NAMA KELOMPOK :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Konsep Dasar Program
BK di Sekolah. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Program BK di
Sekolah, dan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang definisi program menurut
para ahli, keterkaitan program sekolah dengan program BK, kedudukan mata kuliah program
BK di sekolah, tujuan program BK, manfaat program BK, dan prinsip program BK.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan-kesalahan, terutama dalam segi penyusunan,
bahasa, dan penulisannya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberi banyak
pengetahuan dan gambaran mengenai program BK di sekolah, serta dapat menjadi pelajaran
untuk pembuatan makalah berikutnya dan bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................6
........................................................................................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
4
1.3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
Selaras dengan Misi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas untuk tahun 2005 –
2009 menetapkan Misi sebagai berikut:
5. meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis
tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, agama,
kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual;
7
6. menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun secara efisien,
bermutu, dan relevan sebagai landasan yang kokoh bagi pengembangan kualitas
manusia Indonesia;
12. menata sistem pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang semakin efisien,
produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola yang baik dan akuntabel;
8
14. mempercepat pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk mewujudkan
Depdiknas yang bersih dan berwibawa; Dalam upaya meningkatkan kinerja
pendidikan nasional, diperlukan suatu reformasi menyeluruh yang telah dimulai
dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan sebagai bagian dari
reformasi politik pemerintahan. Reformasi politik pemerintahan ini ditandai dengan
perubahan radikal tata kepemerintahan dari sistem sentralistik ke sistem
desentralistik, dengan memberikan otonomi yang luas kepada daerah yang diatur
dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diatur kembali
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pendidikan yang semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kemudian dialihkan
menjadi kewenangan pemerintah daerah. Pengelolaan pendidikan yang menjadi
wewenang pemerintah daerah ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas manajemen pendidikan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja
pendidikan nasional.
9
2.2 Peran dan Fungsi pelayanan Bimbingan dan Konseling
1. fungsi pemahaman
2. fungsi fasilitasi
3. fungsi penyesuaian
Fungsi ini merupakan upaya bantuan agar para peserta didik mampu
mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat perilaku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungan.
4. fungsi penyaluran
5. fungsi adptasi
10
Fungsi ini ditunaikan untuk membantu para pelaksana pendidikan,kepala
sekolah/madrasah dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan,minat,kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
6. fungsi pencegahan
7. fungsi perbaikan
Fungsi ini dilakukan sebagai upaya bantuan kepada peserta didik sehingga
mereka dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir berperasan dan bertindak
8. fungsi penyembuhan
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta
didik yang telah mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi,sosial,belajar
maupun karir
9. fungsi pemeliharaan
Fungsi ini ditunaikan untuk membantu peserta didik supaya dapat menjaga
diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
Fungsi bimbingan dan konseling sifatnya lebih proaktif dari fungsi fungsi
lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif,yang memfasilitasi perkembangan peserta didik Dalam kaitan dengan
program peminatan peserta didik , khusus dalam implementasi kurikulum 2013,
Bimbingan dan Konseling berperan dan berfungsi secara kolaboratif,dalam hal hal
berikut.
11
Perwujuadan suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendidik
sebagaimana yang dikehendaki oleh kaidah kaidah implementasi Kurikulum 2013,
harus memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana semacam ini pada
hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan peserta
didik yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip prinsip bimbingan
dan konseling . bimbingan dan konseling harus meresap dalam kurikulum dan
pembelajaran untuk mengembangkanlingkungan belajar yang mendukung
perkembangan potensi peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar
dimaksud ,Guru BK/Konselor hendaknya :
12
3. menyelenggarakan fungsi Outreach
b. kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan intervensi terhadap institusi
terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik
A. Pengertian Stakeholder
Stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti pemerintah,
masyarakat sekitar, lingkungan sekitar, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
sejenisnya, lembaga pemerhati lingkungan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang
keberadaannya sangat menpengaruhi dan dipengaruhi oleh komunitas. Stakeholder
diterjemahkan ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang
lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari satu
jabatan administrasi, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.
13
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Salah satu komponen dari sekolah adalah stakeholder.
Sekolah memiliki peran dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik lagi, kualitas
stakeholder juga memiliki peran besar dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Masalah yang sering muncul di sekolah adalah minimnya stakeholder dalam
suatu lembaga pendidikan yang memberikan celah stakeholder untuk melakukan
bimbingan yang tidak sesuai dengan keahliannya, sehingga yang menjadi imbasnya
adalah siswa sebagai anak didik yang tidak mendapatkan solusi yang maksimal.
Padahal siswa adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan,
keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan,
nilai, sikap yang baik dari stakeholder.
B. Peran Stakeholder
Peran stakeholder dalam bimbingan dengan melaksanakan program
bimbingan belajar berfungsi untuk membantu siswa dalam mencapai perkembangan
siswa secara optimal dalam proses pembelajaran, baik dalam hal mencerna materi
pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa. Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah membantu stakeholder beserta
stafnya di dalam menyelenggarakan sekolah.
Proses bimbingan belajar yang diterapkan stakeholder dapat dilakukan dengan
melakukan proses membantu individu agar siswa dapat membantu dirinya sendiri
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.7 Peningkatan hasil belajar,
stakeholder membutuhkan keterampilan tertentu yang harus digunakan dan
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Artinya guru harus menerapkan
pendekatan yang menunjang pencapaian kegiatan proses belajar mengajar yang
dilakukan tanpa mengindahkan tujuan belajar yang telah diterapkan. Stakeholder
berusaha melakukan inovasi sesuai perkembangan situasi, kondisi, dan kemajuan
teknologi yang sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kematangan
siswa.
14
C. Peran Organisasi Profesi
Salah satu karakterisitik dari sebuah pekerjaan profesional yaitu adanya suatu
organisasi profesi yang menaungi para anggota dari profesi yang bersangkutan.
Wikipedia (2009) menyebutkan” Professions usually have professional bodies
organized by their members, which are intended to enhance the status of their
members and have carefully controlled entrance requirements”. Dalam organisasi
profesi itulah, para anggota profesi hidup dalam kebersamaan dan kesejawatan,
bersatu padu melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan profesi yang
digelutinya.
Menurut Ikatan Konselor Indonesia (2008) bahwa organisasi profesi pada umumnya
berpegang pada apa yang disebut tridarma organisasi profesi, yaitu: (1) ikut serta
mengembangkan ilmu dan teknologi profesi; (2) meningkatkan mutu pelayanan
kepada sasaran layanan; dan (3) menjaga kode etik profesi. Merujuk pada pemikiran
IKI tersebut, maka setiap organisasi profesi hendaknya dapat memberikan dukungan
dan kontribusi positif bagi para anggotanya untuk senantiasa mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta melahirkan berbagai inovasi untuk kepentingan
pengembangan dan kemajuan dari profesi itu sendiri, baik berdasarkan pemikiran
kritis maupun riset. Dalam hal ini, kerja sama mutualistik antara organisasi profesi
dengan berbagai perguruan tinggi yang melahirkan anggota-anggota profesi yang
bersangkutan tampaknya mutlak diperlukan. Selain berupaya mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, organisasi profesi juga seyogyanya dapat terus-menerus
mendorong dan memotivasi para praktisi profesi di lapangan untuk dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan standar yang disyaratkan, sehingga
kehadirannya dapat memberikan manfaat dan kepuasan bagi para pengguna jasa
layanan maupun masyarakat luas. Kegiatan pengembangan profesi dengan tujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan tampaknya juga mutlak diperlukan, –misalnya
dalam bentuk riset, pelatihan, seminar, simposium,– baik yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi itu sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain. Untuk menjaga
wibawa dan martabat profesi, organisasi profesi perlu menetapkan, memelihara dan
15
menegakkan kode etik profesi untuk tidak dilanggar oleh para anggotanya, sehingga
pelayanan profesi tidak tercemari oleh berbagai bentuk penyimpangan praktik profesi
(malpraktik). Masih menurut Ikatan Konselor Indonesia (2008) bahwa di samping
memfokuskan diri pada kegiatan tridarma, organisasi profesi juga melayani
anggotanya dari sisi kesejahteraan kehidupan bersama dalam organisasi, serta dapat
memberikan perlindungan hukum untuk kelancaran kegiatan profesi dan keamanan
para anggota dalam bekerja, dalam pengabdiaannya kepada masyarakat. Lahirnya
Undang Undang No. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008
tentang guru pada dasarnya merupakan bentuk pengakuan secara yuridis formal
terhadap guru, (termasuk di dalamnya konselor, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah) sebagai sebuah jabatan profesional yang tentunya perlu disambut gembira,
dengan harapan masing-masing profesi tersebut dapat meningkatkan pengabdiannya,
demi kemaslahatan orang banyak. Kecuali untuk kepala sekolah, saat ini tiga jabatan
lainnya telah memiliki organisasi profesi yang menaunginya. Kita sebut saja,
misalnya PGRI untuk guru, ABKIN atau IKI untuk konselor dan APSI untuk
pengawas sekolah.
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
Daftar Pustaka
19