Anda di halaman 1dari 14

Makalah

PEMBELAJARAN IPS SD
“Filosofi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)”

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dra. Hakop Walangadi, M.si

Oleh :
Nur Masita Darman (151420133)
Dea Maharani Yusuf (151420139)
Delvi Kurniawati Lukman (151420134)
Rezaldi Pipii (151420146)

Kelas 4E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan  kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya  kami telah dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran IPS yang berjudul
Filosofis Pendidikan IPS ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan
juga kami berterima kasih kepada Ibu Dra. Hakop Walangadi, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Pembelajaran IPS yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Filosofi Pendidikan IPS. Dalam  Penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki . Untuk itu saran
dan Kritik sangat kami perlukan untuk membangun kami agar bisa menjadi lebih baik
lagi.
Semoga makalah kami yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun bagi para pembacanya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik serta saran
yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Amiin.    

Gorontalo, 12 Februari 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Landasan Filosofi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)..........................2
2.2. pengertian IPS menurut NCCS, Muriel Crosby, dan Puskur.............................8
2.3. Tujuan Pendidikan IPS menurut Bruce Joyce, danJack R Frankeel.................13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................20
3.2. Saran ........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan
bantuan orang lain. Dalam ilmu kewarganegaraan, telah disinggung bahwasanya
ketidakmampuan manusia hidup sendiri dan manusia harus saling berkelompok,
sehingga dibentuk suatu masyarakat. Dalam masyarakat sendiri tak lepas dari
hubungan sosial, bahkan dalam suatu pendidikan telah dibekali ilmu sosial untuk
masa depannya dalam bermasyarakat.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu sosial
yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Keadaan sosial masyarakat selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dinamisasi kemajuan diberbagai bidang
kehidupan harus dapat ditangkap dan diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang
kemudian menjadi bahan materi pembelajaran, sehingga bahan pelajaran secara
formal dapat dituangkan dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis
yang jelas, landasan filosofis yang digunakan haruslah  melihat kondisi nyata yang
terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah  masyarakat
yang senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan adanya interaksi
sosial baik antar individu nmaupum kelompok. Dalam mencermati perubahan
tersebut, maka kurikulum harus memiliki landasan filosofis humanistik, dimana Ilmu
Pengetahuan Sosial  menjunjung tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan.
Studi sosial atau IPS adalah tentang manusia. Tidak ada bagian dari kurikulum
yang amat memperhatikan hubungan manusia selain studi sosial atau IPS, yang
memang dirancang untuk membantu kita semua memahami baik diri kita sendiri
maupun orang lain dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga sampai pada mereka
yang hidup nun jauh di sebagian dari lingkaran dunia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Landasan filososi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial?
2. Apa pengertian IPS atau social studies menurut NCCS, Muriel Crosby, dan Puskur?
3. Apa sajakah Tujuan Pendidikan IPS menurut Bruce Joyce, danJack R Frankeel?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Landasan filososi pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial?
2. Untuk mengetahui pengertian IPS atau social studies menurut NCCS, Muriel Crosby,
dan Puskur
3. Untuk mengetahui Tujuan Pendidikan IPS menurut Bruce Joyce, danJack R
Frankeel?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Filosofi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pengembangan suatu kurikulum haruslah memiliki landasan filosofis,
dimaksudkan agar memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam implimentasinya.
Filsafat pendidikan mengandung suatu nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.
Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat sebuah landasan, tentang kemana arah
pendidikan anak didik tersebut. Dengan kata lain filsafat pendidikan merupakan
pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang
tujuan pendidikan, prinsip–prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar
yang bersifat mendidik.
Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu cita-cita masyarakat
dan kebutuhan peserta didik yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai filsafat
Pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Dari sekian
banyak alternatif landasan utama dalam mengembangkan kurikulum pendidikan salah
satunya adalah Landasan Filosofis.
Secara teoritis terdapat beberapa pandangan filosofis kurikulum, Landasan
Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum  Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai berikut :
A. Esensialisme
Esensialisme; adalah aliran yang menggariskan  bahwa kurikulum
harus menekankan pada penguasaan ilmu. Aliran ini berpandangan bahwa,
pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan. Kurikulum yang
dikembangkan dalam aliran esensialisme adalah kurikulum disiplin ilmu. Tujuan
dari aliran esensialisme adalah menciptakan intelektualisme. Proses belajar-
mengajar yang dikembangkan adalah siswa harus memiliki kemampuan
penguasaan disiplin ilmu. Penerapan pembelajaran ini lebih banyak berperan pada
guru jika dibandingkan dari siswa.
Sekolah yang baik dalam pandangan filsafat esensialisme adalah
sekolah yang mampu mengembangkan intelektualisme siswa. Implementasi mata
pelajaran IPS menurut aliran esensialisme akan lebih menekankan IPS pada aspek
kognitif (pengetahuan) jika dibandingkan dengan aspek afektif (sikap). Siswa
belajar IPS akan lebih berorientasi pada pemahaman konsep-konsep IPS daripada
penerapan materi yang ada pada IPS bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan merujuk pada filsafat ini, proses belajar mengajar di kelas
ditekankan pada peran guru yang dominan dan menempatkan siswa sebagai
peserta yang menerima warisan nilai yang dikirim oleh guru. Melalui peranan
guru, pandangan esensialis menempatkan academic excellence and cultivation of
intellectlebih penting daripada kemampuan untuk mengembangkan proses inquiri
guna memproduksi pengetahuan baru.
B. Perenialisme
Menurut Hamid dalam bukunya evaluai kurikulum (2008; 57) Aliran
ini memadang bahwa sasaran yang harus dicapai oleh pendidikan adalah
kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang
abadi, serta tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dalam pandangan ini, kurikulum
akan menjadi sangat ideologis karena dengan pandangan perernialisme
menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diinginkan oleh negara. Pandangan perenialis lebih
menekankan pada transfer of culture, seperti dalam kurikulum IPS yang
bertujuan pada pembangunan jati diri bangsa pada peserta didik, yang menuju
tercapainya integrasi bangsa.(Supriatna dkk. 2007: 31)
Dengan demikian, budaya patronase yang diadopsi dalam
implementasi kurikulum kita tidak hanya berpengaruhterhadap proses
pembelajaran tersebut melainkan juga terhadap sikapdan perilaku peserta didik
setelah mengikuti jenjang pendidikan tertentu. Sikap selalu tergantung pada orang
lain atau tidak mandiri anak-anak kita merupakan sebuah konsekuensi dari sistem
sosial-budaya yang dianutnya. Dalam budaya patronase terdapat anggapan bahwa
seorang anak harus dididik sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang
tuanya. Anak harus diubah tingkah lakunya sehingga menjadi seorang anak yang
sesuai dengan kehendak orang tua. Nampaknya pandangan ini mempengaruhi
pengembang kurikulum kita untuk menjadikan peserta didik memiliki
pengetahuan atau keterampilan tertentu yang sesuai dengan apa yang mereka
pikirkan.
C. Progresivisme
Aliran ini memandang bahwa sekolah memiliki tujuan yaitu
meningkatkan kecerdasan praktis dan membuat siswa lebih efektif dalam
memecahkan berbagai masalah yang disajikan. Masalah tersebut ditemukan
berdasarkan pengalaman siswa. Pembelajaran yang harus dikembangkan menurut
aliran filsafat progresivisme adalah memperhatikan kebutuhan individual yang
dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya dan mendorong mereka untuk
berpartisipasi aktif sebagai warga negara dewasa, terlibat dalam pengambilan
keputusan, dan memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Implementasi pembelajaran IPS dalam pandangan filsafat
progresivisme adalah bagaimana mata pelajaran IPS mampu membekali kepada
siswa agar dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-harinya. Masalah-masalah tersebut misalnya kemiskinan,
pengangguran, kebodohan, ketertinggalan, kenakalan remaja, narkoba, dan lain-
lain. Jadi pembelajaran yang ditekankan dalam aliran progresivisme lebih bersifat
implementatif.
D. Rekonstrusionisme
Aliran filsafat ini berpendapat bahwa sekolah harus diarahkan kepada
pencapaian tatanan demokratis yang mendunia. Aliran ini menghendaki agar setiap
individu dan kelompok tanpa mengabaikan nilai-nilai masa lalu, mampu
mengembangkan pengetahuan, teori, atau pandangan tertentu yang paling relevan dengan
kepentingan mereka melalui pemberdayaan peserta didik dalam proses pembelajaran
guna memproduksi pengetahuan baru.
Aliran filsafat ini pada dasarnya lebih menekankan agar siswa dalam
pembelajaran mampu menemukan (inquri). Penemuan ini bersifat informasi baru bagi
siswa berdasarkan bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran lebih ditekankan pada proses
bukan hanya hasil. Aktivitas siswa menjadi prioritas utama dalam berlangsungnya
pembelajaran. Dengan cara seperti ini diharapkan siswa mampu menemukan (inquiri)
suatu informasi baru yang berguna bagi dirinya.
Dalam implementasi pembelajaran IPS, misalnya siswa mempelajari fakta-
fakta yang ada di sekelilingnya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut akhirnya siswa
menemukan definisi mengenai sesuatu, tanpa harus didefinisikan lebih dahulu oleh guru.
Misalnya diperkenalkan adanya fakta orang-orang yang melakukan kegiatan jual-beli,
orang-orang yang melakukan kegiatan gotong royong membangun desa, dll. Setelah
melihat aktivitas orang-orang tersebut akhirnya siswa menemukan definisi mengenai
penjualan, pembelian, penawaran, pasar, uang, gotong royong, pembangunan, kerja
sama, dll. Agar proses inquri dalam pembelajaran ini dapat terjadi kepada siswa, maka
guru tidak memberikan definisi tersendiri, akan tetapi guru mempasilitasi siswa untuk
mecarinya berdasarkan fakta yang ditemukan.
2.2 Pengertian IPS atau social studies menurut NCCS, Muriel Crosby, dan Puskur
Menurut Soemantri (2001: 44) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
adalahsuatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial,psikologi, filsafat, ideologi
negara dan agamayang diorganisasikan dandisajikan secara ilmiah dan psikologis
untuk tujuan pendidikan”,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, bahwamelalui mata pelajaran IPS,
pesertadidik diarahkan untuk dapat menjadiwarga negara Indonesia yang demokratis
dan bertanggung jawab, sertawarga dunia yang cinta damai.
Menurut Setiawan (2015: 6-7) bahwa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama
adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan
dari National Council for Social Studies NCSS, mendefinisikan social studies sebagai
berikut:
“Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic
competence. Within the shcool program, social studies provides coordinated, systematic
study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography,
history, law, philosophy, political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as
appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.”
Dari definisi diatas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan sebagai
kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan potensi
kewarganegaraan. Didalam program persekolahan Ilmu Pengetahuan Sosial
dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan dibangun di atas beberapa disiplinilmu
antara lain Antropologi, ilmu politik, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah,
Hukum,Filsafat, Psikologi, Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai
dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.
Muriel Crosby dalam Soemantri menyatakan bahwa IPS diidentifikasi sebagai
studi yang memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih
baik bagi dirinya dan anggota keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah-
masalah, bagaimana orang hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah
oleh lingkungannya.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pertama bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan individu baik sebagai
warga negara maupun masyarakat. Individu yang diharapkan dalam IPS adalah
individu yang saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Interaksi yang
diharapkan adalah interaksi yang bisa membangun kehidupan yang  lebih baik. Sebab
secara sosiologis dan politis, apabila individu-individu tersebut memiliki yang baik,
secara otomatis menunjukkan sebagai warga negara yang baik.
Sedangkan menurut Pusat Kurikulum IPS adalah suatu bahan kajian yang
terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi,
Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi.
2.3 Tujuan Pendidikan IPS menurut Bruce Joyce, danJack R Frankeel
Menurut Leonard S. Kenworthydalam Cheppy HC (2008: 14-15)IPS sebagai
sebuah kajian memiliki beberapa tujuan bagi pendidikan. Bruce Joyce menyatakan
ada tiga katagori dalam pendidikan yang merupakan tujuan IPS yaitu:
1. Pendidikan Kemanusiaan
Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak
memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam
kehidupannya. Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan nilai. Guru
dapat menyajikan materi IPS dalam tujuan ini misalkan dalam materi krisis
kemanusiaan yang disebabkan oleh terjadinya fenomena alam banjir. Banjir dapat
menimbulkan korban. Bagaimana sikap yang harus dilakukan terhadap korban
banjir. Pada tema ini bisa membicarakan hubungan antara fenomena sosial dan
fenomena alam. Siswa dituntut memiliki sikap empati terhadap masalah
kemanusiaan.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus
dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan
masyarakat. Siswa memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya sebagai
bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara. Pendidikan nilai
dalam tujuan ini lebih ditekankan pada kewarganegaraan. Materi yang disajikan
lebih banyak tema yang berkaitan dengan kehidupan sebagai warga negara.
Misalnya tema tentang etika berkendaraan di jalan raya. Bagaimana seorang
warga negara yang baik menggunakan kendaraan, mentaati rambu-rambu lalu
lintas, tidak ngebut di jalanan yang mengganggu ketentraman, dan sebagainya.
3. Pendidikan Intelektual
Pendidikan intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan untuk
memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang
dikembangkan dari konsep-konsep ilmu sosial. Dalam memecahkan masalah
anak akan dihadapkan pada upaya mengambil keputusan sendiri. Dengan
peningkatan kematangan, anak harus belajar untuk menjawab pertanyaan dengan
benar dan menguji ide-ide kritis dalam situasi sosial.
Dalam pembelajaran ini, siswa diminta untuk berpikir kritis dalam mengkaji
tema-tema yang diangkat dalam kehidupan nyata. Siswa diminta diminta untuk
memberikan analisis dengan konsep-konsep ilmu sosial atau ilmu lainnya
terhadap fakta yang terjadi. Misalkan terjadinya pengangguran, bagaimana
pengangguran dilihat dari aspek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi dan yang
lainnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian siswa diminta untuk
mengambil keputusan. Bagaimana cara menanggulangi agar tidak terjadi
pengangguran dan bagaimana menanggulangi dampak negatif dari pengangguran.
Menurut Jack R. Fraenkel dalam Sriyanto (Human, Change and urbanization: Rural
Communities Dynamics as socio-cultural and economic Resources, Jurnal Dinamika
Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 6, No 1 Maret 2014, hlm 79 –94) Jack R. Fraenkel
membagi tujuan IPS dalam empat katagori yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi
dan ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu siswa untuk belajar lebih banyak
tentang dirinya dan fisiknya dan dunia sosial. Dalam praktek pembelajaran
pengetahuan dapat berupa kegiatan siswa yang dikenalkan dengan konsep-konsep
yang ada dalam ilmu-ilmu sosial misalnya demokrasi, relasi, kronologis,
urbanisasi, migrasi, dan sebagainya. Keterampilan adalah pengembangan
kemampuan-kemampuan tertentu sehingga digunakan pengetahuan yang
diperolehnya.
2. Keterampilan
Beberapa keterampilan yang ada dalam IPS adalah :
a. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan,
mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi,
membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru.
b. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis,
berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta, membuat garis
besar, membuat grafik dan membuat catatan.
c. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu
hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan
masalah, menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan,
menerima, menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.
d. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan kontribusi
dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang
disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara menolong masalah
yang lain, memberikan pengnuatan terhadap kelebihan orang lain, dan
mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.
3. Sikap
Sikap adalah kemahiran, mengembangkan dan menerima keyakinan-
keyakinan, interes, pandangan-pandangan, dan kecendrungan tertentu. Sedangkan
nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam,
mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat. TIK
dalam IPS. Memasuki awal abad ke-21 telah terjadi perkembangan tekonologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang begitu pesat. Tekonologi ini telah banyak
mengubah cara-cara hidup manusia di bumi. Hal terpenting dengan
perkembangan teknologi informasi adalah semakin cepatnya akses informasi
dalam berbagai kehidupan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu mudah dengan
cepat diterima di wilayah lain. Hal ini telah menembus sekat-sekat batas geografis
secara fisik.
4. Nilai
Nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam,
mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat. suatu
ide (gagasan) atau konsep tentang apa yang diptkir penting oleh seseorang di
dalam hidupnya. Nilai sebagai asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang benar dan apa yang penting.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IPS merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian IPS dapat
diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji
masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti
kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi politik-
pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pada tahun 1921, berdirilah “National Council for the Social Studies”
(NCSS), sebuah organisasi professional yang secara khusus membina dan
mengembangkan Social Studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta
kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan.
Pendidikan IPS pada hakekatnya berfungsi untuk membantu
perkembanganpeserta didik memiliki konsep diri yang baik, membantu pengenalan
dan apresiasitentang masyarakat global dan komposisi budaya, sosialisasi proses
sosial, ekonomi,politik, membantu siswa untuk mengetahui waktu lampau dan
sekarang sebagai dasaruntuk mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan
untuk memecahkanmasalah dan keterampilan menilai, membantu perkembangan
peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan masyarakat.
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, semoga apa yang terdapat
didalamnya dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar lebih baik kedepannya. Akhirnya penulis memohon
maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat ketidaksempurnaan dalam
penulisan ataupun dalam konteks kalimat. Dalam pepatah mengatakan “Tiada gading
yang tak retak” kesempurnaan hanya milik Allah swt. dan kekurangan hanya milik
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:
Rosdakarya.
Sriyanto, (2014). Human, Change and urbanization: Rural Communities Dynamicsas socio-
cultural and economic Resources, Jurnal Dinamika Jurnal Pendidikan Dasar, Volume
6, No 1: 79 –94.
Diknas. 2007.Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS). BPPPK
Cheppy HC. tt. 2008. Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Karya Anda.
Depdiknas.2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 TentangStandar Isi. Jakarta : Depdiknas.
Hasan, S. Hamid. 2008.Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Nana Supriatna, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. Bandung : UPI Press.
Puskur. 2008. Belajar danPembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar.
Setiawan, Deny. 2015. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Larispa.

Anda mungkin juga menyukai