NAMA KELOMPOK :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah BK Komperhensif.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Program BK di Sekolah, dan untuk
memberikan pemahaman mendalam tentang landasan berfikir, dan pola pengembangan
program layanan..
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan, terutama dalam segi
penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberi
banyak pengetahuan dan gambaran mengenai layanan BK Komperhensif, serta dapat
menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah berikutnya dan bisa bermanfaat bagi semua
pihak.
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Untuk mengetahui karakteristik kebutuhan BK Komperhensif
3. Untuk mengetahui komponen program BK Komperhensif
4. Untuk mengetahui strategi layanan BK Komperhensif
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah
mencapai karakteristik tertentu.
Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi asesmen teknik nontes dan
asesmen teknik tes.
7
program bimbingan dan konseling dan profesi konselor sekolah. Penelitian tersebut
menjaring data mulai dari konselor di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi, serta supervisor dan pendidik
konselor. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di lebih dari 35 negara bagian di
Amerika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model bimbingan dan konseling
komprehensif yang ditawarkan oleh ASCA merupakan model yang memiliki landasan
teoritik dan praktik yang dapat diandalkan.
Model bimbingan dan konseling komprehensif merupakan respons terhadap
berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh American School Counseling Ascociation.
Model ini merupakan upaya perbaikan dan pengembangan dari model bimbingan dan
konseling yang telah dikembangkan sebelumnya. Model bimbingan dan konseling
komprehensif menuntut perubahan paradigma berpikir konselor, baik posisi maupun
kinerja kerja konselor. Hal ini disebabkan karena model ini merupakan gebrakan baru
bagi layanan bimbingan dan koseling, sehingga perubahan pertama untuk dapat
mengimplementasikan model ini adalah konselor, yang merupakan kunci pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah. Tuntutan bagi konselor adalah mengubah paradigm
berpikir lama menuju paradigm yang komprehensif. Paradigma lama antara lain: kegiatan
bimbingan dan konseling memfokuskan pada jumlah aktivitas, evaluasi program
berdasarkan banyaknya kegiatan yang dilakukan, dan bekerja untuk mempertahankan
system yang ada kea rah visi yang baru. Adapun visi baru model ini adalah: kegiatan
layanan bimbingan dan konseling berfokus pada keluaran dan meningkatkan hasil,
mengukur hasil keberhasilan layanan berdasarkan tujuan yang telah dirancang, mengubah
dan mengadaptasi system menjadi lebih responsive terhadap perubahan system.
Selanjutnya, model ini dikembangkan untuk memperlihatkan pendekatan yang
komprehensif pada latar belakang berpikir, system layanan, manajemen dan akuntabilitas.
Model ini memberikan mekanisme bagi konselor sekolah untuk mendesain,
mengkoordinasi, mengimplementasi, mengelola dan mengevaluasi program BK yang
didasari oleh keberhasilan siswa.
Program BK komprehensif adalah usaha kolaboratif yang bermanfaat bagi siswa,
orang tua, guru, staf administrasi, dan seluruh anggota masyarakat (ASCA). Model BK
komprehensif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki cakupan layanan yang komprehensif
2. Memiliki desain yang berlandaskan pada nilai-nilai preventif
3. Memiliki bentuk yang bersifat perkembangan
4. Berpusat pada siswa
5. Dilaksanakan secara kolaboratif
6. Didukung oleh data
8
7. Terintegrasi pada keseluruhan program sekolah (Bower & Hatch, 2012)
Di samping itu, model ini memberikan kerangka kerja bagi komponen-komponen
program, peran konselor sekolah dalam implementasi dan filosofi yang melandasi
kepemimpinan, advokasi, dan perubahan yang sistemik. Konselor sekolah berubah
dari service-centered bagi sebagian siswa, menjadiprogram-centered bagi seluruh siswa.
Dengan demikian, konselor dituntut untuk dapat merancang program yang dapat
mengakomodasi seluruh kepentingan siswa. Tuntutan tersebut terefleksi dari perubahan
pertanyaan kepada konselor sekolah. Pada model konseling yang lama, konselor dituntut
untuk mengerjakan pekerjaan dalam merespon pertanyaan: Apa yang dilakukan oleh
konselor sekolah? Pada model BK komprehensif, konselor dituntut untuk merespon
pertanyaan: Bagaimana siswa berubah sebagai hasil dari apa yang dilakukan oleh
konselor?
Walaupun model ini diadopsi dari model ASCA yang dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh bimbingan dan konseling di Amerika Serikat,
namun model ini dapat diadaptasi di Indonesia. Kemungkinan adaptasi model ASCA di
Indonesia sangat terbuka, karena model ini memberikan kerangka berpikir dan kerangka
kerja yang fleksibel, seperti yang dikemukakan oleh Bower dan Hatch. Mereka
mengatakan bahwa model ASCA yang member peluang kepada masing-masing negara
bagian untuk menetapkan standar masing-masing dan mempertimbangkan dengan
kebutuhan dan kondisi politik local. Dengan fleksibilitas tersebut, model ini dapat
diadaptasi untuk pengembangan bimbingan dan konseling di Indonesia.
1. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli
melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar
kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Di Amerika Serikat sendiri,
istilah pelayanan dasar ini lebih populer dengan sebutan kurikulum bimbingan (guidance
9
curriculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, menurut Gybers & Henderson
(American School Counselor Association, 2005: 22) kurikulum bimbingan ini
diperuntukan kepada seluruh peserta didik yang diharapkan dapat memfasilitasi
peningkatan keterampilan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Penggunaan
instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat
diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan
diperlukan untuk dijadikan landasan pengembang; pengalaman terstruktur yang
disebutkan.
2. Pelayanan Responsif
3. Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan
peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara
mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan
informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat
diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di
dalam mengem-bangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan
kebutuhan khusus konseli. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang di ungkapkan oleh
Gysbers & Henderson (American School Counselor Association, 2005: 22), perencanaan
individual merupakan kegiatan yang sistematis yang dirancang untuk membantu peserta
didik memahami dan mengambil tindakan untuk mengembangkan rencana masa depan.
4. Dukungan Sistem
10
(misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan
profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
1. Layanan dasar
Layanan bimbingan yang diperuntukan untuk seluruh siswa yang ditujukan untuk membantu
terwujudnya perkembangan yang lebih optimal bagi para peserta didik. Fungsi yang digunakan
dalam layanan dasar umumnya ialah pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan. Strategi
layanan dasar sebagai berikut:
1.1 Layanan informasi
Merupakan layanan yang menitikberatkan pada pemberian informasi kepada
peserta didik agar bisa memahami dirinya dan lingkungannya. Berikut ciri-ciri
layanan informasi:
a. Memberikan informasi tertentu
b. Dapat diberikan kepada seluruh siswa
c. Mempunyai fungsi pengembangan, pemeliharaan dan pencegahan
d. Adanya tema atau judul dan materi tertentu
e. Materi layanan informasi bisa ditunjukan untuk memberikan pengetahuan,
pemahaman atau keterampilan kepada peserta didik
f. Bisa memanfaatkan metode, tekhnik, atau media tertentu
1.2 Strategi layanan orientasi
Adalah salah satu strategi layanan yang dilakukan dengan cara memberikan
informasi kepada peserta didik yang berguna bagi mereka untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekolah atau kelas barunya, sehingga akan mendukung
perkembangan peserta didik dengan baik. Ciri layanan orientasi adalah sebagai
berikut:
a. Bisa untuk semua siswa bimbingan klasikal, yang dirasa memerlukan.
b. Memberikan suatu informasi.
c. Ada tema dan materi tertentu.
11
d. Tema atau informasi yang ditujukan untuk membantu siswa menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekolah barunya.
1.3 Strategi layanan bimbingan kelompok
Adalah salah satu strategi layanan dasar dalam bimbingan dan konseling
dengan memberikan informasi pemahaman atau keterampilan tertentu, yang
diberikan kepada siwa dalam setting kelompok. Ciri bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
a. Aktifitas bimbingan dalam setting kelompok, anggota antara 5-13 orang.
b. Bersifat pencegahan atau pengembangan.
c. Mengajak peserta fokus pada suatu topik.
d. Terjadi proses diskusi atau pertukaran pengalaman.
1.4 Strategi layanan penguasaan konten
Layanan ini dikembangkan oleh Prayitno, beliau membedakan layanan
penguasaan konten dengan layanan informasi. Layanan penguasaan konten
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menguasai keterampilan tertentu.
Dengan demikian, strategi layanan penguasaan konten dapat digolongkan ke
dalam layanan dasar.
12
Konseling kelompok adalah strategi layanan yang ditunjukan untuk
mengatasi masalah konseli, dalam setting kelompok.
Ciri konseling kelompok :
a) Ada masalah yang perlu diatasi.
b) Terdiri dari beberapa konseli yang mempunyai masalah.
c) Menggunakan tehnik konseling.
d) Menggunakan pendekatan- pendekatan konseling tertentu.
e) Bersifat rahasia.
f) Memiliki fungsi pengentasan atau kuartif atau penyembuhan
2.3 Referal atau alih tangan kasus
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan bimbingan dan konseling dalam
rangka membantu mengatasi masalah atau kasus individu dengan
mengalihkan tangankan penanganannya dari konselor sekolah kepada tenaga
yang dirasa lebih ahli atau lebih memiliki wewenang menangani kasus
tersebut. Ciri tindakan alih tangan :
13
sehingga didapat informasi yang lebih lengkap dan dapat membantu
mengatasi masalah siswa yang bersangkutan. Ciri dari kunjungan rumah :
a) Guru BK mengunjungi rumah siswa / wali murid.
b) Siswa yang dikunjungi memiliki masalah yang harus diatasi.
c) Menemui wali murid untuk memperoleh informasi yang lebih lengakap
dan mendukung bekerja sama baik untuk mengatasi masalah siswa.
d) Kunjungan rumah merupakan bagian dari tugas guru BK dari sekolah.
Ialah layanan bimbingan dan konseling yang ditunjukan untuk membantu peserta didik
dalam merencanakan masa depannya. Perencanaan individu ini bisa dalam bidang
pribadi-sosial, belajar, maupun karier. Perencanaan individu bisa meliputi penempatan
penyaluran dan peminatan. Startegi pelayanan atau perencanaan individu ada 2 yaitu :
14
d) Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
4. Dukungan Sistem
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17