Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS

RENDAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH


Ainah Asmaul Husna1 Lina Afkarina2 Nazilatul Maqfiro3 Lailatul Usriyah4
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN KH. Achmad Shiddiq Jember
Jl. Mataram No.1 Mangli Jember, Jawa Timur Indonesia
@mail: ainaasmaul.husnah@gmail.com1 afkarinalina630@gmail.com2 ni229425@gmail.com3
lailatulusriyah1978@uinkhas.ac.id4

ABSTRACT
The purpose of this research is to describe the implementation and obstacles to
thematic learning in Madrasah Ibtida'iyah. This research is a literature study. The
results of the study show that teachers carry out thematic learning of early
childhood education (aspects of planning, implementation and evaluation). The
results of implementing thematic learning consist of 4 aspects, namely planning,
implementation, evaluation and obstacles, the proportion is 63.54 in the good
category. This means that the teacher carries out thematic learning but is not
optimal. The obstacle faced by the teacher is the difficulty of integrating subjects in
planning and implementing learning. In general, teachers carry out good thematic
learning at Madrasah Ibtida'iyah. Teachers must pay more attention to the internal
aspects of thematic learning, so that the implementation of thematic learning is
more optimal in accordance with applicable process standards and assessment
standards.
Keywords: Early class, primary school, thematic learning

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi dan hambatannya
Pembelajaran tematik di Madrasah Ibtida’iyah. Penelitian ini adalah penelitian studi
pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru melaksanakan Pembelajaran tematik
pendidikan anak usia dini (aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). Hasil
pelaksanaan pembelajaran tematik terdiri dari 4 aspek yaitu perencanaan, pada
implementasi, evaluasi dan hambatan, persentasenya adalah 63,54 kategori baik Artinya
guru melaksanakan pembelajaran tematik tetapi tidak optimal. Kendala yang dihadapi
guru yaitu kesulitan memadukan mata pelajaran dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Pada umumnya guru melaksanakan pembelajaran tematik baik di
Madrasah Ibtida’iyah. Guru harus lebih memperhatikan aspek internal pembelajaran
tematik, agar pelaksanaan pembelajaran tematik lebih optimal sesuai dengan standar
proses dan standar penilaian yang berlaku.
Kata Kunci: Kelas Bawah, Madrasah Ibtida’iyah, Pembelajaran Tematik
PENDAHULUAN
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 22
tahun pada tahun 2006 tentang standar isi ditetapkan bahwa pembelajaran di kelas
I -. III dilakukan dengan pendekatan tematik, maka untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas awal (kelas I, II, III) MI/SD lebih tepat bila dilaksanakan
dengan pembelajaran blended atau tematik. Pembelajaran tematik terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik. Pemerintah melalui
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mendefinisikan pendekatan tematik
sebagai pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa sekolah dasar
(SD), khususnya siswa usia dini.

Poerwadar Minta (dalam Majid, 2014:80) menyatakan bahwa pembelajaran


bersifat tematik adalah blended learning yang menggunakan mata pelajaran untuk
menghubungkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna bagi siswa. Kadir dan Asrohah (2014:9). Pengertian pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan mata pelajaran atau bidang
pendidikan yang berbeda gunakan tema tertentu.

Studi pustaka implementasi standar isi Teaching Center Depdiknas (2007)


menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas I-III tidak
berjalan sesuai dengan pedoman isi. Standar karena guru kesulitan menyusun
kurikulum sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (CD) yang
ditetapkan dalam standar isi.

Selain itu, guru mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu yang


diperlukan digunakan per minggu karena waktu tidak dialokasikan untuk setiap set
mata pelajaran. Hal ini disebabkan guru belum memahami hakikat dan praktik
pembelajaran tematik. Sebagai aturan, mereka tidak menerima pelatihan yang
memadai untuk menerapkan pembelajaran tematik. Permasalahan dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas satu. Di antara permasalahan tersebut
adalah masih adanya pembagian jurusan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru
membuat RPP dalam format tematik, namun dalam pelaksanaan pembelajaran
masih ada pembagian mata pelajaran, sehingga pembelajaran tidak menjadi
tematik. Guru terkadang masih menyebutkan mata pelajaran saat menyarankan
siswa.

METODE

Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu penelitian menggunakan


metode studi literature. Studi literature adalah serangkaian kegiatan yang berkenan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian.1

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan Pembelajaran Tematik

Perencanaan pembelajaran meliputi pengorganisasian tema, terdapat


silabus, terdapat RPP pembelajaran tematik yang sesuai dengan standar proses
Nomor 41 tahun 2007. Perencanaan pembelajaran tematik pada kelas awal. Secara
keseluruhan, perencanaan pembelajaran tematik sudah sesuai dengan standar proses
yang berlaku. Guru sudah baik dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran
tematik yang meliputi pengorganisasian tema, penyusunan silabus tematik, dan
penyusunan RPP tematik sesuai dengan silabus.

Pembangunan kualitas sumber daya manusia sebagai rangkaian upaya untuk


mewujudkan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia serta untuk
kepentingan bangsa meliputi pembangunan manusia dan pribadi dan sumber daya
pembangunan. Baik orang maupun orang khawatir, karena dengan bertambahnya
sumber daya, manusia menjadi tumpuan hidupnya. Keberhasilan pembangunan
manusia sebagai pribadi yang utuh tentu saja menentukan keberhasilan
pembangunan manusia di lain pihak, yaitu. dalam perkembangan pelaku itu sendiri
dan lingkungannya. Melihat berbagai bentuk pengembangan kualitas sumber daya
manusia, pendidikan dapat dikatakan sebagai katalis terpenting bagi pengembangan
sumber daya manusia. Mengenai perdebatan pendidikan, dalam konteks Indonesia
identik dengan pendidikan formal di sekolah yang paradigma, pendekatan, format,

1
Zed, 2008, Hal. 03
kepemimpinan, kurikulum dan manajemennya bersumber dari pemerintah.
Meskipun pemerintah telah berusaha memperbaiki pendidikan melalui perubahan
paradigma dan kurikulum, namun dari waktu ke waktu perubahan tersebut belum
membuahkan hasil yang memuaskan. Dalam kutipan Adang Rukhiyat dari sebuah
studi internasional tentang kualitas pendidikan, Indonesia selalu menempati urutan
terakhir. Menurut Human Development Index (HDI), Indonesia menempati
peringkat 102 dari 106 negara yang disurvei. Sementara itu, PERC (The Political
Economy Risk Consultation) menempatkan sistem pendidikan Indonesia pada
urutan ke-12 dari 12 negara yang disurvei, satu peringkat di belakang Vietnam.2

Melihat data tersebut, diperlukan upaya besar untuk meningkatkan kualitas


pendidikan di Indonesia. Upaya paling sedikit yang dapat dilakukan oleh sesi
pelatihan adalah menciptakan pelatihan atau pembelajaran. Perencanaan strategis
membuat lebih mudah untuk mengukur dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Tentunya dalam membuat kurikulum komponen-komponen dalam lingkungan
pendidikan harus dicermati dan diikutsertakan.

Pelaksanaan Pembelajaran Tematik


Secara umum pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan persiapan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup, yang saling terkait dan berkelanjutan.
Penerapan pembelajaran tematik yang baik harus mencakup pelajaran tersendiri,
berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, menyajikan konsep dari
topik yang berbeda, menggunakan prinsip pembelajaran berbasis bermain,
menekankan proses daripada hasil, dan fleksibel (Hajar, 2013: 44). Hal ini
menunjukkan bahwa guru sudah mampu melaksanakan pembelajaran tematik
PAUD yang meliputi tugas pendahuluan, kegiatan inti dan kit sesuai dengan kriteria
pembelajaran tematik.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh
perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, kebutuhan
dan kemampuan siswa. Menurut Rusman (2015), proses atau tahapan

2
Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
2005, hal 14
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi enam tahapan,
yaitu:
1. Tunjukkan tema integrasi
2. Pelajari keterampilan dasar dan indikator konten dari topik yang akan
diintegrasikan
3. Pilih dan konfigurasikan tema/tema terpadu
4. Buat matriks atau diagram hubungan kompetensi inti dan tema pemersatu
5. Menyusun rencana pembelajaran tematik
6. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran khusus jurusan
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan
pembelajaran saat ini, antara lain:
1. Tahap perencanaan, di mana keterampilan dasar dipetakan, topik ditentukan,
jaringan tematik dibentuk, kurikulum dikembangkan dan pembelajaran
disiapkan.
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik, yang meliputi penggunaan model
dan teknik pembelajaran yang berbeda, definisi dan penggunaan media
3. Tahap evaluasi, dalam pembelajaran tematik, evaluasi dilakukan dengan
menelaah ketercapaian keterampilan dasar dan indikator pada setiap topik mata
pelajaran, sehingga tidak lagi diintegrasikan per topik, tetapi dipisahkan oleh
keterampilan dasar dan indicator mata pelajaran (BPSDMPK, 2012).
Piaget dalam (BPSDMPK, 2012) menegaskan bahwa perkembangan
intelektual anak meliputi a) sensorimotor, b) praoperasional, c) fungsional konkrit,
dan d) formatif. Siswa kelas 1, 2, 3 berada pada fase prafungsional khusus (2-8).
Oleh karena itu, ketika menggunakan teori ini dalam praktik pembelajaran di kelas,
guru harus memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahap ini yang bersifat
menyeluruh, dimana salah satu aspek perkembangan berkaitan erat dan
mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional, atau sebaliknya.
Perkembangan ini menyatu dengan pengalamannya, hidupnya dan lingkungannya.
Evaluasi Pembelajaran Tematik
Program pembelajaran tematik dievaluasi untuk melihat bagaimana
perekrutannya, untuk mengetahui latar belakang para guru yang mengajar mata
pelajaran tersebut. Hasil evaluasi program pembelajaran tematik ini berlaku untuk
guru, siswa, lembaga dan media sebagai berikut: Pembelajaran tematik
membutuhkan guru yang kreatif dan baik dalam penyusunan kegiatan belajar
eksperiensial bagi anak serta dalam pemilihan keterampilan dalam berbagai mata
pelajaran dan pengorganisasiannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan menarik, menyenangkan dan komprehensif.
Siswa harus siap untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, yang dapat
dilakukan sendiri, berpasangan, berkelompok atau dengan cara tradisional.
Pembelajaran tematik pada hakikatnya menekankan pada siswa secara individual
dan kelompok untuk secara aktif mencari, menggali dan menemukan konsep dan
prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, implementasinya membutuhkan
kesempatan belajar dan infrastruktur yang berbeda. Hal ini penting dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik menata ruangan sedemikian rupa agar suasana
belajar nyaman. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan
karakteristik pembelajaran tematik, perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan
dengan menggunakan beberapa metode.
Misalnya eksperimen, roleplay, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi.
Untuk melihat perkembangan pembelajaran harus dilakukan evaluasi, dalam hal ini
menggunakan model penilaian minat. Model evaluasi yang dikembangkan oleh
Stake menekankan pada dua jenis deskripsi dan evaluasi serta membedakan tiga
jenis tingkatan evaluasi program, yaitu:
1. Persiapan atau pendahuluan (antecedents)
2. Proses/transaksi (transaction-processes)
3. Keluaran atau hasil (outcomes, output)

KESIMPULAN
Upaya besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya
paling sedikit yang dapat dilakukan oleh sesi pelatihan adalah menciptakan
pelatihan atau pembelajaran. Perencanaan strategis membuat lebih mudah untuk
mengukur dan mencapai tujuan yang diinginkan. Tentunya dalam membuat
kurikulum komponen-komponen dalam lingkungan pendidikan harus dicermati dan
diikutsertakan.
Secara umum pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan persiapan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup, yang saling terkait dan berkelanjutan.
Penerapan pembelajaran tematik yang baik harus mencakup pelajaran tersendiri,
berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, menyajikan konsep dari
topik yang berbeda, menggunakan prinsip pembelajaran berbasis bermain,
menekankan proses daripada hasil, dan fleksibel (Hajar, 2013: 44).
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Stake menekankan pada dua jenis
deskripsi dan evaluasi serta membedakan tiga jenis tingkatan evaluasi program,
yaitu: Persiapan atau pendahuluan (antecedents), Proses/transaksi (transaction-
processes), Keluaran atau hasil (outcomes, output).

DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M., Nugroho, & Siskandar. 2014. Evaluasi Pembelajaran Tematik Dilihat
dari Hasil Belajar Siswa. Indonesian Journal of Curriculum and
Educational Technology Studies, 1(1): 1-9.
Ain, N. & Kurniawati, M. 2012. Implementasi Kurikulum KTSP: Pembelajaran
Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal Inspirasi Pendidikan Universitas
Kanjuruhan Malang, 1-13.
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Kurikulum.
Hajar, I. 2013. Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Jogjakarta:
Diva Press.
Kadir, A. & Asrohah H. 2014. Pembelajaran Tematik. Jakarta: Rajawali Pers.
Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Munasik. 2014. Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Menerapkan
Pembelajaran Tematik di Sekolah. Jurnal Pendidikan, 15(2): 105-113.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi. 2006: Jakarta.
Rasidi, M. A. & Setiawati, F. A. 2015. Faktorfaktor Kesulitan Guru pada
Pembelajaran Tematik-Integratif di SD Kota Mataram. Jurnal Prima
Edukasia, 3(2): 155-165.
Sakti, B. P. & Wijayanti, W. 2014. Implementasi Pembelajaran Tematik pada
SDN di Gugus III Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman DIY. Jurnal
Prima Edukasia, 2(1): 14-26. Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suwakul N. & Suwarjo 2014. Pengelolaan Pembelajaran Tematik di Sekolah
Dasar Negeri KecamatanBula Kabupaten Seram Bagian Timur-Maluku.
Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan, 2(1): 81-92.
PENULIS

Ainah Asmaul Husna, lahir di Lumajang pada


19 Agustus 2002 dan sekarang menetap di Jember.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
Karanganom 01 Lumajang pada tahun 2014, dan
melanjutkan pendidikan di MTs dan MA Al-ishlah
Citrodiwangsan Lumajang 2017 dan 2020.
Sekarang, tengah menempuh studi strata satu
semester lima di UIN KH. Achmad Shiddiq Jember
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, dan
mengambil prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Pengalaman organisasi di kampus
sebagai staff humas pada organisasi resimen
mahasiswa, serta anggota di ekstrakulikuler IPPNU
dan Elite Muslim Archery (Internasional Olahraga
Panahan Berkuda). Penulis bisa dihubungi melalui
ainaasmaul.husnah@gmail.com.
Lina Afkarina, biasa dipanggil dengan nama
kecil Karin. Lahir di Jember pada tangal 15 Februari
2002. Dibesarkan didesa Sumberbaru jember, yang
sekarang masih menempuh strata satu di UIN KH.
Achmad Shiddiq Jember prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Penulis bisa dihubungi melalui
afkarinalina630@gmail.com.
Nazilatul Maqfiro, biasa dipanggil dengan nama
kecil Nazil. Lahir di Bondowoso pada tangal 1 Februari
2002. Yang sekarang masih menempuh strata satu di
UIN KH. Achmad Shiddiq Jember prodi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis bisa dihubungi
melalui ni229425@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai