Nurul Umamah
PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan selalu mendapat sorotan
masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industri, orang tua dan unsur lain yang merasa
berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan. Oleh karenanya, pengernb kurikulum (termasuk
guru) harus dapat mengembangkan kurikulum dengan baik. Dalam mengembangkan kurikulum
yang baik dan benar diperlukan kemampuan untuk menganalisis, mengadakan koreksi terhadap
kekurangan-kekurangan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang kreatif, inovatif dan
misioner. Urgensi kompetensi guru dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa
guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi harus dimiliki oleh
pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru
pada satuan pendidikan jenjang pendidikan tertentu, baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik
maupun kompetensi profesional, dituntut dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran
yang memadai. Mengingat arti penting kurikulum dalam keberhasilan pembelajaran dan
kompetensi guru dalam penyusunan perencanaan pembelajaran sebagai bagian pengembangan
kurikulum. dalam mengembangkan kurikulum. Guna memberikan sumbangan jawab atas
permai: ini penulis memfokuskan penelitian pada kompetensi guru IPS SD. Sekolah dasar
memiliki jumlah yang banyak, sehingga diharapkan memiliki kontribusi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah aktivitas pengembangan kurikulum guru IPS SD se-Eks Kotatif Jember? Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menelaah aktivitas guru IPS SD se-Eks
Kotatif Jember dalam pengembangan kurikulum.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini didesain menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Peneliti berperan sebagai alat pengumpul data utama. Pengumpulan dilakukan
melalui pengamatan, catatan lapangan, wawancara dan penelaahan dokumen guru dan siswa.
Item pertanyaan sebagai pedoman wawancara dikembangkan berdasarkan komponen-komponen
dalam desain pembelajaran Dick & Carey (2001).
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri se eks-kotatif Jember, Tepatnya di SD11
Sumbersari V, SDN Kepatihan IV, SDN Patrang II, SDN Jember Kidul II, SDN Jember Lor VI.
Responden dalam penelitian ini sejumlah 10 orang guru IPS SDN, yang ditentukan secara
cluster random sampling. Penulis mengambil responden secara acak pada 5 wilayah, dengan
mempertimbangkan masing-masing wilayah diwakili 2 responden, sekaligus mewakili gugus
yang berbeda. 2 responden tersebut diambil berdasarkan spesifikasi guru IPS SD diwakili 1
orang guru. Guru IPS SD kelas 4 s/d 6 diwakili 1 orang guru.
Perumusan Tujuan
Aktivitas guru dalam merumuskan tujuan dilakukan secara langsung dengan mem-break
down Standard kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ada dalam silabus. Berdasarkan
hasil wawancara, pertimbangan utama dalam perumusan tujuan adalah materi pelajaran yang
telah ada dalam buku teks, disesuaikan dengan pengalaman dan intusi guru saat melaksanakan
pembelajaran tahun-tahun sebelumnya. Guru tidak melakukan tahap-tahap yang harus dilalui
sebelum merumuskan tujuan, yakni identifikasi kebutuhan instruksional, menyusun analisis
instruksional, menganalisis konteks dan pebelajar (untuk analisis pebelajar, guru hanya
mendasarkan diri pada tingkat kelas), analisis konteks tidak dilakukan. Tujuan pembelajaran
yang dirumuskan oleh guru, juga kurang menggambarkan kompetensi dan performansi yang
harus dikuasai siswa, karena hanya berorientasi pada penguasaan kompetensi materi.
Bila kita kaji secara teoritis, ada dua pendekatan dalam langkah identifikasi kebutuhan
instruksional, yakni (1) the-subject matter expert approach and (2) performance technolog
approach. Tiga kelompok kebutuhan yang harus diperhatikan adalah siswa, masyarakat (orang
tua dan orang yang menggunakan lulusan) dan pendidik. Langkah-langkahnya analisis
performansi; (2) klarifikasi tujuan instruksional dan (3) mendeskripsikan. Langkah menyusun
analisis tujuan bertujuan untuk mengidentifikasi ketrampilan dan pengetahuan yang harus
masuk dalam pengajaran. Dalam analisis tujuan ini hari memperhatikan taksonomi tujuan.
Taksonomi tujuan yang bisa digunakan misalnya taksonomi Gagne, Bloom, Merril, Martin and
Brigg, Katrowl dll. Proses berikutnya adalah identifikasi ketrampilan subordinat dan entry
behavior. Jenis analisis yang bisa dipakai dalam proses ini adalah hierarkikal, prosedural,
cluster dan kombinasi.
Langkah analisis kontek dan pebelajar digunakan untuk mengidentifikasi (1) ketrampilan
sub ordinat yang harus dimasukkan dalam pengajaran dan (2) entry skill yaitu dimiliki siswa
sebelum proses pembelajaran. Informasi yang berguna dalam langkah ini meliputi: entry
behavior, pengetahuan awal siswa, sikap terhadap konten dan sistem penyampaian, motivasi
akademis, level pendidikan dan kemampuan, preferensi belajar secara general, sikap dalam
pembelajaran, karakteristik kelompok.
Langkah menulis tujuan performansi. Tujuan performansi adalah uraian terperinci tentang
apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah pembelajaran selesai. Tujuan ini biasanya
dirumuskan secara spesifik dengan menggunakan kata kerja operasional. Namun tujuan yang
dirumuskan oleh guru masih belum spesifik dan kurang operasional.
Komponen Evaluasi
Evaluasi formatif yang dilakukan oleh guru adalah setiap akhir pokok bahasan. Biasanya
guru melakukan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan untuk melihat ketuntasan belajar
siswa. Biasanya guru memberikan remedial, bagi siswa yang tidak tuntas belajar. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan dua kali yaitu UTS dan U AS. Ujian ini dilakukan oleh guru untuk
mengetahui keberhasilan program pembelajaran dan sebagai tanda pertengahan dan berakhirnya
semester yang bersangkutan.
Bila kita lihat esensi dari masing-masing evaluasi, implementasi evaluasi yang dilakukan
oleh guru secara parsial sudah benar. Karena tujuan utama evaluasi formatif untuk perbaikan
sedangkan evaluasi sumatif untuk mengetahui efektivitas program guna pembuatan keputusan
(berupa laporan raport'pada orang tua) maka yang dievalusi adalah seluruh komponen program
yang telah dirancang. Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah program pembelajaran dijalankan.
Namun kegiatan ini tidak dilanjutkan dengan melihat apakah secara keseluruhan pelaksanaan
RPP yang telah didesain oleh guru memang benar-benar bisa mencapai keberhasilan ataukah
tidak. Jadi evaluasi sumatif yang dilakukan terhenti pada upaya pencapaian belajar siswa, bukan
keberhasilan perencanaan dan program pembelajaran.
Instrumen Evaluasi
Terjadi perbedaan langkah implementasi penyusunan instrumen penilaian antara guru
dengan Dick & Carey. Menurut Dick & Carey(2001) penyusunan instrumen setelah
merumuskan tujuan pembelajaran, sedangkah guru setelah merumuskan tujuan langsung
mengembangkan materi pembelajaran, kemudian mengembangkan instrumen melalui melalui
penyusunan kisi-kisi soal instrumen evaluasi formatif dibuat sendiri oleh guru. Guru bertindak
sebagai evaluator internal. Maka instrumen yang digunakan adalah instrumen yang disusun dan
dikembangkan oleh guru. Evaluasi formatif tidak mempersayaratkan tes yang terstandar secara
mutlak. Karena tujuan utama evaluasi tersebut adalah untuk kepentingan internal
pembuat/pelaku desain pembelajaran, guna melakukan perbaikan. Sedangkan instrumen
evaluasi sumatif terstandar. Evaluator evaluasi sumatif adalah evaluator independent/eksternal,
maka instrumen yang digunakan adalah instrumen yang terstandar. Biasanya instrumen adalah
hasil pengembangan tim soal di bawah kendali gugus.
Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi formatif adalah untuk perbaikan, yaitu untuk memperoleh informasi
tentang ketrampilan dan pengetahuan siswa yang akan digunakan untuk bahan perbaikan.
Tujuan dilakukan evaluasi tersebut adalah untuk menentukan tingkat penguasaan dari tugas
belajar yang diberikan dan untuk menentukan secara terinci bagian tugas yang tidak dikuasai.
Evaluasi formatif menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan perbaikan program
pembelajaran. Informasi dari evaluasi formatif tidak dimaksudkan untuk menilai pekerjaan
siswa; tetapi lebih difokuskan pada upaya perbaikan, seperti: perbaikan rencana pelaksanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, dan strategi pembelajaran, dll.
Fungsi evaluasi sumatif untuk mengetahui efektivitas program, yaitu untuk mengetahui
efektivitas program pembelajaran setelah satu set aktivitas pembelajaran dilaksanakan.
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah tujuan yang lebih luas telahtercapai dan mereview
seberapa baik siswa tertentu/kelompok siswa, mencapai tujuan dari satu set pelajaran yang telah
dilakukan guru. Evaluasi sumatif dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk
menentukan prestasi dan mengukur tingkat pencapaian pebelajar. Informasi yang diperoleh dari
evaluasi sumatif digunakan oleh para guru untuk menentukan nilai siswa dan informasi ini
sebagai laporan ke orang tua siswa. Evaluasi sumatif juga berfungsi untuk pembuatan keputusan
tentang pelaksanaan program pembelajaran.
Sifat Evaluasi
Sifat evaluasi formatif kontinyu, karena tujuan evaluasi formatif adalah unti memperbaiki
program pembelajaran, maka bersifat kontinyu. Tujuan tersebut adalah untuk menentukan
tingkat penguasaan dari tugas belajar yang diberikan untuk menentukan secara terinci bagian
tugas yang tidak dikuasai. Evaluasi formatif menentukan taraf belajar yang tinggi bagi seluruh
pebelajar dan menolong pembelajaran maupun pebelajar menentukan apa yang masih harus
dipelajari. Dilakukan oleh guru setia akhir pokok bahasan. Asesmen formatif mengumpulkan
informasi tentang belajar, melalui proses ini dan dengan dilakukan secara teratur dan terjadimaka
perbaikan instruksional dapat dibuat untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas belajar.Sifat
evaluasi sumatif satu tahapan. Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah pembelajaran dijalankan,
maka untuk satu program kegiatan pembelajaran dilakukan satelah evaluasi sumatif Hasil
akhirnya berupa dokumen informasi dan rekomendasi keberlanjutan program. Paradigma ini
yang belum dimengerti oleh sebagian besar SD.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, disampaikan temuan-temuan guru
IPS SD Negeri se-Eks kotatif Jember (a) kurang memahami dasar folosofi dan teoritis
danpenyusunan desain pembelajaran; (b) walaupun dalam pembuatan persipanarnya mereka
mengaku memiliki kemampuan yang tinggi, tetapi kemampuan tersebut hehm, didasarkan atas
hasil penelitian melainkan berdasarkan pengalaman dan intuisi: (c) kemampuan guru dalam
memahami dan melaksanakan penelitian sangat kekurangmampuan guru dalam memahami
dasar, prosedur/ langkah-langkah pembuatai desain pembelajaran dikarenakan ada kebiasaan
dari Dinas Kabupaten Jember memberikan contoh silabus dan RPP yang kemudian dicontoh
oleh guru; (e) guru terampil dalam menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran
pelatihan atau menghadiri pertemuan di gugus hanya diwakili oleh orang-orang tertentu. Guru
yang lain mendapatkan informasi dari temannya; (f) banyaknya beban mengajar guru
mengakibatkan guru kurang dapat mengembangkan aktivitas peningkatan kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anita L. 2008. Guru Sekolah Dasar dan KTSP dalam Forum on Line, tanggal 15 3mm 2008.
Banathy, B., H. (1987). Instructional systems design. In R.M. Gagne (Ed.). Instructional
technology Foundations (pp. 85-112). Hillslade, N.J.: Lawrence Erlbaum AssocLtes.
Banathy, B., H. (1991) System Design of Education. Englewood Cliff. New J Technology Pub.
Briggs, L.L. j Gustafbn, K.L., & Tillman, M.H. (Eds.). (1991). Instructional design: and
applications (2nd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.
Chambers, D.P, & Stacey, K. (2005). Developing and using multimedia undergraduate teacher
education. Australasian Journal of Educational 21(2): 211-221 diakses tgl 10 November
2007.
Dick, W. & Carey, L., Carey, J.O. (2001). The systematic design of instruction (5hl ed.), York:
Longman.
Depdiknas, 2007. Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dimyati, M. 2002. Keilmuan Pendidikan Sekolah Dasar, Problem Paradigma T; Orientasi
Praktis Delematis. Penerbit: Ikatan Profesi Teknologi Pendid: : (IPTPI) Cabang Malang
bekerjasama dengan Program Studi Teknologi PPS UM Malang.
Gagne, R.M., Briggs, L.J., & Wager, W.W. (1992). Principles of instructional design (4 ed.),
New York: Harcourt Brace Janovich College Publisher.
Hartley, J. (1996), Text design, in: Jonassen, D.H. (editor) Handbook of educational
communications and technology, New York: MacMillan Library, AECT.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., & Smaldino, S.E. (2001). Instructional technologies
for learning. Upper Saddle River, NJ: Simon and Schuster.
Jonassen, D.H. (2006). On the role concept in learning and instructional design. I. (2), 177-196.
diakses tanggal 19 November 2007.
Mager, R. (1984a). Goal analysis. Belmont, CA: Pitman Management and Training.
Mager, R. (1984b). Preparing instructional objectives (2nd ed.), Englewood C Educational
Technology Publications.
Minderof, A. 2005. Pragmatisme Amerika. Jakarta: Penerbit Obor.
PP No. 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Bandung:Citra Umbara.
Permendiknas No 41 tahun 2007, Standar Proses. Bandung: Citra umbara
Permendiknas nomor 16 tahun 2007. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompc Bandung: Citra
Umbara
UURI No 20 Tahun 2003. Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara