"HAKIKAT KURIKULUM"
Disusun oleh :
(151420134)
Kelas 3E
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pengembangan
Kurikulum SD dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan proses
pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang dicitacitakan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani
Kuno yaitu“curir” yang artinya pelari dan “curere” yang artinya tempat berpacu.
Kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah kurikulum tersebut
berkembang kemudian diterapkan dalam pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan
diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak
didik untuk memperoleh ijasah.
Banyak ahli kurikulum mendefinisikan pengertian kurikulum di antaranya seperti yang
dikemukakan oleh Hilda Taba (1962) dalam (Munir, 2008: 27) yang mendefinisikan
kurikulum sebagai rencana belajar dengan mengungkapkan, bahwa a curriculum is a plan
for learning.
Dengan kata lain, kurikulum adalah rencana pendidikan atau pembelajaran. Senada
dengan hal itu, Nana Syaodih Sukmadinata (2010) mengatakan bahwa Kurikulum
merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Keberadaan kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan berada
pada posisi yang strategis dimana peran utamanya sebagai pedoman dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pendidikan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik harus
memperhatikan kondisi kurikulumnya, karena pengalaman yang akan diberikan di dalam
kelas pada pelaksanaan pendidikan akan mengacu pada kurikulum. Kurikulum
menempati posisi sentral dalam proses pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang
berlebihan jika dikatakan bahwa proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai
berdasarkan kriteria yang ada dalam kurikulum. Dari beberapa konsep yang dikemukakan
di atas dapat disimpulkan bahwa konsep kurikulum terdiri atas tiga yaitu kurikulum
sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.
Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum dipandang orang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi peserta didik di sekolah, atau sebagai suatu
perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar,
jadwal, dan evaluasi.
Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan
pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu,
suatu sekolah, suatu kabupaten, provinsi, ataupun seluruh negara.
Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem,yaitu sistem kurikulum. Sistem
kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja
bagaimana cara menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan danpengajaran. Tujuan
kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan
sistem kurikulum.
1. Prinsip relevansi
Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal komponen itu
memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi (relevansi epistemologis),
tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan
pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis), Maka dalam membuat kurikulum
harus memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya,
sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang
akan datang. Dalm realitanya prinsip diatas memang harus betul betul di perhatikan
karena akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting
harus sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya
membangun negara (Asmariani 2014, p. 60).
2. Prinsip fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan fleksibel
dalam implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang
siswa, peran kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu
prinsip fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk
peningkatan mutu pendidikan. Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa,
kurikulum harus memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk
menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu dan kemampuan
serta latar belakang anak. Kurikulum ini mempersiapkan anak-anak untuk saat ini dan
masa depan. Kurikulum tetap fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-anak yang
memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda, Kurikulum harus
menyediakan ruang untuk memberikan kebebasan bagi pendidik untuk
mengembangkan program pembelajaran. Pendidik dalam hal ini memiliki
kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan
siswa dan kebutuhan bidang lingkungan mereka (Mansur 2016, p. 3).
3. Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun
antara jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan.Makna kontinuitas disini adalah
berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat
pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan
pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru)
maupun yang belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan,
kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi
dapat melengkapi studi lainnya. Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum yang
dikembangkan tidak kaku dan memberikan kebebasan kepada guru maupun peserta
didik dalam memilih program atau bahan pembelajaran, sehingga tidak ada unsur
paksaan dalam menempuh program pembelajaran. Pembelajaran.
4. Prinsip efisiensi
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan bahkan vital
dalam proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam perencanaan pembelajaran
agar lebih optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia revolusi industri menawarkan
berbagai macam perkembangan kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia
barat. Salah satu pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia
untuk mecapai sebuah cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak
generasi penerus bangsa untuk memilki akhlaq mulia dan berbudi pekerti yang luhur.
Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Jika sebuah program pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu
dan memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa
dapat mengimplementasikan program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan
agar dalam pengembangan kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan
yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip
efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh mana rencana
program pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar
siswa. Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan
ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum di
masa depan, yaitu dengan mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan
pada aspek efektivitas belajar siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait
dengan metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat
tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi pembelajaran.
Oleh karena itu ada upaya dalam upaya membuat kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang berlebihan, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Dalam implementasinya dalam proses pembelajaran adalah
bagaimana tujuan pengembangan kurikulum ini dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang diharapkan oleh semua pihak, terutama efektivitas pembelajaran di
kelas.
2.3 Komponen Kurikulum
1. Tujuan
Tujuan merupakan komponen penting dalam pengembangan kurikulum karena
sebagai arah semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen
kurikulum lainnya. Sehingga dalam merumuskan tujuan kurikulum berdasarkan
dua hal yaitu perkembangan masyarakat dan falsafah sebuah negara
(Sukmadinata, 2009)
Tujuan Kurikulum yang baik memiliki kesesuaian dengan perkembangan
masyarakat, baik tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat, karena salah satu
tujuan pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk hidup ditengah-
tengah masyarakat. Sehingga sekolah diibaratkan sebagai miniatur masyarakat
atau masyarakat dalam bentuk mini (Tafsir, 2010).
Tujuan kurikulum yang baik memiliki kesesuaian dengan falsafah negara yaitu
pemikiran-pemikiran dan nilai-nilai yang berlaku di sebuah negara. Tujuan
kurikulum Nasional disusun sesuai dengan falsafah negara Indonesia.Tujuan
terbagi menjadi beberapa kategori seperti tujuan khusus dan umum. Tujuan
berkaitan dengan waktu terbagi menjadi tujuan jangka panjang, jangka menengah
dan jangka panjang. Tujuan berkaitan jenjang pendidikan terbagi menjadi tujuan
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Tujuan yang
berhubungan langsung dalam proses pendidikan meliputi tujuan domain kognitif,
domain afektif, dan domain psikomotorik.
Tujuan pendidikan berdasarkan tujuan tertinggi sampai tujuan terendah terbagi
sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan ini merupakan tujuan pendidikan yang paling tinggi dalam herarki
tujuan-tujuan pendidikan yang ada, bersifat ideal dan umum. Undang-Undang
no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan tujuan
Pendidikan Nasional adalah “menjadikan manusia Indonesia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.Tujuan tersebut dilengkapi oleh Peraturan Pemerintah no.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, tujuannya adalah
membentuk peserta didik menjadi manusia seutuhnya, yang memiliki ilmu
pengetahuan dan kecakapan serta beriman dan mempunya tanggung jawab
sebagai warga Negara.
Tujuan Pendidikan Nasional yang tertulis di UU dan PP memiliki kesamaan
dengan tujuan pendidikan Islam yang tertulis pada Peraturan Menteri Agama
no. 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Keagamaan dan Bahasa Arab, yaitu menciptakan manusia yang
beriman dan bertakwa sebagai pribadi, dan memiliki rasa tanggung jawab
sebagai manusia sosial.
b. Tujuan Institusional
Tujuan Institusional atau tujuan tingkat satuan pendidikan adalah tindak lanjut
dari tujuan nasional. artinya tujuan tingkat satuan pendidikan mesti
menggambarkan kelanjutan dan hubungan yang kuat dengan tujuan
pendidikan nasional. Tujuan tersebut dikenal dengan tujuan pendidikan dasar,
tujuan pendidikan menengah dan tujuan pendidikan tinggi.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler dikenal dengan standar kompetensi adalah tindak lanjut dari
tujuan tingkat satuan pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
dari satuan pendidikan. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional,
tujuan kurikuler tersusun menjadi standar kompetensi kelompok mata
pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional atau standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran merupakan tujuan terakhir dari tiga tujuan pendidikan diatasnya.
Tujuan ini bersifat operasional dimana tujuan tersebut diharapkan dapat
tercapai pada saat proses belajar mengajar yang bersifat langsung. Oleh karena
itu, para pendidik memiliki tugas menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Pencapaian tujuan instruksional ini tergantung kondisi proses pembelajaran
yang ada, baik kompetensi pendidik, fasilitas belajar, peserta didik, metode
pembelajaran, lingkungan, dan faktor yang lain.
2. Isi atau Materi
Komponen isi atau materi pembelajaran merupakan materi yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Nasution, 1989). Isi atau
materi yang dimaksud adalah mata pelajaran.Peraturan Pemerintah no 19 tahun
2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 6 menjelaskan bahwa Mata
pelajaran itu terbagi menjadi kelompok mata pelajaran yang terdiri dari Kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi, Kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan
3. Proses Pembelajaran
Proses Pembelajar adalah komponen kurikulum ini memiliki peranan penting
dalam pendidikan. Mutu proses pembelajar ditentukan oleh kompetensi pendidik
(Tafsir, 2010), yaitu kompetensi pendidik dalam menguasai dan mengaplikasikan
teori-teori psikologi, metode mengajar, dan penggunaan alat pengajaran.Proses
pembelajaran dalam pembahasannya sering terbagi menjadi dua yaitu strategi
pembelajaran dan media pembelajaran (Sukmadinata, 2009). Strategi
pembalajaran adalah ca ra yang dimiliki oleh pendidik dalam proses belajar
mengajar. Strategi yang digunakan dalam mengajar, antara lain
reception/exposition learning atau discovery learning, rote learning atau
meaningful learning, dan group learning atau individual learning (Sukmadinata,
2009).
Media pembelajaran adalah segala macam bentuk rangsangan dan alat yang
disediakan pendidik untuk mendorong peserta didik belajar. Fungsinya sebagai
alat bantu untuk memudahkan dalam menyampaikan isi atau materi kurikulum
agar dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Kemampuan pendidik
memilih media yang tetap dapat menentukan kelancaran proses proses
pembelajaran.
Media pembelajaran terbagi menjadi lima kelompok, yaitu interaktif insani,
realita, pictorial, simbol tertulis, dan rekaman suara (Sukmadinata, 2009). Pada
perkembanganya, keberadaan alat-alat teknologi dan komunikasi seperti internet,
dan smartphone sering menggantikan peran pendidik. Oleh karena itu,
perkembangan tersebut perlu diantisipasi dengan bijak oleh pakar pendidikan,
sehingga dapat membahasa tugas-tugas apa saja yang dapat digantikan oleh mesin
(Tafsir, 2010).
4. Penilaian atau Evaluasi
Evaluasi atau penilaian ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dan menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara total.
Evaluasi ini terbagi menjadi evaluasi hasil belajar mengajar yaitu menilai
keberhasilan penguasaan peserta didik atau tujuan-tujuan khusus yang telah
ditentukan, dan evaluasi pelaksanaan mengajar yaitu menilai keseluruhan
pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar,
bahan mengajar, strategi dan media pengajaran, serta komponen evaluasi
mengajar sendiri (Sukmadinata, 2009).
Bagi kebanyakan masyarakat kita, barangkali sebagian besar dari mereka pada
umumnya belum mengetahui secara rinci bagaimana sejarah perjalanan
kurikulum yang digunakan pada sistem pendidikan di negara kita. Pemahaman
mereka pada umumnya hanya terbatas pada pengertian bahwa kurikulum yang
digunakan di sekolah saat ini adalah kurikulum yang tidak pernah mengalami
perubahan. Padahal selama ini Indonesia telah melakukan beberapa kali
pergantian kurikulum yang digunakan.
Berikut adalah deskripsi singkat sejarah perjalanan kurikulum yang pernah
digunakan dalam dunia pendidikan di tanah air.
1. Kurikulum 1947
Ini adalah kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Saat itu mulai ditetapkan Pancasila sebagai asas pendidikan. Kurikulum
ini juga disebut dengan Rencana Pelajaran 1947, namun baru dilaksanakan pada
tahun 1950.Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka
pendidikan yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan
hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952
Kehadiran kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya,
dengan merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
Indonesia, seperti setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru hanya
mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, yang
dinamakan Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau
artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama pada era orde baru. Bersifat politis dan dimaksudkan untuk
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde
lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.Cirinya, muatan
materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual
di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan
kuat.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah kemudian menyempurnakan kurikulum 1968 pada tahun 1975.
Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito,
Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan kala itu, kurikulum ini
lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by
objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan
pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut dengan Kurikulum 1975 Disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar, yaitu dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA).
7. Kurikulum 1994
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses nampaknya belum berhasil. Akibatnya banyak
kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari
muatan nasional sampai muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004
Pada tahun 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai
pengganti Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi yang
harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai
spesifikasi, indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.KBK mempunyai ciri-
ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan
belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
9. Kurikulum 2006
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol
terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut
mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi
sebuah perangkat. Kurikulum ini juga dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap
dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran
terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan
materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.Kurikulum 2013 hingga saat
ini masih berlaku dan diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Almuntasir.L (2018) ,” Permendikbud No. 20, 21, 22, 23 dan 24 Tahun 2016”,
https://www.pendidikanalmun.com/2018/12/permendikbud-no-20-21-22-23-dan-24.html?
m=1 , Diakses pada tanggal 8 September 2021 pada pukul 17:26.
Shofiyah,Shofiyah."Prinsip–Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran." EDURELIGIA: Jurnal Pendidikan Agama
Islam 2.2 (2018): 122-130.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia/article/view/464/322, Diakses
pada tanggal 8 September 2021 pada pukul 16:09.
Yunandra.(2017) ,“Komponen Kurikulum Pendidikan
”https://yunandra.com/empat-komponen-kurikulum-pendidikan-yunandra/ ,
Diakses pada tanggal 8 September 2021 pada pukul 15:00.