Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

PENGOLAHAN DAN TINDAK LANJUT HASIL TES


DOSEN PENGAMPU : Dr. H. MOH. SAHLAN M.Ag.

Oleh Kelompok 8 :
1. AINAH ASMAUL HUSNA (204101040020)
2. ANISAH ZIANAH ZAIN (204101040018)
3. LINA AFKARINA (204101040019)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirrahim,

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGOLAHAN
DAN TINDAK LANJUT HASIL TES” dengan baik.Dalam penyusunan makalah
ini kami menyadari tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Akan tetapi, berkat
kerjasama kelompok yang baik kami bisa menyelesaikan makalah ini sesuai yang
kami harapkan.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat, segala yang baik hadirnya
makalah ini adalah dari Allah Swt, sedangkan segala kekurangannya adalah dari
kami. Hanya ridha Allah semata yang kami harapkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Jember, 08
September 2021

Penulis

September 8, 2021 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
BAB I ................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ............................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG............................................................................................3
BAB II ...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...............................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN NILAI AKHIR............................................................................5
2.2 MANFAAT ATAU FUNGSI DARI NILAI AKHIR ...........................................5
2.3 FAKTOR YANG DAPAT DI PERTIMBANGKAN DALAM MENENTUKAN
NILAI AKHIR ...........................................................................................................6
2.4 CARA MENENTUKAN NIALI AKHIR .............................................................7
2.5 INTERPRETASI PENILAIAN DALAM MENETAPKAN KETUNTASAN
BELAJAR ................................................................................................................12
2.6 CARA MEMBUAT KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) YANG
BAIK........................................................................................................................14
2.7 KOMPLEKSITAS, DAYA DUKUNG, DAN INTAKE MEMPENGARUHI
PROSEDUR PENETAPAN KKM...........................................................................16
2.8 PENGERTIAN DAN PENGAYAAN SERTA PENTINGNYA PROGRAM
REMIDI DAN PENGAYAAN CARA MELAKSANAKANNYA ..........................19
BAB III ...........................................................................................................................33
PENUTUP ......................................................................................................................33
A. KESIMPULAN ....................................................................................................33
B. SARAN ................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................35

September 8, 2021 2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai dari
sesuatu, sesuatu disini adalah siswa, karna kita sedang membahas tentang
pengevaluasian pendidikan. Evaluasi ini merupakan komponen penting dalam
proses pembelajaran siswa. Guru ketika dalam mengevaluasi peserta didiknya harus
melakuakan dengan tindakan yang benar dan tepat, karna ketika guru tidak
melakukannya dengan benar dan tepat akan berdampak pada nilai yang akan di
terima siswa.

Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan yang begitu pesat.


Dalam hal ini, kurikulum juga ikut berubah. Kurikulum terbaru di Indonesia adalah
kurikulum 2013 yang terfokus pada perubahan karakter peserta didik. Akan tetapi,
pendidikan di Indonesia saat ini lebih banyak yang menggunakan KTSP yang
tujuannya memberikan kompetensi dengan engembangkan potensi daerah atau
sekolah.

Sruktur dan muatan KTSP meliputi, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar dll. Semua sruktur
tersebut harus dilaksanakan dengan perencanaan, tanpa perencanaan semuanya
tidak akan berjalan dengan lancar. Ketuntasan belajar berisi tentang kriteria
ketuntasan minimal atau biasanya disebut KKM. KKM harus ada dalam
pendidikan, setiap meta pelajaran harus ada KKM nya. KKM ditetapkan oleh
sekolah dengan kesepakatan forum MGMP.1

1 Isdisusilo, Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,


(Yogyakarta: Kata Pena, 2012), hlm. 10.

September 8, 2021 3
Oleh karena itu, kita akan membahas tentang bagaimana cara
pengevaluasian dan menentukan nilai akhir untuk siswa dan manfaat atau fungsi
dari nilai akhir itu sendiri apa?

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagimana pengertian dari nilai akhir itu?
2. Bagaimana manfaat atau fungsi dari nilai akhir?
3. Bagaimana faktor yang dapat di pertimbangkan dalam menentukan nilai
akhir?
4. Bagaimana cara menentukan niali akhir?
5. Bagaimana interpretasi penilaian dalam menetapkan ketuntasan belajar?
6. Bagaimana cara membuat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang baik?
7. Bagaimana kompleksitas, daya dukung, dan intake mempengaruhi prosedur
penetapan KKM?
8. Bagaimana pengertian dan pengayaan serta pentingnya program remidi dan
pengayaan cara melaksanakan nya?

B. TUJUAN PENELITIAN
1. Memdeskripsikan tentang pengertian dari niali akhir itu
2. Memdeskripsikan manfaat atau fungsi dari nilai akhir
3. Memdeskripsikan faktor yang akan di pertimbangkan dalam menentukan nilai
akhir
4. Memdeskripsikan cara menentukan niali akhir
5. Memdeskripsikan interpretasi penilaian dalam menetapkan ketuntasan belajar
6. Memdeskripsikan cara membuat Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
baik
7. Memdeskripsikan kompleksitas, daya dukung, dan intake mempengaruhi
prosedur penetapan KKM
8. Memdeskripsikan pengertian dan pengayaan serta pentingnya program remidi
dan pengayaan cara melaksanakan nya.

September 8, 2021 4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN NILAI AKHIR


Nilai akhir adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga kita, nilai akhir
ini biasanya identik dengan rapot. Di dalam rapot terdapat angka atau nilai atas jerih
payah siswa selama proses belajarnya.
Anas sudijono berpendapat bahwa nilai akhir adalah nilai yang sudah
berupa angka atau huruf, yang melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik
setelah mengikuti program pendidikan pada jenjang maupun waktu tertentu
(semester).2

2.2 MANFAAT ATAU FUNGSI DARI NILAI AKHIR


Berbicara tentang fungsi, bahwa nialai akhir ini memiliki fungsi penting
dalam proses pembelajaran. Karena nilai akhir ini merupakan cerminan dari
keberhasilan siswa dalam pembelajarannya.
Secara garis besarnya fungsi nilai itu ada empat, yaitu fungsi instruksional,
fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administrasi.3
1) Fungsi instruktional
Fungsi dari instruktional adalah bahwa nialai akhir akan memberikan feet
back atau umpan balik kepada siswa, yaitu sebagai cerminan pada siswa
maupun sebagai motivasi maupun dorongan terhadap siswa, Dalam fungsi
instructional jika guru melakukannya dengan benar dan tepat, maka guru akan
mengetahui seberapa jauhkah siswa dapat menerima pembelajaran yang
sudah di ajrkan oleh guru atau sudah sesuaikah dengan tujuan pendidikan itu
sendiri.

2 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,


2001).431
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta; PT Bumi Aksara,
2013).308

September 8, 2021 5
2) Fungsi fungsi informative
Informative itu sendiri adalah informasi, dalam fungsi ini bahwa nilai
akhir itu dapat di jadikan sebagai bahan informasi yang akan di sampaikan
terhadap pihak-pihak terkait. Pihak-pihak terkait disini adalah orang tua
peserta didik, wali kelas maupun pihak akdemik seperti penasehat akademik
dan lain-lain.
3) Fungsi bimbingan
Fungsi bimbingan merupakan fungsi yang sangat berpengaruh besar
terhadap peserta didik. Dengan adanya niali akhir ini guru dapat
memperhatiakn peserta didiknya lebih detail dan semaksimal mungkin, ketika
dalam nialai akhirnya anak ini mengalami kemerosotan.
4) Fungsi administrasi
Fungsi administrasi mencakup, apakah siswa berhak di naikkan atau tidak,
memindah atau menempatkan siswa, memberikan rekomendasi dalam
melanjutkan belajarnya dan memberikan gambaran tentang prestasi siswa
dalam proses belajarnya.

2.3 FAKTOR YANG DAPAT DI PERTIMBANGKAN DALAM


MENENTUKAN NILAI AKHIR
Ada beberapa faktor yang dapat di pertimbangkan oleh guru dalam
menentukan nilai akhir. Faktor itu mencangkup empat, di antaranya:4
1) Faktor pencapaian atau prestasi
yaitu nilai pencapaian atau prestasi harus sesuai dan mencerminkan
sejauh manakah siswa telah mencapai tujuan pembelajarannya.
2) Faktor usaha
Faktor usaha adalah faktor usaha yang telah peserta didik lakukan
dalam proses belajarnya. Usaha peserta didik disini misalkan rajin dalam
mengerjakan tugas, tekun dalam pembelajrannya dll. Ketika peserta didik
sudah melakukan usahanya sebagai peserta didik maka guru dapat menunjang
dalam pemberian nialai akhir untuk peserta didiknya.

4 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 434.

September 8, 2021 6
3) Faktor aspek pribadi dan sosial
Faktor aspek pribadi ini adalah segala sesuatu kepribadian peserta
didik juga menjadi pertimbangan dalam mentukan nilai akhir. Contonya
apakah peserta didik kita mempunyai akhlak yang baik, disiplin, tidak berbuat
onar dll. Dan ketika kepribadian dari peserta didik itu baik, guru dapat
mengatrol nilai akhir peserta didiknya.
4) Faktor aspek kebiasaan kerja
Faktor aspek kebiasaan kerja yang dapat di contohkan disini adalah
misalkan apakah siswa mengerjakan PRnya, bekerjanya teliti dan ulet serta
lain-lain.
Jadi itulah beberapa faktor yang harus di perhatikan oleh guru dan juga
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan nilai akhir peseta didiknya.
Dengan guru memperhatikan keempat faktor di atas, diharapkan guru dapat
mengambil niali akhir yang betul-betul dapat mencerminkan secara utuh,
lengkap mengenai kemampuan otak (kecerdasan), sikap mental maupun
kepribadian peserta didik

2.4 CARA MENENTUKAN NIALI AKHIR


Cara mentukan nilai ini adalah tidak lepas dari kegiatan yang di lakuakn
siswa dalam proses belajarnya, di antaranya kegiatan siswa adalah menyelesaikan
tugas, absensi, menempuh tes (tes semester) dll.
Ada beberapa pendapat cara menentukan nilai akhir. [4]Salah satunya
menurut Anas sudijono dalam bukunya tentang pengantar evaluasi pendidikan.
Bahwa menentukan niali akhir itu ada dua bentuk penilaian yang di lakukan oleh
guru, yaitu berupa tes formatif dan tes sumatif. Tujuan dari tes formatif itu sendiri
adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran peserta didik, sejauh manakah
tingkat pencapaian peseta didik terhadap tujuan instruksionalnya. Sedangkan tes
sumatif bertujuan untuk menilai prestasi peserta didik penguasaan materi ajar yang
telah di berikan guru dalam jangka waktu tertentu (semester).
Sedangkan menurut Moh.sahlan menentukan nilai akhir berdasarkan beberapa hal:

September 8, 2021 7
1. Penghalusan Angka Mentah Jalan pintas untuk memperoleh gambaran akhir
hasil ujian secara sederhana dapat ditempuh dengan menghaluskan angka
mentah tersebut di atas. Penghalusan ini misalnya dikaitkan dengan
rentangan nilai tertentu yang biasanya dipakai disuatu lembaga pendidikan,
misalnya nilai 1 s/d 10, 1 s/d 100, dan sebagainya. Secara lebih umum
penghalusan ini dapat juga dinyatakan dalam presentase. Untuk menentukan
nilai akhir (NA) dengan cara ini dapat menggunakan rumus :
𝐴𝐻𝑈
AMH : × 𝑁𝑎
𝐴𝑀

AMH = Angka mentah yang dihalnskan


AHU = Angka hasil ujian (angka mentah)
AM = Angka mentah tertinggi yang dapat dicapai apabila semua soal
dalam ujian dijawab dengan tepat
Na = Nilai tertinggi dalam rentangan nilai akhir yang dimaksudkan
Misalnya, jika untuk suatu ujian objektif yang terdiri dari 150 soal, Amir
memperoleh angka mentah 83, berapakah angka mentah Amir yang telah
dihaluskan?
Jawab :
83
Untuk rentang nilai 1- 10, ialah : 150 × 10 = 5,53

Untuk rentang nilai 1-100 atau dinyatakan dalam presentase, ialah :


83
8 150 × 100 = 55.33
83
Untuk rentang 1- 4 = × 4 = 2.21
150

2. Berdasarkan pembobotan
Penentuan nilai akhir ini dilakukan dengan cara menjumlahkan semua skor
yang diperoleh peserta didik, setelah masing-masing skor diberikan bobot
sesuai dengan tingkat kesukaran soal, kemudian dari jumlah skor itu dibagi
dengan jumlah tes yang dilakukan dan dicari rata-ratanya. Semua tes yang
dilakukan diberi bobot berbeda, baik itu tes/ulangan harian, tes tengah
semester, atau tes akhir semester. Jadi dasar penentuan nilai akhir adalah
skor mentah yang dicapai peserta didik kemudian dikalikan dengan bobot
masing-masing tes. Pemberian bobot berbeda ini dimungkinkan kalau

September 8, 2021 8
tingkat kesukaran soal yang diberikan pada setiap tes mempunyai
perbedaan.
Untuk menentukan nilai akhir (NA) dengan cara ini dapat menggunakan
rumus :
NILAI
Rumus (skor perolehan/skor maksimum) ×
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
PG 35/45 × 70 = 54.44
Esayy 15/25 × 30 = 18
NA 72.44
Contoh :
Si Ahmad dalam ulangan harian mendapat skor 80, Tes tengah
semester mendapat 75, dan tes akhir semester mendapat skor 70 bobot untuk
ulangan harian adalah 2, bobot tengah semester 3, dan bobot akhir semester
4, jadi jumlah bobot dari semua tes sebanyak 2 + 3 + 4 = 9 (sembilan).
3. Berdasarkan Indeks
Penentuan nilai akhir ini dilakukan dengan cara menambah sejumlah
angka tertentu setelah dilakukan penghitungan (sesudah dilakukan program
remidial), baik berdasarkan skor asli maupun pembobotan. Penambahan
jumlah angka (indeks) ini dimungkinkan kalau sebagian peserta didik
memperoleh nilai dibawah standart, atau di bawah nilai minimal yang
ditetapkan untuk naik kelas atau lulus, sehingga kalau berdasarkan
penghitungan biasa tidak memungkinkan untuk naik kelas atau lulus namun
untuk memenuhi rasa keadilan, maka indeks ini harus diberlakukan kepada
semua peserta didik, tidak terkecuali mereka yang nilainya di atas batas
kelulusan atau kenaikan, sehingga semua peserta didik mendapatkan
kesempatan yang sama memperoleh tambahan angka maksimal dalam
penilaian. Misalnya angka 90 dalam skala penilaian 0 – 100.
Kalau peserta didik yang nilainya di bawah batas minimal diberi indeks 20,
maka mereka yang nilainya di atas batas minimal kelulusan harus mendapat
indeks yang sama. Tetapi pemberian indeks ini tidak boleh memunculkan
nilai yang di luar skala penilaian. Misalnya, peserta didik yang sudah
mendaptkan nilai 90, tidak harus diberi indeks yang sama dengan yang di
bawah batas minimal, sebab kalau diberi indeks yang sama (20) maka

September 8, 2021 9
nilainya menjadi 110. Ini jelas di luar batas nilai peserta didik terkatrol naik,
sehingga terhindar dari kegagalan kolektif dalam pembelajaran.
Meskipun secara teoritik model indeks ini bisa dibenarkan, tetapi secara
praktis sejauh mungkin harus dihindari, kalau tidak terpaksa dan dalam
kondisi darurat. Sebab kalau indeks diberlakukan dan diketahui peserta
didik maka jelas akan mengganggu semangat belajar mereka. Sebab mereka
berfikiran, meskipun nilainya jatuh, meski akan tetap naik kelas atau lulus,
karena diberi indeks oleh sekolahan/ madrasah. Kondisi ini jelas akan
merugikan kualitas pembelajaran dalam jangka panjang. Yang perlu diingat
bahwa penentuan nilai akhir berdasarkan indeks ini adalah bersifat rahasia
untuk semua.
4. Berdasarkan Konversi
Penentuan nilai akhir dengan konversi ini dilakukan apabila skor
yang diperoleh pesrta didik sangat heterogen. Artinya, sebagian peserta
didik memperoleh skor dibawah minimal, sedang yang lainnya berada di
atas minimal, bahkan ada yang memperoleh skor mendekati maksimal.
Misalnya, ada peserta didik yang mendapatkan skor 40 ( jumlah cukup
banyak), ada yang mendapatkan skor 95. Kalau kondisi skor yang diperoleh
peserta didik seperti ini, maka dalam penentuan nilai akhir sangat kurang
tepat menggunakan dasar skor mentah, pembobotan maupun indeks. Untuk
memenuhi rasa keadilan bagi peserta didik, maka akan lebih baik
menggunakan konversi. Meskipun secara esensial konversi sendiri juga
masih belum memenuhi rasa keadilan secara penuh, khususnya bagi peserta
didik yang memperoleh skor mendekati batas maksimal skor, namun
konversi ini dimungkinkan untuk meminimalkan kesalahan dan kegagalan
dalam hasil belajar.
Adapun langkah yang perlu ditempuh untuk mengolah skor mentah
menjadi nilai dengan konversi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor mentah
b. Mencari skor rata-rata kelompok/kelas
c. Mencari besar kecilnya simpangan baku (standar deviasi)

September 8, 2021 10
d. Membuat pedoman konversi berdasarkan skala yang dikehendaki (
untuk penilaian dengan skala 0 – 100 dapat menggunakan skala sebelas,
kemudian hasilnya dikalikan sepuluh)
e. Menentukan nilai akhir masing – masing peserta didik.
Contoh:
Dari perhitungan, diketahui rata-rata (M) = 58 dan simpangan baku
(SD) = 4,69
Dari data tersebut dapat dimasukkan dalam pedoman konversi skala
sebelas sebagai berikut:
M + (2,25 SD) ke atas = 10 = 58 + (2,25 x 4.69) = 69 ke atas = 10/100
M + ( 1,75 SD) ke atas = 9 = 58 + (1,75 x 4.69) = 66 ke atas = 9/90
M + ( 1,25 SD) ke atas = 8 = 58 + ( 1,25 x 4.69) = 64 ke atas = 8/80
M + (0,75 SD) ke atas = 7 = 58 + ( 0,75 x 4.69) = 62 ke atas = 7/70
M + (0,25 SD) ke atas = 6 = 58 + ( 0,25 x 4.69) = 59 k eatas = 6/60
M – (0,25 SD) ke atas = 5 = 58 – (0,25 x 4.69) = 57 ke atas = 5/50
M – (0,75 SD) ke atas = 4 = 58 – (0,75 x 4.69) = 54 ke atas = 4/40
M – (1,25 SD) ke atas = 3 = 58 – (1,25 x 4.69) = 52 ke atas = 3/30
M – (1,75 SD) ke atas = 2 = 58 – (1,75 x 4.69) = 50 ke atas = 2/20
M – (2,25 SD) ke atas = 1 = 58 – (2,25 x 4.69) = 48 ke atas = 1/10
M – (2,25 SD) ke atas = 0 = 58 – (2,25 x 4.69) = 48 ke atas = 0
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa, rentangan nilai akhirnya
menjadi pendek, yaitu 48 – 69 yang identik dengan skala 0 – 10 atau 0 –
100. Peserta didik yang mendapatkan skor 69 ke atas menjadi 100, sehingga
peserta didik yang mendapatkan skor 98/99 sama dengan yang
mendapatkan skor 69,1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.6. Rentang Nilai dan Nilai Akhir :

NO RENTANG NILAI AKHIR


NILAI
1. 00-47 0
2. 48-49 1/10
3. 50-51 2/20
4. 52-53 3/30

September 8, 2021 11
5. 54-56 4/40
6. 57-58 5/50
7. 59-61 6/60
8. 62-63 7/70
9. 64-65 8/80
10. 66-68 9/90
11. 69 ke atas 10/100

Dari data ini, maka yang paling dirugikan dengan penentuan nilai
akhir menggunakan konversi adalah mereka yang pinter. Sedang yang
kurang pinter sangat di untungkan dengan ketidak-pinterannya.
Dari keempat cara menentukan nilai akhir tersebut, menurut hemat
kami, dengan pertimbangan keadilan dan akademik, yang paling bagus
adalah dengan menggunakan pembobotan. Dari sini, dapat diketahui,
mereka yang pinter betul – betul mendapat nilai tinggi, sedang mereka yang
lemah mendapat nilai rendah, karena nilai akhirnya berdasarkan skor
mentah yang telah diperoleh oleh peserta didik.

2.5 INTERPRETASI PENILAIAN DALAM MENETAPKAN KETUNTASAN


BELAJAR
Interpretasi hasil penilaian ini dilakuakan untuk menetukan apakah peserta
didik dapat menguasai kompetensi yang mengacu terhadap indikatornya. 5
Ada beberapa kriteria dalam menetapkan ketuntasan belajar peserta didik
1.) Kriteria ketuntasan terhadap Kompetensi Dasar (KD)
Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam satu kompetensi
dasar(KD) di tetapkan antara 0%-100%.kriteria ideal untuk masing masing
indikator lebih besar dari 60%.Namun sekolah dapat menetapkan kriteria
atau tingakat pencapaian indikator ,apakah 50%,60%,atau70%.penetapan

5 Moh. Sahlan, Evaluasi Pembelajaran (Jember; STAIN Jember Press, 2013), 189

September 8, 2021 12
itu disesuaiakan kondisi sekolah ,seperti tingakt kemampuan akademis
peserta didik,esensialitas indikator terhadap kompetensi dasar,kompleksitas
indikator dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan
prasarana.Namun,kualitas sekolah akan dinilai oleh pihak luar secara
berkala,misalkan melalui ujian nasional.Hasil penilaian ini akan
menunjukkan peringkat satu sekolah di bandingkan dengan sekolah
lain(Benchmarking).Melalui pemeringkatan ini diharapkan sekolah terpacu
untuk meningkatkan kualitasnya,dalam hal ini meningkatkan kriteria
pencaian indikator semakin mendekati100%.
Apabila nilai peserta didik untuk indikator pencapaian sama atau
lebih dari kriteria ketuntasan,maka dapat di katakan bahwa peserta didik itu
menuntaskan indikator itu.apabila indikator sudah tuntas dapt dikatakan
peserta didk menguasi KD yang bersangkutan.Dengan demikian, pesrta
didik dapat di interprestasi telah menguasai SKdan mata peljaran. Apabila
jumblah indikator suatu KD yang tealah tuntas lebih dari 50%peserta didik
dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti program remedial
untuk indikator yang belum tuntas.Sebaliknya,apabila nilai indikator dari
suatu KD lebih dari kriteria ketuntasan,dapat di katakana peserta didik itu
belum menuntaskan indikator itu.apabila jumblah indikator dari suatu KD
yang belum tuntas sam aau lebih dari 50.peserta dididk belum dapat
mempelajari KD berikutnya.
Tabel.Contoh Penghitungan Ketuntasan Belajar Suatu Mata
Pelajaran :

SK KD INDIKATOR Kriteria Ketunatasan Nilai Peserta Ketuntasan


Minimal Didik

1. 1.1 1.1.1 60% 60 Tuntas

1.1.2 60% 59 Tidak Tuntas

1.1.3 50% 59 Tuntas

September 8, 2021 13
2. 1.2 1.2.1 60% 61 Tuntas

1.2.2 70% 80 Tuntas

1.3.3 80% 90 Tuntas

Bedasarkan table diatas dapat di ketahui nilai indikator pada KD 1.1


cenderung 60 jadi KD 1.1adalah 60 atau 6,tetapi pada KD 1.1.2 belum
tuntas. Artinya peserta didik perlu mengikuti program remedial.sedangkan
nilai indikator pada KD 1.2 bervariasi sehingga di hitung nili rata rata
indikator.

2.6 CARA MEMBUAT KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) YANG


BAIK
Menentukan KKM ini ada beberapa hal yang harus di perhatikan, di
antaranya:
a) KKM ditetapkan di awal tahun pembelajaran
b) KKM di tetapkan oleh forum MGMP, yaitu Musyawarah yang di lakukan
oleh guru mata pelajaran di sekolah tersebut
c) Nilai pada KKM ini di lambangkan dengan bentuk bilanagn bulat dengan
rentan 0 – 100.
d) Dan nilai ketuntasan belajar maksimal ialah 100
e) Sekolah juga dapat mentukan KKM tadi di bawah nilai ketuntasan belajar
maksimal. Misalkan jika di atas niali ketuntasan belajar maksimalnya =
100, bias di turunkan menjadi 90 dst
f) Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa
(LHBS).
Dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ada tiga
tahap:
1) Tahap pertama ialah Kompleksitas. Yaitu dengan melihat tingkat kesulitan
dan keruwetan dari indikator pencapaiannya atau KD yang harus di capai
peserta didik. Kompleksitas tinggi dapat di katakana ketika indikator atau
KD-nya menuntut SDM (memahami kompetensi yang harus di capai
peserta didik dan kreatif serta inovatif dalam melaksanakan pembelajaran),
dari segi waktu (membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan butuh

September 8, 2021 14
pengulangan kembali), dan penalaran dan kecermatan peserta didik yang
tinggi
2) Tahap kedua mengenai kemampuan Sumber Daya Pendukung
yaitu, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat di butuhkan
dalam pencapaian indikator dan KDnya, kesediaan tenaga menejement
sekolah dll.
3) Tahap ketiga dengan Intake
Intake adalah tingkat kemampuan rata-rata peserta didik:
Misalnya: pada KKM Kelas X yang didasarkan pada hasil seleksi PSB,
NUN, Rapor kelas IX SMP, tes sleksi masuk atau psikotes. Dan pada kelas
XI dan XII didasarkan pada tingkat pencapaian KKM pesrta didik pada
semester sebelumnya atau kelas sebelumnya.
Adapun Kreterian Ketuntasan Minimal (KKM) yang di sebutkan
dalam Sosialisasi KTSP (2006) adalah dengan menggunakan table sbb:

Kompentensi Kriteria Ketumtasan Minimal


Dasar dan Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai
Indikator Kompleksitas Daya Intake KKM
dukung

Cara menafsirkan kriteria menjadi nilai:


1) Menggunakan sistem Point:
a. Kompleksitas : Tinggi = 1, Sedang = 2, Rendah = 3
b. Daya dukung : Tinggi = 3, Sedang = 2, Rendah = 1
c. Intake : Tinggi = 3, Sedang = 2, Rendah = 1
Contoh: jika KD atau indikator mempunyai kriteria sebagai berikut
(Kompleksitas rendah, Daya dukung tinggi dan Intake sedang).
2) Menggunakan rentang nilai:
a. Kompleksitas : Tinggi = 50 – 64
Sedang = 65 - 80
Rendah = 81 - 100
b. Daya dukung : Tinggi = 81 – 100
Sedang = 65 - 80

September 8, 2021 15
Rendah = 50 - 64
c. Intake : Tinggi = 81 – 100
Sedang = 65 - 80
Rendah = 50 – 64

Jika Kompetensi dasar atau indikator memiliki kriteria :


Kompleksitas sedang, Day dukung tinggi, dan Intake sedang, maka nilainya
adalah rata-rata setiap nilai dari kriteria yang ditentukan.

2.7 KOMPLEKSITAS, DAYA DUKUNG, DAN INTAKE MEMPENGARUHI


PROSEDUR PENETAPAN KKM
Menurut Amirono dan Daryanto (2016: 240) hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:6

a. Kompleksitas

Tingkat kompleksitas: (kesulitan dan kerumitan) setiap KD atau


indikaktor yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan
memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam mencapai kompetensi
yang diperlukan sebagai berikut:

1. Guru yang memahami kompetensi yang harus dicapai oleh


peserta didik;
2. Guru yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran;
3. Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena
memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga
dalam proses pembelajaranya memerlukan pengulangan atau
latihan;
4. Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi.
b. Daya dukung

6 Amirono dan Daryanto (2016: 240)

September 8, 2021 16
Ketersedian tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang
diperlukan, biaya operasional pendidikan, manajemen sekolah, kepedulian
stakeholders sekolah.

c. Intake peserta

Intake adalah tingkat kemampuan rata-rata peserta didik. Pada


tingkat MI/SD dapat didasarkan pada hasil seleksi penerimaan peserta didik
baru, nilai ujian nasional, rapor kelas 6 MI/SD, test seleksi masuk atau
psikotes. Pada tingkan 4 dan 5 didasarkan pada tingkat pencapaian KKM
peserta didik pada semester atau kelas sebelumnya.

Menurut Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam (2012: 118) bahwasannya dalam menentukan KKM diperlukan
juga agar memperhatikan tiga komponen penting, yaitu:7

a. Tingkat Kompleksitas

Yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator, kompetensi


dasar dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu
indikator dikatakan memiliki kompleksitas tinggi apabila dalam
pencapaiannya didukung oleh sekurangkurangnya satu dari beberapa
jumlah kondisi, yaitu:

1. Guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus


dibelajarkan kepada peserta didik
2. Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang
bervariasi
3. Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai
bidang yangdiajarkan
4. Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi
5. Peserta didik yang cakap dan terampil menerapkan konsep

7 Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (2012: 118)

September 8, 2021 17
6. Peserta didik yang cermat, kreatif, dan inovatif dalam
penyelesaian tugas
7. Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena
memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga
dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan atau
latihan
8. Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar
peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.

Jika dalam satu indikator hanya meliputi sebagian dari kondisi di atas maka
dapat dikatakan memiliki kompleksitas sedang. Sementara, ketika tidak
memerlukan kondisi tersebut indikator dapat dinyatakan memiliki kompleksitas
rendah.

b. Tingkat Daya Dukung

Yaitu ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai


dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti
perpustakaan, laboratorium dan alat atau bahan lain untuk proses
pembelajaran. Selain sumber daya pendukung di atas ketersediaan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan juga sangat diperlukan seperti biaya
operasional pembelajaran, dukungan kebijakan, manajemen sekolah,
dukungan visi, misi, tujuan dan program sekolah serta kepedulian
stakeholders sekolah (Departemen Agama Provinsi Jawa Timur, 2009: 86).

Setidaknya dalam satuan pendidikan terdapat sumber daya


pendukung pembelajaran sebagaimana yang menjadi bagian dari
aspekaspek yang disupervisi seperti gedung sekolah dan bangunan-
bangunan pendukungnya, fasilitas atau sarana kegiatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan seterusnya (Departemen Agama pada Panduan
Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama Islam. 2000).

c. Tingkat Intakes

September 8, 2021 18
Yaitu tingkat rata-rata kemampuan atau kompetensi awal peserta
didik yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai kompetensi dasar dan
standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk menetapkan intake peserta didik yang duduk di kelas 4, 5, dan


kelas 6 didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didik
baru, nilai ujian Nasional, rapor tingkat terakhir, tes seleksi masuk atau
psikotes. Sedangkan penetapan untuk peserta didik yang duduk di kelas II
dan seterusnya, VIII dan seterusnya, XI dan seterusnya berdasarkan
kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya dengan selalu
mempertimbangkan keterkaitan antara indikator dengan indikator
sebelumnya yang telah dicapai oleh peserta didik.(Depdiknas, 2010: 25).

2.8 PENGERTIAN DAN PENGAYAAN SERTA PENTINGNYA PROGRAM


REMIDI DAN PENGAYAAN CARA MELAKSANAKANNYA
a) Pengertian Program Pengayaan
Program pengayaan adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang
sudah mencapai ketuntasan belajar untuk memperluas pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimilikinya (Izzati.2015, p.57-58).
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik yang telah melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman
dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan
segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali
sebagaimana pembelajaran remedial.
Menurut Depdiknas (2015, p.21-22) Dalam kurikulum dirumuskan secara
jelas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta
didik. Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan
sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar
tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan. 8 Oleh

8 Depdiknas (2015, p.21-22)

September 8, 2021 19
karena itu program pengayaan dapat diartikan: memberikan tambahan/perluasan
pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Metode yang digunakan dapat bervariasi
sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta
didik.Dalam program pengayaan, media belajar harus betul-betul disiapkan guru
agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan.
Dengan memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal,
kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar)
tersebut, maka program pengayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak
anak. Dalam program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didikuntuk
memperkaya wawasan dan keterampilannya serta mampu mengaplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI dan KD
setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem Penilaian Acuan Kriteria
(PAK). Jika seorang peserta didik telah berhasil mencapai nilai yang dijadikan PAK
maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Oleh karena itu, program pengayaan dapat diartikan: memberikan
tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi
melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis dan latar
belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan,
media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta
didik dalam menguasai materi yang diberikan (Ibrahim Bafadhal, 2013).
Program pengayaan ketika peserta didik teridentifikasi telah melampaui
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu mengantisipasi
dengan menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai KD untuk
memfasilitasi peserta didik. Program pengayaan diberikan kepada peserta didik
yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit
daripada temanteman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan
peserta didik untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga

September 8, 2021 20
mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific
approach). Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai
sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet,
narasumber/pakar, dll.9

b) Mengapa Diperlukan Program Pengayaan


Berdasarkan Permendikbud No. 54, 64, 65, 66 dan 67 Tahun 2013 pada
dasarnya menganut sistem pembelajaran berbasis aktivitas atau kegiatan,
kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran yang
memerhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik. Dengan
memerhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan,
kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar) tersebut, maka
program pengayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam
program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didik untuk memperkaya wawasan
dan keterampilannya serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
c) Jenis-Jenis Program Pengayaan
Menurut Depdiknas (2013, p.20-22) ada beberapa jenis-jenis program
pengayaan, yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan eksploratori yang masih terkait dengan KD yang sedang
dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian yang
dimaksud contohnya: bisa berupa peristiwa sejarah, buku, narasumber,
penemuan, uji coba, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam
melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam
bentuk pembelajaran mandiri.
3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/
penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah ditandai dengan :
1. Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;
2. Penentuan focus masalah/problem yang akan dipecahkan;
3. Penggunaan berbagai sumber;
4. Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
5. Analisis data;

9 (Depdiknas. 2013, p.21-22).

September 8, 2021 21
6. Penyimpulan hasil investigasi.
d) Karakteristik Program Pengayaan

Program pengayaan dilakukan ketika peserta didik teridentifikasi telah


melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu
mengantisipasi dengan menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai
KD untuk memfasilitasi peserta didik.
Yang melakukan identifikasi, perencanaan dan pelaksanaan program
pengayaan adalah guru kelas. Apabila diperlukan, guru dapat melakukan kerja sama
dengan narasumber (apabila dibutuhkan) dalam melaksanakan program pengayaan.
Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui
ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada teman-teman
lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan peserta didik untuk
memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai
tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Guru
dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar,
antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar dan lain-
lain.10
e) Pelaksanaan Program Pengayaan
Menurut Izzati (2015, p.57-58) Bentuk-bentuk pelaksanaan program
pengayaan diantaranya adalah:
1. Menugaskan siswa membaca materi pokok dalam kompetensi dasar selanjutnya
2. Memfasilitasi siswa melakukan percobaanpercobaan, soal latihan, menganalisa
gambar, dan sebagainya
3. Memberikan bahan bacaan untuk didiskusikan guna menambah wawasan para
siswa
4. Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai standar
ketuntasan belajar minimum.

Menurut Tim Direktorat Pembinaan SMP (2017, p.24-30) Bentuk


pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
1. Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan
terkait dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam
pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik
berupa pemecahan masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik
dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.

10 (Syarif.2013, p.440)

September 8, 2021 22
2. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu
yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan
pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat
dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati
secara individu.

Pendidik dapat menyelenggarakan penilaian terhadap peserta didik yang


mengikuti program pengayaan. Mekanisme dan pengolahan hasil penilaian dalam
program pengayaan diserahkan kepada pendidik dan atau satuan pendidikan.
Pemanfaatan hasil penilaian dapat digunakan sebagai bagian dari portofolio peserta
didik.
Pembelajaran Remedial dan Pengayaan merupakan tindak lanjut guru
terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Proses dan hasil belajar dapat berupa
kesulitan penguasaan peserta didik terhadap satu atau dua kompetensi dasar, dan
tidak bersifat permanen. Jika pada kompetensi inti pengetahuan dan keterampilan,
peserta didik belum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar
dan hasil yang baik, maka peserta didik tersebut tidak diperkenankan mengerjakan
pekerjaan berikutnya (Ibrahim Bafadhal, 2013).
Sebaliknya, mungkin saja kompetensi dasar tersebut terlalu mudah bagi
peserta didik, dan juga tidak bersifat permanen. Untuk iru setiap setelah ulangan
atau mengerjakan tugas, hasil kerja peserta didik ditentukan, apakah mereka perlu
remedial, pengayaan atau tidak perlu perlakuan khusus.
Ketuntasan belajar harus mengakomodir perbedaan individual peserta didik.
Karena asumsi yang digunakan dalam belajar apapun, hanya waktu yang
dibtuuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama
untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Untuk peserta
didik yang lamban, diperlukan langkah-langkah dan pemberian materi serta
penanganan yang berbeda dengan peserta didik yang cepat.
f) Prinsip-Prinsip Program Pengayaan
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program
pengayaan menurut Khatena (1992) yang dikutip Ibrahim Bafadhal (2013) adalah:
1. Inovasi
Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan
peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
2. Kegiatan yang Memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendesain pembelajaran pengayaan,
kembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat,
merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.

September 8, 2021 23
3. Merencanajan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi
Misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-
aktivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil penelitian
atau kemajuan program-program pendidikan terkini.
Sedangkan Passow (1993) dalam Ibrahim Bafadhal (2013) menyarankan
bahwa dalam merancang program pengayaan, penting untuk memerhatikan tiga hal:
1. Keluasan dan keadalaman dari pendekatan yang digunakan
Pendekatan dan materi yang diberikan tidak hanya berisi yang luarnya
(kulit-kulitnya) saja tetapi diberikan dengan lebih menyeluruh dan lebih mendalam.
Contoh: membahas mengenai prinsip Phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tempo dan kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo dan kecepatan peserta didik
dalam menangkap materi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan kecepatan daya
tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga materi dapat diberikan dengan lebih
mendalam dan lebih dinamis untuk menghindari kebosanan karena peserta didik
yang telah menguasai materi pelajaran yang diberikan dikelas.
3. Memerhatikan isi dan tujuan materi yang diberikan
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat guna dan
responsif terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli (1979) menyatakan bahwa
program pengayaan dirancang dengan lebih memerhatikan keunikan dan kebutuhan
individual dari peserta didik.
g) Langkah-Langkah Program Pengayaan
Langkah-langkah dalam program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda
dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi,
kemudian perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu
diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila
melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi
memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan:
penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.
Sehingga peserta didik seringkali memiliki waktu sisa yang lebih banyak,
dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Disinilah
dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk
melaksanakan program pengayaan.

a) Pengertian Program Remedial


Menurut Izzati (2015, p.57) Remedial berarti hal-hal yang berhubungan
dengan perbaikan. Program remedial merupakan implikasi dari teori belajar tuntas

September 8, 2021 24
yang memerlukan upaya tambahan untuk mengatasi dan membantu siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar. Salah satunya adalah dengan mengadakan
program remedial untuk membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar.Program remedial harus memperhatikan perbedaan latar belakang dan
kesulitan yang dihadapi masing-masing siswa agar perbaikan yang dilakukan bisa
lebih optimal
Program remedial adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar, berupa kegiatan perbaikan yang mencakup
segala bantuan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan hasil
belajar agar mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan (Izzati.2015, p.57)
Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial,
terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa KTSP yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007
menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan
sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas SK dan KD yang
harus dikuasai peserta didikJika seorang peserta didik mencapai standar tertentu
maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Dengan diberikannya
pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan
belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang
telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian
kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial (Sumiyati.2010)
Menurut Masbur (2012) Pengajaran remedial (remedial teaching) secara
etimologis berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan,
membetulkan, perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara
mengajar atau mengajarkan.4 Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu
kegiatan belajar mengajar yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah
pencapaian hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial adalah suatu layanan
pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan
perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan
hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan.
Program Remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu
kompetensi dasar tertentu. Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan
sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan
tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami
peserta didik. Pada program pembelajaran remedial, media belajar harus betul-betul

September 8, 2021 25
disiapkan guru agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran
yang dirasa sulit.Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial pun
perlu disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami peserta didik (Departemen
Pendidikan Nasional.2013, p.7).
Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran regular di
kelas, perbedaan hanya terletak pada siswa yang masih memerlukan pembelajaran
tambahan. Dengan pembelajaran remedial, siswa yang lambat dalam belajar akan
dibantu dengan menyiapkan kegiatan belajar dan pengalaman langsung sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Di samping itu, perlu dirancang
pembelajaran secara individual untuk membangun konsep dasar, meningkatkan
kepercayaan diri, dan menguatkan efektifitas belajar. Melalui pembelajaran
remedial, guru menyiapkan latihan yang mengembangkan generic skills, meliputi:
hubungan antar personal, komunikasi, pemecahan masalah, mengelola kreatifitas,
dan penggunan teknologi sebagai sumber belajar (Slamet.2015, p.103).
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi
peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran
remedial diberikan segera setelah hasil penilaian dianalisis oleh guru dan hasil
tersebut diberikan padapeserta didik sehinga dapat dipergunakan untuk mengetahui
kelemahan dan kesulitannya. Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu
peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri,
mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya
yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini,
penilaian merupakan assessment as learning (Tim Direktorat Pembinaan
SMP.2017, p.27)
b) Tujuan dan Fungsi Program Remedial

Tujuan pengajaran remedial menurut Abu Ahmadi dan Widodo


Supriono secara umum tidak berbeda dengan pengajaran dalam rangka mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan
agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang
diharapkan melalui proses perbaikan.8 Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi
belajarnya.
Adapun fungsi pengajaran remedial antara lain:
1. Fungsi korektif
Fungsi korektif adalah dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan
terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam

September 8, 2021 26
proses pembelajaran.9 Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru
membuat perencanaan pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan.
Dengan demikian, guru dapat mengetahui perbedaan individual siswa dan kesulitan
belajar siswa tersebut.
2. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa.10
Kepribadian siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru
atau pihak lain dapat memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada
masing-masing siswa.
3. Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu pengajaran remedial dapat membentuk
siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Siswa
dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil
lebih baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang
kesulitan sehingga termotivasi untuk belajar. Adapun pelaksanaan program ini
dapat dilakukan secara relevan dengan tingkat yang dimiliki siswa dikarenakan
faktor individual siswa dalam memahami suatu bidang studi. Maka fungsi
penyesuaian ini memungkinkan individual siswa dengan karakter tertentu dapat
termotivasi untuk belajar.
4. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar
mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang
dipergunakan dalam pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih
banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya. Adanya
daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan. Sasaran
pokok fungsi ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya
pengayaan.11 Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam
ilmu yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.
5. Fungsi terapetik
Fungsi terapetik yaitu secara langsung ataupun tidak, pengajaran
perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi kepribadian yang
menyimpang. Penyembuhan ini dapat menunjang penyampaian prestasi belajar dan
pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
c) Prinsip-Prinsip Program Remedial
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial
sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1. Adaptif

September 8, 2021 27
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk
belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
2. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara
intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan
pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
3. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian

Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran


dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4. Pemberian umpan balik sesegera mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik


mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat
menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.

5. Pelayanan sepanjang waktu

Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu


tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan
kesempatan masing-masing.

d) Langkah-Langkah Program Remedial


Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2013, p.7-12) ada beberapa
langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran

Penting untuk memahami bahwa “tidak ada dua individu yang persis sama
di dunia ini”, begitu juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun
memiliki beragam variasi baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar
maupun latar belakang sosial-budaya. Oleh karenanya guru perlu melakukan
identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan pembelajaran.

Secara umum identifikasi awal bisa dilakukan melalui :

 Observasi (selama proses pembelajaran)

 Penilaian otentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian proses)


Permasalahan pembelajaran bisa dikategorikan ke dalam 3 fokus perhatian

2. Permasalahan pada keunikan peserta didik

September 8, 2021 28
Keberagaman individu dapat membedakan hasil belajar dan permasalahan
belajar pada peserta didik.Ada peserta didik yang cenderung lebih aktif dan senang
praktik secara langsung, ada yang cenderung mengamati, ada yang lebih tenang dan
suka membaca. Di kelas, guru juga perlu memiliki wawasan lebih menyeluruh
mengenai latar belakang keluarga dan sosial budaya.Peserta didik yang dibesarkan
dalam keluarga pedagang, tentu memiliki keterampilan berbeda dengan keluarga
petani atau nelayan.

3. Keadaan Peserta Didik

Peserta didik yang berasal dari keluarga yang terpecah mungkin berbeda
dengan peserta didik yang berasal dari keluarga harmonis dan mendukung kegiatan
belajar.

4. Permasalahan pada Materi Ajar

Rancangan pembelajaran telah disiapkan dalam buku guru dan buku


siswa.Pada praktiknya, tidak semua yang disajikan dalam materi ajar, sesuai dengan
kompetensi peserta didik.Guru bisa sajamenemukan bahwa materi ajar (KD) yang
disajikan dalam buku terlalu tinggi bagi peserta didik tertentu. Oleh karena itu perlu
disiapkan berbagai alternatif contoh aktivitas pembelajaran yang bisa digunakan
guru untuk mengatasai permasalahan pembelajaran ini. (contoh dan alternatif
aktivitas untuk siswa yang merasa kesulitan terhadap materi ajar, bisa dilihat dalam
buku “Panduan Teknis Penggunaan Buku Guru dan Siswa)

5. Permasalahan pada Strategi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya terpaku pada satu
strategi atau metode pembelajaran saja. Dikarenakan tipe dan gaya belajar peserta
didik sangat bervariasi termasuk juga minat dan bakatnya, maka guru perlu
mengidentifikasi apakah kesulitan peserta didik dalam menguasai materi
disebabkan oleh strategi atau metode belajar yang kurang sesuai.

6. Perencanaan

Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak,


guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai
untuk membuat perencanaan.
Dengan melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami
peserta didik, guru bisa merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk
melakukan pembelajaran remedial. Pada prinsipnya pembelajaran bisa dilakukan :

September 8, 2021 29
a. Segera setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses
pembelajaran
b. Menetapkan waktu khusus di luar jam belajar efektif.

Dalam perencanaaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan


dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti :
a. Menyiapkan Media Pembelajaran
b. Menyiapkan contoh-contoh dan alternatif aktifitas
c. Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung
7. Pelaksanaan
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan
program pembelajaran remedial. Ada 3 fokus penekanan :
a. Penekanan pada keunikan peserta didik
b. Penekanan pada alternative contoh dan aktivitas terkait materi ajar
c. Penekanan pada strategi/metode pembelajaran

8. Penilaian Otentik

Penilaian otentik dilakukan setelah pemebalajaran remedial selesai


dilaksanakan. Berdasarkan hasil penilaian, bila peserta didik belum mencapai
kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau
kembali strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atau melakukan
identifikasi (analisa kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama.
Apabila peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan,
guru berhasil memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta
didik, hal ini bisa dipertahankan sebagai bahan rujukan bagi rekan guru lainnya atau
bisa lebih diperkaya lagi. Apabila ternyata ditemukan kasus khusus di luar
kompetensi guru, guru dapat menkonsultasikan dengan orang tua untuk selanjutnya
dilakukan konsultasi dengan ahli.

e) Teknik Program Remedial


Teknik pembelajaran remedial bisa diberikan secara individual maupun
secara berkelompok (bila terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan
pada KD yang sama). Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu: pembelajaran individual, pemberian
tugas, diskusi, Tanya jawab, kerja kelompok, dan tutor sebaya. Aktivitas guru
dalam pembelajaran remedial, antara lain : memberikan tambahan penjelasan atau
contoh, menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya,
mengkaji ulang pembelajaran yang lalu, menggunakan berbagai jenis

September 8, 2021 30
media.Setelah peserta didik mendapatkan perbaikan pembelajaran,ia perlu
menempuh penilaian, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai
kompetensi dasar yang diharapkan (Departemen Pendidikan Nasional. 2013, p.7-
12)
f) Pelaksanaan Program Remedial
Pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat
kesulitan peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa
anak yang mengalami kesulitan yang berbedabeda, sehingga memerlukan
bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan
tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
2. Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam
pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan
sama.
3. Pemberian pembelajaram ulang dengan metode dan media yang berbeda.
pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami kesulitan
dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, pemberian tes atau
pertanyaan yang menarik secara lisan maupun tulisan.
4. Pemanfaatan utor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang
telah mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian


peserta didik pada KD yang diremedial. Pembelajaran remedial pada dasarnya
difokuskan pada KD yang belum tuntas dan dapat diberikan berulangulang sam pai
mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir
semester pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik mencapai
KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan. Pen
didik tidak boleh memaksakan untuk memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada
peserta didik yang belum mencapai KKM.
Pemberian nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran
remedial yang dimasukkan sebagai hasil penilaian harian (PH), dapat dipilih
beberapa alternatif berikut.
a) Alternatif 1

Peserta didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti remedial. Misalkan, suatu matapelajaran (IPA) memiliki KKM sebesar
64. Seorang peserta didik, Andi memperoleh nilai PH1 (KD 3.1) sebesar50. Karena
Andi belum mencapai KKM, maka Andi mengikuti remedial untuk KD 3.1. Setelah
Andi mengikuti remedial dan diakhiri dengan penilaian, Andi memperoleh hasil

September 8, 2021 31
penilaian sebesar 80. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka nilai PH1 (KD 3.1)
yang diperoleh Andi adalah sebesar 80.
Keuntungan menggunakan ketentuan ini:
a. Meningkatkan motivasi peserta didik selama mengikuti pembelajaran re-medial
karena peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh nilai yang
maksimal.
b. Ketentuan tersebut sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
c. Kelemahan menggunakan ketentuan ini:
Peserta didik yang telah tuntas (misalnya, Wati dengan nilai 75) dan nilainya
dilampaui oleh peserta didik yang mengikuti remedial (misalnya, Andi dengan nilai
80), kemungkinan Wati mempunyai perasaan diperlakukan “tidak adil” oleh
pendidik. Oleh karena itu, pendidik disarankan memberikan kesempatan yang sama
pada peserta didik yang telah mencapai KKM untuk memperoleh nilai yang
maksimal.
b) Alternatif 2

Peserta didik diberi nilai dengan cara meratarata antara nilai capaian awal (sebelum
mengikuti remedial) dan capaian akhir (setelah mengikuti remedial), dengan
ketentuan, apabila nilai ratarata lebih dari KKM, maka nilai akhirnya adalah nilai
ratarata tersebut; sedangkan jika nilai ratarata kurang dari KKM, maka nilai
akhirnya adalah sebesar nilai KKM.
Contoh:
a. Badar memperoleh nilai awal 60. Nilai KKM 64. Setelah remedial Badar
memperoleh nilai 90. Ratarata nilai awal dan remedial sebesar 75 (melebihi
KKM), maka Badar memperoleh nilai akhir 75.
b. Badar memperoleh nilai awal 50. Nilai KKM 64. Setelah remedial Badar
memperoleh nilai 70. Ratarata nilai awal dan remedial sebesar 60 (di bawah
KKM), maka Badar memperoleh nilai akhir sebesar KKM yaitu 64.

Alternatif 2 ini sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1,


meskipun Alternatif 2 ini tidak memiliki dasar teori, namun lebih mengedepankan
faktor kebijakan pendidik. Upaya lain, untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1,
yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk
mengikuti tes, namun dengan catatan perlu diinformasikan kepada peserta didik
bahwa konsekuensi nilai yang akan diambil adalah nilai hasil tes tersebut atau nilai
terakhir.

September 8, 2021 32
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nilai akhir adalah nilai yang sudah berupa angka atau huruf, yang
melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mengikuti program
pendidikan pada jenjang maupun waktu tertentu (semester). Nilai akhir ini memiliki
fungsi. Secara garis besarnya fungsi nilai itu ada empat, yaitu fungsi
instruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan dan fungsi administrasi.
Ada beberapa cara dalam menentukan nilai akhir, selain itu juga terdapat
faktor-faktor yang juga harus di pertimbangkan, di antaranya: Faktor pencapaian
atau prestasi, Faktor usaha, Faktor aspek pribadi dan sosial, Faktor aspek kebiasaan
kerja.
Menentukan nilai akhir menurut Anas sudijono yaitu dengan Tes Formatif
dan Tes Sumatif. Sedang menurut Moh. Sahlan melalui tahap-tahap: Berdasarkan
Skor Mentah, Berdasarkan pembobotan, Berdasarkan Indeks, Berdasarkan
Konversi.
Ada beberapa kriteria dalam menetapkan ketuntasan belajar peserta
didik: Kriteria ketuntasan terhadap Kompetensi Dasar (KD) dan Kriteria ketuntasan
Minimal (KKM)
Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yamg berbeda-beda.
Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka
permasalahan yang dihadapi pesrta didik berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan
pembelajaran, seorang pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi
maupun kelebihan yang dimiliki peserta didik.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan
kompetensi yang telah ditentukan, maka sekolah melakukan suatu tindakan yaitu
pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Jika ada peserta didik
yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang
ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program
pembelajaran pengayaan.
Remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan
minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian
program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik
perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Pembelajaran pengayaan
merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa

September 8, 2021 33
sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan
kecakapannya.

B. SARAN
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dibutuhkan seorang guru
yang mengerti dan tahu kesulitan belajar siswa dapat mempersiapkan strategi yang
lebih baik lagi dalam mengajar serta partisipasi siswa demi kebaikan siswa agar
tidak ada gagal dalam pembelajaran memperoleh nilai yang maksimal.
Penulisan menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepanya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah yang kami lebih baik lagi.

September 8, 2021 34
DAFTAR PUSTAKA
Sahlan, Moh. Evaluasi Pembelajaran. 2013. Stain Jember Press : Jember.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. 2001. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. 2013. PT Bumi Aksara : Jakarta
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. 2014. PT Remaja Rosdakarya : Bandung
harles, et all. 2014. The Role of Remedial Schools in the Development of Education in
Ghana. Kwame Nkrumah University of Science and Technology: Kumasi

Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama.Jakarta:Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Panduan Teknik Pembelajaran Remedial dan


Pengayaan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

Masbur, 2012. Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis. Jurnal
Ilmiah Didaktika. Vol. XII (No. 2), 348-367

Nurma, Izzati. 2015. Pengaruh Penerapan Program Remedial Dan Pengayaan Melalui
Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Eduma
Vol.4 No.1.

Poongothai, et all. 2012. The Impact Of Remedial Teaching On Improving The


Competencies Of Low Achievers. Faculty of Business Studiesof the University of
Jaffna: SriLanka.

Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Sumiyati, 2010. Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran IPA SMP. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan. Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010

Slamet. 2015. Pembelajaran Remedial Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa


(Studi Kasus Siswa Kelas VI SDN Genengan 2 Pada Pembelajaran Matematika
“FPB dan KPK”). An-Nuha Vol. 2, No.1.

Syarif, Mohammad. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat


Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Press.

September 8, 2021 35

Anda mungkin juga menyukai