendapat, berdiskusi serta bertanya jika tidak dimengerti (Rachman,
2020).

Gambar 2. Siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya.


Penelitian yang dilakukan oleh Bibit Amal Rizqi Utami , Titi Anjarini dan Suyoto
(2021) penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa dengan indikator keaktifan belajar pada penerapan model pembelajara make a match terdiri
dari visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, mental
activities, emotional activities.
Penelitian oleh Homroul Fauhah (2021) analisis model pembelajaran make a match
terhadap hasil belajar siswa, mengaplikasikan model pembelajaran make a match diharapkan
dapat menjadi solusi dalam pembelajaran, karena model pembelajaran tersebut mampu
meningkatkan hasil belajar. Dengan mengaplikasikan model pembelajaran tersebut juga
mampu meningkatkan kerjasama antara siswa, meningkatkan aktifitas belajar siswa, jadi
siswa tidak pasif melainkan ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran, termotivasi disertai saling
berinteraksi untuk kerjasama, sehingga tujuan pembelajaran tercapai, dan kegiatan
pembelajaran dapat langsung terasa menyenangkan.
d. Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Setiap siswa secara aktif mencari pasangannya yang cocok dengan kartu yang dipegang.
Hasil dari pencarian pasangan ini, sebagian siswa telah menemukan pasangan yang cocok dan
sebagian belum menemukan pasangan yang cocok.
e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
Guru dapat menggunakan kembali kartu untuk menerapkan model pembelajaran Make A
Match dan pada tahap ini digunakan untuk membahas kembali terkait kartu soal atau jawaban.
Motivasi dalam belajar siswa kelas XI IPA 2 dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mampu menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah kegiatan belajar. Adapun untuk
indikator meningkatkan motivasi siswa adalah adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan, adanya penghargaan yang akan
didapatkan dalam kegiatan belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam proses pembelajaran,
disertai dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
f. Kesimpulan.
Setelah seluruh proses belajar selesai, guru dan siswa menyimpulkan materi bersama
terkait materi jaringan tumbuhan dan setelah kegiatan tersebut diberikan seperti tes ulangan
harian untuk mengevaluasi kemampuan siswa. Adapun berikut rincian nilai yang diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai XI IPA 2
Nama siswa Nilai
1.Albi Surya 50
2.Ameriyana 90
3.Ardin kholid 70
4.Muhammad Turmuzi 100
5.Ni made Novi Aryasuari 80
6.Ni Putu Gira Nadi 80
7.Nurul Misriah 70
8.Putu Surya 70
9.Reva Marilina 100
10.Rizkika Sofianita 100
11.Wayan Vina febriana 90
12.Yuni Sulistiawati 90
13.M.Rifki 70
14.Mariyah 90
15.Nuraeli 100
16.Mayada Amalkan 60
17.M.Haikal 70
18.Lyvia Ayuningsih 100

Jumlah
6
5
4 Jumlah
3
2
1
0
50 60 70 80 90 100

Gambar 3. Perolehan nilai tes pada kelas XI IPA 2


Penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Harmanti, Sulton, dan Ambiro Puji Asmaroini
(2020) penggunaan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran PPkn menunjukan
bahwa penggunaan model pembelajaran make a match dengan langkah-langkahnya seperti
guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban dengan materi makna hubungan pembukaan
undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan proklamasi kemerdekaan
kemudian siswa mendapatkan satu buah kartu. Siswa kemudian memikirkan kartu yang
didapatkan kemudian mencari pasangan yang cocok dengan kartunya dan langkah terakhir
siswa dan guru bersama-sama menyimpukan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
make a match merupakan cara efektif dalam proses pembelajaran. Kelebihan dalam model
pembelajaran yaitu mampu menumbuhkan rasa kegembiraan siswa dalam proses
pembelajaran, terwujudnya kerjasama didalam kelas dan munculnya dinamika gotong royong
siswa kelas VIII b sehingga tercipta pembelajaran yang lebih baik dan hasil belajar yang
maksimal.
Berdasarkan penelitian tersebut diihat dari perolehan nilai tes maka terdapat kesesuaian
dengan hasil penelitian di SMAN 1 Gunungsari dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match diperoleh penilaian siswa kelas XI IPA 2 sebagian memperoleh
nilai 100 dan sebagian siswa seperti tidak memiliki motivasi dalam belajar untuk mengikuti
kegiatan belajar dan mengajar dikelas.
2. Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran
biologi materi jaringan tumbuhan di SMAN 1 Gunungsari.
Menurut Vioreza (2020) Model pembelajaran make a match memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dapat berlangsung dengan suasana yang menyenangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yudi Wijanarko (2017) Model pembelajaran
Make a match untuk pembelajaran IPA yang menyenangkan karena make a match dapat
dikatakan dalam pembelajaran yang inovatif mampu membantu guru dalam menciptakan
suasana proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPA
disekolah dasar dapat memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar. Permainan
mencari pasangan kartu soal atau jawaban sekaligus mempelajari tentang konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan dilihat saat proses pembelajaran dikelas kelas
XI IPA 2 begitu menikmati pembelajaran dengan model pembelajaran menyerupai
permainan yang mampu membuat siswa menjadi gembira ditambah dengan mendapatkan
poin sebanyak 100 poin.
Pengalaman belajar siswa sangat diperlukan dalam mendukung atau memperkuat
pembelajaran IPA yang sudah ada, sehingga diperlukan kreativitas guru dalam
mengkemas pembelajaran dan menerapkan pembelajaran yang menarik dan mampu
mengaitkan pembelajaran dengan pengetahaun awal yang dimiliki siswa untuk mencapai
hasil belajar yang maksimal ( Ari, 2019).
Aktivitas belajar merupakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara aktif
agar pembelajaran mencapai keberhasilan belajar. Aktivitas belajar merupakan
keterlibatan siswa baik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, serta aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar
guna memperoleh manfaat dari kegiatan belajar mengajar (Ningtyas, 2017).
Penelitian Ainur Rosidha (2020) peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran biologi melalui model pembelajaran make and match berbasis media
kartu pintar dikarenakan kurang menariknya pembelajaran biologi, rendahnya aktivitas
siswa juga dipengaruhi beberapa hal, salah satu diantaranya adalah pembelajaran yang
masih terpusat pada guru dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
menjadi kurang menarik dan membosankan. Rendahnya hasil belajar biologi siswa
disebabkan karena materi yang dipelajari bersifat kompleks serta banyak istilah bahasa
latin, sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi.
2. Memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Model pembelajaran make a match mampu membuat siswa kelas XI IPA 2 mudah
memahami materi dengan menyelesaikan soal dari kartu yang telah diberikan dimana
siswa akan mencari dan membaca dari berbagai sumner yang relevan baik dari buku atau
internet.
3. Membangun sikap kerjasama yang bersifat positif antar sesama siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas XI IPA 2
diihat langsung saat mereka semua berupaya mencari pasangan yang tepat dari kartu
jawaban dan kartu soal melibatkan semua siswa XI IPA 2.
Berdasarkan kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
make a match di SMAN 1 Gunungsari siswa merasakan kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih menyenangkan, siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran dan
mampu membangun sikap kerjasama siswa yang baik antar siswa. Hasil yang diperoleh
dari model pembelajaran bukan dilihat dari aspek kognitif saja tetapi diihat dari
pengalaman baru yang didapatkan oleh siswa seperti sikap kerjasama dan keaktifan
siswa. Dimana dalam penerapan pembelajaran tipe make a match mampu membuat
pembelajaran di kelas menjadi lebih produktif serta semakin ramai dan membuat peserta
didik semakin senang dalam proses pembelajaran. Terdapat sikap saling membantu antara
peserta didik yang paham dengan yang belum paham pada tahap diskusi kelompok
(Hutapea, 2020: 4).
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Lovisia (2017) penerapan model make a
match pda pembelajaran fisika kelas x. Dalam proses belajar mengajar fisika dengan
menggunakan model pembelajaran Make a Match siswa dapat bekerja sama dengan
temannya di mana siswa bekerja sama dalam mempelajari materi yang diberikan. Dalam
pembelajaran ini juga siswa akan dilatih untuk bekerja sama dengan baik kepada teman
sekelas apa yang telah mereka kerjakan. Dari kerjasama tersebut siswa dapat memperoleh
informasi maupun pengetahuan serta pemahaman yang berasal dari sesama teman dan
guru. Hasil belajar yang muncul juga disebabkan karena siswa yang diberi pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Make a Match mempunyai pengalaman dalam
berkerja sama penukaran kartu soal dan jawaban kepada teman dikelas.

KESIMPULAN

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Dapat dilihat dari perolehan nilai yang
didapatkan. Adapun langkah- langkah model pembelajarannya yaitu meliputi : Guru
mempersiapkan kartu soal dan kartu jawaban, setiap siswa mendapatkan satu kartu dan
memikirkan kartu soal atau jawaban yng dipegang, siswa mencari pasangan yang mempunyai
jawaban atau soal dari kartu yang cocok dengan kartunya, Setelah satu babak kartu dikocok lagi
agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, dan
terakhir membuat kesimpulan secara bersama-sama materi jaringan tumbuhan.

Adapun kelebihan dari penggunaan model pembeajaran kooperatif tipe make a match
seperti pembelajaran dapat berlangsung dengan suasana yang menyenangkan, memudahkan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan terakhir penggunan model pembelajaran
make a match membangun sikap kerjasama yang bersifat positif antar sesama siswa kelas XI IPA
2 pada mata pelajaran biologi.

SARAN

Disarankan kepada guru untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif


Make A Match untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada materi jaringan
tumbuhan. Serta guru agar lebih terampil dalam mengelola kelas agar tetap kondusif dan tenang,
karena dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajran Make A Match pada saat
siswa mencari pasangan kartu yang berisikan soal dan jawaban guru harus bisa membuat siswa
agar tidak ribut dengan memberikan ketentuan yang harus disetujui sebelum permainan kartu
dimulai agar suasana dalam proses pembelajaran tetap tenang.

DAFTAR PUSTAKA
Ainur, Rosidha. (2020). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Biologi Melalui Model Pembelajaran Make and Match Berbasis Media Karu Pintar.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 7(4), 393-401.

Aliputri, Dhestha Hazilla . (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Berbantuan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Bidang Pendidikan Dasar. Vol 2(1), 70-77.
Ari, Ni Luh Putu Merta dan I Made Citra Wibawa. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Make
A Match Terhadap Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Mimbar PGSD Undiksha.
7(3), 189-197.
Artini, Rai Juni, P. Budi Adnyana dan I. W. Sukra Warpala. (2019). Pengaruh Model
Pembelajaran Make A Match Berbantuan Media Couple Card Terhadap Motivasi Belajar
Dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Ekskresi Pada Manusia Siswa Kelas Xi Sma
Negeri 2 Banjar. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha. 6(1), 33-43.
Bahri, Samsul. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Make A
Match Materi Mengenal Malaikat Allah Dan Tugasnya Kelas Iv Sdn Muka Sungai Kuruk
Seruway. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. 1(4), 120-126.
Bibit Amal Rizqi Utami , Titi Anjarini dan Suyoto. (2021). Penerapan Model Pembelajaran
Make A Match Pada Tema Daerah Tempat Tinggalku Untuk Meningkatkan Keaktifan
Belajar Siswa Kelas Iv Sd Negeri Tegalretno. Jurnal Pendidikan Dasar. 2(1), 126-134.
Endang Lovisia. (2017). Penerapan Model Make A Match Pada Pembelajaran Fisika Kelas X
Sma Negeri 2 Kota Lubuklinggau. SPEJ (Science and Physics Education Journal. 1(1),
7-22.
http://mandansmknkabupatenlombokbarat.weebly.com/sman-1-gunungsari.html ( diakses pada
20 November 2021).
Handayani, Eka Selvi, Nurul Hikmah Dan Nina Kurnia Astuti. (2021). Analisis Penerapan
Model Pembelajaran Make A Match Oleh Guru Kelas Ii Sdn 015 Sungai Pinang. Jurnal
Inovasi Penelitian. 2(5), 1485-1490.
Horizon, Haryanto dan Anisah. (2016). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make-A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Larutan Elektrolit Dan
Nonelektrolit Di Sma Pgri 2 Kota Jambi. J. Indo. Soc. Integ. Chem. 8(2), 47-56.
Homroul Fauhah. (2021). Analisis Model Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran. 9(2), 321-334.
Hutapea, Rinto Hasiholan. (2020). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam
Pendidikan Agama Kristen. Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani. 3(1), 1-10.
Kusuma, Arie Purwa dan Ayunitis Khoirunnisa. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make a Match dan Team Games Tournament terhadap Hasil Belajar.
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. 2(1), 1-6.
Ningtyas, Esthi Santi dan Emy Wuryani. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Tipe Make-A Match Berbantuan Media Komik Interaktif Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Ips. Jurnal Pendidikan Surya Edukasi
(JPSE). 3(1), 66-74.
Nursanti, Rajagukguk. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Materi Satuan Waktu Melalui
Penerapan Metode Make a Match. Journal on Education. 4(2), 38-49.

Rachman, Anita Aprilia, Astuti Darmiyati dan Dewi Siti Aisyah. (2020). Pengaruh Penggunaan
Model Pembelajaran Make A Match terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMPN 1
Kotabaru Karawang. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, dan Sains. 9(2), 333-337.

Sesfaot, Ludmila, Yusak I.Bien dan Alfonsa M.Abi . (2020). Penerapan Model Pembelajaran
Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Matematika
Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 4(2), 454-460.
Sri Harmanti, Sulton, dan Ambiro Puji Asmaroini. (2020). Penggunaan Model Pembelajaran
Make a Match pada Mata Pelajaran PPKn di MTsN 3 Ponorogo. INTEGRALISTIK.
31(2), 41-55.
Suryaningsih, Ni Ketut. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Make A Match Pada Siswa Kelas Ii Sd Negeri 2 Padangkerta Semester I
Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. 1(3), 84-90.
Sudarsana, I Ketut. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan
Mutu Hasil Belajar Siswa. Jurnal Penjaminan Mutu. 4(1), 20-31.
Yudi Wijanarko. (2017). Model Pembelajaran Make A Match Untuk Pembelajaran IPA Yang
Menyenangkan. Jurnal Taman Cendikia. 1(1), 52-59.
Vioreza, Niken,dkk. (2020). MODEL & METODE PEMBELAJARAN. Surabaya : CV. Jakad
Media Publishing.

Anda mungkin juga menyukai