Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ Konsep Dasar Assesmen “

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Assesmen Pembelajaran

Dosen Pengampu : Gamar Abdullah, S.Si, M,Pd

Disusun oleh:

MOHAMAD FIKNAL AKILI (151420155)

DEA MAHARANI YUSUP (151420139)

DEWI ANGGRAINI KAHARU (151420140)

RILKA MUKSIN (151420161)

KELAS 3E

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam dengan
kekuasaan yang meliputi langit beserta isinya dan bumi beserta isinya pula. Dengan rahmat dan
kasih sayang-Nya, maka kami dapat menyelesaikan makalah ini yang tentunya masih jauh dari
kata sempurna ini.

Shalawat serta salam kami sanjungkan kepada rasul agung, Rasulullah SAW. Semoga
syafaat beliau senantiasa tercurah kepada para umatnya yang setia mengikuti jejaknya sampai
akhir hayat nanti. Serta shalawat untuk keluarga beliau dan shahabat-shahabat beliau.

Kami juga ucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah “Assesmen
Pembelajaran” yang telah sabar membimbing kami dalam memperoleh materi serta kami juga
harapkan agar kiranya ibu dosen dapat memberikan masukan-masukan bagi kurangnya
kelengkapan dalam makalah yang kami buat ini.

Kami juga berharap bahwa apa yang sudah kami tulis dapat bermanfaat bagi teman-
teman pembaca dalam memperoleh pengetahuan tentang materi. Dan jika ada masukan,
sekiranya tak segan untuk menambahkan supaya kami dapat memperbaiki kesalahan dan
kekurang dalam makalah ini.

Gorontalo, 07 Februari 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .............................................................................................................4
A. Latar Belakang .......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Pengertian Assesmen..............................................................................................5
B. Pengertian Assesmen Menurut Para Ahli...............................................................5
C. Tujuan Dan Fungsi Assesmen Pendidikan.............................................................6
D. Prinsip-prinsip Assesmen Yang BAik....................................................................9
E. Subjek, Objek, Dan Saran Assesmen Pendidikan .................................................13
BAB III...............................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.......................................................................................................15
B. SARAN...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana
kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan sekolah.
Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar,
terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan
dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa. Mengingat
begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam mengevaluasi
kegiatan dan hasil belajar, maka dalam makalah ini secara berurutan akan dibahas
prinsip-prinsip dasar serta langkah-langkah untuk mengantarkan para pendidik
mendalami pengetahuan dan pedoman tentang bagaimana cara mempersiapkan dan
melaksanakan evaluasi hasil belajar yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asesmen ?
2. Apa fungsi, tujuan, dan prinsip asesmen pembelajaran ?
3. Apa saja subjek,objek dan sasaran asesmen pendidikan?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian asesmen pembelajaran.
2. Memahami fungsi, tujuan, dan prinsip asesmen pembelajaran.
3. Menjelaskan subjek,objek dan sasaran asesmen pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Assesmen
Assessment atau disebut juga dengan penilaian adalah suatu penerapan dan
penggunaan berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian informasi tentang
hasil belajar dan pencapaian kompetensi dari peserta didik.

Hasil penilaian pembelajaran adalah hasil analisis sejumlah fakta tentang


performance (unjuk kerja) peserta didik dalam proses penguasaan kompetensi yang
diharapkan. Fakta-fakta yang dikumpulkan, diolah, dianalisis, diinterpretasi, dan
disimpulkan merupakan jabaran kompetensi yang diharapkan (kompetensi dasar
minimal) ke dalam sejumlah sub-kompetensi beserta sejumlah indikator dan
deskriptor tertentu. Pengumpulan fakta atau bukti kinerja peserta didik menggunakan
instrumen yang disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi.

B. Pengertian Assessment Menurut Para Ahli


Ada beberapa pengertian tentang Assessment menurut para ahli :
1. Menurut Robert M Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan
untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran.
2. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi
untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai
bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan
informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat
realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
3. Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
- Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
- Memilih dan mendesain program treatmen
- Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
- Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
4. Menurut Lidz 2003
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang
meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan
kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
C. Tujuan dan Fungsi Assesmen Pendidikan
Dalam arti luas, tujuan dan fungsi asesmen dalam pendidikan adalah sebagai
penyedia informasi tentang:
a. Penguasaan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan untuk perbaikan pendidikan;
b. Pengendalian mutu pendidikan dan pembelajaran
c. Pengambilan keputusan tentang peserta didik
d. Akuntabilitas peserta didik dan publik
e. Regulasi administratif

Penguasaan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan untuk perbaikan sebagai


fungsi pertama, merupakan salah satu benang merah yang terabaikan selama ini. Para
pengambil kebijakan atau pengelola lapangan lebih banyak melihat kondisi saat ascsmen
dan evaluasi, terutama pada hasil belajar. Namun sangat jarang yang menggunakan hasil
tersebut sebagai informasi untuk perbaikan pendidikan. Padahal, data dan pengetahuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik sehubungan dengan pembelajaran
yang telah dilakukan, dapat digunakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, memperbaiki cara peserta didik dalam belajar dan menyempurnakan
fasilitas belajar. Nilai Ujian Akhir Nasional sebagian besar sekolah tahun 2008 misalnya,
masih banyak yang di bawah 5, bahkan dalam mata pelajaran tertentu ada yang mendapat
nilai 4.

Bahkan ada pula peserta didik yang takut mengikuti ujian nasional. Namun justru
yang langsung diubah adalah kurikulum; tanpa keadaan melihat yang sesung-guhnya,
apa dan mengapa hal itu terjadi. Juga tanpa asesmen dan evaluasi yang men- dalam
tentang kurikulum yang sedang berlaku. Berkenaan dengan hal itu, beberapa pertanyaan
yang perlu dijawab adalah:

1. Apakah kurikulum itu sudah dilaksanakan dengan tepat dan benar; mana yang
tidak dikuasai, materi apa yang sulit dirasakan, atau mengapa banyak materi
kurikulum yang esensial tidak diberikan secara utuh?
2. Apakah pendidik telah bekerja dengan baik sesuai dengan kurikulum?
3. Apakah fasilitas penunjang proses pendidikan; seperti media dan alat pelajaran,
buku dan sarana sudah mencukupi?
4. Apakah sarana fisik sekolah sudah tersedia?
5. Apakah peserta didik yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi (SD ke SMP;
SMP ke SMA) telah memberikan kemampuan awal yang cukup?
6. mendekatkan kemampuan dasar peserta didik?
7. kesiapan anak untuk mempersiapkan dan bagaimana pula kesiapan orangtua untuk
membantu anaknya belajar di rumah?
8. tanggung jawab orangtua dan warga masyarakat terhadap pen didikan?
Informasi itu perlu disediakan dengan melakukan evaluasi pendidikan atau
pembelajaranan. Sehingga, setelah melakukan analisis kekuatan dan kelemahan dari
ber-bagai komponen pendidikan berdasarkan informasi yang tersedia maka apa yang
dimasukkan diperbaiki tergambar dengan jelas. Namun realita di lapangan, sangat
sedikit yang melakukan asesmen secara menyeluruh dan mencakup semua komponen
pendidikan, hingga informasi dan balikan (feedback) untuk perbaikan sepenggal-
sepenggal. Kurikulum diubah, tetapi pendidiknya tidak disiapkan, sarana dan fasilitas
belajar serta pembiayaan dan kesejahteraan pendidik kurang diperhatikan.
Asesmen proses dan belajar sebenarnya terletak di posisi tingkat penca- paian
peserta didik. Sebagai contoh, rata-rata Ujian Akhir Nasional adalah 4, sedang-kan
rata-rata ujian sekolah nilai 7. Apa sebenarnya yang salah? Ujian, proses pendidikan,
gaji pendidik, lingkungan, fasilitas belajar, atau budaya dan pendidik mental yang
sudah berubah, sampai nilai menurut "selera" masing-masing? benar-benar isu yang
beredar: "Belajar atau belajar, akan tetap naik dan lulus juga? Semuanya akan dapat
diselesaikan dengan baik dan benar, jika penilaian dan evaluasi dilakukan secara
menyeluruh dan teratur serta rutin dilakukan oleh tim.
Asesmen proses pembelajaran maupun asesmen proses belajar perlu dilakukan
secara berbarengan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Asesmen masukan
yang mencakup peserta didik, pendidik, sarana dan fasilitas, kurikulum/program, ser-
ta lingkungan lainnya, harus juga dilakukan. Berdasarkan data itu, kinerja baru
dilakukan sesuai dengan prioritas dan anggaran serta fasilitas penunjang lain yang
tersedia dan mungkin disediakan. Kalau akar masalah belum diketahui se- cara
menyeluruh maka tindakan perbaikan akan menjadi tambal sulam. Sebab, tidak
diketahui komponen mana yang perlu disegerakan dalam anggaran yang ter- batas.
Dengan kata lain, asesmen yang komprehensif, berkelanjutan dan mencakup semua
komponen pendidikan atau komponen pembelajaran, menyediakan informasi yang
berguna bagi pengambil keputusan untuk menemukan serta menemukan aspek dan
komponen apa yang perlu ditingkatkan.
Asesmen dalam pendidikan dan pembelajaran dapat diklasifikasikan dalam beberapa
cara yang berbeda, seperti:
A. Asesmen informal (informal assessment) dan asessmen formal (fonmal
assessment).
B. Asesmen sumatif (penilaian sumatif) dan asesmen formatif (penilaian formatif),
atau asesmen formatif-sumatif (penilaian formatif-sumatif).
C. Asesmen objektif (penilaian objektif) dan asesmen subjektif (penilaian subjektif).
D. Asesmen tradisional dan asesmen inovatif: asesmen alternatif (altermative
assessment)/asesmen autentik (autenthic assessment) dan asesmen kinerja/unjuk kerja
(performance assessment).
E. Asesmen proses (process assesmenr) dan asesmen produk (product assessment)
F. Asesmen idiograpik (idiogruphic assessment) dan asesmen nomotetik (nonothelic
assessmentmeri).
G. Asesmen berdasarkan referensi atau unjuk kerja: penilaian acuan kriteria,
penilaian tidak bereferensi, penilaian ipsatif, dan penilaian kinerja,
h. Asesmen internal (penilaian internal) dan asesmen eksternal (penilaian eksternal).
i. Asesmen penempatan (placement assessment) dan asesmen diagnostik (diagnas- tie
assessment), asesmen target (targetted assessment).
J. Asesmen kontinu (continous assessment) dan asesmen terminal (tenninal
assessment).
k. Asesmen konvergen (penilaian konvergen) dan asesmen divergen (penilaian
divergen).

Belakangan ini muncul lagi berbagai istilah yang bergulir dengan cepat, seperti:
penilaian kelas, penilaian berbasis kurikulum, penilaian kognitif, penilaian diri,
penilaian hasil, penilaian langsung dan tidak langsung, serta penilaian karir.
Instrumen yang digunakan tidak hanya belajar pada tes, juga menggunakan cara lain
yang lebih inovatif sesuai dengan fungsi, seperti kuis, demontrasi, presentasi,
observasi informal, observasi formal, interviu, skala, portofolio, rubrik, peta konsep,
daftar periksa , proyek, laporan, kritik terbuka dan tertulis, unjuk kerja, dan penilaian
diri.

Ahli-ahli lain, seperti Bloom (1981) menekankan bahwa fungsi asesmen lebih banyak
diarahkan untuk memperbaiki proses pendidikan dan kegiatan belajar. Empat fungsi
asesmen yang dikemukakan Bloom sebagai berikut:
1. Fungsi diagnostik,
2. Fungsi penempatan,
3. Fungsi penentuan tingkat keberhasilan, dan
4. Fungsi seleksi.

Dengan memfungsionalkan keempat fungsi tersebut dalam kegiatan pendidikan


secara baik dan benar, peningkatan kualitas belajar akan lebih berarti, dan pengem-
bangan diri peserta didik menjadi lebih bermakna dalam realitas kehidupannya.

la juga menyatakan bahwa asesmen dapat dikategorikan empat jenis, yaitu:


1. Asesmen penempatan (Placement Assessment)
2. Asesmen diagnostik (Diagnostie Assessment)
3. Asesmen formatif (Formative Assessinent)
4. Asesmen sumatif (Summative Assessment)

J. Stanley Ahmann dan Marwin D. Glock (1981) menyatakan ada empat sub-
kelompok kegunaan asesmen dan evaluasi pendidikan, yaitu:

1. Menaksir pencapaian akademik pada tiap-tiap peserta didik.


2. Mendiagnosis kesukaran-kesukaran belajar tiap-tiap peserta didik maupun kelas.
3. Menaksir efektivitas pendidikan dari sisi kurikulum, prosedur pendidikan, alat/
material pendidikan dan pengorganisasian atau pengaturan organisasi pendi- dikan.
4. Menilai kemajuan pendidikan dalam populasi yang luas, seperti menolong mema-
hami masalah-masalah pendidikan dan mengembangkan kebijakan masyarakat dalam
pendidikan.

Fungsi satu dan dua lebih terkait pada peserta didik, baik menyangkut tingkat
keberhasilannya maupun kesukaran-kesukaran yang dihadapinya dalam proses pen-
didikan. Fungsi tiga lebih terkait pada proses dan komponen pendidikan. Sementara
Fungsi empat, dalam aspek yang lebih luas. Kalau ditinjau dari sisi peserta didik,
Kellough et al. (1999) menyatakan peserta didik sekurang-kurangnya harus mampu
menjawab empat pertanyaan dasar:
1. Ke mana saya akan pergi?
2. Di mana saya sekarang?
3. Bagaimana saya tahu saya sampai di sana?
4. Apakah saya sudah menggunakan lintasan yang benar untuk sampai ke sana?

D. PRINSIP-PRINSIP ASESMEN YANG BAIK

Memberikan gambaran yang maksimal tentang proses pendidikan dan/atau pem-


belajaran, serta kemajuan dan tingkat pencapaian peserta didik dalam belajar hanya
dimungkinkan jika asesmen dan evaluasi pendidikan dan/atau pembelajaran dilaku-
kan dengan baik dan benar. Untuk itu, pendidik perlu mewujudkan prinsip-prinsip
asesmen pendidikan dalam konteks yang sesunguhnya. Prinsip-prinsip tersebut se-
bagai berikut:

1. Asesmen yang baik bersifat komprehensif Prinsip ini menunjukkan pada kita
betapa pentingnya cakupan yang luas dari alat ukur yang digunakan, sesuai dengan
materi pelajaran. Cakupan itu bukan sema- la-mata dilihat dari luas materi yang
dinilai, melainkan juga domain (aspek) yang diukur. Melalui tes objektif, banyak
informasi aspek kognitif yang dapat dikum- pulkan, tetapi sangat sedikit sekali yang
berkaitan dengan minat, keterampilan, sikap, kepribadian maupun pelaksanaan
kurikulum dan proses pendidikan. Kue- sioner, bagus digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang alat, media, sarana dan prasarana, tetapi kurang
tepat untuk mengukur hasid belajar. Dengan menggunakan tes esai, informasi yang
dikumpulkan sedikit, tetapi kemampuan menalar, dan mengemukakan pendapat dapat
dijaring dengan baik. Oleh karena itu, perumusan secara tepat aspek yang akan dinilai
sangat es- ensial. Selanjutnya aspek tersebut hendaklah ditinjau secara menyeluruh
dan komprehensif, baik dari segi keterwakilan luasnya, maupun dari segi tujuan yang
dirumuskan sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Instrumen apa yang akan
digunakan sangat terkait dengan kedua pembatasan tersebut. Sebab setiap jenis/ tipe
instrumen mempunyai keterbatasan tersendiri. Tidak ada instrumen yang baik untuk
semua tujuan.

2. Asesmen hendaklah dilakukan secara kontinu. Asesmen yang haik bukanlah


dilakukan pada awal dan akhir suatu kegiatan saja, dengan kata lain hanya bersifat
sewaktu atau momentum, melainkan hendaklah dilakukan secara terus-menerus. Pada
saat program pendidikan mulai dirancang, seharusnya sudah diawali dengan asesmen
untuk mengetahui seberapa jauh pe- serta didik sudah menguasai materi yang akan
diberikan (entry behavior). De- ngan cara demikian, dapat dipilih materi dan strategi
yang tepat, organisasi kelas yang tepat dan menarik, waktu yang sesuai, dan sumber
belajar yang mendukung kegiatan pendidikan dan/atau pembelajaran. Pada saat
proses pembelajaran dilaksanakan di sekolah, asesmen prases pem- belajaran
seharusnya sudah dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat diketahui kesulitan-
kesulitan, dan hambatan peserta didik dalam belajar. Ada yang dapat langsung
ditindaklanjuti pada saat proses pendidikan dan/atau pembelajaran ber- langsung,
namun ada yang dilakukan lain waktu. Hal itu sangat tergantung pada persoalan yang
dihadapi oleh peserta didik. Kesukaran-kesukaran yang dialami pendidik/guru perlu
diketahui, schingga dapat dilakukan penyempurnaan pada kegiatan-kegiatan
berikutnya. Asesmen formatif dilakukan untuk memperbaiki peserta didik dalam
belajar dan pendidik/guru dalam membelajarkan, sedangkan asesmen sumatif dapat
dilakukan pada akhir unit/satuan/kegiatan untuk menge- tahui tingkat pencapaian
peserta didik maupun efektivitas pendidikan. Asesmen yang dilakukan secara tidak
kontinu, kurang dapat merekam semua keadaan dalam proses pendidikan dan/atau
pembelajaran, maupun proses dan hasil belajar, sehingga asesmen itu belum dapat
menggambarkan pencapaian se- cara utuh dan sesungguhnya.

3. Asesmen yang baik bersifat objektif. Apa pun yang akan dinilai berkenaan dengan
input, proses, produk maupun ouicomes pendidikan, asesmen seyogianya
menyediakan informasi yang sesung- guhnya dan autentik. Gambaran yang
sesungguhnya tentang peristiwa, kejadian, objek dan sasaran yang dinilai itu hanya
dimungkinkan kalau asesmen itu bersifat objektif. Untuk itu asessor harus mampu
objektif; instrumen harus valid dan re- liabel; dan pengadministrasian instrumen harus
sesuai dengan manual yang telah ditetapkan. Pengolahan dan analisis data hendaklah
objektif. Asesmen reflektif kuriku- lum misalnya, hendaklah dilakukan oleh orang
yang ahli dalam pengembang kuri- kulum dan orang yang ahli dalam bidang studi
atau mata pelajaran. Untuk menilai belajar, dapat dilakukan oleh pendidik/assessor
yang mampu dalam bidang terse- but dan memahami tujuan pendidikan, serta
menguasai cara mengembangkan instrumen yang baik. Data yang terkumpul dengan
menggunakan alat asesmen yang telah dirakit, selanjutnya diskor dan dinilai secara
objektif dan ditafsirkan dengan jelas dan tegas, serta tidak memihak. Artinya,
gambaran belajar itu tidak dipengaruhi olch faktor lain di luar yang di capai peserta
didik. Untuk itu, perlu ada patokan atau norma yang jelas dengan klasifikasi yang
tegas, sehingga gam- baran apa yang didapat peserta didik akan menjamin ketepatan
dan keakuratan gambaran peserta didik yang sebenarnya.

4. Asesmen yang baik berpijak pada tujuan yang telah ditetapkan dan menggunakan
kriteria yang jelas. Perumusan tujuan yang jelas, sangat penting dalam proses
pendidikan. Tujuan pendidikan/pembelajaran merupakan awal dari semua kegiatan
pen- didikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan yang jelas akan
membawa dampak positif pada pemilihan metode dan strategi pendidikan. Tu- juan
yang jelas akan membantu dalam memilih media pendidikan. Tujuan yang jelas
merupakan dasar dalam merumuskan kisi-kisi ujian dan bentuk ujian yang akan
digunakan. Tujuan itu hendaklah terjabar dengan baik, jelas dan mudah diukur atau
dinilai, sehingga menjadi pegangan assessor dan membantu dalam memilih dan
menyusun alat asesmen yang tepat. Di samping itu, pemberian makna, nilai dan arti
harus berpijak pada krite- ria/patokan yang ditetapkan sebelumnya. Pengendalian
mutu pendidikan dengan baik dan benar, hanya mungkin dilaksanakan apabila sejak
dini kriteria penca- paian telah ditentukan, bukan dirumuskan kemudian setelah
pelaksanaan kegiat- an dilakukan. Sehingga, pemberian arti tersebut diawali dengan
membandingkan tingkat pencapaian kegiatan yang dilakukan dengan kriteria yang
ditetapkan.

5. Suatu prosedur asesmen dapat digunakan jika prosedur itu relevan dengan tujuan
pendidikan/pembelajaran dan karakteristik unjuk kerja yang dinilai dengan
menggunakan instrumen asesmen yang tepat, valid dan reliabel. Tidak ada alat
asesmen tunggal yang mampu dan dapat menilai semua kom- ponen pendidikan,
termasuk kurikulum, program, proses pendidikan, kondi- si awal peserta didik dan
guru, kemajuan peserta didik, serta proses dan hasil belajar. Untuk menilai
pengetahuan siap (pengetahuan hafalan/materi yang di- hafal) umpamanya, dapat
digunakan tes dalam bentuk: betul-salah (true-false) tetapi bentuk ini tidak baik
digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman, keterampilan berpikir atau
perubahan sikap peserta didik. Untuk yang tersebut terakhir itu, pendidik/guru, dan
tenaga penunjang lainnya hendaklah mencari instrumen atau alat asesmen yang lain,
sehingga dapat merangkum semua yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan peserta
didik yang sesungguhnya.

6. Makin banyak dan relevan informasi yang dikumpulkan melalui asesmen, makin
baik tingkat kepercayaan terhadap keputusan yang diambil melalui evaluasi pen-
didikan. Keputusan yang diambil tentang suatu komponen pendidikan, seperti kua-
litas pendidikan, akan lebih tepat apabila assessor menggunakan berbagai teknik dan
instrumen dalam menilainya. Assessor dapat melakukan observasi pada saat individu
yang dinilai sedang melaksanakan proses pendidikan, baik secara me- nyeluruh
maupun sub-sub-aspek dalam proses pendidikan. Dengan data yang kengkap sebagai
hasil ascsmen tentang proses pembelajaran, maka keputusan serta pemberian makna
terhadap asesmen menjadi lebih terarah, tepat dan dapat dipercaya.

7. Asesmen yang baik hendaknya dilakukan oleh suatu tim Penggunaan assessor lebih
dari satu orang sangat besar artinya dalam penentuan objektivitas asesmen. Cara ini
dapat mengurangi subjektivitas yang mungkin timbul, dibandingkan apabila penilaian
itu dilakukan oleh satu orang saja. Di samping itu, apabila assessor merupakan suatu
tim, mereka dapat melakukan di- alog sesama mereka dan membicarakan secara
mendalam tentang orang yang dinilainya. Dengan demikian diharapkan, apa yang
mereka peroleh dari kom- ponen pembelajaran yang dinilai, maka itulah hasil yang
sesungguhnya.

8. Asesmen bukanlah tujuan, melainkan cara dalam menyediakan informasi untuk


mencapai suatu tujuan. Banyak "kesalahan" yang mungkin terjadi pada instrumen
asesmen yang digu- nakan. Kesalahan pertama akan ada pada waktu menyusun
instrumen. Apakah instrumen itu telah dirakit sedemikian rupa menurut cara yang
sebenarnya? Apa- kah tujuan yang dirumuskan sudah benar? Kesalahan lain terletak
pada apakah aspek yang dinilai telah mencakup semua aspek materi pelajaran,
ataukah hanya aspek-aspek tertentu saja dan tidak mewakili keadaan yang
sebenarnya? Oleh karena itu berhati-hatilah. Upayakanlah seoptimal mungkin
memenuhi patokan atau standar yang telah ditetapkan dalam melakukan asesmen
yang baik. Kehati-hatian akan mengurangi dan meminimalkan kesalahan yang akan
terjadi, dan secara langung maupun tidak langsung akan memberikan dampak positif
terhadap perbaikan dan pengendalian mutu pendidikan.

9. Asesmen pendidikan bersifat mendidik. Hal penting yang perlu di perhatikan


adalah asesmen adalah suatu proses penye- diakan informasi, bukan pengambil
keputusan untuk suatu kebijakan. Kumpul- kanlah data sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya, kontinu dan menyeluruh. Olah dan analisislah secara benar, dan
sampaikan pula analisis/informasi itu ke- pada yang dinilai, pengambil keputusan
atau yang berhak menerimanya dengan cara yang benar pula. Orang yang dinilai
maupun pengambil keputusan akan mengetahui siapa di- rinya dalam aspek yang
dinilai, di mana posisi lembaganya saat dinilai dan ke mana arah yang hendak
ditempuhnya. Asesmen bersifat mendidik bukan menye- barluaskan kelemahan dan
kesalahan orang/unit yang dinilai.

E. SUBJEK, OBJEK, DAN SASARAN ASESMEN PENDIDIKAN


Siapakah subjek pendidikan dan siapa pulakah yang dijadikan objek asesmen dalam
pendidikan? Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, tidak dapat dipisahkan dari
konsep asesmen dalam pendidikan yang telah dibicarakan sebelum ini. Secara umum,
objek asesmen dalam pendidikan adalah semua komponen pendidikan, seperti peserta
didik, kurikulum/program, sarana, prasarana, media dan alat pendidikan, proses
pendidikan, lingkungan belajar, proses dan hasil belajar serta dampak pendidikan.
Adapun assessor adalah individu yang berhak dan mampu, serta dapat berfungsi
sebagai penilai yang baik dan benar puda setiap komponen pendidikan yang
dibebankan kepadanya. Khusus asesmen dan evaluasi hasil belajar peserta didik,
pendidik merupakan pelaksana pendidikan dan pengelola kelas, baik sebagai
penggerak dan pendorong. pemandu dan pemacu semangat peserta didik, sehingga
pendidiklah yang menjadi subjek penilai atau asessor. Mereka yang setiap saat
berhadapan, berhubungan kontinu dengan peserta didik; dan yang banyak mengetahui
tentang keadaan peserta didik dengan segala latar belakangnya. Karena itu wajar, jika
pendidik adalah penilai proses dan hasil belajar. Namun perlu dipahami, bahwa
penilai itu sebenarnya adalah individu atau kelompok yang mampu menyediakan
informasi valid dan reliabel sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu,
asesmen proses dan hasil belajar dapat pula dilakukan oleh orang lain (assessor
independent), asal mereka melakukan- nya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila yang akan dinilai adalah latar belakang psikologis peserta didik, seperti
inteligensi, minat, bakat, persepsi, kesiapan peserta didik; maka yang menjadi subjek
penilai adalah orang-orang yang dianggap mampu sesuai dengan aspek yang dinilai
(termasuk di dalamnya adalah pendidik, selama memenuhi ketentuan yang
diprasyaratkan). Demikian juga apabila yang ingin dinilai adalah kepribadian peserta
didik, maka yang biasa dipergunakan ialah tes standar (standardized test). Subjek
penilainya yaitu orang yang mampu melaksanakan tes kepribadian dengan baik,
mempunyai lisensi untuk itu, dan mampu pula menginterpretasikannya dengan baik
dan benar, sehingga tidak terjadi salah arti, salah baca atau salah interpretasi.
Apabila yang dinilai adalah proses pendidikan/pembelajaran, maka tim penilai
bukanlah pendidik yang terlibat dalam proses pendidikan itu. Melainkan orang lain,
atau teman satu bidang dalam profesi yang sama, yang mampu memahami serta
menghayati proses pendidikan itu dengan baik memahami tahap-tahap perkembangan
anak didik, strategi dan metode pembelajaran serta menguasai bahan pendidikan,
strategi dan cara-cara belajar, serta seni dan ilmu pembelajaran. Untuk penilai
program pen- didikan dalam arti yang lebih luas, maka tim penilai (assessor) telah
ditentukan secara perinci menurut aspek-aspeknya, dan biasanya dibekali dengan alat
ukur atau instrumen lain yang mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Tahap-tahap asesmen program/rencana pembelajaran hendaklah diikuti secara


perinci, dan hasilnya di- rekam secara benar dan dijadikan informasi bagi pengambil
keputusan. Objek dan sasaran asesmen pendidikan dan/atau pembelajaran juga
bervariasi dengan ruang lingkup yang berlainan, sesuai dengan tujuan kegiatan.
Dalam asesmen dan evaluasi proscs dan hasil belajar, yang dijadikan objek dan
sasaran adalah peserta didik dengan segala aspeknya; sementara dalam proses
pendidikan adalah pendidik yang membelajarkan. Dalam asesmem kurikulum, objek
dan sasarannya adalah ri- salah kurikulum untuk analisis refleksi ketepatan dan
kesesuaian visi, misi, tujuan, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, strategi,
alat dan media, alokasi waktu serta teknik penilaian/asesmen. Selanjutnya yang
dinilai adalah tentang keterlaksa- naan kurikulum tersebut di sekolah. Apabila
asessmen pendidikan diarahkan pada program pendidikan luar sekolah, maka objek
dan sasaran asesmen adalah komponen/unsur yang terlibat dalam pro- gram tersebut.
Umpama: asesmen program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam hal ini,
yang menjadi objek dan sasaran asesmen, adalah:
1. program,
2. peserta didik/Warga belajar,
3. pamong belajar,
4. pelaksanaan program,
5. fasilitas belajar,
6. lingkungan belajar,
7. faktor penunjang dan penghambat,
8. administrasi program, dan
9. dampak program. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada tiap komponen,
perlu diperinci lagi sesuai dengan rencana program yang telah disetujui sebelumnya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas proses dan hasil


pembelajaran. Banyak yang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi evaluation),
penilaian (assessment), pengukuran (measurement), dan tes (test), padahal keempatnya memiliki
pengertian dan fungsi yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan mengidentifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgement). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari
suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat
berupa nilai kualitatif dan nilai kuantitatif. Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian
atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan
dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi
syarat-syarat tertentu yang jelas.

B. Saran

Kami ingin menyampaikan melalui makalah ini agar pembaca makalah dapat memahami materi
konsep dasar asesmen secara mendalam dan mendapat pengetahuan lebih banyak lagi tentang
asesmen pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai