Anda di halaman 1dari 17

Program BK di Sekolah

NAMA KELOMPOK :

1. Akmala Maghfiro (1713052038)


2. Amelia Irentika Maharani (1713052026)
3. Diajeng Setia Ganis (1713052012)
4. Husnul khotimah (1713052040)
5. Ibam Ramadhan (1713052027)
6. Istiqomah (1713052013)
7. Larasati Defa Setia (1753052004)
8. M. Akbar Sanusi (1753052003)
9. M. Diki Septian (1713052025)
10. Mia Aulia (1713052047)
11. Mella Trisniati (1713052022)
12. Yuli Hasanah (1713052021)

Mata kuliah : Program BK di Sekolah

Dosen pengampu : Tika Febriyani, M.Pd.

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan


Bimbingan Konseling
Universitas Lampung
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah BK Komperhensif.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Program BK di Sekolah, dan untuk
memberikan pemahaman mendalam tentang landasan berfikir, dan pola pengembangan
program layanan..

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan, terutama dalam segi
penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan  demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberi
banyak pengetahuan dan gambaran mengenai layanan BK Komperhensif, serta dapat
menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah berikutnya dan bisa bermanfaat bagi semua
pihak.

Bandar Lampung, 18 Maret 2019

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

2.1 Assesment dalam BK Komperhensif..............................................................3

2.2 Karakteristik kebutuhan BK Komperhensif ...................................................4

2.3 komponen program BK Komperhensif .........................................................6

2.4 Strategi layanan BK Komperhensif ..........................................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................13

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana


aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi
pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. program
bimbingan dan konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling yang
akan diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang tercapainya tujuan
pendidikan nasional pada umumnya dan visi/misi yang ada di sekolah secara khusus.
Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merujuk pada
pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi objektif yang berkaitan dengan kebutuhan
nyata di sekolah yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik. Program
bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif di dalamnya akan tergambarkan
assesment, karakteristik kebutuhan, komponen program dan strategi layanan BK
Komperhensif.
Dengan itu, program bimbingan dan konseling sekolah dirancang untuk
menjamin bahwa setiap siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat
program itu. Sehingga kenyataan yang sering muncul, yaitu aktivitas konselor sekolah
yang menghabiskan banyak waktunya untuk memenuhi kebutuhan sebagian kecil siswa
(secara khusus hanya mengurus kebutuhan siswa berprestasi rendah dan bermasalah)
tidak terjadi lagi. Sehingga program yang dilaksanakan merupakan program yang
realistik dan layak untuk di implementasikan dan dapat mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal di sekolah-sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apasaja assesment dalam Bimbingan Konseling?


2. Bagaimana karakteristik kebutuhan BK Komperhensif?
3. Apasaja komponen program BK Komperhensif?
4. Bagaimana strategi layanan BK Komperhensif?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui assesment dalam Bimbingan Konseling

4
2. Untuk mengetahui karakteristik kebutuhan BK Komperhensif
3. Untuk mengetahui komponen program BK Komperhensif
4. Untuk mengetahui strategi layanan BK Komperhensif

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Assesment dalam Bimbingan Konseling

Asesmen adalah proses untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan


pada evaluasi. Asesmen atau penilaian merupakan tahapan dalam proses belajar
mengajar yang relatif cukup rumit pelaksanaannya. Penilaian sering diterjemahkan dari
dua istilah asing yang sebenarnya memiliki makna berbeda. Dua istilah tersebut adalah
evaluation dan assessment.

Assessment merupakan proses pengumpulan dan diskusi tentang informasi


yang diperoleh dari berbagai sumber, dalam rangka mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang apa yang sudah diketahui dan dipahami oleh mahasiswa, dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan pengetahuan dan pemahamannya itu sebagai hasil
dari pengalaman belajar yang mereka peroleh. Melalui Assessment dapat ditentukan
seberapa jauh kemajuan belajar mahasiswa. Melalui assessment dapat diketahui capaian
competency level melalui program-program yang mereka tempuh dan memungkinkan
bagi mereka untuk menunjukkan capaian standar sebagaimana yang telah ditetapkan.
Assessment lebih bermakna sebagai penilaian yang dilakukan untuk memberikan ‘
grade’ baik secara numeric (misalnya skala 100 atau skala 5), abjad (A – F), dan
deskripsi, baik yang menyangkut order seperti sangat baik, baik, cukup, kurang dan
sebagainya atau yang bersifat dikotomi seperti kompeten atau tidak kompeten.

Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran


(measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki
pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah
suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan
dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun,
1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating,
obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari
pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni
memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan,
kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan,
sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.

6
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah
mencapai karakteristik tertentu.

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan


beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-
kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi asesmen teknik nontes dan
asesmen teknik tes.

2.2 Karakteristik Kebutuhan BK Komperhensif

Model bimbingan dan konseling komprehensif merupakan model mutakhir yang


dikembangkan oleh American School Counselor Association(ASCA). Model ini mulai
dikembangkan pada tahun 1997. Model ini merupakan gerakan reformasi pendidikan
yang mencakup undang-undang tentang pendidikan dasar dan menengah di Amerika
Serikat, serta undang-undang “no children left behind”.
Bimbingan dan konseling komprehensif dirancang untuk merespon berbagai
persoalan yang dihadapi oleh konselor di sekolah. Berdasarkan laporan ASCA dan
beberapa penelitian, DeVoss mengatakan bahwa konselor di sekolah mengalami berbagai
masalah antara lain sepeti kurangnya dukungan administrasi BK, tidak memiliki arah
yang jelas pada ekspektasi dan tujuan program, tidak mendapatkan pengakuan dan
penghargaan, kurang ada control dalam pelaksanaan program harian, serta banyak
mengerjakan tugas-tugas non-profesional. Selanjutnya Hart dan Jacobi mengidentifikasi
enam masalah yang dihadapi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu: (1) kurangnya
filosofi berpikir dari program BK; (2) program BK tidak terintegrasi dengan program
sekolah yang lain; (3) tidak cukup akses untuk siswa; (4) layanan yang tidak memadai;
(5) kurangnya akuntabilitas konselor; dan (6) gagal untuk menggunakan berbagai sumber
yang ada.  Untuk itulah model bimbingan komprehensif dikembangkan sebagai setrategi
untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas.
Selain itu, model bimbingan komprehensif ini dikembangkan berdasarkan berbagai
hasil kajian teori, dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh ASCA tentang

7
program bimbingan dan konseling dan profesi konselor sekolah. Penelitian tersebut
menjaring data mulai dari konselor di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi, serta supervisor dan pendidik
konselor. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di lebih dari 35 negara bagian di
Amerika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model bimbingan dan konseling
komprehensif yang ditawarkan oleh ASCA merupakan model yang memiliki landasan
teoritik dan praktik yang dapat diandalkan.
Model bimbingan dan konseling komprehensif merupakan respons terhadap
berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh American School Counseling Ascociation.
Model ini merupakan upaya perbaikan dan pengembangan dari model bimbingan dan
konseling yang telah dikembangkan sebelumnya. Model bimbingan dan konseling
komprehensif menuntut perubahan paradigma berpikir konselor, baik posisi maupun
kinerja kerja konselor. Hal ini disebabkan karena model ini merupakan gebrakan baru
bagi layanan bimbingan dan koseling, sehingga perubahan pertama untuk dapat
mengimplementasikan model ini adalah konselor, yang merupakan kunci pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah. Tuntutan bagi konselor adalah mengubah paradigm
berpikir lama menuju paradigm yang komprehensif. Paradigma lama antara lain: kegiatan
bimbingan dan konseling memfokuskan pada jumlah aktivitas, evaluasi program
berdasarkan banyaknya kegiatan yang dilakukan, dan bekerja untuk mempertahankan
system yang ada kea rah visi yang baru. Adapun visi baru model ini adalah: kegiatan
layanan bimbingan dan konseling berfokus pada keluaran dan meningkatkan hasil,
mengukur hasil keberhasilan layanan berdasarkan tujuan yang telah dirancang, mengubah
dan mengadaptasi system menjadi lebih responsive terhadap perubahan system.
Selanjutnya, model ini dikembangkan untuk memperlihatkan pendekatan yang
komprehensif pada latar belakang berpikir, system layanan, manajemen dan akuntabilitas.
Model ini memberikan mekanisme bagi konselor sekolah untuk mendesain,
mengkoordinasi, mengimplementasi, mengelola dan mengevaluasi program BK yang
didasari oleh keberhasilan siswa.
Program BK komprehensif adalah usaha kolaboratif yang bermanfaat bagi siswa,
orang tua, guru, staf administrasi, dan seluruh anggota masyarakat (ASCA). Model BK
komprehensif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.         Memiliki cakupan layanan yang komprehensif
2.         Memiliki desain yang berlandaskan pada nilai-nilai preventif
3.         Memiliki bentuk yang bersifat perkembangan
4.         Berpusat pada siswa
5.         Dilaksanakan secara kolaboratif
6.         Didukung oleh data

8
7.         Terintegrasi pada keseluruhan program sekolah (Bower & Hatch, 2012)
Di samping itu, model ini memberikan kerangka kerja bagi komponen-komponen
program, peran konselor sekolah dalam implementasi dan filosofi yang melandasi
kepemimpinan, advokasi, dan perubahan yang sistemik. Konselor sekolah berubah
dari service-centered bagi sebagian siswa, menjadiprogram-centered bagi seluruh siswa.
Dengan demikian, konselor dituntut untuk dapat merancang program yang dapat
mengakomodasi seluruh kepentingan siswa. Tuntutan tersebut terefleksi dari perubahan
pertanyaan kepada konselor sekolah. Pada model konseling yang lama, konselor dituntut
untuk mengerjakan pekerjaan dalam merespon pertanyaan: Apa yang dilakukan oleh
konselor sekolah? Pada model BK komprehensif, konselor dituntut untuk merespon
pertanyaan: Bagaimana siswa berubah sebagai hasil dari apa yang dilakukan oleh
konselor?
Walaupun model ini diadopsi dari model ASCA yang dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh bimbingan dan konseling di Amerika Serikat,
namun model ini dapat diadaptasi di Indonesia. Kemungkinan adaptasi model ASCA di
Indonesia sangat terbuka, karena model ini memberikan kerangka berpikir dan kerangka
kerja yang fleksibel, seperti yang dikemukakan oleh Bower dan Hatch. Mereka
mengatakan bahwa model ASCA yang member peluang kepada masing-masing negara
bagian untuk menetapkan standar masing-masing dan mempertimbangkan dengan
kebutuhan dan kondisi politik local. Dengan fleksibilitas tersebut, model ini dapat
diadaptasi untuk pengembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.

2.3 Komponen Program BK Komperhensif

........................................................................ Menurut Depdiknas (2007: 207), ”program bimbin


mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2)
pelayanan responsif, (3) perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem”. Adapun
pengertian tiap-tiap komponen pelayanan tersebut sebagai berikut:

1. Pelayanan Dasar

Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli
melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar
kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Di Amerika Serikat sendiri,
istilah pelayanan dasar ini lebih populer dengan sebutan kurikulum bimbingan (guidance

9
curriculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, menurut Gybers & Henderson
(American School Counselor Association, 2005: 22) kurikulum bimbingan ini
diperuntukan kepada seluruh peserta didik yang diharapkan dapat memfasilitasi
peningkatan keterampilan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Penggunaan
instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat
diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan
diperlukan untuk dijadikan landasan pengembang; pengalaman terstruktur yang
disebutkan.

2. Pelayanan Responsif

Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi


kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak
segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang di ungkapkan oleh Gysbers
& Henderson (American School Counselor Association, 2005: 22), tujuan pelayanan ini
adalah memberikan bantuan khusus bagi konseli yang menghadapi kebutuhan dan
masalah yang memerlukan pertolongan degan segera.

3. Perencanaan Individual

Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan
peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara
mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan
informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat
diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di
dalam mengem-bangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan
kebutuhan khusus konseli. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang di ungkapkan oleh
Gysbers & Henderson (American School Counselor Association, 2005: 22), perencanaan
individual merupakan kegiatan yang sistematis yang dirancang untuk membantu peserta
didik memahami dan mengambil tindakan untuk mengembangkan rencana masa depan.

4. Dukungan Sistem

Ketiga komponen di atas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada


konseli secara langsung. Menurut Gysber & Henderson (2006: 81), dukungan sistem
merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja infra struktur

10
(misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan
profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.

2.4 Strategi Layanan BK Komperhensif

Strategi layanan dalam pandangan bimbingan dan konseling komprehensif,


merupakan strategi kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan maksud dan tujuan suatu
layanan tertentu. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing strategi layanan berdasarkan
layanan bimbingan dan konseling:

1. Layanan dasar
Layanan bimbingan yang diperuntukan untuk seluruh siswa yang ditujukan untuk membantu
terwujudnya perkembangan yang lebih optimal bagi para peserta didik. Fungsi yang digunakan
dalam layanan dasar umumnya ialah pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan. Strategi
layanan dasar sebagai berikut:
1.1 Layanan informasi
Merupakan layanan yang menitikberatkan pada pemberian informasi kepada
peserta didik agar bisa memahami dirinya dan lingkungannya. Berikut ciri-ciri
layanan informasi:
a. Memberikan informasi tertentu
b. Dapat diberikan kepada seluruh siswa
c. Mempunyai fungsi pengembangan, pemeliharaan dan pencegahan
d. Adanya tema atau judul dan materi tertentu
e. Materi layanan informasi bisa ditunjukan untuk memberikan pengetahuan,
pemahaman atau keterampilan kepada peserta didik
f. Bisa memanfaatkan metode, tekhnik, atau media tertentu
1.2 Strategi layanan orientasi
Adalah salah satu strategi layanan yang dilakukan dengan cara memberikan
informasi kepada peserta didik yang berguna bagi mereka untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekolah atau kelas barunya, sehingga akan mendukung
perkembangan peserta didik dengan baik. Ciri layanan orientasi adalah sebagai
berikut:
a. Bisa untuk semua siswa bimbingan klasikal, yang dirasa memerlukan.
b. Memberikan suatu informasi.
c. Ada tema dan materi tertentu.

11
d. Tema atau informasi yang ditujukan untuk membantu siswa menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekolah barunya.
1.3 Strategi layanan bimbingan kelompok
Adalah salah satu strategi layanan dasar dalam bimbingan dan konseling
dengan memberikan informasi pemahaman atau keterampilan tertentu, yang
diberikan kepada siwa dalam setting kelompok. Ciri bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
a. Aktifitas bimbingan dalam setting kelompok, anggota antara 5-13 orang.
b. Bersifat pencegahan atau pengembangan.
c. Mengajak peserta fokus pada suatu topik.
d. Terjadi proses diskusi atau pertukaran pengalaman.
1.4 Strategi layanan penguasaan konten
Layanan ini dikembangkan oleh Prayitno, beliau membedakan layanan
penguasaan konten dengan layanan informasi. Layanan penguasaan konten
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menguasai keterampilan tertentu.
Dengan demikian, strategi layanan penguasaan konten dapat digolongkan ke
dalam layanan dasar.

2. Strategi Layanan Dalam Layanan Responsif


Strategi layanan responsif adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dan masalah yang
memerlukan pertolongan dengan segera. Layanan Responsif ini bersifat kuartif atau
penyembuhan, artinya layanan ini digunakan untuk menyembuhan siswa yang terkait
dengan masalah tertentu, bisa masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier. Penjelasan
tentang strategi layanan responsif, sebagai berikut :

2.1 Staregi layanan konsleing individu


Konseling individu adalah layanan bantuan oleh guru bimbingan dan
konseling yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalahnya, secara individu. Ciri konseling individu :
a) Ada satu individu yang memiliki masalah ( konseli )
b) Adanya masalah yang perlu diatasi.
c) Menggunakan tehnik konseling.
d) Bersifat rahasia.
e) Memiliki fungsi pengentasan atau kuartif atau penyembuhan.
2.2 konseling kelompok

12
Konseling kelompok adalah strategi layanan yang ditunjukan untuk
mengatasi masalah konseli, dalam setting kelompok.
Ciri konseling kelompok :
a) Ada masalah yang perlu diatasi.
b) Terdiri dari beberapa konseli yang mempunyai masalah.
c) Menggunakan tehnik konseling.
d) Menggunakan pendekatan- pendekatan konseling tertentu.
e) Bersifat rahasia.
f) Memiliki fungsi pengentasan atau kuartif atau penyembuhan
2.3 Referal atau alih tangan kasus
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan bimbingan dan konseling dalam
rangka membantu mengatasi masalah atau kasus individu dengan
mengalihkan tangankan penanganannya dari konselor sekolah kepada tenaga
yang dirasa lebih ahli atau lebih memiliki wewenang menangani kasus
tersebut. Ciri tindakan alih tangan :

a) Adanya masalah atau kasus yang dihadapi.


b) Guru BK tidak mampu mengatasi kasus tersebut atau di luar wewenang
guru BK.
c) Ada alih tangan yang dituju.
d) Ada kesepakatan antara konseli untuk dialihtangani kasusnya.
2.4 Konferensi kasus
Konferensi kasus adalah upaya bimbingan dan konseling untuk
menyelesaikan masalah sesorang siswa melalui kegiatan musyawarah dengan
beberapa personil yang turut berperan dalam perkembangan para siswa.
Contohnya kepala sekolah, guru, wali murid, ketua komite sekolah. Ciri
konferensi kasus :
a) Ada kasus dan masalah yang ingin diatasi.
b) Konferensi kasus dilakukan apabila guru BK tak mampu lagi
mengetasinya secara sendiri, sehingga diperlukan musyawarah dengan
beberapa pihak.
c) Melibatkan kepala sekolah, dewan guru.
2.5 Kunjungan rumah
Kunjungan rumah adalah upaya guru BK mengatasi permasalahan siswa
dengan mengunjungi rumah siswa tersebut, dan menemui wali nya untuk

13
sehingga didapat informasi yang lebih lengkap dan dapat membantu
mengatasi masalah siswa yang bersangkutan. Ciri dari kunjungan rumah :
a) Guru BK mengunjungi rumah siswa / wali murid.
b) Siswa yang dikunjungi memiliki masalah yang harus diatasi.
c) Menemui wali murid untuk memperoleh informasi yang lebih lengakap
dan mendukung bekerja sama baik untuk mengatasi masalah siswa.
d) Kunjungan rumah merupakan bagian dari tugas guru BK dari sekolah.

3. Layanan Perencanaan Individu

Ialah layanan bimbingan dan konseling yang ditunjukan untuk membantu peserta didik
dalam merencanakan masa depannya. Perencanaan individu ini bisa dalam bidang
pribadi-sosial, belajar, maupun karier. Perencanaan individu bisa meliputi penempatan
penyaluran dan peminatan. Startegi pelayanan atau perencanaan individu ada 2 yaitu :

3.1 Penilaian individu atau kelompok


Adalah guru BK bersama siswa menganalisis dan menilai kemampuan,
kepribadian, minat, ketrampilan, dan prestasi belajar siswa. Analisis
penilaian ini bisa dilakukan pada seseorang siswa atau beberapa orang
siswa (kelompok). Penilaian ini diperlukan untuk menilai secara tepat siswa
tersebut, untuk membantu menentukan perencanaan dirinya dimasa
mendatang,baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, maupun karier.
Instrumen yang dapat membantu penilaian diri siswa diantaranya :
a) Tes intelegensi
b) Hasil belajar
c) Angket kepribadian
d) Catatan prestasi
e) Pedoman wawancara
f) Pedoman observasi
3.2 Individual or Small-Group Advisement
Adalah guru BK memberikan nasehat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan dan karier yang diperoleh untuk :
a) Merumuskan tujuan
b) Merencanakan kegiatan
c) Melakukan kegiatan sesuai tujuan dan rencana

14
d) Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan

4. Dukungan Sistem

Adalah upaya guru BK membantu mengoptimalkan perkembangan siswa melalui


pengkondisian lingkungan yang kondusif untuk mendukung, perkembangan siswa yang
lebih optimal. Dua strategi layanan dalam dukungan sistem ialah kegiatan menajemen
dan kegiatan koordinasi (kerjasama).

Strategi layanan atau dukungan sistem yaitu :


4.1 Strategi manajemen adalah upaya guru BK dalam memanajemen bimbingan
dan konseling sebagai upaya untuk membantu perkembangan siswa yang
lebih optimal. Contoh kegiatan manajemen :
a) Pengembangan program.
b) Pengembangan staf ( studi lanjut ke PPK/S2, mengikuti seminar/
workshop BK).
c) Pengembangan penataan kebijakan (seperti : mengikuti dan aktif
dalam rapat sekolah yang mendukung perkembangan peserta didik).
4.2 Strategi kolaborasi (kerjasama) adalah strategi kerjasama guru bimbingan dan
konseling dengan pihak lain (dewan guru, kepala sekolah, komite sekolah,
staf tata usaha atau ahli lain) yang bertujuan untuk membantu mendukung
perkembangan siswa yang lebih optimal.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bahwa assessment merupakan proses pengumpulan


dan diskusi tentang informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, dalam rangka
mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang apa yang sudah diketahui dan
dipahami oleh mahasiswa, dan apa yang dapat mereka lakukan dengan pengetahuan dan
pemahamannya itu sebagai hasil dari pengalaman belajar yang mereka perolehKomponen
program BK Komperhensif menurut Depdiknas (2007: 207), ”program bimbingan dan
konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: pelayanan dasar bimbingan;
pelayanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem”, serta strategi
layanan dalam pandangan bimbingan dan konseling komprehensif, merupakan strategi
kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan maksud dan tujuan suatu layanan tertentu.

16
DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Ciputat: PT Ciputat Press.


Hidayat, Dede Rahmat dan Herdi. 2014. Bimbingan Konseling Kesehatan
Mental di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2012. Landasan Bimbingan &
Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai