Anda di halaman 1dari 25

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Siswa SMP Muhammadiyah Suruh

Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh :

Yunita Rahayu
NIM. 23070190081

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting karena pendidikan adalah proses
utama dalam kamajuan peradaban untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa. Pendidikan
memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan kondisi
dan proses pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya
agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,kepribadian, pengendalian diri, akhlak mulia,
kecerdasan, dan keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Hasbullah, 2013:4)

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan,
mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika sudah diajarkan di taman
kanak-kanak secara informal. Matematika sering dikatakan sebagai pelajaran yang sukar, mungkin
karena yang sifatnya abstrak, penuh angka, rumus, dan memerlukan latihan. Melihat dari sisi
tersebut pada dasarnya dalam pembelajaran matematika sangat penting bagi guru untuk
mengetahui karakteristik siswanya agar mempermudah proses belajar mengajar. Pembelajaran
matematika jika berhasil dapat menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan penalaran, kemampuan pemahaman dan
kemampuan yang lain dengan baik serta mampu memanfaatkan kegunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, baik didalam menyelesaikan soal yang diberikan pada saat belajar maupun
pada kehidupan nyata (Heruman, :4).

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas VIIA SMP
Muhammadiyah Suruh, bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika
masih rendah. Dalam proses belajar mengajar di kelas masih kurang siswa yang terlibat secara
aktif. Selain itu kondisi pembelajaran yang berlangsung masih bersifat monoton, pembelajaran
masih terpusat pada guru, selain itu siswa cenderung berdiskusi dengan teman sebangkunya
mengenai hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung.

2
Hal tersebut menyebabkan munculnya berbagai dampak yang kurang baik terhadap siswa di
antaranya motivasi siswa untuk belajar matematika berkurang yang akhirnya berdampak pada hasil
belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memiliki keterampilan-
keterampilan khusus, yang dapat mengantarkan siswa menfokuskan perhatiannya secara penuh
pada pelajarannya. Guru sebagai salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan harus
menguasai materi pelajaran dan keterampilan dalam mengajarkannya.

Dalam proses pembelajaran diperlukan pembelajaran yang efektif agardalam belajar akan
terasa mudah dan menyenangkan. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih
mengaktifkan siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai subjek pembelajaran (student oriented).

Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang dapat membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong partisipasi mereka
dalam kelas adalah tipe Think-Pair-Share (TPS). Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki
pemahaman.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar
lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Jadi, siswa tidak lagi
memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah
memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara
menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama
lainnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
"Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) Siswa SMP Muhammadiyah Suruh Materi Persamaan dan Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel."

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:

Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat


meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Suruh?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat dicapai pada penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share


(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah
Suruh.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan khususnya tentang model


pembelajaran yang inovatif yaitu model Think Pair Share (TPS) dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya hasil-hasil penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya dan dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar matematika melalui model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) serta dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa, juga meningkatkan
kemampuan bersosialisasi siswa.

b. Bagi Guru

4
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam memperluas pengetahuan dan
wawasan tentang alternatif model pembelajaran yaitu model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dalam pembelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran


khususnya mata pelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).

d. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan diri dan menambah pengetahuan terkait
dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).

E. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pengalaman,
sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Sardiman
(2007:16) Hasil Belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak
hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang mana
menempatkan siswa pada beberapa kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (Rusman, 2014:202). Jadi pembelajaran kooperatif dapat melatih
peserta didik untuk dapat berfikir kritis, bertaanggung jawab, berbagi pengetahuan, menghargai
pendapat orang lain serta dapat menimbulkan hubungan yang harmonis dengan teman.

3. Think Pair Share (TPS)

5
Menurut M Sunita (2014: 62) think pair share merupakan model pembelajaran dimana peserta
didik berpikir secara mandiri tentang permasalahan yang diberikan oleh guru kemudian diskusi
dengan pasangan dan membagikan hasil diskusi tersebut kepada teman di kelas. Sama halnya
menurut Shoimin (2014: 208) dalam pembelajaran TPS ini peserta didik diberikan kesempatan
untuk berfikir secara sendiri, berdiskusi, saling membantu dengan teman kelompok, dan peserta
didik dapat berbagi informasi kepada teman atau kelompok lain (Rukmini, 2020:2177).

4. Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

a. Persamaan linear satu variabel

Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan
(=) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu. Bentuk umum persamaan linear satu
variabel adalah ax + b = 0 atau a ≠ 0.

b. Pertidaksamaan Linear Satu variabel

Pertidaksamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda
ketidaksamaan (<, >, ≤ atau ≥) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu.

F. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Menurut (Sugiyono, 2013:64) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan


masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empirik. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini diperoleh
hipotesis sebagai berikut:

“jika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) maka dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Suruh."

6
2. Indikator Keberhasilan

Adapun indicator hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Nilai yang diperoleh siswa mencapai KKM yang sudah ditentukan di sekolah
tersebut, yaitu 70.

b. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui model TPS dapat
mencapai kriteria ketuntasan belajar klasikal minimal 85%.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian skripsi ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut.

1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi: lembar cover.

2. Bagian Inti

Bagian inti penelitian ini terdiri dari:


BAB I: PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab landasan teori ini peneliti akan menyajikan landasan teori yang terdiri dari kajian teori, kajian
pustaka, dan kerangka teori.

BAB III: PELAKSANAAN PENELITIAN


Bab pelaksanaan penelitian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian
secara operasional yang meliputi: deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi), deskripsi pelaksanaan siklus II, deskripsi pelaksanaan siklus III dan
seterusnya mengikuti empat tahapan tersebut.

7
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang laporan hasil penelitian yang meliputi: deskripsi per siklus (data hasil
penelitian, refleksi), pembahasan.

BAB V: PENUTUP
Bab V atau bab terakhir dari penelitian ini memuat dua hal pokok, yaitu kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir penelitian ini berisi data pendukung dan bukti-bukti terkait sesuai dengan aktivitas
penyusunan skripsi. Bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran, daftar riwayat hidup penulis
dan data lain yang mendukung.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Secara umum hasil belajar adalah perubahan nyata yang diperoleh siswa atau siswa dalam
usaha yang dilakukan, dalam percakapan, pemikiran maupun pengalaman yang diperoleh.
Sedangkan menurut KBBI hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan dibuat atau dijadikan akibat
usaha.

Menurut Bloom (dalam Rusmono 2017:8), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif meliputi tujuan-
tujuan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengembangan intelektual dan
keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap,
minat dan nilai-nilai. Ranahpsikomotor mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan siswa
telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu (Kosilah, 2020:14422).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada
pula dari luar dirinya.

Adapun faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar sebagai berikut:


a. Faktor Internal (yang Berasal dari dalam Diri)

9
Faktor internal ini, terbagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmani, faktor
psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor Jasmaniah

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-
organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik
pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan
dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil
belajarnya masing-masing.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi menjadi dua macam, yaitu: kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
tidak/ kurangnya lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangakan kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit
berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Jadi kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah
menjaga kondisi bebas dari kelelahan, seperti istrahat yang cukup, olah raga secara teratur,
mengimbangi pola makan dan sebagainya.
b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar berasal dari luar siswa
yang meliputi:
1) Lingkungan Keluarga

10
Keadaan keluarga juga mempengaruhi individu dalam tingkah laku dan perbuatan belajar
disekolah

2) Lingkungan Sekolah

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena siswa berada dalam
masyarakat.

c. Aspek-aspek Peningkatan Hasil Belajar

Menurut Bloom (Sudjana, 2010: 22) hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom (Sudjana, 2010: 22) berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:
a) Pengetahuan (Knowledge) merupakan tipe hasil belajar tingkat kognitif yang paling rendah
tetapi hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.
b) Pemahaman (Comprehension) adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan.
Dalam hal ini untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui dan mengenal.
c) Aplikasi (Aplication) adalah menerapkan abstraksi (ide, teori, atau petunjuk teknis) ke dalam
situasi baru (situasi kongkret atau situasi khusus).

d) Analisis (Analysis) adalah usaha memilah sesuatu menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas susunannya.

e) Sintesis (Synthesis) adalah penyatuan beberapa unsur atau bagian ke dalam bentuk yang
menyeluruh.
f) Evaluasi (Evaluation) adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, atau metodenya berdasarkan standar tertentu.

2) Ranah Afektif
Menurut Sudjana (2010: 29) ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar

11
afektif tampak dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

Beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, diantaranya sebagai berikut:
a) Penerimaan (Reciving/attending), yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar, dapat
berupa masalah, situasi, gejala, juga dapat termasuk kesadaran dan keinginan untuk menerima
rangsangan,.
b) Jawaban (Responding), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap rangsangan yang
datang dari luar.

c) Penilaian (Valuing), yaitu nilai dan kepercayaan terhadap rangsangan, seperti kesediaan
menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap
nilai tersebut.
d) Organisasi (Organization), yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
seperti hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai pada seseorang
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Ranah Psikomotor

Menurut Sudjana (2010: 30) hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Tingkatan keterampilan meliputi:
a) gerakan refleks (keterampilan yang terdapat pada gerakan yang tidak disadari);
b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif
maupun motoris.
d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;
e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang lebih kompleks;

f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif.

12
d. Variasi Kemampuan Akademik Siswa

Nasution (2000) menyatakan, kemampuan akademik merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Variasi kemampuan akademik siswa di dalam
kelas dapat diklasifikasikan menjadi siswa berkemampuan akademik atas, sedang, dan
rendah. Pemberian pengalaman belajar yang sama pada siswa akan menghasilkan prestasi
belajar yang berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan akademik.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen (Majid, 2014:174).

Sedangkan menurut Artz dan Newman (Huda, 2015:32), pembelajaran kooperatif merupakan
kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu
masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik model pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam kelompok.

2. Siswa memiliki rasa saling ketergantungan.


3. Siswa belajar berinteraksi secara kerja sama.
4. Siswa dilatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas.

Siswa memiliki keterampilan komunikasi interpersonal. Ciri-ciri tersebut dapat memberikan


dampak positif kepada peserta didik antara lain: membangun sikap belajar kelompok/bersosialisasi,
membangun kemampuan bekerjasama, melatih kecakapan berkomunikasi, melatih keterlibatan
emosi peserta didik, mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar, meningkatkan prestasi

13
akademiknya secara individu dan kelompok, meningkatkan motivasi belajar dan memperoleh
kepuasan belajar (Hasan, 2011:176).

c. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sadker dan Sadker (Huda, 2015:66), ada 4 manfaat pembelajaran kooperatif yaitu:
a) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil
pembelajaran yang lebih tinggi.

b) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang
tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
c) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan
diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interpendensi positif) untuk
proses belajar mereka nanti.

d) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang


berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.

d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2012: 65) adalah sebagai
berikut:

(a) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik;

(b) menyajikan informasi;

(c) mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar;

(d) membantu kerja tim dan belajar;

(e) mengevaluasi, dan

(f) memberikan pengakuan atau penghargaan.

e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan kemampuan, prestasi siswa,


dan pemahaman mengenai suatu pembelajaran serta dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.

14
Sedangkan kelemahannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai target yang
diinginkan.

3. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

a. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang dalam bentuk diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir,
keterampilan berkomunikasi siswa dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas (Azlina,
2010:23-24 dalam Nurnawati, Yulianti, dan Susanto, 2012). Model pembelajaran Think Pair and
Share (TPS) memungkinkan siswa aktif didalam kelas karena guru akan memberikan suatu
masalah atau pertanyaan kepada siswa kemudian siswa berpikir sendiri mengenai jawaban atas
permasalahan yang diberikan oleh guru (Hastuti, 2020:115).

b. Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Ciri-ciri pembelajaran TPS menurut Julianto dkk (2011:41) Prinsip dasar dan ciri-ciri dalam
pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu: kelompok terbentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok terdiri dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender, penghargaan lebih menekankan pada
kelompok dari pada masing-masing individu, dibentuk secara berpasang-pasanga, siswa bertukar
informasi antar siswa yang lain.

c. Manfaat Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Menurut Miftahul Huda (2013:206) manfaat TPS antara lain adalah:

1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

2) Mengoptimalkan partisipasi siswa.

3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

15
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Langkah-langkah Think-Pair-Share (TPS) secara umum terdiri dari tiga tahap (Majid,
2014:191-192):
a) Tahap 1: Thinking (Berpikir)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa
diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
b) Tahap 2 : Pairing (Berpasangan)

Guru meminta siswa agar berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang
telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban
jika telah diajukan suatu pertanyaan, atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah
diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
c) Tahap 3: Sharing (Berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa
yang telah mereka bicarakan. Hal ini cukup efektif jika dilakukan dengan cara bergiliran antara
pasangan demi pasangan, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan
kesempatan untuk melaporkan.

e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

1) Keunggulan model Think Pair-Share (TPS)


a) Memberi kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
b) Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
c) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.
d) Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain, saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
e) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kelas.

16
2) Kelemahan model Think-Pair-Share (TPS)
a) Siswa yang kurang selalu bergantung pada siswa yang pandai.

b) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.


c) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
d) Membutuhkan pemahaman dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

4. Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

a. Persamaan linear satu variabel

Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan
(=) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu. Bentuk umum persamaan linear satu
variabel adalah ax + b = 0 atau a ≠ 0.

b. Pertidaksamaan Linear Satu variabel

Pertidaksamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda
ketidaksamaan (<, >, ≤ atau ≥) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu.

B. PENELITIAN TERDAHULU

1. Penelitian yang dilakukan oleh Esi Nofi Rahmawati (2016) yang berjudul "Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) pada Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 1 Mlati." Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa
kelas VIIIB SMP Negeri 1 Mlati materi teorema Pythagoras dapat disimpulkan bahwa : (1)
pembelajaran pada siklus I dan siklus II mulai dari tahap persiapan, presentasi guru, kegiatan
kelompok, presentasi kelompok, dan evaluasi secara umum sudah terlaksana dengan baik sesuai
dengan RPP. Persentase keterlaksanaan pembelajaran mencapai 91,92% (kualifikasi tinggi) pada
siklus I dan 99,27% (kualifikasi tinggi) pada siklus II. (2) hasil belajar ranah afektif siswa

17
meningkat dari persentase hasil belajar ranah afektif siswa pra tindakan sebesar 39,02%
(kualifikasi rendah) menjadi 69,80% (kualifikasi cukup) pada siklus I, dan 76,68% (kualifikasi
tinggi) pada siklus II; (3) hasil belajar ranah kognitif siswa meningkat dari rata-rata ) hasil belajar
ranah kognitif siswa pra tindakan sebesar 60 (kualifikasi cukup) dengan ketuntasan mencapai
31,25% menjadi 67,44 (kualifikasi cukup) dengan ketuntasan mencapai 37,50% pada siklus I, dan
81,12 (kualifikasi tinggi) dengan ketuntasan mencapai 78,12% pada siklus II.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Niswah Khairun (2016) yang berjudul "Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa di Kelas VII MTS AL-ULUM Medan Tahun Ajaran 2016/2017." Tingkat kemampuan guru
mengelola pembelajaran baik, artinya adanya perubahan mengelola dari kelas siklus I kesiklus II.
Maka dari hasil penelitian dapat disimpulkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi persegi panjang dan persegi dikelas VII-
6 MTs Al-Ulum Medan T.A 2016/2017.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mikael Sola (2022) yang berjudul "Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada
Siswa Kelas VIII III SMPN 2 Bajawa Tahun Pelajaran 2022." Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar matematika pada siklus I dengan nilai rata-rata 65, 72 dalam kategori cukup
baik dan hasil belajar pada siklus II dengan nilai rata-rata 80 dalam kategori sangat baik, ketuntasan
klasikal 100%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika mengalami peningkatan
sebesar 19, 59%. Jadi dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII SMPN
2 Bajawa tahun pelajaran 2022.

18
BAB III

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Suruh dan subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah Suruh yang berjumlah 26 siswa.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang
meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan evalusi/refleksi. Menurut Mills, penelitian tindakan
didefinisikan sebagai penyelidikan sistematis yang dilakukan oleh guru, administrator, konselor,
atau lainnya dengan minat pada proses belajar mengajar atau lingkungan untuk mengumpulkan
informasi tentang bagaimana sekolah mereka beroperasi, bagaimana mereka mengajar, dan
bagaimana mereka siswa belajar.

3. Langkah-langkah Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dilaksanakan sebanyak 4
kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali proses belajar dan 1 kali tes siklus I demikian pula siklus II
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali proses belajar dan 1 kali tes siklus
II. Sesuai dengan hakikat penelitan tindakan kelas, maka penelitian pada siklus II merupakan
pelaksanaan perbaikan dari kekurangan pada siklus I. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yakni,

1. Penyusunan perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk meningkatkan apa yang
terjadi

2. Tindakan
Tindakan yang di maksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang
merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.

19
3. Observasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi itu
berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi
ketika putaran sekarang ini berjalan.

4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah di catat
dalam observasi.

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan

1) Melakukan observasi awal pada siswa kelas VII yang menjadi subjek penelitian.
2) Mempersiapkan materi pelajaran.
3) Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
4) Membuat lembar kerja siswa (LKS).

5) Membuat lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat keaktifan siswa.


6) Membuat lembar observasi keterlaksanaan Pembelajaran untuk mengetahui kemampuan guru
mengelola pembelajaran.

7) Membuat angket mengenai tanggapan/respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui


model pembelajaraan koopratif tipe Think-Pair-Share (TPS).

8) Membuat tes akhir siklus 1 dalam bentuk soal essay yang terdiri dari 5 butir
soal.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Guru membuka pelajaran

2) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS).

20
3) Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran

4) Selanjutnya guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada lembar kerja siswa (LKS).

5) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok Think-Pair-Share (TPS) yang terdiri dari dua
orang siswa.

6) Guru mengajukan masalah pada lembar kerja siswa (LKS) dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir secara individu. (Fase 1 TPS :Thinking).

7) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan pasangannya. (Fase 2 TPS : Pairing).

8) Guru membimbing dan memantau aktifitas siswa dalam kelompok.


9) Guru meminta beberapa kelompok (pasangan) untuk mempresentasikan hasil yang diperoleh
dan meminta siswa dari kelompok lain untuk menanggapi. (Fase 3 TPS : Sharing).
10) Guru memberikan tanggapan atau umpan balik.
11) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti.

12) Guru memberikan latihan (kuis) untuk mengecek pemahaman siswa.

13) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya.
14) Pada akhir siklus diadakan tes hasil belajar.

c. Observasi dan Evaluasi


1) Observasi
Selama proses pembelajaran diadakan pengamatan tentang kondisi pembelajaran baik itu pada
aktivitas siswa maupun pada guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
2) Evaluasi
Pada akhir siklus I dilaksanakan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui efek dari pelaksanaan
tindakan pembelajaran kooperatif Think-Pair- Share (TPS) terhadap hasil belajar matematika.
Hasil dari pelaksanaan tindakan akan dievaluasi dengan memberikan tes akhir siklus.

d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Refleksi yang dimaksud

21
adalah pengujian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara untuk
merumuskan rencana perbaikan berikutnya.

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan
Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus kedua yang sama dengan perencanaan siklus
pertama dengan memperhatikan beberapa kesulitan yang dialami siswa pada siklus pertama.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II ini peneliti tetap menyajikan materi berdasarkan skenario pembelajaran yang telah
dibuat. Pada siklus ini dilakukan pengembangan lebih lanjut apabila terdapat kekurangan pada
pelaksanaan siklus I. Dan tetap melakukan perbaikan apabila terdapat kekurangan atau kesulitan
yang dialami siswa pada siklus I.
c. Observasi dan Evaluasi

Pada prinsipnya observasi pada siklus ke-II ini sama dengan observasi yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Peneliti mencatat semua temuan dengan perubahan yang terjadi pada siswa, serta
melaksanakan evaluasi belajar pada akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus
kedua ini.

d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, demikian pula hasil
evaluasinya. Dari hasil yang didapatkan peneliti dapat membuat kesimpulan atas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair-Share (TPS

4. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data mengenai hasil belajar matematika siswa diperoleh dari hasil tes pada setiap akhir siklus
menggunakan tes hasil belajar.
2. Data mengenai aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dengan

22
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran pada saat proses
belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS).

3. Data mengenai respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) diperoleh dengan menggunakan angket respon siswa setelah model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) diterapkan.

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:


1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar dalam bentuk soal essay
dengan 5 butir soal.

2. Lembar Observasi

3. Angket Respon Siswa

6. Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

2. Analisis Data Hasil Observasi

3. Analisis Data Hasil Respon Siswa

23
Daftar Pustaka

Ahmadiyanto. 2016. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Pembelajaran
Ko-Ruf-Si (Kotak Huruf Eduksi) Berbasis Word Square pada Materi Kedaulatan Rakyat dan Sistem
Pemerintahan di Indonesia Kelas VIIIC SMP Negeri I Lampihong Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2

Farhana Husna, dkk. Penelitian Tindakan Kelas.

Fiteriani, Ida & Suarni. 2016. Model pembelajaran kooperatif dan implikasinya pada pemahaman belajar
sains di SD/MI (studi PTK dikelas III MIN 3 Wates Liwa Lampung Barat). Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar Volume 3 Nomor 2

Hasan, Syamsuri, dkk. 2011. Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan
Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Perawatan dan Perbaikan Refrigerasi. INVOTEC, Volume VII,
No. 2

Hastuti, Novita Dewi. 2020. Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS) Terhadap Nilai
Belajar IPS. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran Vol 3 No 1

Istighfarani, Dzikrina. 2015. Peningkatan Hasil Belajar. FKIP UMP

Kosilah dan Septian. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Assure dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Penelitian Vol. 1 No. 6

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mikael, Sola. 2022, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIII III SMPN 2 Bajawa Tahun
Pelajaran 2022. Jurnal Pendidikan Tambusai 6 (2).

Oktaviani, Nur. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika (Studi
Komparatif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Palopo)

24
Prayitno, Adi Baskoro. 2010. Potensi Pembelajaran Kooperatif dalam Memberdayakan Prestasi Belajar
Siswa Under Achievement (Upaya Mensejajarkan Prestasi Belajar Siswa Akademik Bawah dengan
Siswa Akademik Atas). Surakarta

Rukmini, A. 2020. Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dalam Pembelajaran Pkn SD.
https://jurnal.uns.ac.id/shes

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

25

Anda mungkin juga menyukai