Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran terpadu


yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikan
sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan,
sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran.
Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik yang
sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang
memadukan berbagai informasi. .
Pembelajaran tematik berdasar pada filsafat konstruktivisme yang berpandangan
bahwa pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan hasil bentukan peserta didik
sendiri. Peserta didik membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan,
bukan hasil bentukan orang lain. Proses pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung
secara terus menerus sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin
lengkap.
Keberhasilan Guru sebagai orang yang berada pada garis terdepan dalam
pendidikan di sekolah ditentukan oleh sejauh mana guru yang bersangkutan memainkan
peran utamanya sebagai pendidik, pengajar, yang mau membimbing, mengarahkan dan
melatih siswanya. Guru sebagai pendidik yaitu menanamkan nilai-nilai serta norma-norma
kehidupan. Membelajarkan peserta didik yaitu upaya meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman, sedangkan
membimbing yaitu upaya meluruskan dan mengarahkan peserta didik kepada tujuan sesuai
dengan kemampuan peserta didik sedangkan melatih yaitu mengembangkan keterampilan
dan penerapan.
Berdasarkan kunjungan kelas dan pemantauan Kepala sekolah, di SDN 12 Koto
besar, belum memiliki kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran tematik
sebagaimana yang di amanatkan oleh KTSP, antara lain peneliti menemukan: 1)
Indikator buatan guru belum ada pengembangan dan belum relevan dengan kondisi
siswa. 2) Guru belum mampu mengembangkan jaringan tema yang ada.

1
Berdasrkan kondisi diatas maka penulis mencoba menguak persoalan ini dengan
melaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah agar guru betul – betul paham tentang
persoalan diatas dan keterkaitannya terhadap proses pembelajaran.
Salah satu indikator keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan peserta didik. Bagaimana peserta
didik belajar, banyak ditentukan oleh bagaimana guru membelajarkan siswanya. Salah satu
usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan memperbaiki pembelajaran
yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pembelajaran adalah suatu sistem, maka
perbaikannya pun harus mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pengajaran
tersebut. Komponen-komponen yang terpenting adalah tujuan, materi, dan evaluasi.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran ini sesuatu yang erat kaitannya
dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai
pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan
pengajaran tetapi menjangkau etika, estetika dan perilaku dalam menghadapi tantangan
kehidupan di masyarakat.
Sugiarto (2003:117) dalam jurnal penelitiannya menyatakan kualitas hasil belajar
menuntut pengelolaan pembelajaran yang juga berkualitas. Guru dituntut untuk memiliki
sekurang-kurangnya tiga kompetensi pokok yaitu kemampuan merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Dari penelitian Sutama (2005:153-6154)
menuturkan di dalam kompetensi guru dalam pembelajaran tersebut terdapat aspek-aspek;
(1) terampil menyusun rencana pengajaran, (2) menyusun program pembelajaran, (3)
terampil melaksanakan prosedur mengajar, (4) terampil mengelola pembelajaran, (5)
mengembangkan teknik dan media pembelajaran, (6) terampil melakukan evaluasi
pembelajaran, (7) mampu menganalisis penilaian hasil belajar, (8) mampu memecahkan
kesulitan pembelajaran, dan (9) mampu menganalisis kebijakan Diknas.
Menurut PP RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28,
pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dari empat kompetensi
tersebut, kompetensi pedagogik yang tertuang didalamnya yaitu kompetensi merancang

2
rencana pelaksanaan pembelajaran. melihat fenomena yang ada dilapangan dan
permasalahan yang peneliti temukan, maka kompetensi ini perlu diasah dan digali.
Dalam kegiatan inti itu diperjelas lagi menjadi eksplorasi, elaborasi, konfirmasi,
rancangan pelaksanaan dan pembelajaran yang kurang matang berdampak pada
keberhasilan siswa dalam belajar, itu dapat dilihat sewaktu pembelajaran berlangsung,
kurang bergairahnya siswa dalam belajar, cenderung malas karena dia kurang mengerti
sedang belajar apa, kemudian siswa ribut.
Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planing) pembelajaran
yang cukup matang. Perencanaan pembelajaran tersebut erat kaitannya dengan berbagai
unsur seperti tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, proses pembelajaran, metode
mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral dari keseluruhan
tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebaik apapun suatu kurikulum dan sistem
pendidikan, tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil
yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Kompetensi
merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada
diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melaksanakan tugas dan hasilnya
pun tidak akan optimal.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1) Bagaimana kemampuan kepala sekolah untuk membina dan meningkatkan
kemampuan guru dalam merumuskan dan mengembangkan indikator dalam
menyusun RPP, karena indikator atau tujuan pembelajaran merupakan sesuatu
yang hendak dicapai pada proses pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran
dapat diukur.
2) Bagaimana kemampuan guru dalam mengembangkan jaringan tema sehingga
materi dapat tersampaikan dengan maksimal.

3
3) Bagaimana penerapan Lesson Study dalam menyusun RPP Tematik, karena
Lesson Study ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
kompetensi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan.
Menurut Ibrohim (2010:6) Lesson study bukan metode pembelajaran, juga
bukan pendekatan pembelajaran. Sebenarnya, Lesson study adalah model
pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang
saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apakah Penerapan Lesson Stdy, dapat meningkatkan kompetensi
pedagogik guru dalam pembelajaran tematik?
2. Apakah Lesson Study cara yang tepat untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas?

D.Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk:
1. Untuk Meningkatkan kemampuan guru kelas dalam merancang RPP Tematik
dengan pengembangan indikator sesuai dengan materi di SDN 12 Koto besar
2. Meningkatkan hasil belajar Tematik siswa yang relevan dengan amanah KTSP
yaitu Melaksanakan pembelajaran terpadu yang berintegrasi dengan beberapa mata
pelajaran berdasarkan jaringan tema yang sudah ada
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan sekolah diharapkan dapat memberi informasi atau
sumbangan pikiran tentang upaya peningkatan kompetensi guru kelas dalam pembelajaran
Tematik dengan Lesson Study di SD N 12 Koto Besar, kepada berbagai pihak:
1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam merancang
rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan Lesson Study.

4
2. Bagi guru bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan Lesson Study.
3. Bagi siswa RPP yang dirancang dengan baik memudahkan dalam memahami
materi, membangkitkan aktivitas dan motivasi belajar, menimbulkan rasa senang,
aktif, kreatif dalam pembelajaran.
4. Bagi Kepala Sekolah memudahkan dalam memberikan bimbingan kepada guru.
5. Bagi Dinas Pendidikan, memberikan solusi dalam pembinaan guru, kepala sekolah
untuk peningkatan mutu pendidikan.
6. Bagi instansi dan lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan, untuk
pengembangan ilmu pendidikan dasar.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori
A. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan
pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi
dengan informasi dan lingkungan. Menurut Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan
pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan
belajar”.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa”
Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat
atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu
kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat
pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
yang bermakna kepada peserta didik. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek pembelajaran. Jadi,
pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai
pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu
kali tatap muka.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah
tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan
menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses

6
latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang
menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan
dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada
penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu
tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran
tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan. Tema tersebut diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) peserta didik mudah memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi peserta didik; 5) Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan
makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Peserta didik
mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,
waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

b. Pembelajaran Tematik Terpad


Implikasi diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ialah
perubahan model pendekatan pembelajaran yang dilakukan di Sekolah Dasar.
Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan pembelajaran tematik terpadu atau
yang seringkali disebut sebagai tematik integratif. Pembelajaran tematik terpadu
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran dalam berbagai tema. Pendekatan pembelajaran ini digunakan
untuk seluruh kelas pada sekolah dasar. Pembelajaran dengan pendekatan tematik ini
mencakup seluruh kompetensi mata pelajaran yaitu: PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS,

7
Matematika, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya dan Prakarya
kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Kompetensi mata pelajaran
IPA diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika, sedangkan
untuk mata pelajaran IPS diintegrasikan ke mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKN dan
Matematika. Pendekatan ini dimaksudkan agar peserta didik tidak belajar secara parsial
sehingga pembelajaran dapat memberikan makna yang utuh pada peserta didik seperti
yang tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Tematik terpadu disusun berdasarkan
berbagai proses integrasi yaitu integrasi intra-disipliner, inter-disipliner, multi-disipliner
dan trans-disipliner.

c. Pendekatan pembelajaran tematik terpadu

Pembelajaran tematik terpadu perlu memperhatikan pendekatan, strategi, model


dan metode pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada pendidik
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif
atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127). Strategi suatu seni menggunakan kecakapan
dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan
lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Model pembelajaran adalah rencana
(pola) yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan
pengajaran dan membimbing pengajaran. Sedangkan Metode merupakan jabaran dari
pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah
prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik terpadu


Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu
didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep,
keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata
pelajaran.Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema.
Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Teori
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang

8
menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan
siswa. .

Pembelajaran tematik memiliki ciri khas, antara lain:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan


kebutuhan anak usia sekolah dasar;
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari minat dan kebutuhan peserta didik;
3. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;
5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya; dan
6. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
e. Tujuan dari pembelajaran tematik adalah:
1. Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpah tindih materi.
2. Memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan-hubungan yang bermakna.
3. Memudahkan peserta didik untuk memahami materi/konsep secara utuh sehingga
penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran
kecuali agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya.

f. Model-model Keterpaduan
Pada tahun 1997, Tim Pengembang D-II PGSD memilih tiga model untuk
dikembangkan yaitu Model Jaring laba-laba (Spider Webbed) – selanjutnya disebut Jaring,
Model Terhubung (connected), dan Model Terpadu (integrated). Model Jaring Laba-laba
(Spider Webbed) ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema. Setelah tema
disepakati, jika dirasa perlu, maka dikembangkan menjadi subtema dengan tetap
memperlihatkan keterkaitan antar mata pelajaran lain. Setelah itu dikembangkan berbagai
aktivitas pembelajaran yang mendukung.
Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran Tematik terpadu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Berpusat pada peserta didik. Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik
(student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih

9
banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator.
 Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes. Guru dapat mengaitkan
materi dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan keadaan lingkungan di mana sekolah dan peserta didik
berada.
 Pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Peserta didik diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.
 Menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan. Suasana dalam pembelajaran
diupayakan berlangsung secara menyenangkan. Menyenangkan bisa dibangun
dengan berbagai kegiatan yang bisa mengakomodasi kegemaran peserta didik,
misal bermain teka-teki, tebak kata, bernyanyi lagu anak-anak, menari atau
kegiatan lain yang disepakati bersama dengan peserta didik. Menyenangkan tidak
dimaksudkan banyak tertawa atau banyak bernyanyi. Menyenangkan lebih
dimaksudkan ‘mengasyikan’.
 Pembelajaran peserta didik aktif. Peserta didik terlibat baik fisik maupun mental
dalam proses pembelajaran sejak perencanaan hingga evaluasi pembelajaran.
B. Komponen RPP
RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi yang akan
dicapai tetapi juga memuat secara rinci alokasi waktu tatap muka yang digunaka pada
setiap kegiatan, bahkan kegiatan pembelajaran tidak terarah dan rendahnya mutu
pendidikan. Penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sangat penting untuk
persiapan mengajar di kelas. Lesson study adalah suatu proses sistematis yang digunakan
oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajaran dalam rangka meningkatkan
hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja guru-
guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran,
melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajan secara bersiklus dan terus
menerus.
Penulis ingin melakukan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan bagaimana
kompetensi guru dalam merancang, melaksanakan RPP Tematik sesuai dengan tuntutan
kurikulum, lesson study adalah bentuk yang akan dilakukan peneliti.

10
Menurut Walker (2005) Lesson study adalah suatu metode pengembangan
profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung didalam lesson study
sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi
dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang dilakukan.
Secara lebih operasional lesson study adalah suatu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan,
berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning, untuk membangun
komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, serta
meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk memaksimalkan proses pembelajaran
sesuai dengan lesson study, ada beberapa pedoman implementasi kurikulum yang
perlu disiapkan dan diperlukan guru, menurut Ghufron (2005:89) antara lain:
pedoman penyusunan silabus, pembelajaran, sistem penilaian, dan lain-lain. Setiap
pedoman memuat tata cara perancangan, implementasi dan evaluasi kegiatan.
Untuk mengatasi masalah dalam menyusun RPP, peneliti ingin
mencoba melakukan penerapan Lesson Study dalam menyusun RPP Tematik,
karena Lesson Study ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
kompetensi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan. Menurut Ibrohim (2010:6) Lesson study bukan metode
pembelajaran, juga bukan pendekatan pembelajaran. Sebenarnya, Lesson study
adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas
belajar.

Kegiatan Pendahuluan. 

Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menyiapkan peserta didik


secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi

11
belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar
dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional, dan internasional; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan
cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Kegiatan ini
dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk
mendorong peserta didik menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk
pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak
tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan
adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani sesuai dengan tema, bernyanyi, bernyanyi
sambil menari mengikuti irama musik, dan menceritakan pengalaman.

Kegiatan Inti. 

Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk


pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam rangka pengembangan
Sikap, maka seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi
yang mendorong peserta didik untuk melakukan aktivitas melalui proses afeksi
yang dimulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Untuk kompetensi pengetahuan dilakukan melalui aktivitas
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga
mencipta. Untuk kompetensi keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan
subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong
peserta didik untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk
mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning). Seluruh aktivitas pembelajaran dalam kegiatan inti
meliputi kegiatan mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.

Kegiatan Penutup. 

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan dan melakukan refleksi
dalam rangka evaluasi. Evaluasi yang dilakukan mengkhususkan pada seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh dan yang

12
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; Kegiatan penutup juga
dimaksudkan untuk memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup
yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran
yang telah dilakukan, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik/bernyanyi.

Pengertian Kompetensi Guru


Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris, competence, yang berarti “kecakapan,
kemampuan, wewenang” Hasan (1984:132). Depdiknas (1990: 453) kompetensi
diartikan kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
Kompeten artinya orang yang cakap (mengetahui), berwenang, berkuasa
(memutuskan, menentukan dan memutuskan) sesuatu.
Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan
intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat
intelegen harus  ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan
bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik
dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Depdiknas
(2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Menurut Syah (2000:230), “kompetensi” adalah kemampuan, kecakapan, keadaan
berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih
menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan
layak.
Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan
profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai
penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

13
Guru yang profesional, harus menguasai empat kompetensi sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 pasal 8 dan PP No. 19 tahun
2005 pasal 8 ayat 3, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam diri guru yang akan menentukan keberhasilan siswa dalam
melaksanakan tugas.
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen  dikemukakan
kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik”.  Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini  dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program pembelajaran, kemampuan melaksanakan interaksi atau
mengelola proses pembelajaran, dan kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi
yang harus ada pada kompetensi Pedagogik adalah :
a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran
Permen 41 Tahun 2007 tercantum, perencanaan proses pembelajaran meliputi
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata
pelajaran, standar kompetens (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran
meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3)
mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi
pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga
pembelajaran, (6)  mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan
teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.
Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program pembelajaran merupakan
proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan
deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan pembelajaran, memilih berbagai
media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
b. Kompetensi Melaksanakan Proses Pembelajaran

14
Melaksanakan proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan program yang
telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik belajar sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar
penilaian yang tepat, apakah kegiatan pembelajaran dicukupkan, apakah metodenya
diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala peserta didik belum
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini disamping pengetahuan teori pembelajaran, pengetahuan tentang
peserta didik, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan  teknik belajar,
misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan
metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar peserta didik.Yutmini
(1992:13)  mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran meliputi kemampuan: (1) menggunakan
metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan
pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan
pengajaran, (3) berkomunikasi dengan peserta didik, (4) mendemonstrasikan
berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses pembelajaran.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses
pembelajaran meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3)
menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan
bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi peserta didik, (7) mengorganisasi
kegiatan, (8) berinteraksi dengan peserta didik secara komunikatif, (9)
menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan
penilaian, dan (12) menggunakan waktu.
Dengan demikian, dengan melaksanakan proses pembelajaran merupakan sesuatu
kegiatan dimana berlangsung hubungan guru dengan peserta didik, dengan tujuan
membantu perkembangan dan menolong keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses pembelajaran adalah
menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur
kognitif para peserta didik.

c. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Pembelajaran

15
Menurut Sutisna (1993:212), penilaian proses pembelajaran dilaksanakan untuk
mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan pembelajaran yang telah disusun
dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik
organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-
maksud yang telah ditetapkan.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan  kompetensi penilaian belajar peserta didik,
meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, (2) mampu
memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu memperbaiki soal yang
tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil
penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7) mampu
membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8)  mampu menentukan
korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi tingkat
variasi hasil penilaian,  (10) mampu menyimpulkan  dari hasil penilaian secara jelas
dan logis, (11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (12)
mengklasifikasi kemampuan peserta didik, (13) mampu mengidentifikasi
kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu melaksanakan tindak lanjut,
(15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut,  dan (16) mampu menganalisis hasil
evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.
Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator (1)
kemampuan merencanakan program pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses pembelajaran, dan (3) kemampuan melakukan
penilaian.

2. Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia.  Kepribadian yang mantap dari sosok seorang
guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu”
(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)  menegaskan bahwa

16
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar)
dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam
menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan
psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan
berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi
tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan
berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam
Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah
“kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian
ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang
diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik.
Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.

3.Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional
adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya
sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau
keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya
beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan
dengan sejawat guru lainnya.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher
Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan
dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,
psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai

17
dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata
pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat
menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat
pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan
melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan
(8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami
hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar
dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan
umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang
menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian
akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi
materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru
tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2)
kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan
pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan
pendidikan.

4.Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa peserta didiknya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138)
mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh
seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.
Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki
kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik
tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi
juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan

18
landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum memilih
jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan
kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan
kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru
memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota
masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui
indikator (1) interaksi guru dengan peserta didik, (2) interaksi guru dengan kepala
sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua
peserta didik, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

C. Lesson Study
a. Pengertian Lesson Study
Menurut Walker (2005) Lesson study adalah suatu metode pengembangan
profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung didalam lesson study
sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi
dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang dilakukan.
Secara lebih operasional lesson study adalah suatu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan,
berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning, untuk membangun
komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, serta
meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk memaksimalkan proses pembelajaran
sesuai dengan lesson study, ada beberapa pedoman implementasi kurikulum yang
perlu disiapkan dan diperlukan guru, menurut Ghufron (2005:89) antara lain:
pedoman penyusunan silabus, pembelajaran, sistem penilaian, dan lain-lain. Setiap
pedoman memuat tata cara perancangan, implementasi dan evaluasi kegiatan.

19
Untuk mengatasi masalah dalam menyusun RPP, peneliti ingin mencoba
melakukan penerapan Lesson Study dalam menyusun RPP Tematik, karena Lesson
Study ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi guru
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Menurut
Ibrohim (2010:6) Lesson study bukan metode pembelajaran, juga bukan pendekatan
pembelajaran. Sebenarnya, Lesson study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk
membangun komunitas belajar.

Lesson Study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan


proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan
hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan
terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran peserta didik secara terus-menerus, berdasarkan data.
Tim Lesson Study UPI Bandung (2007:9) “suatu model pembinaaan profesi
pendidik dan berkelanjutan berlandaskan prinsip - prinsisp kolegalitas dan mutual
lerarning untuk membangun komunitas belajar”. Program ini tersebut dianggap penting,
karena secara teoretis, Lesson Study menyediakan suatu cara bagi guru untuk dapat
memperbaiki pembelajaran secara sistematis (Podhorsky & Moore, 2006). Lesson Study
menyediakan suatu proses untuk berkolaborasi dan merancang lesson (pembelajaran) dan
mengevaluasi kesuksesan strategi-strategi mengajar yang telah diterapkan sebagai upaya
meningkatkan proses dan perolehan belajar peserta didik (Lewis, 2002; Lewis, et al., 2006;
Yuliati, et al., 2006). Dalam proses-proses Lesson Study tersebut, guru bekerja sama untuk
merencanakan, mengajar, dan mengamati suatu pembelajaran yang dikembangkannya
secara kooperatif.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007)
mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study
berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis KKG. Lesson Study berbasis sekolah
dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang

20
bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata
pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study
berbasis KKG merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
kelompok guru kelas, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata
pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin
bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru
dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan
terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya
dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting
dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata
pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain
yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran peserta didik,
seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.

a. Tahapan-Tahapan Lesson Study


Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa
pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat
tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet
Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan
(Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan
Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study,
yaitu:
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Saito (2005) dan konsep
Plan-Do-See, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam
penyelengggaraan Lesson Study yang nantinya juga akan digunakan dalam penelitian ini

1) Tahapan Perencanaan (Plan)


Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study
berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan

21
yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan
siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat
ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala
permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan
menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP
menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup
mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan
digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya.
Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan
dengan materi pelajaran yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik
siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
Hasil identifikasi tersebut didiskusikan dalam kelompok lesson study tentang
pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan
karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan
muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar, dalam kelompok tersebut
juga ditetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan
hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti
pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan
belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, realistic mathematics
education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi,
terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran
dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku peserta didik. Aspek-
aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat
pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

22
Hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya
disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas:
a) Rencana Pembelajaran (RP)
b) Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide)
c) Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
d) Media atau alat peraga pembelajaran
e) Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
f) Lembar observasi pembelajaran.
Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau
beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang
direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran tersebut
perlu dikonsultasikan dengan nara sumber atau guru yang dipandang pakar dalam
kelompoknya untuk disempurnakan. Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu
seorang atau beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi
permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat
pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan
dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran
tersebut didiskusikan untuk disempurnakan.
2) Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau
atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2)
kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson
Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan
lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,
diantaranya:
a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
bersama.
b) Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang
wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan
adanya program Lesson Study.

23
c) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
d) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa
dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru, siswa dengan
lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang
telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
e) Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan
bukan untuk mengevalusi guru.
f) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
g) Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar peserta didik
selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi
peserta didik dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang
bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman peserta didik
melalui aktivitas belajar peserta didik. Catatan dibuat berdasarkan pedoman
dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
3) Tahapan Refleksi (See)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta
berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson
Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi
dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran,
dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses
pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang
dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini,
guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran
yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Kepala Sekolah, Koordinator
kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama guru yang melakukan

24
implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya
selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang
dihadapi. semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan).
Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang
berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk
kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya
seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
Observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama
yang menyangkut kegiatan peserta didik selama berlangsung pembelajaran.
Selanjutnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan
tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi
ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai
dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran
tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik. Jika belum
ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam
LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan
untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-
keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran
indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang
disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (see) tentunya menjadi modal bagi
para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan
proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai
peserta lesson study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang
berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara
keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar
pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam lesson study, maka dia akan
lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan peserta didiknya

25
dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus
lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

D.Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan peningkatan pemahaman guru dalam
merancang RPP Tematik. Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir peneliti
tentang pelaksanaan penelitian, sehingga memudahkan penulis dalam melaksanakan
penelitian ini.
Adapun kerangka berfikir penulis, diawali dengan adanya kondisi faktual yakni
ditemui permasalahan pada guru di kelas SD N 12 Koto Besar, yaitu kurangnya
pemahaman guru terhadap merancang RPP khususnya mengembangkan indikator sesuai
dengan materi pada pelaksanaan pembelajaran tematik. Penulis berharap kemampuan
guru dalam merancang RPP tematik meningkat dari sebelumnya. Oleh karena itu, penulis
perlu melakukan suatu tindakan yang berupa penggunaan lesson study dalam merancang
RPP Tematik.
Gambar 1
Alur Lesson Study
2. Pelaksanaan (Do
a. Pelaksanaan
pembelajaran
b. Pengamatan oleh
teman sejawat

1. Perencanaan 3. Refleksi (See)


(Plan) a. Refleksi dengan
a. Penggalian rekan
akademis b. Komentar dan
b. Perencanaan diskusi
pembelajaran
c. Persiapan alat
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 12 Koto Besar, Kecamatan Koto Besar,
Kabupaten Dharmasraya.

26
2. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas SD N 12 Koto
Besar ,Kecamatan Koto besar, Kabupaten Dharmasraya. Adapun yang terlibat
dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai praktisi dan teman sejawat sebagai
kolaborator
3. Waktu penelitian dan lama penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II ( Januari - April 2021),
terhitung dari waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian.
Tabel Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN
No Jenis Kegiatan Bulan Keterangan
1 Surat Permohonan Penelitian 11 Januari 2021
2 Izin penelitian 12 Januari 2021
3 Membuat proposal 13 Januari 2021
4 Menyususn Instrumen penelitian 25 Januari 2021
5 1. Siklus I 01 Februari 2021
6 2. Siklus II 15 Februari 2021
7 Mengolah data/membuat laporan 01 Maret2021
8 Revisi laporan 22 Maret 2021
9 Seminar 03 April 2021
10 Penjilitan 05 April 2021

B. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif ini berkenaan dengan perbaikan atau
peningkatan merancang RPP dan pelaksanaan Proses pembelajaran tematik. Pendekatan
kualitatif digunakan karena prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan serta perilaku yang diamati nyata dari orang-orang atau sumber
informasi, dalam Bogdon dan Taylor (1992:21). Pendekatan kuantitatif penelelitian yang
dilakukan dengan kemudian dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi dalam Nanang
(2010:19). Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan sekolah

27
yang terfokus dalam upaya merubah kondisi nyata sekarang, ke arah yang diharapkan
(improvement oriented)
b. Jenis Peneli
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Menurut Mulyasa
(2009:9), PTS adalah sebuah penelitian yang berupaya untuk memperbaiki kondisi dan
memecahkan berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi di sekolah. PTS ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiono (2008:14) metode kualitatif adalah:
Metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat post positivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel, sumber data dilakukan
secara pursive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif peneliti menekankan makna
dari pada generalisasi.
Partisipatif dan kolaborasi yang dapat dilakukan menurut Wiriaatmaja (2005:100)
adalah bekerjasama mulai dari tahap orientasi dilanjutkan dengan penyusunan perencanaan
berikut persiapan yang diperlukan, pelaksanaan perencanaan dalam siklus I, diskusi-
diskusi setelah pelaksanaan tindakan, melakukan refleksi I atas semua kegiatan I,
modifikasi, koreksi dan pembetulan, penyempurnaan siklus II dan seterusnya.
.
2. Alur Penelitian

Proses penelitian tindakan sekolah merupakan proses daur ulang. Menurut

Mulyasa (2009:153) proses penelitian tindakan sekolah merupakan sebuah rangkaian

siklus yang berkelanjutan dan di antara siklus-siklus tersebut terdapat informasi sebagai

balikan. Proses siklus dimulai dari aspek: 1) mengembangkan perencanaan, 2) melakukan

tindakan sesuai dengan rencana, 3) observasi terhadap tindakan, dan 4) melakukan refleksi,

yaitu perenungan terhadap perencanaan, kegiatan tindakan, dan kesuksesan hasil atau

peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Sesuai dengan prinsip umum

penelitian tindakan setiap tahapan dan siklus selalu partisipatoris dan kolaborasi antara

peneliti dan teman sejawat.

28
Rancangan penelitian dapat dilihat dari siklus dan alur penelitian model Lewin

yang ditafsirkan oleh Kemmis (dalam Wiriaatmadja 2005:62) yaitu:

“Alur penelitian mengambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Bagan
yang melukiskan kegiatan ini pada siklus dasar kegiatan yang terdiri dari
mengidentifikasi gagasan umum, melakukan reconnaissance, menyusun rencana
umum mengembangkan langkah tindakan yang pertama, mengimplementasikan
langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan memperbaiki rencana umum. Dari
siklus pertama apabila peneliti menilai adanya kesalahan atau kekurangan dapat
memperbaiki di siklus kedua”.

3. Prosedur Penelitian
a. Studi Pendahuluan
Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap perencanaan dan pelaksanaan RPP
yang telah dilakukan di SD 12 Koto Besar, serta hasil wawancara dengan guru..
Penulis melihat berbagai kelemahan dalam proses perencanaan RPP tematik dan
pelaksanaan Proses pembelajaran tematik. Kegiatan studi pendahuluani mencakup,
RPP yang digunakan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil studi
pendahuluan ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam merancang RPP
tematik belum maksimal terdapat kelemahan dalam melahirkan jaringan tema,
melahirkan indikator, melahirkan tujuan, menentukan langkah-langkah dalam
kegiatan, serta pengalokasian waktu yang digunakan.
Akibatnya: (1) Indikator belum dikembangkan,melainkan teks book dengan
indicator saduran internet, sehingga tujuan yang hendak dicapai secara hakiki jadi
mengambang, yang menyebabkan ilmu siswa dangkal (2) kelas menjadi ribut,
sebagian siswa mengerjakan hal lain yang bukan pelajaran yang ia hadapi; (3)
pembelajaran tidak berjalan degan maksimal; (4) siswa tidak termotivasi untuk
belajar. Faktor-faktor yang menyebabkan guru belum mampu melaksanakan
pengelolaan pembelajaran dengan tepat karena kemampuan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum optimal.RPP merupakan suatu keharusan
bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di depan kelas.
b. Perencanaan

29
Sesuai rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil studi pendahuluan,
peneliti bersama guru membuat rencana untuk melakukan tindakan, tindakan yang
dilakukan adalah lesson study. Untuk melaksanakan sebuah lesson study, langkah
pertama dilakukan yaitu persiapan. Tahapan awal persiapan dimulai dengan
melakukan diskusi untuk menyamakan persepsi, identifikasi masalah pembelajaran
yang meliputi: merumuska tema, indikator tujuan, langkah kegiatan, materi ajar,
teaching material, strategi pembelajaran, dan siapa yang berperan menjadi guru
model.
Tema yang disepakati adalah lingkungan karena cocok untuk mata pelajaran
Matematika, IPA, IPS yang terintegrasi dalam satu tema dengan KD, 1.3
matematika; Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan 3 angka dan pembagian
bilangan 3 angka. KD 2.3 IPA; Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar
rumah, serta KD 1.2 IPS; Menjelaskan cara menjaga kesehatan lingkungan sekitar
Langkah kedua yang dilakukan peneliti dengan guru kelas menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan langkah penyusunan RPP yang
terdiri dari (1) merumuskan jaringan tema, (2) merumuskan indikator, (3)
merumuskan tujuan pembelajaran, (4) membuat materi ajar yang sesuai dengan
tema yang sudah ditentukan, (5) merumuskan langkah-langkah kegiatan mulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan penutup.
Pada kegiatan inti dibedakan lagi antara eksplorasi, elaborasi, dan
komfirmasi. 5) Menetapkan pembagian waktu untuk masing-masing kegiatan.6)
Menyusun penilaian yang digunakan. Pada tahapan ini perlu dipertimbangkan
kedalaman materi yang akan disajikan, ditinjau dari tuntutan kurikulum, latar
belakang dan pengetahuan siswa, serta kompetensi yang akan dikembangkan, dan
respon siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan memperhatikan hal di
atas sebelum implementasi pembelajaran berlangsung, guru dituntut memiliki
persiapan yang mantap, sehingga pembelajaran yang terjadi saat lesson study
mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa. Tahapan menyusun
rencana persiapan pembelajaran (RPP) Tematik, guru bersama kepala sekolah
sekaligus sebagai peneliti menyusun RPP Tematik dengan analisa dan ketepatan.
RPP Tematik yang telah dianalisa akan digunakan oleh guru yang terpilih dari 3
orang di kelas, 2 orang guru lainnya akan mengamati.pelaksanaan dilakukan dua

30
siklus yang masing-masing siklus I 2 x 35 menit untuk satu kali pertemuan siklus
II 2 x 35 menit untuk satu kali pertemuan.
Tahapan akhir pada perencanaan ini yaitu mempersiapkan observer dalam
implementasi pembelajaran. Observer yang dipilih yaitu 1 orang, yaitu teman
sejawat..
c. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran lesson study dilakukan melalui rangkaian
kegiatan yaitu plan-do-see-reflection., Sebelum melaksanakan pembelajaran,
kepala sekolah sebagai peneliti perlu melakukan pertemuan singkat menjelaskan
secara rinci kegiatan lesson study yang akan dilakukan di dalam kelas. Informasi
yang disampaikan akan diketahui oleh observer dalam menyusun rencana observasi
di kelas. Kepala sekolah mengingatkan kepada observer untuk tidak menganggu
pembelajaran, dan memilih tempat yang strategis serta mengamati dengan cermat
semua proses pembelajaran.
Setelah pertemuan singkat dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas sebagai
pengajar, melakukan proses pembelajaran yang telah disusun secara bersama.
Kemudian kepala sekolah bersama observer mengamati proses implementasi lesson
study yang direncanakan dan mencatat dengan rinci kegiatan baik guru maupun
siswa menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.

d. Pengamatan
Kegiatan akhir dari studi pendahuluan yaitu mengamati, pengamatan dilakukan
peneliti bersama observer lain saat proses pembelajaran berlangsung.
Proses observasi dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal
yang harus dipersiapkan oleh peneliti yaitu: sebelum dilakukan supervisi diadakan
pertemuan awal untuk mengadakan kesepakatan kesediaan dari guru yang
bersangkutan untuk dilakukan penelitian. Setelah ditentukan harinya baru
dilanjutkan dengan kunjungan kelas, untuk melihat jalannya proses pembelajaran..
Hasil dari pengamatan observer akan didiskusikan lagi dalam kelompok lesson
study. yang meliputi respon siswa di dalam kelas, dan observer juga sudah
mengetahui lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang menggambarkan
setting kelas yang akan digunakan. Dengan memiliki peta tempat duduk, observer

31
dengan mudah mengetahui nama siswa dengan baik, dan mengamati setiap proses
pembelajaran yang mereka lakukan. Hasil pengamatan direkam dalam bentuk
lembaran pengamatan, dan lembaran observasi.
Menurut Sumarhendayana, dkk (2007:56), beberapa hal yang perlu dilakukan saat
melakukan observasi, yaitu:
1. Mencatat semua yang dilakukan guru dan peserta didik selama
pembelajaran berlangsung
2. Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan peserta
didik serta jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk peserta
didik
3. Membuat catatan tentang situasi di mana peserta didik melakukan
kerjasama atau tidak.
4. Membuat catatan tentang variasi metode penyelesaian masalah

e. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah impelemtasi pembelajaran
dilakukan berakhir. Refleksi dilakukan bertujuan, untuk menginformasikan
kekuatan dan kelemahan yang di lakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Setelah itu barulah dilakukan tindak lanjut dari hasil Observasi
pada proses pembelajaran.agar setiap kejadian akan dijadikan bukti pada saat
mengajukan karena setiap orang dipastikan mengingat dengan baik rangkaian
aktivitas pembelajaran di kelas. Kegiatan ini dipimpin oleh peneliti atau kepala
sekolah, dan didampingi oleh guru yang melakukan pembelajaran. Dalam hal
ini kepala sekolah bertindak sebagai pemandu diskusi atau fasilitator.
Selanjutnya, peneliti dan guru mengadakan diskusi terhadap tindakan
yang baru saja dilakukan. Hal-hal yang didiskusikan adalah: (1) menganalisa
jalannya pelaksanaan pembelajaran yang baru dilakukan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan dan hambatan yang terjadi; (2) kesesuaian antara RPP
yang dibuat bersama dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan; (3)
mendiskusikan pemecahan masalah-masalah, dan kendala saat proses
pembelajaran berlangsung: dan (4) melakukan intervensi, pemaknaan, dan
penyimpulan data yang diperoleh apakah menunjukkan peningkatan.

32
Refleksi hasil dilakukan untuk mengetahui apakah Lesson Study dapat
meningkatkan kompetensi pedagoik guru dalam merancang, dan melaksanakan
RPP tematik. Peningkatan pedagogik guru tampak pada hasil belajar siswa
yang meningkat pada setiap siklus.
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti dan guru mengadakan perbaikan
dan penyempurnaan RPP yang akan dilaksanakan pada pembelajaran pada
siklus berikutnya. Selanjutnya peneliti membuat rencana tindakan selanjutnya.
B. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Sesuai dengan jenisnya, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
data yang kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai angka secara
langsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dari setiap tindakan
guru dalam merancang dan melaksanakan RPP. Data tersebut berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan berupa informasi sebagai berikut:
a) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b) Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan perilaku guru dan siswa yang
mengikuti interaksi proses pembelajaran antara guru dan siswa, serta antar
siswa dalam pembelajaran.
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ialah proses merancang dan melaksakan RPP tematik
dalam pembelajaran. Meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi, dan perilaku guru dan siswa sewaktu proses pembelajaran
berlangsung.
C.Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan menggunakan beberapa teknik diantaranya
pencatatan lapangan, observasi, dan hasil tes untuk masing-masingnya diuraikan
sebagai berikut:
1. Pencatatan Lapangan
Pencatatatan lapangan dimulai dari tahap perencanaan, pembelajaran, dan
refkleksi. Pada tahap perencanaan pembelajaran dilakukan observasi secara
langsung dengan pedoman observasi kegiatan perencanaan pembelajaran. Pada
tahap implementasi pembelajaran dan refleksi, dilakukan observasi langsung

33
kegiatan serangkaian wawancara dengan guru model, observer dan siswa dengan
lembar pengamatan yang disediakan oleh peniliti.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati serangkaian kegiatan lesson study
yang telah dirancang oleh peniliti dengan format: 1) pedoman observasi kegiatan
perencanaan pembelajaran, 2) pedoman observasi kegiatan open lesson, 3)
pedoman wawancara dengan guru model setelah open lesson, 4) pedoman
wawancara guru peserta open lesson, 5) pedoman wawancara siswa.

D. Instrumen Penelitian
Penelitian dikumpulkan menggunakan catatan lapangan, dan observasi, untuk
masing-masingnya diuraikan sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi deskripsi tentang pengamatan terhadap tindakan
guru sewaktu merancang dan penerapan RPP dalam pembelajaran unsur-unsur yang
diamati tertera pada lembaran observasi. Catatan lapangan biasanya berisi deksripsi
atau berupa paparan tentang latar pengamatan terhadap tindakan guru sewaktu
merancang dan menerapkan RPP. Unsur-unsur yang diamati dalam pelaksanaan
mengacu pada apa yang tertera pada butir-butir lembaran observasi. Disamping itu
juga memuat rancangan refleksi berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan
cara observasi.
2. Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati merancang RPP dan proses
pembelajaran, dengan berpedoman pada lembar observasi. Dengan menggunakan
lembar observasi untuk melengkapi data lapangan yang terjadi bila ada hal-hal yang
terlepas dari pengamatan observer.

E. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian menggunakan analisis model data
kualitatif. Data dianalisis dengan model analisis data oleh Miles dan Hubermen
(1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

34
datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data
atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan, dan verifikasi
(conclusion drawing/ verification). Tindakan analisis tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan,
perekaman, dengan melakukan proses transkrip hasil pengamatan, penyeleksian,
dan pemilihan data. Seperti pengelompokkan pada siklus I dan siklus II dan
seterusnya. Kegiatan menelaah data dilakukan sejak data dikumpulkan.
2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklarifikasian. Semua data yang
terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokkan sesuai dengan fokus. Data yang
telah dipisah-pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan mana yang
tidak relevan. Data yang relevan dianalisis dan yang tidak relevan dibuang.
3. Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang sudah
direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah, tetapi setelah tindakan
terakhir direduksi, keseluruh data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu
sehingga diperoleh sajian tunggal berdasarkan fokus merancang dan penerapan
RPP.
4. Menyimpulkan hasil penelitian tindakan ini, merupakan penyimpulan akhir
penelitian. Kegiatan dilakukan dengan cara a) peninjauan kembali catatan lapangan,
b) bertukar pikiran dengan ahli, teman sejawat, guru serta kepala sekolah dan dosen
pembimbing.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik perencanaan,
pelaksanaan, dan data evaluasi secara terpisah-pisah dengan tujuan menemukan
informasi yang spesifik dan terfokus pada proses pembelajaran dan menghambat
pembelajaran.
Penilaian terhadap hasil pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran
berlangsung, dapat dihitung dengan persentase aktivitas guru dengan menggunakan
rumus dalam Arikunto (2000:64):
A% = f x 100%
N

5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Rencana Pelaksanaan

35
Pembelajaran
Untuk mengetahui keberhasilan tingkat rancangan pelaksanaan pembelajaran
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1.
Kriteria Tingkat Keberhasilan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Kualifikasi Kategori Deskriptor


4 Sangat Baik Empat deskriptor tampak
3 Baik Tiga deskriptor tampak
2 Cukup Dua deskriptor tampak
1 Kurang Satu deskriptor tampak

6. Kriteria Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan


Pembelajaran
Untuk mengetahui keberhasilan tingkat pelaksanaan pembelajaran dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2.
Kriteria Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Pembelajaran

Kualifikasi Kategori Deskriptor


4 Sangat Baik Empat deskriptor tampak
3 Baik Tiga deskriptor tampak
2 Cukup Dua deskriptor tampak
1 Kurang Satu deskriptor tampak

7. Kriteria Tingkat Keberhasilan Hasil Belajar


Untuk mengetahui keberhasilan tingkat hasil pembelajaran dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.3.
Kriteria Tingkat Keberhasilan Hasil Belajar

75% - 100% Sangat Baik (SB)


50% - 74% Baik (B)
25% - 49% Cukup (C)
0% - 24% Kurang (K)

36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

37
Sebelum pelaksanaan tindakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal di
sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Observasi awal dilakukan untuk
menemukan permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian. Peneliti
melakukan observasi awal selama tiga minggu, pada bulan Februari 2021.
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti selama observasi awal adalah melakukan
pengamatan ketika guru mengajar di kelas, wawancara dengan guru kelas
mengenai proses pembelajaran yang biasa diterapkan, kesulitan-kesulitan yang
dialami peserta didik. Selama melakukan pengamatan, peneliti juga mengamati
tingkat kemampuan peserta didik dengan melihat hasil soal latihan dan ulangan
harian.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 15 s/d 28 Februari
2021, ditemukan beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan, baik pada guru
maupun peserta didik. Permasalahan yang ditemui pada guru di antaranya:
a. Daftar Pelajaran yang di pajang di dinding masih tertera mata pelajaran
b. Indikator pada komponen RPP belum mampu dikembangkan oleh guru karena
rendahnya kompetensi atau wawasan tentang tematik.
c. Pada pelaksanaan penilaian atau ulangan harian soal belum mencerminkan
pengintegrasian berbagai mata pelajaran
d. Dalam melahirkan indikator guru merasa kesulitan dulu indikator sudah ada dari
SNP, sekarang guru yang membuat indikator sendiri sehingga antara indikator dan
tujuan bagi guru susah untuk membedakan;
e. Pada kegiatan biasanya hanya terbagi atas kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
akhir. Dalam kegiatan inti itu diperjelas lagi menjadi eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi, sehingga membingungkan guru dalam perancangan dan pelaksanaan;
Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti berdiskusi dengan beberapa guru kelas serta
meminta izin untuk melakukan tindakan atas permasalahan yang terjadi. Langkah
berikutnya yang peneliti lakukan adalah menyusun komponen pembelajaran.

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian


Pada bagian ini, akan diuraikan mengenai implementasi kegiatan pembelajaran
yang terdiri dari 2 siklus. Gambar pada tiap siklus berikut ini terdiri dari rencana

38
pembelajaran (planning), tindakan proses pembelajaran dan hasil kerja peserta
didik (action) serta refleksi dari pembelajaran telah dilakukan (reflection).
1. Siklus I
a). Perencanaan
Pada tahapan perencanaan dilakukan kegiatan menyusun dan merancang rencana
pembelajaran. Siklus 1 terdiri dari rencana pembelajaran (planning), tindakan
proses pembelajaran dan hasil kerja peserta didik (action) serta refleksi dari
pembelajaran telah dilakukan (reflection).
1) Membentuk kelompok lesson study
Dalam tahapan ini, peneliti membentuk kelompok lesson study dengan
kegiatan berupa:
(a) merekrut anggota kelompok
(b) menyusun komitmen waktu khusus dan menyusun jadwal pertemuan;
(c) Menyetujui aturan kelompok
Tabel 1. Tahap Perencanaan Siklus 1
No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Meminta guru mengumpulkan perangkat 15 Februari 2021
pembelajaran terutama silabus dan RPP
2 Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah
menyusun silabus dan RPP Tematik 17 Februari 2021
secara rutin
3 . Menganalisa silabus dan RPP guru 18 Februari 2021
secara kualitatif
4 Mengidentifikasi masalah yang 20 Februari 2021
ditemukan
5 Menyusun rencana tindakan 22 Februari 2021

b). Pelaksanaan
1) Planning
Pembelajaran pada siklus 1, dilakukan guru model yang ditunjuk oleh peneliti dan
observer sesuai kesepakatan. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, observer menyiapkan lembar
pengamatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Sebelum memulai perancangan pembelajaran kepala sekolah sebagai peneliti

39
menjelaskan kepada guru mengenai kegiatan pelaksanaan pembelajaran.
b) Peneliti bersama kelompok guru melahirkan jaringan tema dengan tema
Lingkungan sesuai dengan KD pembelajaran yang telah disepakati;
c) Melahirkan indikator
d) Melahirkan tujuan pembelajaran
e) Mendiskusikan metode yang digunakan dalam pembelajaran
f) Kemudian, dirumuskan antara peneliti dan kelompok guru terhadap materi ajar
yang akan disampaikan.
g) Peneliti dan kelompok guru kemudian menyepakati media yang digunakan
dalam pembelajaran yaitu media pipet dan tangkai es.
h) Kegiatan akhir dalam diskusi perancangan RPP, adalah menentukan bentuk
penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya.
i) Setelah itu, barulah pelaksanaan pembelajaran Tematik dapat dilaksanakan
2)Do
a) Aktivitas Guru dalam kegiatan Pembelajaran
Aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I secara umum berlangsung sesuai
rencana yang telah disusun sebelumnya. Aktivitas guru saat mengajar dibagi atas
tiga kegiatan yaitu; Kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
(1)Melaksanakan pembelajaran di kelas; dalam tahapan ini pembelajaran dilakukan
oleh salah seorang anggota pada salah satu kelompok yang telah ditunjuk saat
pertemuan pada lesson study. Anggota kelompok lainnya termasuk peneliti menjadi
observer.
(2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memperhatikan RPP yang telah dibuat
secara bersama dalam kelompok pada saat kegiatan lesson study.
(3) Pelaksanaan pembelajaran di kelas terdiri dari dua pertemuan yaitu siklus I dan
siklus II. Masing-masing pertemuan terdiri dari tiga tahapan yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
(4) Dalam pelaksanaan pembelajaran, dilihat bahwasanya siswa mengikuti
pembelajaran dengan tertib. Namun, pengamat/observasi memperhatikan
beberapa orang siswa di bagian kiri tidak berkonsentrasi ketika guru
memberikan penjelasan karena tulisan guru di papan tulis yang kurang jelas.

40
Siswa di bagian tengah kelas, juga terlihat sibuk memainkan alat peraga, buku
tulis, alat tulis dan ada yang bercerita dengan teman sebangku.
(5) Setelah materi diberikan dan dijelaskan oleh guru, kemudian guru melakukan
penilaian atau evaluasi.
(6) Observer dari anggota kelompok lainnya melakukan pengamatan terhadap
siswa selama pembelajaran berlangsung.
(7) Lembar pengamatan yang disusun terdiri dari lembar pengamatan terhadap
RPP, guru dan siswa. Observer melakukan pengamatan terhadap setiap kegiatan
dan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung.
(a) Aktivitas Peserta didik dalam kegiatan Pembelajaran
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran pada siklus I terdapat beberapa
kegiatan seperti; kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir.

3) See
Pelaksanaan pembelajaran di kelas 3a dan telah diamati oleh observer perlu ada
perbaikan dan penyempurnaan baik dalam merancang RPP ataupun
Pelaksanaannya, observer bersama anggota kelompok lesson study dan kepala
sekolah berdiskusi untuk menyepurnakan RPP yang akan digunakan pada
pertemuan berikutnya.
Lembar pengamatan yang terdiri dari lembar pengamatan terhadap perencanaan
pembelajaran, aktivitas guru dalam pembelajaran, aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik dipakai sebagai bahan perbandingan
dari masing-masing siklus. Penilaian dilakukan untuk melihat ketercapaian
perencanaan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru.

No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan


1 Supervisi individual terhadap seluruh guru 23 Februari 2021
2 Penugasan menyusun revisi silabus dan 25 Februari 2021
RPP

(b) Pengamatan

41
Berdasarkan gambaran pengamatan dapat dijelaskan bahwa pada siklus I terlihat
terlaksana dengan cukup baik. Secara keseluruhan bila dibanding sebelum dan
sesudah siklus I terdapat kemajuan dalam menyusun perencanaan pembelajaran,
dan Lesson study merupakan cara yang dipakai dalam proses perbaikan
perencanaan pembelajaran.
(c) Refleksi
Kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan kegiatan refleksi, dimana observer
menyampaikan kesalahan maupun ketidaksesuaian pembelajaran yang terjadi
dengan perencanaan yang telah disusun. Selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk bisa lebih
baik pada pembelajaran berikutnya.
Observer melihat proses pembelajaran berlangsung yang tergambar pada
perencanaan siklus I, dari hasil diskusi ketiga observer saling memberikan masukan
dan membahas pengamatan bersama dengan praktisi dan praktisi menyadari
bahwasanya proses pembelajaran yang dilakukan masih kurang dan belum
mencapai target yang ditetapkan.
Setelah semuanya didiskusikan secara klasikal maka observer bersama peneliti dan
praktisi/guru, dengan memperhatikan hasil pembelajaran yang belum mencapai
KKM yang ditetapkan, memutuskan untuk melanjutkan pembelajaran pada siklus
II.
2. Siklus II
a) Perencanaan
Pada tahapan perencanaan dalam siklus 2 ini, kembali dilakukan penyusunan
rencana pembelajaran seperti yang telah dilakukan pada siklus 1. Siklus 2 terdiri
dari rencana pembelajaran (planning), tindakan proses pembelajaran dan hasil kerja
peserta didik (action) serta refleksi dari pembelajaran telah dilakukan (reflection).

Tabel 5. Tahap Perencanaan Siklus 2


No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Menyusun perencanaan siklus 2 1 Maret 2021
2 Mengumpulkan contoh revisi silabus dan RPP 2 Maret 2021
3 Membuat jadwal supervisi kelas dan
mengumumkannya kepada guru 3 Maret 2021

42
4 Menganalisa sampel revisi silabus dan RPP 5 Maret 2021

b) Pelaksanaan
Pada tahap ini, guru-guru yang sudah siap perangkat perencanaan
pembelajarannya disupervisi kelas oleh peneliti. Hal ini untuk melihat kesesuaian
perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran.
Tabel 6 . Tahap Pelaksanaan Siklus 2
No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Melakukan supervise kelas 8 s/d 9 Maret 2021
2 Melakukan supervise individual
terhadap guru yang sudah disupervisi 10 s/d 12 Maret
kelas 2021

c) Observasi
Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan
pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan
siswa dalam proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula, peneliti mengumpulkan
data-data yang terjadi selama tahap pelaksanaan.
Tabel 7. Tahap Observasi Siklus 2
No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Mengolah data-data hasil siklus 2 13 Maret 2021

d) Refleksi
Pada tahap refleksi siklus kedua, peneliti melakukan evaluasi bersama guru yang
disupervisi terhadap hasil observasi di siklus kedua
Tabel 8. Tahap Refleksi Siklus 2
No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Mengevaluasi kegiatan siklus 2 15 Maret 2021

BAB V

43
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dalam penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:

A.Simpulan
Lesson Study terbukti mampu meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam
pembelajaran tematik, karena pembelajaran dimulai dari perlakuan tindakan
terhadap guru yang akan menjadi guru model, dan yang akan melakukan observasi/
pengamatan.Tindakan yang dilakukan seperti;

1. Kompetensi Pedagogik dalam Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran tematik memuat komponen, a) menganalisis kebutuhan
dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, dan b) secara bersama-sama
pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan.
Penggunaan lesson study dalam menyusun perencanaan pembelajaran dapat
membantu guru untuk menemukan metode pembelajaran yang lebih baik dan
mampu mencapai hasil belajar yang lebih maksimal. Rancangan pembelajaran
disusun dengan menganalisa terlebih dahulu permasalahan di dalam kelas yang
kemudian secara bersama-sama dengan kepala sekolah didiskusikan untuk
menemukan pemecahannya.
Tahap Lesson Study dilakukan bersamaan dengan PTS yang terdiri dari; a)
perencanaan, b) pelaksanan, disaat pelaksanaan disana dilaksanakan lesson study
yang terdiri; 1) plan, b) do, c) see. Pertama tahap perencanaan pembelajaran
peneliti secara kolaboratif bersama-sama guru kelas merencanakan menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (RPP). Kedua rencana pembelajaran
disusun berdasarkan tema yang telah ditentukan bersama. Ketiga rencana disusun
dengan memperhatikan prisip penyusunan RPP seperti; a) Memperhatikan
perbedaan individu, b) mendorong partisipasi aktif siswa/peserta didik, c)
mengembangkan budaya membaca dan menulis, d) memberikan umpan balik dan
tindak lanjut, e) keterkaitan dan keterpaduan, f) menerapkan informasi dan
tekhnologi. Komponen RPP mencakup a) kolom identitas, b) standar kompetensi,

44
c)kompetensi dasar, d) indikator pencapaian kompetensi, e) tujuan pembelajaran, f)
materi ajar, g) alokasi waktu, h) metode pebelajaran, i) kegiatan pembelajaran,
yang terdiri dari; 1) pendahuluan, 2) inti, seperti eksplorasi, elaborasi, komfirmasi,
j) penutup, k) penilaian.
2. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan yang telah disusun dilaksanakan di kelas oleh guru model.
Pelaksanaan penelitian mengikuti perencanaan yang telah dibuat dan dilakukan.
Pada siklus I terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran tematik seperti
penggunaan waktu yang tidak sesuai, kurangnya keberanian peserta didik, peserta
didik banyak yang ribut, siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru,saat diskusi
peserta didik tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Kekurangan ini didiskusikan
kembali bersama peneliti dan guru-guru. Setelah kekurangan pada siklus I
diperbaiki, dilanjutkan ke siklus II di mana pelaksanaan pembelajaran tematik telah
sesuai dengan perencanaan. Proses pembelajaran tematik dan hasil belajar peserta
didik mengalami peningkatan yang tergambar ketika proses pembelajaran
berlangsung, yaitu guru dan siswa sama-sama aktif dan bersemangat.
Keunggulan penggunaan lesson study adalah guru mampu mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran yang dialami peserta didik selanjutnya dalam
kelompok guru bersama ahli berdiskusi untuk menemukan solusi sebagai upaya
pemecahan masalah. Sehingga, pembelajaran dapat ditingkatkan.
Dengan meningkatnya hasil belajar yang dilakukan dalam pembelajaran, diartikan
juga meningkatkan kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru dalam menyusun
dan melaksanakan pembelajaran Tematik di kelas.
B.Saran-saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengemukakan beberapa saran
yang sekiranya dapat memberikan masukan untuk peningkatan hasil belajar peserta
didik, yaitu:
1. Bagi guru-guru dapat memanfaatkan kompetensi yang dimiliki terutama dalam
merencanakan pembelajaran menggunakan lesson study. Karena, metode lesson
study dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik guru terutama dalam merancang
pembelajaran tematik. Dengan meningkatnya kompetensi pedagogik guru, maka a

45
guru mampu menyusun dan merancang pembelajaran yang menarik dan berkesan
bagi siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Namun, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Lesson study yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan baik
sekolah maupun guru-guru.
b. Perlunya peningkatan kreatifitas dalam menemukan pemecahan masalah dalam
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi nyata.
c. Perlu memberikan perhatian, bimbingan dan motivasi mengajar guru dan
belajar peserta didik secara sungguh-sungguh terutama yang berkemampuan
kurang dan pasif dalam pembelajaran.
2. Bagi peserta didik, agar lebih memudahkan dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru sehingga akan membangkitkan motivasi dalam belajar dan
mampu beraktivitas belajar yang aktif, senang, dan kreatif;
3. Bagi kepala sekolah kiranya dapat memberi perhatian dan motivasi kepada guru
dengan melakukan pembimbingan dan pembinaan dalam rangka peningkatan hasil
belajar siswa;
4. Bagi dinas pendidikan, lesson study salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan pedagogik guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
di kelas. Untuk itu perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kopetensi
pedagogik guru melalui pelatihan, workshop, KKG, dan sejenisnya;
5. Bagi instansi dan lembaga pendidik dan kependidikan sebagai bahan untuk
mendukung dan menjalankan berbagai bentuk program pengembangan ilmu
pendidikan dasar.

46
DAFTAR  PUSTAKA

Anwar, Moch. Idochi. (2004). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka


Cipta

Bogdon dan Taylor ( 1992 : 21 ) Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru.
Jakarta: Dirjen  Pendidikan Tinggi Depdikbud

Depdiknas. (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta.

Garfield, 2006 , Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.


Bandung:  PT Remaja Rosdakarya

Gumelar dan Dahyat ( 2002 : 127 ) Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru,
Kepala (1984:132). Lesson Study Research Group online:
http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html

Gufron (2005:89) Silabus (1984:132). Lesson Study Research Group online:


http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html

Hasan ( 1984 : 132 ) 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo

Ibrohim(2010:6)(1984:132).LessonStudResearchGrouponline:
http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. (1984: 132), Kamus Inggris. Jakarta: Gramedia
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) da Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Kemmis dalam wiriatmaja ( 2005 : 62 ) Alur Penelitian, Jakarta: Grasindo

Lewis, C. 2002. Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change.


Philadelphia: Research for Better Schools.

Lewis, C., Perry, R., Hurd, J., & O’Connel, M. P. 2006. Teacher collaboration: Lesson
study comes of age in North America. Tersedia pada http://www.

Muhaimin (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

47
Nanang ( 2010 : 19 ) Peneitian Tindakan Sekolah, Kuningan: LPMP-Jawa Barat...

Sutama (1996), Competences : Measuring The Immeasurable, Management Development


Review, Vol. 9, No. 5, hal. 25-29.

(Sanjaya, 2008:127). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syaiful Bahri Djamarah. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional
Sugiarto ( 2003 : 17 ) 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan


Bhakti Winaya.

Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional.
Bandung: Angkasa

Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Walker ( 2005 ) Lesson Study (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Pearson
Education International.

Wiriatmaja, 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo

Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study

Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.

Yutmini, Sri. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.

Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)  kepribadian ,Grasindo,Jakarta

9, No. 5, hal. 25-29.

48

Anda mungkin juga menyukai