Anda di halaman 1dari 13

TELAAH KOMPETENSI GURU DALAM PEBGEMBANGAN KURIKULUM

(Studi Kasus Guru IPS SD Se-Eks- Kotatif Jember Tahun 2008)

Nurul Umamah

ABSTRAK: Teacher's capability to develop curriculum is a part of essential


teacher's competencies. qualitative research using phenomenological approach is
designed to investigate the competency : social sciences subject teacher in Jember
residence elementary school to develop the curriculum. Result of this research
revealed that there are a lot of gaps among a scientific basis and the re? The
teacher tends to develop the curriculum based on empirical experiences and the
wisdom rather than on the right procedure.
Kata kunci: Teacher competency, curriculum development, elementary school

PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan selalu mendapat sorotan
masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industri, orang tua dan unsur lain yang merasa
berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan. Oleh karenanya, pengernb kurikulum (termasuk
guru) harus dapat mengembangkan kurikulum dengan baik. Dalam mengembangkan kurikulum
yang baik dan benar diperlukan kemampuan untuk menganalisis, mengadakan koreksi terhadap
kekurangan-kekurangan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang kreatif, inovatif dan
misioner. Urgensi kompetensi guru dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa
guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi harus dimiliki oleh
pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru
pada satuan pendidikan jenjang pendidikan tertentu, baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik
maupun kompetensi profesional, dituntut dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran
yang memadai. Mengingat arti penting kurikulum dalam keberhasilan pembelajaran dan
kompetensi guru dalam penyusunan perencanaan pembelajaran sebagai bagian pengembangan
kurikulum. dalam mengembangkan kurikulum. Guna memberikan sumbangan jawab atas
permai: ini penulis memfokuskan penelitian pada kompetensi guru IPS SD. Sekolah dasar
memiliki jumlah yang banyak, sehingga diharapkan memiliki kontribusi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah aktivitas pengembangan kurikulum guru IPS SD se-Eks Kotatif Jember? Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menelaah aktivitas guru IPS SD se-Eks
Kotatif Jember dalam pengembangan kurikulum.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini didesain menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Peneliti berperan sebagai alat pengumpul data utama. Pengumpulan dilakukan
melalui pengamatan, catatan lapangan, wawancara dan penelaahan dokumen guru dan siswa.
Item pertanyaan sebagai pedoman wawancara dikembangkan berdasarkan komponen-komponen
dalam desain pembelajaran Dick & Carey (2001).
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri se eks-kotatif Jember, Tepatnya di SD11
Sumbersari V, SDN Kepatihan IV, SDN Patrang II, SDN Jember Kidul II, SDN Jember Lor VI.
Responden dalam penelitian ini sejumlah 10 orang guru IPS SDN, yang ditentukan secara
cluster random sampling. Penulis mengambil responden secara acak pada 5 wilayah, dengan
mempertimbangkan masing-masing wilayah diwakili 2 responden, sekaligus mewakili gugus
yang berbeda. 2 responden tersebut diambil berdasarkan spesifikasi guru IPS SD diwakili 1
orang guru. Guru IPS SD kelas 4 s/d 6 diwakili 1 orang guru.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Telaah Kompetensi Guru IPS SD dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Telaah Kompetensi Guru IPS SD dalam penyusunan perencanaan pembelajaran
dikajiberdasarkan komponen-komponen dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) garit
meliputi (1) perumusan tujuan; (2) pengembangan materi pokok; (3) penentuan metode
pembelajaran; (4) pengembangan langkah-langkah pembelajaran; (5) penentuan media dan
sumber belajar serta (6) evaluasi. Analisis bahasan dilakukan berdasarkan pengembangan desain
pembelajaran model Dick and Carey, dengan pertimbangan model pengembangan desain
pembelajaran ini lebih lengkap dan sistematis.

Perumusan Tujuan
Aktivitas guru dalam merumuskan tujuan dilakukan secara langsung dengan mem-break
down Standard kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ada dalam silabus. Berdasarkan
hasil wawancara, pertimbangan utama dalam perumusan tujuan adalah materi pelajaran yang
telah ada dalam buku teks, disesuaikan dengan pengalaman dan intusi guru saat melaksanakan
pembelajaran tahun-tahun sebelumnya. Guru tidak melakukan tahap-tahap yang harus dilalui
sebelum merumuskan tujuan, yakni identifikasi kebutuhan instruksional, menyusun analisis
instruksional, menganalisis konteks dan pebelajar (untuk analisis pebelajar, guru hanya
mendasarkan diri pada tingkat kelas), analisis konteks tidak dilakukan. Tujuan pembelajaran
yang dirumuskan oleh guru, juga kurang menggambarkan kompetensi dan performansi yang
harus dikuasai siswa, karena hanya berorientasi pada penguasaan kompetensi materi.
Bila kita kaji secara teoritis, ada dua pendekatan dalam langkah identifikasi kebutuhan
instruksional, yakni (1) the-subject matter expert approach and (2) performance technolog
approach. Tiga kelompok kebutuhan yang harus diperhatikan adalah siswa, masyarakat (orang
tua dan orang yang menggunakan lulusan) dan pendidik. Langkah-langkahnya analisis
performansi; (2) klarifikasi tujuan instruksional dan (3) mendeskripsikan. Langkah menyusun
analisis tujuan bertujuan untuk mengidentifikasi ketrampilan dan pengetahuan yang harus
masuk dalam pengajaran. Dalam analisis tujuan ini hari memperhatikan taksonomi tujuan.
Taksonomi tujuan yang bisa digunakan misalnya taksonomi Gagne, Bloom, Merril, Martin and
Brigg, Katrowl dll. Proses berikutnya adalah identifikasi ketrampilan subordinat dan entry
behavior. Jenis analisis yang bisa dipakai dalam proses ini adalah hierarkikal, prosedural,
cluster dan kombinasi.
Langkah analisis kontek dan pebelajar digunakan untuk mengidentifikasi (1) ketrampilan
sub ordinat yang harus dimasukkan dalam pengajaran dan (2) entry skill yaitu dimiliki siswa
sebelum proses pembelajaran. Informasi yang berguna dalam langkah ini meliputi: entry
behavior, pengetahuan awal siswa, sikap terhadap konten dan sistem penyampaian, motivasi
akademis, level pendidikan dan kemampuan, preferensi belajar secara general, sikap dalam
pembelajaran, karakteristik kelompok.
Langkah menulis tujuan performansi. Tujuan performansi adalah uraian terperinci tentang
apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah pembelajaran selesai. Tujuan ini biasanya
dirumuskan secara spesifik dengan menggunakan kata kerja operasional. Namun tujuan yang
dirumuskan oleh guru masih belum spesifik dan kurang operasional.

Pengembangan Materi Pokok


Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, guru mengembangkan materi pokok. Kegiatan
ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah identifikasi Standard kompetensi, identifikasi
kompetensi dasar, merumuskan tujuan pembelajaran, kemudian mengembangkan materi. Dasar
pengembangan materi adalah buku teks yang telah ditentukan oleh sekolah sebagai buku
sumber. Sebagaimana dijelaskan di depan, langkah-langkah analisis sebelum merumuskan
tujuan tidak dilakukan.
Materi pokok yang dikembangkan lebih mngarah pada pengetahuan sosial, bukan
ketrampilan dan sikap sosial. Isi materi menuntut hafalan siswa. Bila kita bandingkan dengan
desain KBK, di dalam RPnya ada tuntutan agar guru mencantumkan dampak pengiring, namun
dalam KTSP format RPP tidak mencantumkan dampak pengiring.
Tuntutan kompetensi yang harus dimiliki siswa, bila dikonfirmasikan dengan buku tugas
siswa, baik pekerjaan sekolah maupun pekerjaan rumah, cenderung pada ranah kognitif. Tidak
ranah afektif dan psikomotorik. Ketika ditanyakan pada guru, aspek sikap sosial (afektif) dan
ketrampilan sosial (psikomotorik), sudah dibelajarkan pada proses pembelajaran. Misalnya pada
saat diskusi atau kerja kelompok guru menilai aspek sikap dan ketrampilan siswa.

Penentuan Metode Pembelajaran


Aktivitas guru dalam menentukan metode pembelajaran dilakukan dengan pertimbangan
utama pada rumusan tujuan dan banyaknya materi. Pertimbangan lainnya adalah alokasi waktu
yang telah disusun pada distribusi alokasi waktu, sebelum membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Sebenarnya metode pembelajaran yang dipilih oleh guru secara tersurat sudah
menunjukkan upaya pelaksanaan pembelajaran yang berazas PAIKEM. Namun berdasarkan
pengamatan saat pembelajaran guru cenderung pada metode ceramah bervariasi tanya jawab,
guru juga belum mampu memberi nafas PAIKEM pada pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari
buku tugas siswa, baik buku pekerjaan sekolah siswa maupun buku pekerjaan rumah. Isi buku
pekerjaan sekolah siswa adalah catatan, sedangkan pekerjaan rumahnya berisi
pertanyaan-pertanyaan ilmu pengetahuan sosial yang mengarah pada penguasaan hafalan siswa
(low cognitif).

Pengembangan Langkah-Langkah Pembelajaran


Gagne (dalam Dick & Carey, et ah, 2001) menyebut langkah pembelajaran sebagai
langkah mengembangkan strategi pembelajaran. Komponen belajar utamanya menurut Gagne
adalah (1) kegiatan prainstruksional; (2) penyajian konten; (3) partisipasi pebelajar; (4)
penilaian; (5) kegiatan follow through. Kegiatan guru dalam langkah ini adalah menjelaskan
langkah yang akan dilakukan pada saat pembelajaran, meliputi: (a) kegiatan awal: apersepsi, pre
test dll; (b) kegiatan inti: kegiatan inti siswa dan guru selama proses pembelajaran yang akan
diakukan; (c) kegiatan akhir: penguatan, pos t test kesimpulan, dll. Bila ditelisik dari komponen
belajar utamanya Gagne, guru tidak mencantumkan kegiatan follow through secara spesifik
dalam RPP.

Penentuan Media dan Sumber Belajar


Media merupakan bagian dari metode pembelajaran. Metode adalah prosedur dari
pembelajaran yang dipilih untuk menolong pebelajar untuk mencapai tujuan atau internalisasi
isi atau pesan. Media adalah pembawa informasi antara sumber dan penerima (Chambers,
2005). Proses pemilihan, pengembangan dan pemanfaatan media harus melalui prosedur yang
telah ditentukan (Heinich, et al.9 2001, Chambers, et al.9 2005, Hartley, 1996).
Sumber belajar penting untuk dikembangkan mengingat sesuai dengan tuntutan KTSP,
guru harus dapat menciptakan pembelajaran PAIKEM. Namun kenyataamiya dilihat dari desain
RPP yang dibuat oleh guru, maupun praktek pembelajaran yang dilakukan pemanfaatan media
untuk pelajaran IPS masih minim. Kaitannya dengan sumber belajar, PAIKEM membutuhkan
sumber dan lingkungan belajar yang kaya. Dua ciri utama dalam sumber dan lingkungan belajar
yang kaya adalah integration and comprehensiveness (Hannafm dalam Jonassen, 1996). Lebih
lanjut Goldman (dalam Jonassen, 1996), lingkungan yang kaya didesain untuk mengundang
jenis pemikiran peserta didik dalam mengembangkan general skill and attitude yang
berkontribusi memecahkan masalah untuk mendapatkan konsep spesifik dan memperkenankan
prinsip-prinsip berfikir efektif tentang ranah khusus.
Pertimbangan utama dalam penciptaan sumber dan lingkungan belajar yang kaya adalah
menyadari bahwa peranan utama kegiatan belajar adalah aktivitas peserta didik dalam
mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Peserta
didik diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya. Dengan cara demikian, peserta didik akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir
sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional
Evaluasi
Evaluasi ada dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evalusi formatif
menurut pandangan guru adalah evaluasi yang dilakukan setiap akhir pokok bahasan atau yang
biasa disebut dengan ulangan harian. Sedangkan evaluasi sumatif yang dimaksud adalah tes
tengah dan akhir semester (UTS dan U AS). Hal ini tidak sesuai dengan konsep teoritis tentang
evaluasi formatif dan sumatif menurut Dick & Carey (2001).
Menurut Dick & Carey (2001) tujuan evaluasi formatif adalah untuk proses perbaikan
desain RPP yang telah dibuat oleh guru dengan melihat keberhasilannya selama dan setelah
proses pembelajaran berlangsung. Bukan untuk menilai tingkat pencapaian siswa. Jadi
pencapaian siswa hanya menjadi indikator keberhasilan atau kekurangberhasilan RPP yang
dibuat guru. Melalui evaluasi formatif, akan dilakukan perbaikan-perbaikan perencanaan dan
program pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Langkah mendesain dan
menyusun evaluasi formatif meliputi: (1) One to One Evaluation; (2)Small-GroupEvaluation;
(3) Field Trial; (4) Performance-Context Formative Evaluation; (5) Formativeévaluation of
selected Materials and Instructor-Led Instruction; (6) Attitude Questionnaire, Langkah evaluasi
formatif terhadap RPP ini tidak dilakukan oleh guru.
Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menguji efektivitas tersampaikannya pembelajaran
terhadap tujuan pembelajaran. Ada dua fase evaluasi sumatif yakni expert judgment dan field
triai Fase-fase expert judgment dalam evaluasi sumatif (1) analisis kongruen; (2) analisis
konten; (3) analisis desain; (4) analisis kegunaan dan visibilitas; (5) analisis pengguna.
Sedangkan evaluasi sumatif field triai, adalah analisis out comes/dampak pengiring. Dilakukan
oleh guru langsung pada analisis pengguna melalui uji coba lapangan, analis no 1 s/d 4
didasarkan atas pengalaman dan intuisi. Guru kurang memahami filosofi diadakannya kedua
jenis evaluasi. Ketika dipancing dengan pertanyaan indikator pembeda antara evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif, beserta implementasinya, ditinjau dari komponen (bagian), instrumen,
pelaksanaan, fungsi, dan sifat evaluasi pada latar pembelajaran. Guru menjawab memang
dilaksanakan, tetapi yang mengatur Dinas Pendidikan. Implementasi evaluasi yang dilakukan
oleh guru di sekolahsebagai berikut:

Komponen Evaluasi
Evaluasi formatif yang dilakukan oleh guru adalah setiap akhir pokok bahasan. Biasanya
guru melakukan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan untuk melihat ketuntasan belajar
siswa. Biasanya guru memberikan remedial, bagi siswa yang tidak tuntas belajar. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan dua kali yaitu UTS dan U AS. Ujian ini dilakukan oleh guru untuk
mengetahui keberhasilan program pembelajaran dan sebagai tanda pertengahan dan berakhirnya
semester yang bersangkutan.
Bila kita lihat esensi dari masing-masing evaluasi, implementasi evaluasi yang dilakukan
oleh guru secara parsial sudah benar. Karena tujuan utama evaluasi formatif untuk perbaikan
sedangkan evaluasi sumatif untuk mengetahui efektivitas program guna pembuatan keputusan
(berupa laporan raport'pada orang tua) maka yang dievalusi adalah seluruh komponen program
yang telah dirancang. Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah program pembelajaran dijalankan.
Namun kegiatan ini tidak dilanjutkan dengan melihat apakah secara keseluruhan pelaksanaan
RPP yang telah didesain oleh guru memang benar-benar bisa mencapai keberhasilan ataukah
tidak. Jadi evaluasi sumatif yang dilakukan terhenti pada upaya pencapaian belajar siswa, bukan
keberhasilan perencanaan dan program pembelajaran.
Instrumen Evaluasi
Terjadi perbedaan langkah implementasi penyusunan instrumen penilaian antara guru
dengan Dick & Carey. Menurut Dick & Carey(2001) penyusunan instrumen setelah
merumuskan tujuan pembelajaran, sedangkah guru setelah merumuskan tujuan langsung
mengembangkan materi pembelajaran, kemudian mengembangkan instrumen melalui melalui
penyusunan kisi-kisi soal instrumen evaluasi formatif dibuat sendiri oleh guru. Guru bertindak
sebagai evaluator internal. Maka instrumen yang digunakan adalah instrumen yang disusun dan
dikembangkan oleh guru. Evaluasi formatif tidak mempersayaratkan tes yang terstandar secara
mutlak. Karena tujuan utama evaluasi tersebut adalah untuk kepentingan internal
pembuat/pelaku desain pembelajaran, guna melakukan perbaikan. Sedangkan instrumen
evaluasi sumatif terstandar. Evaluator evaluasi sumatif adalah evaluator independent/eksternal,
maka instrumen yang digunakan adalah instrumen yang terstandar. Biasanya instrumen adalah
hasil pengembangan tim soal di bawah kendali gugus.

Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi formatif adalah untuk perbaikan, yaitu untuk memperoleh informasi
tentang ketrampilan dan pengetahuan siswa yang akan digunakan untuk bahan perbaikan.
Tujuan dilakukan evaluasi tersebut adalah untuk menentukan tingkat penguasaan dari tugas
belajar yang diberikan dan untuk menentukan secara terinci bagian tugas yang tidak dikuasai.
Evaluasi formatif menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan perbaikan program
pembelajaran. Informasi dari evaluasi formatif tidak dimaksudkan untuk menilai pekerjaan
siswa; tetapi lebih difokuskan pada upaya perbaikan, seperti: perbaikan rencana pelaksanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan strategi pembelajaran, dll.
Fungsi evaluasi sumatif untuk mengetahui efektivitas program, yaitu untuk mengetahui
efektivitas program pembelajaran setelah satu set aktivitas pembelajaran dilaksanakan.
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah tujuan yang lebih luas telahtercapai dan mereview
seberapa baik siswa tertentu/kelompok siswa, mencapai tujuan dari satu set pelajaran yang telah
dilakukan guru. Evaluasi sumatif dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk
menentukan prestasi dan mengukur tingkat pencapaian pebelajar. Informasi yang diperoleh dari
evaluasi sumatif digunakan oleh para guru untuk menentukan nilai siswa dan informasi ini
sebagai laporan ke orang tua siswa. Evaluasi sumatif juga berfungsi untuk pembuatan keputusan
tentang pelaksanaan program pembelajaran.

Sifat Evaluasi
Sifat evaluasi formatif kontinyu, karena tujuan evaluasi formatif adalah unti memperbaiki
program pembelajaran, maka bersifat kontinyu. Tujuan tersebut adalah untuk menentukan
tingkat penguasaan dari tugas belajar yang diberikan untuk menentukan secara terinci bagian
tugas yang tidak dikuasai. Evaluasi formatif menentukan taraf belajar yang tinggi bagi seluruh
pebelajar dan menolong pembelajaran maupun pebelajar menentukan apa yang masih harus
dipelajari. Dilakukan oleh guru setia akhir pokok bahasan. Asesmen formatif mengumpulkan
informasi tentang belajar, melalui proses ini dan dengan dilakukan secara teratur dan terjadimaka
perbaikan instruksional dapat dibuat untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas belajar.Sifat
evaluasi sumatif satu tahapan. Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah pembelajaran dijalankan,
maka untuk satu program kegiatan pembelajaran dilakukan satelah evaluasi sumatif Hasil
akhirnya berupa dokumen informasi dan rekomendasi keberlanjutan program. Paradigma ini
yang belum dimengerti oleh sebagian besar SD.

Kompetensi Profesional Guru


Guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki kompetensi pedagogik. Salah satu
indikatornya adalah kompetensi guru dalam menyusun mengembangkan desain pembelajaran.
Berkaitan dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru memiliki
peranan yang vital dalam implementasinya. KTSP membuka ruang partisipasi kreatif guru dan
pengelola sekolah dalam penjabaran rencana, metode, dan alat-alat pengajaran. Standar isi,
standar kompetensi, dan kompetensi kurikulum masih ditentukan pemerintah pusat, namun
kontekstualisasi detailnya diarahkan kepada pengelola sekolah dan guru. Guru ditantang untuk
mampu menciptakan suasana belajar yang kontekstual dan menyenangkan bagi siswa,
didasarkan pemahaman bahwa yang paling paham mengenai karakteristik siswa dan lingkungan
sekolahnya.
Dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tiap satuan pendidikan
membentuk suatu tim yang bertugas untuk menyusunnya, Tim tersebut paling tidak terdiri dari
kepala sekolah, guru, dan konselor, dan dapat melibatkan komite sekolah, nara sumber atau
pihak terkait lainnya, yang disupervisi oleh Dinas Pendidikan setempat. Berdasarkan PP No. 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, tim tersebut akan melakukan suatu analisis
yang meliputi: (1) mengidentifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam penyusunan KTSP;
menganalisis kondisi yang ada di satuan pendidikan yang meliputi peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program; (3) menganalisis peluang
dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan
pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam
dan sosial budaya.
Guru mata pelajaran atau guru kelas memiliki porsi untuk menyusun silabus. Silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi.dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian (PP No. 19 tahun 2005). Sebuah silabus disusun dengan memenuhi pertanyaan-
pertanyaan (1) Apa yang kompetensi yang harus dikuasai siswa, (2) Bagaimana cara
mencapainya?, (3) Bagaimana cara mengetahui pencapaiannya?
Terdapat perbedaan yang khas antara kurikulum kelas 1-3 SD dengan kelas 4-6 SD. Kelas
1-3 SD menggunakan model kurikulum tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Depdiknas, 2007).
Implikasinya guru harus lebih kreatif, tidak hanya dalam merancang materi pembelajaran
namun memetakan tema sehingga proses belajar bersifat menyeluruh dan berarti bagi siswa.
Dalam KTSP, sedapat mungkin guru menyusun secara mandiri silabusnya, namun bila tidak
memungkinkan dapat bekerja sama dengan guru-guru lain. Di tingkat sekolah dasar guru-guru
dari kelas 1 sampai kelas 6 dapat bekerja sama membuat silabus. Guru-guru yang merasa
kesulitan dalam menyusun kurikulum dapat bergabung dengan guru-guru dari sekolah dasar lain
misalnya dalam forum KKG (Kelompok Kerja Guru) untuk membuat silabus bersama.
Forum KKG ini dapat dioptimalkan sehingga tidak hanya diwarnai dengan pertemuan
yang bersifat kedinasan semata, namun lebih sebagai wahana untuk guru saling menggali,
mendiskusikan, dan mencari solusi dari permasalahan kurikulum dan pembelajaran. Selama ini
KKG memang masih lebih banyak diwarnai dengan kegiatan dinas, misalnya sarat instruksi dan
ceramah dari supervisor pendidikan atau Dinas Pendidikan. Forum ini pula yang dimanfaatkan
Dinas Pendidikan untuk sosialisasi silabusnya. Seharusnya Dinas Pendidikan berperan sebagai
fasilitator misalnya dengan menyediakan guru-guru berpengalaman atau ahli untuk membantu
proses pembuatan silabus tersebut.
Berdasarkan hasil survey tentang kemampuan guru IPS SD dalam pembelajaran di-eks
Kotatif Jember ditemukan fakta desain pembelajaran yang hanya didasarkan atas contoh silabus
dari dinas pendidikan kabupaten Jember. Guru secara khusus masih kesulitan dalam membuat
desain pembelajaran. Disadari bawa kurikulum hanyalah salah satu sarana agar visi pendidikan
dapat teraplikasikan. Di sisi lain ada faktor lainnya misalnya kecakapan guru dalam suasana
pembelajaran juga sangat menentukan. Suasana pembelajaran yang sesuai dengan amanat KTSP
adalah proses yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkai (PAIKEM). Kurikulum
hanyalah sebagai alat dalam PAIKEM (Anita, 2008).
Bagaimanakah sebenarnya sosok guru yang diharapkan masyarakat adalah guru yang
memiliki kemampuan, dan ketrampilan bagaimana lapar menciptakan hasil pembelajaran secara
optimal, selanjutnya memiliki kepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki
wawasan intelektual dan berpikiran maju, pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
Karakteristik guru yang diidamkan oleh banyak pihak (Anita, 2008), diantaranya guru sebagai
seorang Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tidak
hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti
Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru
harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan
tentunya apa dan bagaimana rencana yang sudah terprogram secara baik; Inovator, artinya
memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola
pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat
evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk
merubah pola lama, memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru
pembelajaran berdampak kepada hasil yang lebih maksimal; 3. Motivator, artinya guru masa
depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar, dan tentunya juga akan memberikan
motivasi kepada anak didik untuk terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya; 4.
Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, ketrampilan serta sikap
yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif; 5,
Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula
menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang.
Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap
perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet,
dan berbagai model pembelajaran multi media. Jadi, guru masa depan adalah guru bertindak
sebagai fasilitator; pelindung; pembima dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung
jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah); termotivasi
menyediakan pengalaman bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan
keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara
intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap
berciri khas "The Habits far Highly Effective People" dan "Quantum Teaching" serta
pendekatan humanis. Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk
proporsional.
Upaya pemberdayaan guru bisa dilakukan melalui (a) Dinas Pendidikan dengan Pemda
dan perguruan tinggi lingkungan setempat perlu memberikan pelatihan guru secara menyeluruh,
terprogram dan kontinyu, terutama kemampuan profesional guru dalam merencanakan dan
melaksanakan kepedulian LPTK sekitar di lingkungan setempat untuk sering melakukan
kegiatan-kegiatan dharma penelitian dan pengabdian yang mengarah pada kemanfaatan guru,
bukan sekedar melaksanakan proyek; (c) perlu solusi cerdas dari ilmuwan menghasilkan
temuan-temuan yang didukung oleh fakta empiris, agar hasilnya bermanfaat bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya; (d) Penelitian dalambidang teknologi yang selalu terkait dengan
aplikasi teori dalam bentuk tekrrk rekayasa, model (langkah-langkah prosedural untuk
menghasilkan sesuatu, teori yang mendasari kerja bagi seorang teknolog pendidikan, hendaknya
didasarkan fakta empiris pemecahan masalah pendidikan/pembelajaran di Indonesia bukan yang
didasarkan atas sahihnya teori dari Barat; (e) perlu perhatian lebih dari para ilmuwan ET/IT
untuk menciptakan paradigma keilmuwan yang didasarkan atas filosofi Pancasila dan kultur
Indonesia; (f) perlu pengembangan penelitian dalam bidang teori yang mencakup teori
preskriptif dan deskriptif terkait dengan pembelajaran/pengajaran yang sesuai dengan
filosofidan kultur Indonesia dengan mengembangkan dan mengoptimalkan diri bangsa
Indonesia untuk beradaptasi dan berkompetisi di era global.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disampaikan temuan-temuan guru
IPS SD Negeri se-Eks kotatif Jember (a) kurang memahami dasar folosofi dan teoritis
danpenyusunan desain pembelajaran; (b) walaupun dalam pembuatan persipanarnya mereka
mengaku memiliki kemampuan yang tinggi, tetapi kemampuan tersebut hehm, didasarkan atas
hasil penelitian melainkan berdasarkan pengalaman dan intuisi: (c) kemampuan guru dalam
memahami dan melaksanakan penelitian sangat kekurangmampuan guru dalam memahami
dasar, prosedur/ langkah-langkah pembuatai desain pembelajaran dikarenakan ada kebiasaan
dari Dinas Kabupaten Jember memberikan contoh silabus dan RPP yang kemudian dicontoh
oleh guru; (e) guru terampil dalam menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran
pelatihan atau menghadiri pertemuan di gugus hanya diwakili oleh orang-orang tertentu. Guru
yang lain mendapatkan informasi dari temannya; (f) banyaknya beban mengajar guru
mengakibatkan guru kurang dapat mengembangkan aktivitas peningkatan kompetensi.

DAFTAR PUSTAKA
Anita L. 2008. Guru Sekolah Dasar dan KTSP dalam Forum on Line, tanggal 15 3mm 2008.
Banathy, B., H. (1987). Instructional systems design. In R.M. Gagne (Ed.). Instructional
technology Foundations (pp. 85-112). Hillslade, N.J.: Lawrence Erlbaum AssocLtes.
Banathy, B., H. (1991) System Design of Education. Englewood Cliff. New J Technology Pub.
Briggs, L.L. j Gustafbn, K.L., & Tillman, M.H. (Eds.). (1991). Instructional design: and
applications (2nd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.
Chambers, D.P, & Stacey, K. (2005). Developing and using multimedia undergraduate teacher
education. Australasian Journal of Educational 21(2): 211-221 diakses tgl 10 November
2007.
Dick, W. & Carey, L., Carey, J.O. (2001). The systematic design of instruction (5hl ed.), York:
Longman.
Depdiknas, 2007. Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dimyati, M. 2002. Keilmuan Pendidikan Sekolah Dasar, Problem Paradigma T; Orientasi
Praktis Delematis. Penerbit: Ikatan Profesi Teknologi Pendid: : (IPTPI) Cabang Malang
bekerjasama dengan Program Studi Teknologi PPS UM Malang.
Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. (1992). Principles of instructional design (4 ed.),
New York: Harcourt Brace Janovich College Publisher.
Hartley, J. (1996), Text design, in: Jonassen, D.H. (editor) Handbook of educational
communications and technology, New York: MacMillan Library, AECT.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., & Smaldino, S.E. (2001). Instructional technologies
for learning. Upper Saddle River, NJ: Simon and Schuster.
Jonassen, D.H. (2006). On the role concept in learning and instructional design. I. (2), 177-196.
diakses tanggal 19 November 2007.
Mager, R. (1984a). Goal analysis. Belmont, CA: Pitman Management and Training.
Mager, R. (1984b). Preparing instructional objectives (2nd ed.), Englewood C Educational
Technology Publications.
Minderof, A. 2005. Pragmatisme Amerika. Jakarta: Penerbit Obor.
PP No. 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Bandung:Citra Umbara.
Permendiknas No 41 tahun 2007, Standar Proses. Bandung: Citra umbara
Permendiknas nomor 16 tahun 2007. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompc Bandung: Citra
Umbara
UURI No 20 Tahun 2003. Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara

Anda mungkin juga menyukai