Anda di halaman 1dari 32

PTK Dengan Model NHT

8 OKT
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang Masalah
Pada pelaksanaannya pendidikan dan segala kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dalam Undang-undang No.20Tahun 2003 disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka disusunlah kurikulum atau disebut juga isi
pendidikan yang merupakan komponen penting dalam dan atau bagian integral dari sistem pendidikan sekaligus
pedoman pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah. Perubahan paradigma pengembangan
kurikulumdi Indonesia diawali dengan lahirnya peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan kemudian diikuti oleh Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas No.22 Tahun 2007 tentang standar isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pembelajaran Matematika harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah biasa dikembangkan ketika
siswa melakukan diskusi atau kerja kelompok karena pada saat itulah berlangsung kerjasama sehingga diperoleh
pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian, tugas guru adalah membangkitkan semangat belajar siswa dan
meningkatkan partisipasi mereka dengan cara menciptakan suasana belajar yang dinamis, harmonis, menarik dan
menciptakan komunikasi dua arah. Guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan
pengetahuan, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Oleh karena itu, apabila guru mengajar tanpa
memperhatikan kemampuan siswa sebelum materi diajarkan, guru tidak akan berhasil menanamkan konsep yang
benar dan hanya sebagian siswa yang mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan
diri didalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Ide penting dalam pembelajaran kooperatif
adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi. Keterampilan ini sangat penting
bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara berkelompok.

Dengan demikian, tugas guru adalah membangkitkan semangat belajar siswa dan meningkatkan partisipasi mereka
dengan cara menciptakan suasana belajar yang dinamis, harmonis, menarik dan menciptakan komunikasi dua arah.
Guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, bukan untuk
memindahkan pengetahuan. Oleh karena itu, apabila guru mengajar tanpa memperhatikan miskonsepsi siswa
sebelum materi diajarkan, guru tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar dan hanya sebagian siswa yang
mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman sehari-hari dalam pembelajaran Matematika di SMA Negeri 1
Sukaresmi Kabupaten Cianjur pada materi Barisan dan Deret, kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran belum memuaskan, terbukti dari observasi kegiatan belajar siswa, dan hasil evaluasi yang diperoleh
siswa untuk mata pelajaran Matematika masih dibawah KKM Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa
rendah, salah satu penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang belum tepat sehingga siswa merasa
bosan dan jenuh..

Pada pembelajaran matematika sering ditemukan siswa yang kurang aktif dan kurang respon terhadap materi yang
diajarkan. Pelajaran juga terlihat lebih didominasi oleh anak yang memiliki kemampuan intelektual yang lebih tinggi,
akibatnya siswa yang lemah dari sisi intelektualnya merasa terkalahkan dalam hal ini sering menimbulkan masalah-
masalah kecil dalam pembelajaran matematika di kelas, dan pada akhirnya berdampak pada hasil pembelajaran yang
tidak merata.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan
diri didalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah
membelajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi
siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara berkelompok.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, karena siswa dapat
lebih berkonsentrasi dan berinteraksi kepada orang lain dan guru selama proses belajar mengajar
berlangsung,sehingga motivasi dan konsentrasi belajarnya lebih terfokus dan terarah. Untuk mencapai taraf yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran seorang guru harus mampu selalu menciptakan suasana belajar yang kondusif,
menarik serta menjadikan siswa aktif dan kreatif sesuai dengan standar kompetensi dan teknis edukatif proses
belajar mengajar.

Dalam hal ini guru membantu dan mendorong siswa untuk belajar. Dengan demikian siswa mempunyai sifat ingin
tahu, ingin mencoba, dan aktif dalm melakukan aktifitas belajar. Oleh sebab itu, kemampuan seorang guru meliputi
juga kemamapuan memilih suatu model mengajar yang diperkirakan sesuai untuk memberikan bantuan dalam
membimibing siswanya.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari
matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu
pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model
pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada
teman yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk mengkaji dan menguasai
materi pelajaran matematika sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Oleh sebab
itu, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan model yang dapat dijadikan alternatif
pembelajaran yang memiliki konsep memberdayakan peserta didik untuk aktif dalam belajar. Untuk melihat
keberhasilan model pembelajaran ini maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Barisan dan Deret Melalui Model
Pembelajaran Type Numbered Head Together (NHT)
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Sukaresmi Kelas X -E Semester Genap
Tahun Pelajaran 2010/2011)

1. B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah dengan mengunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam
pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi Barisan dan Deret di
SMA Negeri 1 Sukaresmi kelas X -E?
2. Bagaimana Proses meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi Barisan dan Deret sebelum dan
sesudah menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar dan Aktivitas siswa pada materi Barisan dan Deret dengan Penerapan
Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

1. C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dapat membantu pemahaman
pembelajaran Matematika pada umumnya dapat membantu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada
Materi Barisan dan Deret di Kelas X -E SMA Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur.
2. Peningkatan proses belajar dan aktivitas siswa pada materi Barisan dan Deret sebelum dan sesudah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ((NHT).
3. Peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi Barisan dan Derat dengan melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
1. D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Model pembelajaran type NHT ( Numbered Head
Together) ini akan memberikan maanfaat seperti di bawah ini:
1. Bagi siswa :
1. Melatih siswa untuk meningkatkan cara berfikir kritis dalam belajar
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam materi barisan dan deret.
3. Membantu pemahaman materi dan pemecahan masalah dalam materi barisan dan deret.
4. Menjadikan Proses Pembelajaran Matematika lebih bermakna dan tidak menjenuhkan.
5. Melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan soal.
6. Bagi Guru:
1. Meningkatkan professionalisme seorang guru.
2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru.
3. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika
4. Meningkatkan ketarmpilan guru dalam menguasaan kelas.
5. Meningkatkan ketrampilan guru dalam menggunakan metode belajar yang sesuai.
6. Melatih untuk melakukan penelitian yang lebih sistematis pada teori yang ada.

1. Bagi Sekolah:
1. Memberikan masukan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan mutu lulusan SMA Negeri 1 Sukaresmi yang berkualitas.
1. Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together(NHT) ini dapat dijadikan referensi guru bahwa
dalam mencapai ketuntasan pembelajaran matematika
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together(NHT) sebagai salah satu model pembelajaran untuk
menghadapi perolehan ketuntasan pembelajaran
3. E. Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered HeadTogether (NHT) pada materi Barisan
dan Deret, maka hasil belajar dan aktivitas siswa kelas X -E SMA Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur
menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB II
LANDASAN TEORI
1. A. Aktivitas Belajar Siswa
1. 1. Pengertian
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.
Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasr sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi.
Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menghitung menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terinegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi,
menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah, menganalisis.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip yang
sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada
pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan moderen. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas
didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa moderen, aktivitas didominasi oleh siswa.
Aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri beberapa unsur yaitu: tujuan belajar, siswa yang termotivasi, tingkat
kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, siswa yang memahami situasi, dan pola respon siswa (Sudjana,
2005:105)

Menurut Anton M. Mulyono(2001:26), Aktivitas mempunyai arti” Kegiatan atau keaktifan” Jadi segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupaka aktifitas. Jadi aktivitas adalah
segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siawa dikatakan memiliki
keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan
tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar.

Seorang pakar pendidikan , Trinandita(1984) menyatakan bahwa” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam
proses pembelajaran adalah keaktofan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksiyang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana
kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi siswa.

Kegiatan atau aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa di kelas, tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja
tetapi ada beberapa macam kegiatan (aktifitas) siswa menurut Nasution, (2004:9) antara lain :

1. Visual Activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.


2. Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi dan lain
sebagainya.
3. Listening Activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan lain sebagainya.
4. Writing Activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.
5. Drawing Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.
6. Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat kontrusi, model, mereparasi, bermain, berkebun,
memelihara binatang dan sebagainya.
7. Mental Activities seperti mengingat, menanggap, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan, dan sebagainya.
8. Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak terpisah satu sama lai. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental
dan disertai oleh perasaan tertentu, dan sebagainya. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam
kegiatan atau aktivitas siswa sesuai dengan karakteristiknya.

1. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar


Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang
diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:

1. Faktor Individual seperti kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2. Faktor Sosial seperti keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat-alat dalam belajar, (Purwanto, 2002:102)
Dalam pendapat lain, faktor lain yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar yakni:

1. Faktor –Faktor Intern


a) Faktor Jasmaniah seperti kesehatan, cacat tubuh dan sebagainya

b) Ffaktor Psikologis sepert Integensi, Minat, Motivasi, Perhatian, Bakat, Kematangan, kesiapan

c) Faktor kelelahan seperti kelelahan jasmani, rohani

1. Faktor –faktor ekstern


a) Faktor Keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, metode belajar

b) Faktor Sekolah seperti:

o Metode mengajar dan kerikulum


o Hubungan guru dan siswa
o Disiplin siswa
o Alat pengajaran dan waktu belajar
o Standar pelajaran dan tugas ruamah
c) Faktor Masyarakat seperti

o Kegiatan siswa dalam masyarakat


o Mass media dan tempat bergaul
o Bentuk kehidupan masyarakat
Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar yang telah disebutkan maka faktor tersebut dapat
memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru
harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam
memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis,
lingkungan atau faktor intern dan ekstern.

Terkait dengan hal yang telah disebutkan, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi Aktivitas, Motivasi belajar antara lain:

1) Cita-cita/ aspirasi

Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan angan-angan yang ada di
imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri
pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan kepribadian individu
yang menimbulkan motivasi dan aktivitas yang besar untuk meraih cita-cita yang diinginkan.

2) Kemampuan Siswa

Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adnya motivasi dan aktivitas. Kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga doronganyang ada pada diri individu akan tinggi

3) Kondisi siswa dan lingkungan

Kondisi siswa adalah kondisi jasmani dan rohani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka aktivitas belajar dan motivasi
belajr akan bertambah dan prestasinya akan meningkat, begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa keluarga
maupun masyarakat mendukung, maka aktivitas belajar dan motivasi belajar pasti ada dan meningkat

4) Unsur Dinamis dalam belajar

Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tempet dimana tinggal
seprang individu akan memperoleh pengalaman

5) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan.
Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki ketrampilan. Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan tidak terlepas adanya fungsi dan kegunaan.

1. B. Hasil Belajar Siswa


1. 1. Pengertian
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bbelajar merujuk pada aya yang harus
dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya
dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya
terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki dari belajar mengajar harus bisa mendapatkan hasil bisa
melalui kreatifitas seseorang itu. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan
ketrampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Horwart Kingsley dalam bukunya (Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar yaitu:
1. Ketrampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengarahan
3. Sikap dan cita-cita
4. 2. Faktor-Faktor
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari diri siswa dan faktor dari luar siswa (Sudjana,
1989:39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam didri siswa adalah perubahan kemampuan
yang dimilikinya, seperti yang dikemukakan seorang ahli bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kempuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Interaksi biasanya berlangsung
secara sengaja, dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Dengan
uarian tersebut maka Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran
yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk pengusaan, pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan, sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

1. C. Materi Barisan Dan Deret


1. 1. Barisan Bilangan Sederhana
Barisan bilangan dibentuk oleh bilangan-bilangan yang disusun menurut aturan tertentu. Barisan bilangan ini dapat
kita teruskan suku-sukunya apabila aturan untuk memperoleh suku berikutnya sudah ditentukan.
Perhatikan barisan bilangan berikut ini :
1, 2, 4, 7, 11, …
Artinya : Suku pertama ditulis U1 = 1
Suku ke-dua ditulis U2 = 2
Suku ke-tiga ditulis U3 = 4
Suku ke-empat ditulis U4 = 7
Suku ke-n ditulis Un
Suku berikutnya dari barisan tersebut dapat diteruskan dengan aturan ”menambahkan bilangan asli berurutan mulai
dari suku pertama”

Contoh-contoh barisan bilangan:

o Barisan Bilangan Asli : 1, 2, 3, 4, …


Rumus suku ke-n adalah Un = n
Suku ke-10 adalah U10 = 10
o Barisan Bilangan Genap : 2, 4, 6, 8, …
Rumus suku ke-n adalah Un = 2n
Suku ke-20 adalah U20 = 2 x 20 = 40
o Barisan Bilangan Ganjil : 1, 3, 5, 7, …
Rumus suku ke-n adalah Un = 2n – 1
Suku ke-15 adalah U15 = 2 x 15 – 1 = 29
o Barisan Bilangan Kuadrat / persegi : 1, 4, 9, 16, …
Rumus suku ke-n adalah Un = n2
Suku ke-12 adalah U12 = 122 = 144
Barisan bilangan juga dapat diperoleh dari pengembangan pola yang teratur, contoh :

o Barisan Bilangan Persegi Panjang : 2, 6, 12, 20, …


Pola , …
Rumus suku ke-n adalah Un = n(n+1)
Suku ke-8 adalah U8 = 8 (8+1) = 8 x 9 = 72
o Barisan Bilangan Segitiga : 1, 3, 6, 10, …
Pola , …
Rumus suku ke-n adalah Un = ½ n(n+1)
Suku ke-10 adalah U10 = ½ x 10 (10+1) = 5 x 11 = 55
o Barisan Bilangan Pada Segitiga Pascal
Baris ke-n diperoleh dengan menjumlahkan dua suku berurutan pada baris sebelumnya
Jumlah bilangan pada baris ke-1 = 1 = 1 = 20 = 21-1
Jumlah bilangan pada baris ke-2 = 1 + 1 = 2 = 21 = 22-1
Jumlah bilangan pada baris ke-3 = 1 + 2 + 1 = 4 = 22 = 23-1
Jumlah bilangan pada baris ke-4 = 1 + 3 + 3 + 1 = 8 = 23 = 24-1
Rumus jumlah bilangan pada baris ke-n = 2n-1
1. 2. Barisan Aritmatika
Adalah barisan bilangan yang suku berikutnya didapat dari penambahan suku sebelumnya dengan bilangan yang
tetap (tertentu), bilangan yang tetap tersebut dinamakan beda (b)
o Barisan bilangan : 2, 5, 8, 11, …
Suku awal / suku pertama atau a = 2
Beda atau b = 5 – 2 = 8 – 5 = 11 – 8 = 3
Barisan tersebut dinamakan barisan aritmetika naik
o Barisan bilangan : 20, 18, 16, 14, …
Suku awal / suku pertama atau a = 20
Beda atau b = 18 – 20 = 16 – 18 = 14 – 16 = -2
Barisan tersebut dinamakan barisan aritmetika turun
Rumus Suku ke-n (Un) dari Barisan Aritmetika

U1 = a = a + (1-1)b
U2 = a + b = a + (2-1)b
U3 = a + 2b = a + (3-1)b
U4 = a + 3b = a + (4-1)
Un = a + (n-1) b
Jadi rumus suku ke-n dari barisan aritmetika adalah :

dengan Un = Suku ke-n


a = suku pertama
b = beda
1. 3. Barisan Geometri
Barisan geometri adalah Barisan bilangan yang suku-suku berikutnya diperoleh dari hasil kali suku sebelumnya
dengan bilangan tetap yang tidak sama dengan nol.
Bilangan tetap tersebut dinamakan pembanding (rasio)
o Barisan bilangan : 2, 6, 18, 54, …
Suku awal / suku pertama atau a = 2
Rasio atau r = 6 : 2 = 18 : 6 = 54 : 18 = 3
Barisan tersebut dinamakan barisan geometri naik
o Barisan bilangan : 20, 10, 5, 2,5 , …
Suku awal / suku pertama atau a = 20
Rasio atau r = 10 : 20 = 5 : 10 = ½
Barisan tersebut dinamakan barisan geometri turun
Rumus Suku ke-n (Un) dari Barisan Geometri
U1 = a = a x r1-1
U2 = a x r = a x r2-1
U3 = a x r2 = a x r3-1
U4 = a x r3 = a x r4-1
Un = a x rn-1
Jadi rumus suku ke-n dari barisan geometri adalah :
dengan Un = suku ke-n
a = suku pertama
r = rasio

1. 4. Deret Aritmatika
Apabila barisan bilangan aritmetika dijumlahkan maka akan terbentuk deret Aritmetika
Contoh :
Barisan Aritmetika : 2, 6 , 10 , 14 , … .
Deret Aritmetika : 2 + 6 + 10 + 14 + … .
Jumlah n suku pertama deret aritmetika ditulis dengan Sn
Jadi S1 = U1 = 2
S2 = U1 + U2 = 2 + 6 = 8
S3 = U1 + U2 + U3 = 2 + 6 + 10 = 18
S4 = U1 + U2 + U3 + U4 = 2 + 6 + 10 + 14 = 32
Sn = U1 + U2 + U3 + … + Un
Rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika
dengan Sn = jumlah n suku pertama
a = suku pertama
b = beda

1. 5. Deret Geometri
Apabila barisan bilangan geometri dijumlahkan maka akan terbentuk deret geometri
Contoh :
Barisan geometri : 2, 6 , 18 , 54 , … .
Deret geometri : 2 + 6 + 18 + 54 + … .
Jumlah n suku pertama deret aritmetika ditulis dengan Sn
Jadi S1 = U1 = 2
S2 = U1 + U2 = 2 + 6 = 8
S3 = U1 + U2 + U3 = 2 + 6 + 18 = 26
S4 = U1 + U2 + U3 + U4 = 2 + 6 + 18 + 54 = 80

Rumus jumlah n suku pertama deret geometri

untuk nilai r < 1, atau , untuk r > 1

dengan Sn = jumlah n suku pertama


a = suku awal
r = rasio

1. D. Model Pembelajaran Type Numbered Head Together (NHT)


1. 1. Pengertian
Numbered Head Together(NHT) merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam model pembelajaran
kooperatif yang menimbulkan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam
menyelesaikan tugas-tugas mereka. Lie(meliyani, 2005) menyebutkan teknik belajar mengajar kooperatif
diantaranya kepala bernomor (Numbered head) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Menurut Lie
(2005:59) teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagkan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik.
Rahmayanti (Meliyani, 2005) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) ini dapat memberikan peluang yang besar untuk terjadinya proses saling membelajarkan siswa, faktor
subjektivitas bisa dihindari, siswa lebih cepat faham terhadap materi. Melalui model pembelajaran ini siswa
diharapkan lebih termotivasi untuk belajar Karena dituntut tanggung jawabnya masing-masing terhadap
keberhasilan belajar kelompoknya untuk menjadi kelompok yang terbaik, sehingga tiap individu akan berusaha
dengan sebaik-baiknya dan saling mendukung satu sama lain.

Menurut Ibrahim (Meliyani, 2005) yang menyatakan bahwa NHT memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

1. Mudah dilaksanakan dalam kelas


2. Memberi waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran.
3. Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih berani dalam mengeluarkan pendapat dalam kelompok kecil atau
kelas secara keseluruhan
Dalam model pembelajaran ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian setiap aggota kelompok
dalam masing-masing kelompoknya mendapatkan nomor sesuai dengan jumlah kelompok masing-masing
tersebut.Setiap kelompok kemudian diberi pertanyaan-pertanyaan berbentuk LKS untuk dijawab dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.

Dalam menjawab pertanyaan ini, mereka berdiskusi untuk memutuskan jawaban yang paling tepat dan harus
memastikan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawaban, karena selanjutnya pertanyaan-pertanyaan
tersebut akan dibahas secara keseluruhan dalam diskusi kelas secara random yang dipilih oleh guru, artinya guru
akan memanggil random nomor kelompok serta nomor siswa yang harus melaporkan hasil kerjasama mereka. Jika
siswa menjawab dengan benar, mendapatkan poin. Hingga akhirnya akan dapat diputuskan kelompok terbaik. Pada
saat itu diakhir proses pembelajaran, yaitu yang mengumpulkan poin paling banyak.
Pembagian tim ini hendaknya setiap tim terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi: satu orang
berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan satu orang berkemampuan rendah. Disini
ketergantungan positif juga dikembangkan dan yang kurang terbantu oleh yang lain. Siswa yang berkemampuan
tinggi bersedia membantu meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan
dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok, yang paling lemah diharapkan antusias dalam
memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk untuk
menjawabnya.

1. 2. Langkah-Langkah Pembelajaran NHT


Langkah-langkah model pembelajaran tipe NHT yang dikemukakan oleh Nurhadi, (2004:57) adalah sebagai berikut :

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Guru menyampaikan semua tujuan


pelajaran yang ingin dicapai pada
Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
motivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa


dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
Tahap 2: Menyajikan Informasi bacaan.

Guru membagi kelas dalam beberapa


kelompok terdiri dari 3-5 orang siswa dan
kepada setiap anggota kelompok diberi
Tahap 3: Penomoran nomor antara 1 sampai 5

Tahap 4: Mengajukan Guru mengajukan pertanyaan kepada


siswa untuk dipecahkan bersama dalam
pertanyaan/permasalahan kelompok, pertanyaan dapat bervariasi

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap


pertanyaaan itu dan menyakinkan tiap
anggota dalam timnya mengetahui
Tahap 5: Berpikir bersama jawaban itu.

Guru memanggil suatu nomor tertentu,


kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba
untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh
Tahap 6: Menjawab (Evaluasi) kelas.

Tahap 7: Memberikan Guru mencari cara-cara untuk menghargai


baik upaya maupun hasil belajar individu
Penghargaan dan kelompok

1. 3. Kelebihan Dan Kekurangan


1. Kelebihan dari NHT Adalah:
o Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
o Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif
o Siswa termotivasi untuk berpartisipasidalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya
dipanggil
o Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan
mengembangkan bakat kepemimpinan.
1. Kelemahan yamg dimiliki pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT),
diantaranya antara lain:
o Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
o Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat
diskusi menyelesaikan masalah.
o Peneglompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A . Metode Penelitian
Metode yang dugunakan dalam penelitian ini termasuk metode penelitian deskriptip, karena didalam penelitian ini
digambarkan bagamana suatu metode pembelajaran di terapkan dan bagaimana hasil yang di inginkan dapat
tercapai.

Metode deskriptip memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Penelitian tindakan kelas cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah cecara
teratur, mengutamakan objektifitas, dan dilakukan secara cermat.
2. Tidak adanya perlakukan yang diberikan dan dikendalikan
3. Tidak adanya uji hipotesis
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dan observer untuk melihat aktivitas siswa sekaligus melihat
proses pembelajaran matematika dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT). Dalam hal ini yang berperan sebagai observer adalah guru matematika laini. Observer berperan
memberikan masukan kepada peneliti terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika di
kelas, guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya.
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jln. Mariwati Km
8 Des. Cikanyere Kec. Sukaresmi Kab. Cianjur. Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas X -E tahun pelajaran
2011/2012, yang berjumlah 42 orang yang terdiri dari jumlah siswa laki-laki sebanyak 20 Orang dan jumlah siswa
perempuan sebanyak 22 orang. Peneliti memilih kelas X -E sebagai subyek penelitian karena kelas ini yang
mempunyai daya serapnya rendah terlihat dari hasil tes sebelumnya yang belum menunjukan hasil tidak
memuaskan.

C. Waktu Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011, tepatnya dari bulan
Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi Barisan Bilangan dan
Deret adalah 12 jam, dalam satu minggu terdiri 2 kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Setiap
siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga
membutuhkan waktu 6 kali pertemuan yang terbagi menjadi 4 kali pertemuan proses Siklus I dan II, dan 2 kali
pertemuan test akhir siklus.

D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti, digunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut:

1. 1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes setiap akhir siklus dan Lembar Kerja Siswa (LKS), tes setiap akhir siklus ini bertujuan
untuk mengetahui sampai dimana pemahaman belajar siswa tentang barisan dan deret serta untuk merefleksi
pembelajaran yang dilaksanakn guna perbaikan. Adapun bentuk tes yang diberikan berupa soal uraian yaitu pada
Kompetensi Dasar Barisan Bilangan dan Deret.

1. 2. Non tes
Instrumen penelitian yang terbentuk non tes pada penelitian ini meliputi, jurnal, observasi, dan dokumentasi.

1. a. Jurnal
Jurnal diberikan kepada siswa setiap akhir pertemuan yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui respon atau
tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar, serta sebagai
bahan refleksi untuk melakukan tindakan pembelajaran yang lebih baik. Jurnal harian ini berbentuk uraian
pertanyaan dan diberikan kepada siswa setiap akhir siklus.

1. b. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, Dengan demikian, observasi dapat mengukur mengukur atau
menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa dan guru pada saat pembelajaran.

Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi
(lembar observasi). Lembar observasi ini diisi oleh observer dengan mengisi check list ( Ö ) pada kolom yang telah
disediakan dan kolom keterangan untuk catatan observer. Lembar observasi memuat aspek-aspek penting dalam
proses pembelajaran untuk mendapatkan gambaran terhadap aktifitas siswa, aktifitas guru, pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together), dan suasana selama berlangsungnya proses pembelajaran. Setiap aktifitas
yang terjadi akan dicatat secara umum, untuk mengetahui efektifitas pembelajaran.
Lembar observasi disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang kondisi pelakasanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran type Numbered Head Together. Observasi tindakan ini dilaksakan oleh
rekan guru serumpun yang bertindak sebagai observer. Lembar observasi disusun untuk mengamati peneliti dan
mengamati siswa dalam proses pembelajaran.
1. c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu alat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data langsung dalam penelitian seperti buku-
buku, peraturan-peraturan, dokumen (foto-foto) serta data-data yang relevan yang dibutuhkan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini dokumentasi hanya berbentuk foto-foto mengenai aktivitas siswa di kelas mengenai proses
pembelajaran.

1. E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kkelas ini dilaksanakan 4 tahapan sesuai dengan model Jhon
Elliot(Muslhudin2009:72) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun alur
pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:

1. 1. Perencanaan.
1. Merencanakan pembelajaran yang akan ditetapkan berdasarkan masalah yang akan dipecahkan dan hipotesis yang
diajukan yaitu materi Barisan dan Deret.
2. Menentukan Kompetensi Dasar pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II
3. Menyiapkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke satu dan ke dua tiap-
tiap siklus. Pada Pertemuan pertama silklus I materi barisan Sederhana dan barisan aritmatika, Pertemuan ke dua
siklus I materi barisan geometri. Siklus II pertemuan pertama materi Deret Aritmatika dan siklus II pertemuan ke
dua Deret Geometri.
4. Menyiapkan bahan ajar yang berupa LKS dan tugas tugas terstruktur sesuai dengan materi yang disampaikan,
menyiapkan format evaluasi yang berupa soal tes akhir siklus bentuk soal uraian berstruktur.
5. Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan tindakan yang berisikan pertanyaan tentang kegiatan siswa, guru dalam
proses belajar mengajar.
6. 2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mengacu kepada rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan pertimbangan teoritik
dan empirik sesuai dengan laju perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran di kelas.

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
mengacu pada Kurikulum SMA Negeri 1 Sukaresmi.

1. Pembelajaran siklus tindakan I


Kegiatan dalam pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan yang meliputi:

1) Melaksanaan pembelajaran mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

2) Peneliti meminta siswa untuk melakukan empat struktur langkah model kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab/ mempresentasikan.
3) Melakukan observasi, melihat seberapa jauh pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika dengan
menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan suasananya.
4) Pembelajaran diakhiri dengan adanya tes siklus I untuk melihat keberhasilan pola penyajian materi dengan
model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam upaya meningkatkan pemahaman Materi Barisan dan
Deret.
5) Peneliti melakukan tindak lanjut untuk siklus II dengan cara menyusun serta memperbaiki rencana selanjutnya
berdasarkan hasil tes dan refleksi pelaksanaan siklus I

1. Pembelajaran siklus II
Pelaksanaan Siklus II masih mengikuti pola penyajian sebagaimana rencana tindakan I yaitu:

1) Membuat serta merancang siklus II yang telah di sesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I.

2) Menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
4) Memberikan tes siklus II

5) Peneliti beserta tim observer menganalisis serta merefleksi hasil pembelajaran siklus II

6) Peneliti dan observer menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan hasil penelitian.

1. 3. Observasi
Pengamatan penelitian dibantu oleh 2 orang guru sebagai pengamat atau observer. Pelaksanaan pengamatan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang sudah
dibuat. Pada tahap ini dilakukan tes akhir siklus, jurnal siswa serta lembar kerja siswa untuk mengetahui sejauh
mana tingkat kemampuan siswa dalam belajar barisan dan deret,

1. 4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan, refleksi disini

mencakup beberapa hal diantaranya:

1. Mengumpulkan data hasil pengamatan.


2. Menganalisa data hasil pengamatan.
3. Keaktifan siswa dan suasana di dalam kelas
4. Tingkat pemahaman dan aktivitas siswa terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan model kooperatif
tipe Numbered Head Together(NHT). Yang nantinya dilihat dari hasil setiap tes.
6. Pengumpulan Dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Data penelitian ini diambil dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Aktivitas Belajar atau Motivasi Belajar
Data aktivitas belajar atau motivasi belajar diperoleh dari hasil observasi perilaku siswa dan aktivitas siswa dalam
kelas yang berkaitan dengan aktivitas dalam pembelajaran barisan dan deret pada saat pemberian tindakan. Perilaku
dan aktivitas siswa meliputi perhatian, ketekunan, konsentrasi, minat yang ditunjukan oleh diskripsi yang telah
ditentukan

Data mengenai hasil belajar sebagai dampak aktivitas yang tinggi adalah data berupa tingkat pengusaan siswa
terhadap materi yang dibahas dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berdiskusi serta
mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya serta tugas setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran type Numbered Head Together (NHT) yang diperoleh dari test akhir siklus dan lembar kerja serta
lembar tugas yang lain.
Data tanggapan siswa terhadap model pembelajaran type Numbered Head Together (NHT) berupa pendapat siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Data ini diambil dengan menggunakan angket pendapat siswa.
Teknik pengumpulan data yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes siklus yang dilakukan pada setiap akhir siklus untuk melihat keberhasilan penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa, dengan memberikan soal-soal tes yang disesuaikan dengan indikator pencapaian
pembelajaran.
2. Lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan sebagai salah satu bahan masukan dan perbaikan
untuk pertemuan selanjutnya.
3. Sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
pemberian jurnal siswa.

2. Pengolahan Data
Langkah- langkah pengolahan data penelitian ini sebagai berikut:

Data penelitian berupa motivasi belajar, prestasi belajar serta tanggapan siswa terhadap metode penugasan. Analisis
data motivasi, prestasi dan angket dijelaskan sebagai berikut

1. Analisis Aktivitas Belajar atau Motivasi Belajar


Aktivitas belajar atau Motivasi belajar dianalisis secara deskriptif berdasarkan keberhasilan tindakan yaitu frekwensi
depskriptif pada lembar observasi. Depkriptor motivasi meliputi minat, perhatian, ketekunan. Prosentase
keberhasilan tindakan dapat dihitung dengan rumus:

MP = å siswa yang responnya positif x 100%

å Seluruh siswa

1. Analisis Kemampuan siswa dan Prestasi Belajar


Kemampuan siswa dan Prestasi Belajar dianalisis dengan ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas belajar jika
mencapai skor ketuntasan belajar minimal atau KKM. Di SMA Negeri 1 Sukaresmi KKM mata Pelajaran Matematika
semester Genap 79 pada Materi Barisan dan Deret KKM yang harus dicapai 79. Analisis Prestasi Belajar dan
Kemampuan mengolah data dihitung dengan rumus berikut:

Kb = åsiswa yang memperoleh nilai ≥79 x 100%

åsiswa

3. Menyimpulkan data.
Menyimpulkan hasil penelitian dilihat dari prosentase motivasi Positif dan Ketuntasan belajar. Indikator
keberhasilan tindakan untuk aspek motivasi, respon siswa dan ketuntasan belajar siswa dapat diukur dengan cara
berikut:

o Motivasi Positif = Prosentase Respon Positif Siklus II – Prosentase Respon positif Siklus I
o Prestasi belajar siswa = Prosentase kekuntasan Siklus II – Prosentase Ketuntasan Siklus I
Prosentase ketuntasan siklus II – prosentase ketuntasan Siklus I

Jika dari selisih motivasi positif ada kenaikan maka respon siswa terhadap Model Pembelajaran type Numbered
Head Together (NHT) dalam materi Barisan dan Deret diterima. Dan jika Selisih prosentase ketuntasan siklus I,
Siklus II ada peningkatan maka penggunaan model pembelajaran type Numbered Head Together (NHT) dapat
diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. A. Hasil Penelitian
1. 1. Tahap Orientasi dan Identifikasi Masalah
Penelitian tindakan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur kelas X -E yang
terdiri dari 41 siswa dengan jumlah siswa perempuan 21 orang dan siswa laki-laki 20 orang.Tingkat kemampuan
belajar matematika di kleas X -E heterogen. Berdasarkan nilai yang diperoleh pada materi sebelumnya menujukkan
bahwa kemampuan dan motovasi belajar matematika pada umumnya di kelas ini menunjukan kelas yang tingkat
kemampuan dan motivasi belajar matematikanya rendah. Perolehan hasil belajar di kelas X -E ini masih di bawah
KKM yang telah ditetapkan. KKM pada semester genap mata pelajaran matematika 79 hasil kumulatif perhitungan
KKM dari kompetensi dasar yang terdapat pada semester genap.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuraikan maka pada materi Barisan dan Deret Semester Genap di kleas X
-E perlu adanya metode yang tepat agar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan KKM. Model pembelajaran
kooperatif type Numbered Head Together salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatakan motivasi
belajar Matematika karena dengan model pembelajaran ini siswa mempunyai motivasi yang tinggi dan dibiasakan
untuk bertanggung jawab, berpikir kritis dan kerja sama sehingga hasil belajar akan meningkat.
1. 2. Hasil Tindakan Siklus I
1. a. Perencanaan
a) Sebelum menyusun rencana pelakasanaan pembelajaran, peneliti melakukan perencanakan langkah-langkah
yang akan dilaksanakan;

b) Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksaan Siklus I;

c) Menentukan materi yang akan dijadikan materi penelitian;

d) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

e) Mengembangkan format evaluasi;

f) Menyusun Lembar Kerja yang berupa soal-soal yang akan diselesaikan oleh tiap kelompok.

g) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

h) Menyusun Jurnal siswa

1. b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan format evaluasi serta observasi dilaksanakan hari Senin
tanggal 31 Januari 2011.

b) Pelaksanaan pembelajaran Siklus I terdiri dua pertemuan yaitu pertama dilaksanakan hari Senin tanggal 7
Februari 2011 dan pertemuan kedua hari Rabu tanggal 9 Februari 2011. Deskripsi pelaksanaan Siklus I sebagai
berikut:

Pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x 40 menit untuk penyajian
materi dan 2 x 40 menit untuk mengadakan tes siklus I. materi yang disampaikan pada pertemuan kesatu adalah
menentukan pola bilangan sederhana dan pertemuan kedua barisan bilangan..

Secara garis besar proses pembelajaran yang dilakukan pada tiap pertemuan mengikuti urutan langkah-langkah
penerapan pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut : menyampaikan tujuan
dan motivasi siswa, menyajikan Informasi, penomoran, mengajukan pertanyaan/permasalahan, berpikir bersama,
menjawab (Evaluasi), memberikan penghargaan.
Pembelajaran siklus I merupakan tindakan yang pertama dalam penelitian ini. Kegiatan pembelajaran ini sangat
menentukan kegiatan pembelajaran berikutnya karena hasil dan analisis reflektif pada siklus I akan dijadikan dasar
untuk bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Selama pembelajaran berlangsung, dua observer mengamati dan
menilai aktivitas siswa dan guru sesuai dengan lembar observasi yang telah tersedia.

Pembelajaran diawali dengan mengajak siswa untuk menciptakan kelas yang kondusif kemudian mengecek
kehadiran siswa. Guru menginformasikan bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Guru mencoba mengetahui kemampuan awal siswa tentang pemahaman materi dengan memberi pertanyaan tentang
pola-pola bilangan yang sering dipakai. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Guru
memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari pada pembelajaran siklus ini. Kemudian guru
mengelompokkan kelas ke dalam 8 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa perkelompok secara heterogen
dimana masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Masing-masing
siswa dalam kelompok diberikan nomor dari 1 sampai 5.

Pada saat diskusi kelompok, guru memberikan LKS yang memuat soal-soal yang diberikan kepada tiap kelompok.
Masing-masing siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor siswa. Kemudian berkumpul siswa yang mempunyai
nomor sama dan mendiskusikan pemecahan masalahnya dan menemukan hasil dari permasalahan tersebut, pada
LKS ini siswa diharapkan dapat menemukan sendiri jawabannya dengan berdiskusi sesama sekelompok yang
mempunyai nomor sama.

Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator, membimbing dan mengamati siswa kepada masing-masing
kelompok secara berkeliling. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa ditanggapi secara tidak langsung memberikan
jawaban yang mengarah kepada jawaban dari permasalahan yang dihadapi siswa tersebut. Selain itu guru terus
memberikan motivasi kepada setiap siswa terutama untuk mengembangkan jawaban-jawabannya. Alokasi waktu
dalam mengerjakan LKS tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Diskusi kelompok yang mempunyai nomor yang sama telah mendapatkan hasil dari permasalahannya, maka kembali
lagi ke kelompok masing-masing untuk menerangkan hasil dari diskusinya, siswa nomor 1 menerangkan soal nomor
1 kepada siswa nomor 2, 3, dan 4. Kemudian siswa nomor 2 menerangkan soal nomor 2 kepada siswa nomor 1, 3 dan
4. Dan seterusnya sampai semua siswa menerangkan kepada kelompok masing-masing.

Guru memanggil siswa secara acak setelah siswa selesai menerangkan kepada kelompoknya. Semua siswa harus siap
jika nomornya dipanggil ke depan. Guru memanggil nomor 1 kelompok segitiga atas nama Bahar. Maka Bahar
menerangkan soal nomor 1 dari hasil diskusinya secara terperinci, siswa yang lainnya memperhatikan . Guru
mempersilahkan siswanya untuk bertanya jika ada soal yang kurang jelas, ada satu siswa yang bertanya dari soal
tersebut kemudian Bahar menjawab pertanyaannya.

Guru dan siswa memberikan penghargaan berupa tepuk tangan, kemudian guru memberikan poin kepada siswa dan
kelompok yang telah dipangggil ke depan dan berani mengemukakan hasil dari diskusinya. Guru memanggil lagi
nomor soal 2, 3 dan 4. Siswa menerangkan soal-soal tersebut kemudian guru mempersilahkan bertanya kepada
siswa, kemudian memberikan penghargaan poin kepada siswa dan kelompok yang dipanggil ke depan dengan
harapan untuk memberikan motivasi siswa pada pembelajaran berikutnya supaya lebih baik dan meningkat.

Guru dan siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran tiap pertemuan. Guru menginformasikan di akhir
siklus ada tes akhir siklus. Respon atau pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah diterapkan pada siklus I
ini dapat diketahui dengan memberikan jurnal harian yang harus diisi siswa, setelah selesai mengerjakan soal tes
siklus I. Guru menginformasikan mengenai materi yang akan dipelajari pada siklus berikutnya

1. c. Observasi
Dari hasil pengamatan siklus I oleh dua observer, didapatkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan
model pembelajaran Numbered HeadTogether (NHT) pada Siklus I, guru telah merapkannya sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang Barisan Aritmatika dan barisan Geometri. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh observer, masih terdapat siswa yang tidak aktif dan respon terhadap materi yang diajarkan.
Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer adalah pada awal pembelajaran siswa belum begitu paham
dengan metode yang diterapkan sehaingga siswa bingung dan belum berani untuk menjawab pertanyaan dari soal
yang didiskusikan.
Data mengenai aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Aktivitas siswa tersebut dapat
dilihat mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Data aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Data Aktifitas Siswa Pada Siklus I

Aktivitas Jumlah Prosentase

Aktif 25 61%

Kurang Aktif 16 39%

Aktivitas siswa dalam siklus I yang disajikan dalam tabel 4.1 jika disajikan dalam grafik 4.1 berikut

Grafik 4.1

Aktivitas Siswa Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 tentang aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa
aktifitas siswa pada siklus I berkategori tidak aktif. Data Nilai pada Siklus I dapat di sajikan dalam tabel 4.2 berikut

Tabel 4.2

Nilai Siklus I

KETERANGAN

TIDAK
NO NAMA KKM NILAI TUNTAS TUNTAS

1 Acep Saepulloh 79 60 √
2 Ai Hodijah 79 85 √

3 Algi M. Nugiman 79 55 √

4 Ari Rrahman Sahuri 79 80 √

5 Bahar Abdul Fatah 79 80 √

Dede Tahyan
6 Septian 79 60 √

7 Deuis Sadiah 79 80 √

8 Diki Purnama 79 55 √

9 Dini Romdini 79 50 √

10 Endi 79 40 √

Eneng Riska
11 Rismawati 79 80 √

12 Fikri Ilham Ibrahim 79 80 √

13 Fitriani Solihah 79 80 √

14 Heriyanto 79 80 √

15 Heti Rosita Sari 79 80 √

16 Indra Yosan Juli 79 60 √

17 Irmayanti 79 80 √

18 Lilis Pemawaningsih 79 80 √

19 M. Abdul Rofi 79 80 √

Meldi Azistia
20 Supardi 79 80 √
21 Meri Cahyati 79 85 √

Muhamad Dwika
22 Ilyas 79 80 √

23 Muhamad Ramdan 79 55 √

24 Nendi 79 40 √

25 Neng Siti Nuraisah 79 80 √

Novia Amsyal Nur


26 K 79 35 √

27 Oki Rahmatulloh A 79 60 √

28 Ramdani 79 60 √

29 Reni Nuraeni 79 80 √

30 Riska Nur Safitri 79 80 √

31 Rizal Hambali 79 50 √

32 Rusdi Akbar 79 35 √

33 Sela Mutia 79 80 √

34 Siti Masitoh 79 80 √

35 Siti Sumiati 79 80 √

36 Sri Yani Hastuti 79 80 √

37 Sumitra 79 40 √

38 Wahyudin 79 85 √

39 Wika Widamara 79 85 √
40 Yeni Masrani 79 80 √

41 Youliani Santoso 79 80 √

Jumlah 2765 26 15

Rata-rata 67,4

% Tuntas 63

% Tidak Tuntas 37

Tertinggi 85

Terendah 35

Data nilai siswa pada siklus I dapat disajikan dalam Grafik 4.2 berikut

Grafik 4.2

Ketuntasan Nilai Siklus I

Memperhatikan tabel 4.2 dan grafik 4.2 tentang ketuntasan hasil belajar siswa siklus I, terdapat 26 siswa yang tuntas
nilainya diatas KKM atau 63% dan 15 siswa atau 37% tidak tuntas dari KKM 79 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai
pada akhir siklus I 67,4 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 35. Secara keseluruhan pembelajaran siklus I ini,
masih belum dapat berjalan dengan baik sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai nilai sesuai dengan
KKM yang telah ditetapkan masih jauh dengan target ketuntasan Nasional
1. d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dari dua observer tentang aktivitas siswa dan hasil evaluasi pada proses pembelajaran
siklus I, maka hasilnya dapat direfleksikan sebagai berikut:

a) Kondisi kelas sudah muali kondusif, sehingga guru harus bisa memotivasi siswa pada pertemuan selanjutnya.

b) Motivasi siswa sudah mulai tumbuh dengan model pembelajaran type NHT.

c) Aktivitas siswa mulai terlihat meskipun belum maksimal.

d) Kerjasama dalam menyelesaikan Lembar Kerja maupun pada presentasi belum aktif semua karena siswa belum
paham dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
e) Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya belum merata ke setiap anggota kelompoknya.

f) Secara klasikal kegiatan pembelajaran pada siklus I belum tuntas, karena ketuntasan pada siklus I baru
mencapai 63% masih jauh dengan ketuntasan Nasional,

g) Pengelolaan waktu dalam diskusi dan presentasi belum maksimal sehingga waktu untuk presentasi pada
pertemuan pertama tidak cukup.

h) Penyususnan Lembar kerja harus disesuaikan dengan indikator pencapain serta waktu sehingga waktu yang
tersedia untuk berfikir bersama dan presentasi cukup.

i) Semua kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada siklus I dijadikan acuan dan tolak ukur pelaksanaan
silus II.

1. 3. Hasil Siklus II
1. a. Perencanaan
a) Menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan Siklus II.

b) Menyusun lembar kerja yang disesuaikan dengan indikator pencapain siklus II dan jurnal siswa untuk
mengetahui proses belajar mengajar dari siswa.

c) Menyusun dan mengembangkan alat evaluasi dan observasi pelaksanaan Siklus II.

1. b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut:

a) Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat evaluasi dan observasi serta jurnal
siswa yang dilaksananakan tanggal 11 Februari 2011.

b) Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan hari Senin tanggal 14 Februari 2011 dan
pertemuan ke dua Rabu tanggal 16 Februari 2011.

Kegiatan tindakan pembelajaran siklus II terdiri dari dua pertemuan untuk menyampaikan materi. Dan satu
pertemuan untuk melaksanakan tes akhir Siklus II. Materi yang disampaikan pada siklus II adalah Barisan geometri
dan deret. Pembelajaran diawali mengajak berdo’a bersama dengan menamkan karakter Relijius dan mengecek
kehadiran siswa, kemudian melakukan apersepsi berupa mengulang dan mengingat kembali materi pelajaran yang
telah dibahas pada pertemuan yang yaitu dengan membahas tugas terstruktur khusus untuk yang kurang dipahami.
Guru menginformasikan nilai yang tercapai siswa pada tes siklus I dengan maksud untuk memotivasi siswa supaya
dalam menjawab soal tes siklus II harus lebih berhati-hati, teliti, dan lebih baik lagi dari tes siklus I. Kemudian guru
menyampaikan materi yang akan dibahas dan menginformasikan tujuan dari pembelajaran.

Guru memberikan sekilas penjelasan tentang materi pembelajaran, siswa pun antusias memperhatikannya supaya
hasil belajar lebih baik lagi. Kemudian guru menyarankan agar siswa sudah berada dalam kelompoknya masing-
masing dan langsung memposisikan tempat duduknya.

Guru memberikan LKS pada setiap kelompok. Kemudian siswa yang mempunyai nomor yang sama berkumpul untuk
mendiskusikan pemecahan dari soal tersebut. Suasana kelas semakin baik. Kerjasama antar siswa terjalin lebih baik
dan interaksi antar siswa pun berjalan lancar, walaupun ada siswa yang terlihat acuh terhadap diskusi tersebut.

Saat kegiatan kelompok sedang berlangsung, guru seperti biasa membimbing dan mengamati aktivitas siswa kepada
setiap kelompok dengan cara berkeliling dengan maksud jika ada kelompok yang kurang paham dan mendapatkan
kesulitan guru langsung membimbingnya. Observer mengamati dan menilai aktivitas guru dan siswa dengan lembar
observasi yang telah tersedia.

Siswa yang telah selesai mendiskusikan soalnya kembali pada kelompok masing-masing yang berbeda nomor.
Kemudian siswa menjelaskan soal nomor satu kepada siswa nomor 2, 3,dan 4. Dan kegiatan itu berlanjut seterusnya
sampai siswa nomor 4 menerangkan soal nomor 4 kepada siswa 1, 2, dan 3. Kegiatan itu dilakukan pada setiap
kelompok.

Setelah selesai guru memanggil salah satu siswa secara acak. Siswa yang terpanggil maju ke depan dan menerangkan
soal dan hasil diskusinya kepada siswa yang lain. Siswa juga mulai terbiasa dengan soal-soal yang dihubungkan
dengan indikator yang telah ditetapkan. Waktu pembelajaran siklus II ini pun digunakan sesuai dengan rencana.

Siswa dan guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dipanggil kedepan untuk mempersentasikan hasil dari
diskusinya. Kemudian menilai dan memberikan poin kepada siswa dan kelompok yang terbaik. Siswa pun merasa
lebih dihargai oleh teman-temannya dan semangat dalam mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar.

Pembelajaran diakhiri dengan membuat kesimpulan siswa dibantu oleh guru tentang materi yang telah dipelajari,
setelah itu guru menginformasikan mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan kedua. Sedangkan untuk
mengetahui respon atau pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah diterapkan pada siklus ini guru
memberikan jurnal harian siswa dan untuk diisi.

1. c. Observasi
Tindakan pembelajaran siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara keseluruhan
sudah dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Diskusi kelompok berjalan dengan baik terlihat motivasi siswa lebih
baik dibanding dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I serta interaksi antar siswa yang terus meningkat. Usaha
guru dalam memberikan motivasi siswa tampaknya cukup berhasil mengembalikan semangat siswa. Hal ini terlihat
dari adanya peningkatan aktivitas siwa dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa.

Frekuensi siswa yang bertanya dengan guru relatif stabil. Pada umumnya mereka mengerti
dengan apa yang mereka kerjakan sehingga tidak perlu banyak menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami hal ini
dikarenakan interaksi antar siswa semakin baik dengan melihat peningkatan dalam diskusi atau bertanya antar siswa
dengan siswa meningkat. Pada siklus II ini frekuensi perilaku siswa yang relevan dalam KBM semakin menurun.
Sedangkan, dari hasil jurnal harian sebagian siswa sudah merasa senang dan terbiasa dengan model pembelajaran
yang telah diterapkan.

Data mengenai aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Aktivitas siswa tersebut bisa dilihat
mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Data mengenai aktivitas siswa siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Data Aktivitas Siswa Pada Siklus II

Aktivitas Jumlah Prosentase

Aktif 37 90%

Tidak Aktif 4 10%

Jumlah 41 100%

Dari tabel 4.3 tentang data aktivitas siswa jika disajikan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada grafik 4.3. berikut
Grafik 4.3.

Aktivitas siswa siklus II

Berdasarkan tabel 4.3. dan grafik 4.3 tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Siklus II mengalami
peningkatan jumlah dan prosentase siswa yang aktif. Dalam pelakasanaan siklus II terdapat 37 siswa atau 90% yang
aktif dan 4 siswa atau 10% yang kurang aktif jika dilihat dari pelaksanaan siklus I. Hal ini terbukti bahwa guru telah
berhasil dalam memberikan motivasi dalam proses belajar mengajar dan hal itu sebagai bukti bahwa model
pembejaran Kooperatif Type Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika.
Hasil evaluasi siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.4

Data Nilai Siklus II

KETERANGAN

TIDAK
NO NAMA KKM NILAI TUNTAS TUNTAS

1 Acep Saepulloh 79 80 √

2 Ai Hodijah 79 90 √

3 Algi M. Nugiman 79 70 √

4 Ari Rrahman Sahuri 79 80 √

5 Bahar Abdul Fatah 79 80 √

Dede Tahyan
6 Septian 79 80 √

7 Deuis Sadiah 79 80 √

8 Diki Purnama 79 80 √
9 Dini Romdini 79 80 √

10 Endi 79 50 √

Eneng Riska
11 Rismawati 79 85 √

12 Fikri Ilham Ibrahim 79 85 √

13 Fitriani Solihah 79 80 √

14 Heriyanto 79 80 √

15 Heti Rosita Sari 79 80 √

16 Indra Yosan Juli 79 80 √

17 Irmayanti 79 80 √

Lilis
18 Pemawaningsih 79 85 √

19 M. Abdul Rofi 79 85 √

Meldi Azistia
20 Supardi 79 85 √

21 Meri Cahyati 79 85 √

Muhamad Dwika
22 Ilyas 79 80 √

23 Muhamad Ramdan 79 80 √

24 Nendi 79 45 √

25 Neng Siti Nuraisah 79 80 √

Novia Amsyal Nur


26 K 79 50 √
27 Oki Rahmatulloh A 79 80 √

28 Ramdani 79 80 √

29 Reni Nuraeni 79 80 √

30 Riska Nur Safitri 79 80 √

31 Rizal Hambali 79 80 √

32 Rusdi Akbar 79 45 √

33 Sela Mutia 79 80 √

34 Siti Masitoh 79 80 √

35 Siti Sumiati 79 85 √

36 Sri Yani Hastuti 79 80 √

37 Sumitra 79 80 √

38 Wahyudin 79 85 √

39 Wika Widamara 79 90 √

40 Yeni Masrani 79 80 √

41 Youliani Santoso 79 80 √

Jumlah 3200 36 5

Rata-rata 78,1

% Tuntas 88

% Tidak Tuntas 12

Tertinggi 90
Terendah 40

Data nilai siklus II dapat disajikan dalam grafik 4.4 berikut

Grafik 4.4

Prosentase Ketuntasan Siklus II

Memperhatikan tabel 4.4 dan grafik 4.4 tentang Prosentase ketuntasan belajar siswa siklus II, terdapat 36 siswa atau
88% yang tuntas nilainya diatas KKM dan 5 siswa atau 12% tidak tuntas dari KKM 79 yang telah ditetapkan. Rata-
rata nilai pada akhir siklus II 78,1 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Secara keseluruhan pembelajaran
siklus II ini, menunjukkan peningkatan jumlah dan prosentase ketuntasan. Hal ini terbukti bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together(NHT) dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar yang signifikan.
1. d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dari dua observer tentang aktivitas siswa dan hasil evaluasi pada proses pembelajaran
siklus II, maka hasilnya dapat direfleksikan sebagai berikut:

a) Kondisi kelas sudah kondusif, sehingga guru harus bisa mempertahankan kondisi dalam kegiatan belajar
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa.
b) Motivasi siswa ada kenaikan dari siklus I yang signifikan.

c) Kerjasama dalam menyelesaikan Lembar Kerja maupun pada presentasi suadah kondusif dan aktif karena siswa
senang dan paham dengan penerapan model pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together (NHT).
d) Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi dan tanggapan siswa yang lain sudah berjalan dengan baik serta
bisa merata ke setiap anggota kelompoknya.
e) Secara klasikal kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah tuntas, karena ketuntasan pada siklus II mencapai
80% sesuai dengan target ketentuan Nasional.

Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mengkaji maupun memperoleh gambaran dan karakteristik
pembelajaran yang dikembangkan adalah respon siswa, pengumpulan respon siswa diperoleh dari jurnal siswa.

Jurnal siswa merupakan media bagi siswa untuk mengemukakan respon kesan mereka terhadap pembelajaran materi
Barisan dan Deret. Jurnal diisi pada setiap akhir siklus dari suatu pembelajaran. Hasil dari jurnal pada setiap akhir
pembelajaran sangat penting sebagai bahan masukan dari siswa untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

Setiap siswa mempunyai pendapat tersendiri mengenai kesan yang diperoleh terhadap pembelajaran, ada yang
berkomentar positif dan ada juga yang berkomentar negatif. Hasil komentar atau pendapat siswa disajikan dalam
tabel 4.5. berikut

Tabel 4.5

Komentar Jurnal Harian Siswa

Siklus Pendapat Siswa

Apa yang anda dapat dari pembelajaran matematika selama ini?

o Mendapatkan wawasan matematika dan saya dapat berbagi ilmu dengan


teman-teman yang lain.
o Saya lebih mengerti walaupun sedikit, tapi saya akan terus berlatih
supaya saya mengerti
o Saya lumayan mengerti tetapi ada yang saya belum mengerti tentang
pola bilangan segitiga dan segitiga pascal.

Bagaimana kesan anda setelah mengikuti pembelajaran yang telah


dilaksanakan?

o Sangat berkesan dan Alhamdulillah metode pembelajaannya sangat


mudah di hapal
o Cukup menyenangkan sekali karena dalam pembelajaran matematika ini
saya lebih tahu dan lebih jelas
o Pembelajarannya lebih mudah dimengerti sehingga saya senang
mengikuti belajarnya
o Saya lebih semangat dalam belajar sehingga materi pun cepat masuk ke
otak

Apa saran anda untuk pembelajaran matematika selanjutnya?

o Pembelajaran matematika selanjutnya lebih ditingkatkan lagi dan jangan


takut dengan belajar matematika
I o Pembelajaran matematika harus banyak dikembangkan
o Saya ingin cara penyampaian saat belajar mudah dipahami

Apa yang anda dapat dari pembelajaran matematika selama ini?

o Semakin lama saya semakin mengerti dan menyenangkan.


o Saya mendapatkan ilmu baru dari pembelajaran matematika
o Saya lebih tahu Barisan dan deret bilangan walaupun ada beberapa
rumus.
o Pelajaran matematika membuat saya sangat senang dan tidak
membosankan.

II
Bagaimana kesan anda setelah mengikuti pembelajaran yang telah
dilaksanakan?

o Menyenangkan, apalagi pas mengerjakannya, terus pas temen-temen


menerangkan di depan kelas
o Cukup menarik karena cara belajaranya berbeda.
o Menjadi tidak grogi, karena siap untuk di panggil ke depan
o Sangat senang karena melatih untuk memberanikan diri berbicara
didepan teman-teman
o Sangat menyenangkan karena pembelajaran ini menguji untuk
memperlihatkan kemampuan dan menghilangkan rasa kurang percaya
diri

Apa saran anda untuk pembelajaran matematika selanjutnya?

o Kita harus banyak berlatih soal-soal agar lebih paham


o Mengerjakannya harus dengan cara menerangkan oleh teman supaya
dapat di mengerti dan jelas
o Pembelajaran kelompok memudahkan saya dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
o Pembelajaran ini harus diteruskan karena membuat saya tertantang
untuk lebih giat belajar

Berdasarkan hasil jurnal siswa pada siklus 1 diperoleh data pendapat siswa mengenai pembelajaran yang
berlangsung. Pendapat siswa dikelompokkan menjadi pendapat positif dan pendapat negatif . kemudian data tersebut
dihitung persentasenya untuk masing-masing komentar. Pada tabel 4.6. berikut

Tabel 4.6

Jenis Komentar Siswa Siklus I

Jenis Komentar Persentase Siswa

Positif 61 25

Negatif 39 16

Jumlah 100 41

Dari tabel 4.6 Prosentase Jenis Komentar siklus I jika disajikan dalam grafik seperti pada grafik 4.5. berikut
Grafik 4.5

Respon Siswa Siklus I

Dari Tabel 4.6 dan grafik 4.5 terdapat 25 siswa yang merespon positif dan 16 siswa yang responya negatif. Respon
siswa pada siklus II tersajikan dalam tabel 4.7 berikut,

Tabel 4.7.

Jenis Komentar Siswa Siklus II

Jenis Komentar Persentase Siswa

Positif 83 34

Negatif 17 7

Jumlah 100 41

Prosestase Jenis Komentar Siswa Siklus II jika disajikan dalam grafik seperti tampak pada grafik 4.6 berikut,

Grafik 4.6

Respon Siswa Siklus II

Dari tabel 4.7 dan grafik 4.6 tentang respon siswa dalam mengikuti pproses belajar mengajar materi Barisan dan
Deret terdapat 34 siswa yang responya positif atau 83% dan ada 7 siswa yang responnya negatif atau 17%. Jika
dibandingkan dari siklus I maka siklus II ada peningkatan jumlah siswa yang merespon positif.
Ada keterkaitan antara Respon siswa dan keaktivan siswa dalam belajar, jika siswa merespon positif maka siswa
tersebut aktif dalam belajar baik dalam kelompok maupun individu.

1. B. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan Siklus I dan Siklus II, maka dapat diketahui aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dapat disajikan dalam tabel 4.8 berikut;

Tabel 4.8

Aktivitas Siswa Siklus I, Siklus II

NO KUALIFIKASI SIKLUS I SIKLUS II

1 AKTIF 15 37

2 TIDAK AKTIF 26 4 Data keaktifan siswa pada siklus I,


dan siklus II dapat digambarkan
dalam gragik 4.7 berikut:
JUMLAH 41 41

Grafik 4.7

Aktivitas siswa siklus I dan siklus II

Dari tabel dan grafik aktivitas siswa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan jumlah siswa yang aktif
dari siklus I dan siklus II. Jumlah siswa yang aktif pada siklus I ada 15 siswa, Siklus II meningkat dan mulai tertari
sehingga terdapat 37 siswa, maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Type Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas siswa dan melatih untuk berfikir
secara kritis, tanggung jawab siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Siklus I, Siklus II menunjukkan peningkatan prosentase ketuntasan
belajar materi statistika di kelas X -F seperti terlihat dalam table 4.9 berikut;

Tabel 4.9

Prosentase ketuntasan hasil test siklus I, siklus II

NO KEGIATAN TUNTAS TIDAK TUNTAS


1 Siklus I 63 37

2 Siklus II 88 12

Hasil ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, siklus II dapat disajikan dalam grafik 4.8 berikut:

Grafik 4.8

Prosentase Ketuntasan siklus I, dan siklus II

Dari tabel dan grafik ketuntasan hasil belajar pada siklus I, siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan,
pada siklus I prosentase yang tuntas 63% tidak tuntas 37% sedangkan pada siklus II terdapat 88% tuntas 12% tidak
tuntas.

Selain tabel dan grafik keaktifan belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar juga peneliti sajikan tabel 4.10 dan grafik
4.9 adalah tabel dan grafik rata-rata hasil belajar siswa siklus I dan siklus II.

Tabel 4.10

Rata-rata hasil test siklus I, siklus II

NO KEGIATAN RATA-RATA

1 Siklus I 67,4

Rata-rata hasil test siswa dari siklus I


2 Siklus II 78,1 sampai dengan akhir siklus II dapat
disajikan dalam grafik 4.9 berikut:
Grafik 4.9

Rata-rata test siklus I, siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dua siklus tersebut menunjukkan peningkatkan aktivitas dan prosentase kenaikan serta
rata-rata hasil belajar siswa terbukti dari tabel dan grafik aktivitas, prosentase ketuntasan, rata-rata hasil belajar
siswa pada pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together (NHT).

Hasil pembahasan penelitian dari mulai tes setiap siklus, jurnal harian siswa, mengalami
peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa setiap siklus menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran ini di titik
beratkan pada kerjasama antar siswa dalam diskusi kelompok memecahkan permasalahan. Pembelajaran ini dapat
melatih siswa aktif dan berpikir secara kritis.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan pembelajaaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi Barisan dan Deret mencerminkan siswa mampu berpikir dan
responnya sebagian besar positif, hal ini dilihat dari jurnal siswa. Dilihat dari hasil jurnal siswa bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi Barisan dan Deret tersebut dapat menciptakan
suasana belajar yang kondusif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan prosentase respon siswa terhadap pembelajaran
kooperatif type Numbered Head Together (NHT) responnya positif dengan kenaikan 22%. Respon siswa dilihat dari
jurnal siswa sebagian merespon positif dan tertarik dengan pembelajaran ini sehingga siswa senang dan semangat
belajar matematika serta aktif dalam belajar, peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I sampai akhir Siklus II
mencapai 29%. Respon siswa dan aktivitas siswa saling berkaitan, hal ini terbukti kenaikan antara respon siswa dan
aktivitas siswa hampir sama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, berpendapat bahwa pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat baik diterapkan dalam menyampaikan materi sehingga siswa termotivasi
untuk lebih giat dan semangat dalam belajar matematika. selain itu siswa dilibatkan aktif dalam proses
pembelajaran.

Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif type Numbered Head
Together (NHT) selain meningkatkan aktivitas siswa juga meningkatkan hasil belajar siswa serta respon siswa
menunjukan respon positif. Dengan demikian hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang
menyatakan bahwa dengan menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Type Numbered Head Together (NHT)
dalam materi Barisan dan Deret, maka hasil belajar siswa kelas X -E SMA Negeri 1 Sukaresmi menunjukkan
peningkatan yang signifikan dan dapat diterima.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya yang terdapat pada bab IV, maka peneliti dapat menyimpulkan
hasil penelitian, sebagai berikut
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas X -E SMA Negeri 1 Sukaresmi. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas
siswa untuk setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lembar observasi. Setiap siklusnya
sebagian besar mengalami peningkatan.
2. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berjalan dengan baik sehingga
siswa senang dan termotivasi dalam belajar matematika. pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) terbukti dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika materi Barisan dan Deret di kelas.
Siswa menggunakan waktu yang tersedia selama pembelajaran untuk untuk belajar aktif, berdiskusi antar siswa,
mengemukakan jawaban gengan tanggung jawab.
3. Respon dan sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) positif. Hal ini
terbukti dari hasil jurnal siswa, yang menunjukkan pembelajaran matematika selalu menarik dan menyenangkan.
Sikap dan respon siswa merupakan salah satu potensi untuk menciptakan situasi belajar yang efektif sehingga
pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika meningkat.

1. B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, maka peneliti perlu mengemukakan saran yang bertujuan untuk perbaikan
pada pembelajaran matematika selanjutnya. Adapun sarannya sebagai berikut:

1. Guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun instrumen pembelajaran dan menerapkan
pendekatan atau model pembelajaran di sekolah. Sebab dengan referensi model dan pendekatan guru dapat
memvariasikan kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya dapat menarik minat belajar siswa terhadap
pembelajaran matematika. salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
2. Seorang guru harus bervariasi menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari kejenuhan siswa. Selain
metode pembelajaran yang bervariatif
3. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan model
pembelajaran koopreatif type Numbered Head Together siswa dapat aktif dalam belajar;
4. Model pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
dan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa.
5. Model Pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together dapat dikembangkan dan diterapkan pada standar
kompetensi yang lain.
6. Sekolah hendaknya memberi kesempatan yang lebih luas kepada guru yang lain dan dituangkan dalam RKS maupun
RAKS.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta
2. Arikunto Suharsimi, 2008, Dasar-Dasar Evaluasi, Edisi Revisi, Jakarta,: Bumi Aksara
3. Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMA , Jakarta
4. Dimyati dan Mudjiona, 2002 Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
5. Hamalik Omar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara
6. Ibrahim,M. 2000, Pembelajaran Kkooperatif, Surabaya: UNESA Press
7. Kusumah Wijaya dan Dwitagama Dedi, 2009, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Indek.
8. Lie, A. 2005, Cooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widyasarana Indonesia
9. Muslihuddin, 2008, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas danSekolah, LPMP Jawa Barat.
10. Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
11. Nunik Avianti Agus,2007,Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas X SMA /MTs, BSE Pusat Perbukuan Depniknas.
12. Nurhadi, dkk, 2004, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM
13. Purwanto,N. 2002, Psikologi Pendidikan, Bandung: Trusilo
14. Sudjana N, 2005, penelitian Hasil Belajar, Transito Bandung: PT Remaja Rosdakarya
15. Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Penerbit Kolbu
16. Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Jakarta:Balai Pustaka,

Anda mungkin juga menyukai