Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK 3 LBKPMT

“Kegiatan Layanan Khusus BK di sekolah Menengah dan Konteks


Tugas Konselor”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

Nida Nurdiana Azahra (202001500975)

Rindu Prasetiya Ningrum (202001500992)

KELAS R8K

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikannikmat sehat
dan kelancaran dalam penyusunan makalah Layanan BK di Pendidikan Menengah dan Tinggi.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Layanan BK
di Pendidikan Menengah dan Tinggi, Bapak Arif Sahin, S.Pd, M.Pd. dan juga kepada teman –
teman kelas R8K atas kesempatan dan dukungannya untuk kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan, teknik, maupun penulisan, namun
kami selaku penyusun makalah ini telah berusaha mengerjakan semaksimalmungkin. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Layanan BK di Pendidikan Menengah dan Tinggi. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan juga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta informasi bagi
para pembacanya.

Jakarta, 24 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan dan Pertanyaan ..................................................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan ........................................................................................ 2
D. Metode Pembahasan ............................................................................................................ 2
BAB II............................................................................................................................................. 4
TINJAUAN TEORETIS ................................................................................................................. 4
A. Kegiatan Layanan Khusus BK di sekolah Menengah ( SMP – SMA, SMK, MA) ............. 4
1. Pengertian Kegiatan Layanan Khusus BK di sekolah Menengah .................................... 4
2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program layanan khusus BK di sekolah
menengah yaitu berasal dari: ................................................................................................... 5
3. Pelaksanaan program layanan khusus BK di sekolah menengah ..................................... 5
B. Konteks Tugas dan Ekspektasi Tugas Konselor .................................................................. 6
BAB III ......................................................................................................................................... 15
ANALISIS .................................................................................................................................... 15
BAB IV ......................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Layanan BK di sekolah pada dasarnya adalah untuk membantu peserta didik


mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai kemampuan dan
keterampilan serta menyiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih
tinggi. Selain itu, pelaksanaan layanan khusus BK tidak lepas dari peranan kepala sekolah,
koordinasi antara guru pembimbing dengan guru bidang studi, pegawai/staf, orang tua
siswa, instansi yang terkait dan masyarakat.
Layanan khusus di sekolah ditujukan untuk peserta didik dapat melengkapi usaha
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Hingga saat ini layanan khusus di anggap sangat
penting dalam perwujudan pendidikan. Maka hampir setiap sekolah di Indonesia
menyediakan layanan khusus bagi perserta didik. Manajemen layanan khusus di sekolah
diterapkan dan diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran,
serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya meliputi:
manajemen layanan khusus bimbingan konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan
kesehatan, layanan asrama, layanan kafetaria/kantin sekolah, layanan transportasi dan
layanan laboratorium sekolah. Layanan-layanan tersebut harus dikelola secara baik dan
benar sehingga dapat membantu memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Keberadaan konselor dalam sistem Pendidikan formal dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik. Konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspetasi kinerja.
Konteks tugas konselor berada dalam Kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan
potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan Keputusan dan pilihan untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan Sejahtera. Ekspetasi kinerja konselor dalam
menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakan oleh
motif suka rela, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan
konseli dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.
Namun dalam kaitan dengan ekspetasi kinerja, konselor tidak sama dengan kinerja guru.
Konselor bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks dengan mengajar yang layaknya
dilakukan oleh guru sebagai bahan pembelajaran studi melainkan layanan ahli dalam
konteks memandirikan peserta didik.
Ekspetasi konselor yang semakin rancu dengan ekspetasi guru di sekolah dimana
seperti diketaui ekspetasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran
sebagai konteks layanan, dengan ekspetasi kinerja guru yang menggunakan materi
pembelajaran sebagai konteks layanan, yang sudah terjadi sejak tahun 1995 melalui
penerbitan Seri Pemandu Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(1995) dengan mengacu kepada berbagai peraturan termasuk Surat Keputusan Menteri

1
Pendayagunaan Aparator Negara Nomor 84 Tahun 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.

B. Rumusan dan Pertanyaan

Berdasarkan materi yang telah dijabarkan, berikut rumusan masalah yang dapat
diidentifikasi:
1. Bagaimana pelaksanaan program layanan khusus BK di sekolah menengah?
2. Bagaimana penegasan konteks tugas konselor?
3. Bagaimana ekspetasi jika kinerja konselor dikaitkan dengan Jenjang Pendidikan?
4. Apa saja keunikan dan keterkaitan tugas guru dan konselor?

C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan

1) Tujuan Pembahasan:
1. Memahami pelaksanaan program layanan khusus BK di sekolah Pendidikan.
2. Memahami konteks tugas konselor.
3. Menjelajahi ekspetasi kinerja konselor jika dikaitkan dengan jenjang Pendidikan.

2) Manfaat Pembahasan:
1. Peningkatan pemahaman tentang program layanan khusus BK di Pendidikan.
2. Peningkatan pemahaman tentang konteks tugas dan ekspektasi tugas konselor.
3. Peningkatan kualitas Pendidikan serta perkembangan siswa.

D. Metode Pembahasan

Dalam metode pembahasan makalah ini, kami menggunakan berbagai metode untuk
mendalami dan mengembangkan pembahasan materi dengan teliti. Pertama, studi literatur
yang akan dilakukan untuk mengumpulkan informasi melalui buku-buku referensi, jurnal
ilmiah, dan artikel terkait yang terpercaya untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang topik yang dibahas. Selain itu dilanjut dengan melakukan pencarian materi melalui
internet dengan memanfaatkan situs web resmi institusi pendidikan, repositori jurnal, dan
platform akademik lainnya seperti situs web resmi. Langkah ini akan memberikan dasar
teoritis untuk memahami konteks tugas dan ekspetasi kinerja. Agar memperkuat diskusi
dan analisis, kami mengumpulkan data melalui dokumentasi dari berbagai dokumen untuk
memberikan wawasan tambahan tentang praktik dan implementasi layanan khusus BK
serta konteks tugas dan eskpetasi kinerja di lapangan.
Rancangan pembahasan kami terdiri dari beberapa langkah. Pertama, kami
mengidentifikasi pokok-pokok pembahasan berdasarkan rumusan masalah yang telah
dibuat. Kemudian, mengumpulkan informasi dan data yang relevan melalui metode studi

2
literatur dan dokumentasi. Selanjutnya, menganalisis dan menyusun hasil dari berbagai
sumber tersebut untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang topik yang
dibahas. Untuk memperkuat analisis dan diskusi, kami juga mengumpulkan data melalui
studi dokumentasi dari berbagai dokumen terkait, seperti kebijakan pendidikan, laporan
penelitian, dan pedoman pelayanan BK. Ini memberi kami wawasan tambahan tentang
praktik dan implementasi pelayanan BK di lapangan.
Setelah itu, kami juga merangkum dan menyusun struktur makalah yang logis dengan
membagi pembahasan menjadi beberapa bagian sesuai dengan tujuan dan manfaat yang
telah ditetapkan. Selama proses penyusunan ini, kami pun terus melakukan penelusuran
informasi tambahan agar memberikan pembahasan yang akurat yang disajikan dalam
makalah.

3
BAB II

TINJAUAN TEORETIS
A. Kegiatan Layanan Khusus BK di sekolah Menengah ( SMP – SMA, SMK, MA)

1. Pengertian Kegiatan Layanan Khusus BK di sekolah Menengah

Peserta didik merupakan salah satu calon SDM yang mempunyai peranan penting
dalam dunia pendidikan, karena peserta didik merupakan sentral layanan pendidikan di
sekolah. Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen
pengajaran, tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan, hubungan sekolah
dengan masyarakat maupun layanan khusus pendidikan, semuanya diarahkan agar
peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang maksimal. Di sekolah terdapat
beberapa layanan khusus bagi siswa, dan salah satunya adalah layanan khusus
Bimbingan dan Konseling (BK). Layanan BK di sekolah pada dasarnya adalah untuk
membantu peserta didik mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
menguasai kemampuan dan keterampilan serta menyiapkan diri untuk melanjutkan
pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. BK dilaksanakan dari manusia, untuk
manusia, dan oleh manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, dan seiring dengan
penyelenggaraan pendidikan pada umumnya.

Layanan khusus BK ini mempunyai peran tersendiri dalam memberikan bimbingan


kepada peserta didik. Selain itu, pelaksanaan layanan khusus BK tidak lepas dari
peranan kepala sekolah, koordinasi antara guru pembimbing dengan guru bidang studi,
pegawai/staf, orang tua siswa, instansi yang terkait dan masyarakat. Kebutuhan akan
bimbingan merupakan hal tidak terbatas pada masa anak dan remaja saja, karena
manusia dilahirkan di dunia membutuhkan bimbingan dan arahan agar dapat tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Pentingnya bimbingan yaitu untuk
mengambil suatu keputusan dan penyesuaian atau memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa siswa juga menghadapi
berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupannya, dan masing-masing siswa memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan masalahnya tersebut. Oleh karena itu
diperlukan BK untuk menghindari dan atau mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa baik masalah akademik maupun non-akademik. Pada akhirnya siswa setelah
menamatkan sekolah dapat merasakan manfaat layanan khusus BK dalam rangka
pengembangan kecerdasan dan potensi yang dimilikinya dalam kehidupannya di
masyarakat di masa yang akan datang.

Sebagai salah satu Sekolah Menengah butu program layanan khusus BK. Seperti
kebanyakan persepsi yang ada, seringkali siswa masih menganggap, bahwa BK
merupakan tempat untuk mendisiplinkan dan terkesan menakutkan. Oleh karena itu,

4
diperlukan adanya perbaikan dalam manajemen pelaksanaan layanan khusus BK di
sekolah-sekolah. Selama ini kepala sekolah dan seluruh personel yang terlibat, terus
berusaha untuk meningkatkan fungsi manajemennya sehingga program kerja BK yang
telah disusun sebelumnya dapat tercapai. Selain itu siswa-siswa dapat merubah
pandangan mereka tentang BK dan memanfaatkan layanan BK yang ada di sekolah.

2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program layanan khusus BK di sekolah


menengah yaitu berasal dari:

a) Dukungan sepenuhnya dari kepala sekolah;


b) Seluruh personil BK yang memiliki dedikasi tinggi dan mempunyai keinginan
untuk sepenuh hati memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswa;
c) Wakil kepala sekolah, guru matapelajaran dan wali kelas yang ikut berpartisipasi
dalam pelaksanaan program layanan khusus BK; dan
d) Siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Dalam memberdayakan segala hal yang
menjadi faktor pendukung, dengan menjaga hubungan baik dengan seluruh
komponen sekolah, siswa, orangtua siswa dan masyarakat.
Dengan tetap menjaga hubungan baik, diharapkan pada pelaksanaan program
selanjutnya tidak akan ditemukan kesulitan atau bahkan hambatan dalam
melaksanakannya.

3. Pelaksanaan program layanan khusus BK di sekolah menengah

Pelaksanaan program layanan khusus BK di seklah menengah terdiri dari beberapa


bentuk kegiatan yang meliputi:
a) Sosialisasi program kepada siswa baru;
b) Pemberian materi dan layanan baik yang bersifat individu maupun kelompok; dan
c) Penanganan siswa yang bermasalah, baik yang terkait dengan masalah akademik,
pribadi maupun pelanggaran.

Pelaksanaan layanan khusus BK atau biasa disebut dengan proses pelayanan merupakan
kegiatan yang apabila dilakukan secara langsung dengan klien dalam hal ini adalah
siswa yang memerlukan bantuan serta secara langsung berkenaan dengan permasalahan
yang tengah dihadapinya. Layanan khusus BK sekolah menengah memiliki bidang
garapan yang terdiri dari:
1) Pengembangan kehidupan pribadi;
2) Pengembangan kehidupan sosial;
3) Pengembangan kemampuan belajar; dan
4) Pengembangan karir.

5
Selain bidang garapan, adapula jenis layanan dan kegiatan layanan khusus BK. Menurut
Sukardi (2000:43) jenis layanan khusus BK terdiri dari:
1) Layanan orientasi;
2) Layanan informasi;
3) Layanan penempatan dan penyaluran;
4) Layanan bimbingan belajar;
5) Layanan konseling individu;
6) Layanan bimbingan kelompok; dan
7) Layanan konseling kelompok.

Bidang garapan diperlukan untuk untuk memenuhi tujuan dari proses layanan BK,
selain bidang garapan perlu dilaksanakan kegiatan layanan khusus yang ditujukan
kepada siswa sebagai wujud untuk memenuhi fungsi dan tujuan dari program layanan
khusus BK. Kegiatan yang dilaksanakan BK baik yang terkait dengan bidang garapan
maupun jenis layanan, semuanya ditujukan kepada siswa. Kegiatan tersebut
dilaksanakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan dari program layanan khusus BK
yang sudah direncanakan dan disusun sebelumnya.

B. Konteks Tugas dan Ekspektasi Tugas Konselor

1. Penegasan Konteks Tugas Konselor

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan
secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan
bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang pembelajaran yang
dibidang pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum, sebagaimana tampak pada
gambar 1.

Gambar 1
Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Jalur Pendidikan Formal

6
Akan tetapi, dalam Permen Diknas No. 22/2006 tentang Standar isi, pelayanan
bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya
dipilah menjadi (a) kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) materi
pengembangan diri, yang harus “disiapkan“ oleh konselor kepada peserta didik
sebagaimana dapat dilukiskan seperti Gambar 2

Gambar 2
Kerancuan Wilayah Layanan Konselor dengan
Wilayah Layanan Guru dalam KTSP

Haruslah dihindari dampak yang membawa konselor yang tidak menggunakan


materi pelajaran sebagai konteks layanan, ke dalam wilayah layanan guru yang
menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan.Dengan kata lain,
sesungguhnya penanganan pengembangan diri lebih banyak terkait dengan wilayah
layanan guru, khususnya melalui pengacaraan berbagai dampak pengiring
(nurturant effects) yang relevan, yang dapat dan oleh karena itu perlu, dirajutkan ke
dalam pembelajaran yang mendidik yang menggunakan mata pelajaran sebagai
konteks layanan. Meskipun demikian, konselor memang juga diharapkan untuk
berperan serta dalam bingkai layanan yang komplementer dengan layanan guru,
bahu membahu dengan guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra
kurikuler. Persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara wilayah layanan,
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor dapat digambarkan seperti tampak
pada gambar 3, dimana materi pengembangan diri berada dan merupakan wilayah
komplementer antara guru dan konselor.

Perkembangan Optimum Peserta Didik

7
Pemenuhan Pemenuhan Standar
StandarKemandirian Kompetensi Lulusan;
Peserta DidikPerwujudan Penumbuhan Karakter
Diri secaraAkademik, yang Kuat serta
Vokasional, Sosial Penguasaan hard skills
danPersonal, melalui dan soft skills, melalui
Bimbingan &Konseling Pembelajaran yang
yang Memandirikan Mendidik
Wilayah Layanan Penghormatan Kepada Wilayah Layanan
Bimbingan & Konseling Keunikan dan Pembelajaran yang
Yang Memandirikan Komplementaritas Mendidik
Layanan
Gambar 3
Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan
Guru dan Konselor

2. Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan Jenjang Pendidikan

Konselor adalah Sarjana Pendidikan (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling dan
telah menyelesaikan program Pendidikan Profesi Konselor (PPK), sedangkan individu
yang menerima pelayanan bimbingan dan konseling disebut Konseli. Meskipun sama-
sama berada dalam jalur pendidikan formal, perbedaan rentang usia peserta didik pada
tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling yang
berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan. Batas ragam kebutuhan antara jenjang yang
satu dengan jenjang yang lainnya tidak terbedakan sangat tajam. Dengan kata lain, batas
perbedaan antar jenjang tersebut lebih merupakan suatu wilayah. Di pihak lain,
perbedaan yang lebih signifikan, juga tampak pada sisi lain pengaturan birokratik,
seperti misalnya di Taman Kanak-kanak sebagian besar tugas konselor ditangani
langsung oleh guru kelas taman kanak-kanak. Sedangkan di jenjang sekolah dasar,
meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh konselor,
namun cakupan pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya konselor di
setiap sekolah dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang sekolah menengah.

Berikut ini digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja
konselor di tiap jenjang pendidikan.
a) Jenjang Taman Kanak-kanak
Di jenjang Taman Kanak-kanak di tanah air tidak ditemukan posisi
struktural bagi konselor. Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih
bersifat preventif dan developmental. Secara pragmatik, komponen kurikulum
pelaksanaan dalam bimbingan konseling yang perlu dikembangkan oleh
konselor jenjang Taman Kanak-kanak membutuhkan alokasi waktu yang

8
lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada jenjang Taman Kanak-kanak
komponen perencanaan individual student planning (yang terdiri dari :
pelayanan appraisal, advicement transition planning) dan pelayanan responsive
services, (yang berupa pelayanan konseling dan konsultasi) memerlukan alokasi
waktu yang lebih kecil. Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam
komponen responsive services, dilaksanakan terutama untuk memberikan
layanan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-
perilaku mengganggu (disruptive) siswa Taman Kanak-kanak.
b) Jenjang Sekolah Dasar
Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar-pun juga tidak ditemukan
posisi struktural untuk konselor. Namun demikian sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik usia sekolah dasar, kebutuhan akan pelayanannya
bukannya tidak ada meskipun tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja
konselor di jenjang sekolah menengah dan jenjang perguruan tinggi. Dengan
kata lain, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang
sekolah dasar, bukan dengan memposisikan diri sebagai fasilitator
pengembangan diri peserta didik yang tidak jelas posisinya, melainkan dengan
memposisikan diri sebagai Konselor Kunjung yang membantu guru sekolah
dasar mengatasi perilaku menganggu (disruptive behavior), antara lain
dengan pendekatan direct behavioral consultation. Setiap gugus sekolah
dasar diangkat 2 (dua) atau 3 (tiga) konselor untuk memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling.
c) Jenjang Sekolah Menengah
Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan
bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak
tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan
konseling. Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah
mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas. Peran konselor, sebagai salah
satu komponen student support services, adalah men-suport perkembangan
aspek-aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik, melalui
pengembangan menu program1 bimbingan dan konseling pembantuan kepada
peserta didik dalam individual student planning, pemberian pelayanan
responsive, dan pengembangan system support. Pada jenjang ini, konselor
menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling. Setiap sekolah menengah
idealnya diangkat konselor dengan perbandingan 1 : 100.
d) Jenjang Perguruan Tinggi
Meskipun secara struktural posisi konselor Perguruan Tinggi belum
tercantum dalam sistem pendidikan di tanah air, namun bimbingan dan
konseling dalam rangka men-“support” perkembangan personal, sosial

9
akademik, dan karier mahasiswa dibutuhkan. Sama dengan konselor pada jenjang
pendidikan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, konselor
Perguruan Tinggi juga harus mengembangkan dan mengimplementasikan
kurikulum pelayanan dasar bimbingan dan konseling, individual student
planning, responsive services, serta system support. Namun, alokasi waktu
konselor perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian bantuan individual
student career planning dan penyelenggaraan responsive services. Setiap
perguruan tinggi menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
melalui suatu unit yang ditetapkan pimpinan perguruan tinggi yang
bersangkutan.

3. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor

Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal
sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor,
dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak
tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan
pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara
konselor dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referal).
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah
yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu
terkait dengan proses pembelajaran bidang studi. Masalah kesulitan belajar peserta didik
sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini
berarti bahwa di dalam pengembangan dan proses pembelajaran bermutu, fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru, dan sebaliknya, fungsi-fungsi
pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian konselor.

Secara rinci keterkaitan dan kekhusuan pelayanan pembelajaran oleh guru dan
pelayanan bimbingan dan konseling oleh konselor dapat dilukiskan dalam matriks 1
berikut.
1) Dalam Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor ini,
penggunaan istilah kurikulurm bimbingan dan konseling (Guidance and Counseling
Curriculum) yang lazim di negara lain, memang sengaja dihindari untuk menangkal
masuknya distorsi pemahaman Materi Pengembangan Diri yang terdapat dalam
KTSP.
2) Jika ditinjau dari hakekat proses konseling yang selalui ditandai oleh transaksi
makna antara konselor dengan konseli sepanjang rentang perjumpaan konseling,
maka yang sebenar-benarnya bersifat responsif secara utuh, hanyalah interaksi
konseling.

10
4. Konteks Tugas Konselor

Membicarakan kontek tugas seorang konselor dalam hal ini adalah terkait dengan
peranan dan tugas konselor dalam menjalankan fungsinya di dalam pendidikan atau
sekolah. Oleh sebab itu pertama, melihat pengertian dan tujuan dari bimbingan
konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,
sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Penegasan konteks tugas dalam hal ini
mengacu pada fungsi dasar diselenggarakannya layanan bimbingan dan konseling yang
ditujukan pada pemandirian diri siswa dalam menggapai optimalisasi diri. Hal ini sesuai
dengan visi dari bimbingan dan konseling yang tertuang pada panduan pengembangan
diri (KTSP, 2006:4) dimana disebutkan sebagai “pelayanan bantuan dalam pemberian
dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang
secara optimal, mandiri dan bahagia”. Pernyataan lain dijelaskan oleh Gibson (2010:
78-80) yang secara singkat dapat dikatakan bahwa peran konselor dalam sekolah
dihimbau agar dapat memastikan kualitas lulusan dan optimalisasi proses pendidikan
dan dalam beberapa hal secara khusus, perananya akan mengikuti kondisi dari masing-
masing wilayah dan jenjang sekolah dimana tempat konselor bekerja.

Kedua, melihat pada perundang-undangan sejak lama pelayanan bimbingan dan


konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan secara tepat dalam Kurikulum
1975, meskipun ketika itu masih dinamakan pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan,
yang diposisikan sejajar dengan pelayanan manajemen pendidikan, dan pelayanan di
bidang pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum. Dari sini tentunya dapat dilihat
perbedaan antara konteks tugas konselor dengan pendidik lain.

Akan tetapi, dalam Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan
Bimbingan dan Konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah
menjadi:
a) Kelompok mata Pelajaran
b) Muatan local
c) Materi Pengembangan Diri
yang harus “disampaikan” oleh Konselor kepada peserta didik. Dijelaskan dalam naskah
kurikulum KTSP panduan pengembangan diri (2006:1) bahwa.
“Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri
merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan
kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra
kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan

11
diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan
karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan
kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.”

Sekilas hal ini membuat gambaran kabur tentang kinerja seorang konselor dengan
kegiatan ekstra kulikuler. Walaupun demikian, konteks tugas konselor tentunya tidaklah
jauh dari usaha pencapaian tujuan dari layanan bimbingan dan konseling baik secara
umum maupun secara khusus. Dimana tujuan dari layanan bimbingan dan konseling
adalah tentang pengembangan optimum dan pemandirian diri klien. Terkait dengan
sekolah sebagai bagian dari dunia pendidikan dimana layanan bimbingan dan konseling
ditujukan dalam membantu peserta didik dalam pencapaian tugas peserta didik, seperti
yang ada dalam Permendiknas No 23/2006 tentang kompetensi peserta didik yang harus
dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi
kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan
kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi
lulusan (SKL).

5. Ekspektasi Kinerja Konselor

Membicarakan ekspektasi kinerja konselor artinya membahas harapan kedepan


akan kinerja konselor yang semakin dituntut peranannya baik dalam dunia pendidikan
formal. Ekpektasi kinerja konselor dalam buku penataan pendidikan Profesional
Konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur formal (DEPDIKNAS,
2007:33), dijelaskan terkait dengan profesionalisasi konselor yang ditandai dengan:
a) pengakuan dari masyarakat dan pemerintah bahwa kegiatannya merupakan layanan
yang unik yang
b) didasarkan atas keahlian yang perlu dipelajari secara sistematis dan bersungguh-
sungguh serta memakan waktu yang panjang sehingga
c) pengampunya diberikan penghargaan yang layak
d) untuk melindungi kemaslahatan pemakai layanan, otoritas publik, otoritas profesi,
dengan dibantu oleh masyarakat khususnya pemakai layanan, wajib menjaga agar
pengampu layaan ahli yang kompeten yang mengedepankan kemaslahatan pemakai
layanan yang dijinkan menyelenggarakan layanan ahli kepada masyarakat.

Pemenuhan-pemenuhan kompetensi tersebut semata-mata untuk memenuhi ekspektasi


kinerja konselor dalam menjalankan tugas-tugasnya didalam penyelenggaraaan
layanan-layanan bimbingan dan konseling. Terdapat perbedaan jenjang pendidikan
yang dibagi berdasarkan jenjang usia dan kebutuhan akan tingkat perkembangan. Maka,
ekspektasi kinerja konselor secara khusus pada masing-masing jenjang juga memiliki
sedikit perbedaan pada kebutuhan layanan yang diberikan.

12
Pada jenjang taman kanak-kanak dijelasakan dalam buku penataan pendidikan konselor
dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (DEPDIKNAS,
2007:188) bahwa, layanan yang diberikan lebih bersifat preventif dan developmental.
Ini artinya layanan yang bersifat layanan responsif seperti konseling sangatlah kecil
kemungkinan diberikan atau bahkan tidak ada. Jikapun ada layanan semacam ini
dibarikan kepada orang tua agar dapat membantu mengatasi masalah atau kesulitan pada
siswa.

Pada jenjang Sekolah Dasar dijelaskan bahwa ekspektasi kinerja konselor lebih
difokuskan pada upaya membantu guru sekolah dasar dalam mengatasi perilaku
mengganggu (disruptive behavior) pada diri siswa. Pendapat lain disampaikan Gibson
(2010:81) bahwa “sekolah dasar merupakan lembaga sosialisasi terkuat didalam
perkembangan manusia”. Hal ini menjelaskan bahwa sangat diperlukan sekali peranan
konselor dalam jenjang pendidikan sekolah dasar.
Dijelaskan bahwa ekspektasi kinerja konselor pada jenjang pendidikan sekolah
menengah telah ada sejak lama dan diatur dengan sangat jelas dalam perundang-
undangan. Dikatakan bahwa peranan konselor disini diharapkan sebagai salah satu
komponen student suport service (DEPDIKNAS,2007:189). Gibson (2010:92-104)
menjelaskan bahwa ekspektasi diperlihatkan melalui peranan konselor pada pendidikan
jenjang sekolah menengah baik menengah pertama atau atas adalah orientasi siswa,
aktivitas asesmen, konseling, konsultasi, penempatan, dan perkembangan siswa.
Perbedaan pada jenjang pendidikan menengah atas dan pertama juga membuat
perbedaan pada intensitas penyelenggaraan bantuan layanan. Dijelaskan bahwa layanan
konsultasi, penempatan jurusan, melakukan tes dan menafsirkan, serta penempatan,
perencanaan dan informasi karir karier memiliki intensitas yang lebih tinggi
dibandingkan layanan lainnya. Dan perbedaan ini juga terjadi pada konselor yang berada
pada pendidikan kejuruan.

Sedangkan pada jenjang pendidikan peguruan tinggi ekspektasi kinerja konselor


lebih kepada bagaimana mampu men-support perkembangan personal, sosial akademik
dan karir mahasiswa dibutuhkan (DEPDIKNAS, 2006:190). Hal ini karena mahasiswa
pada jenjang pendidikan perguruan tinggi dikenal memiliki perbedaan dan keseriusan
yang komplek sesuai dengan programnya masing-masing.
Lebih dari apa yang telah dikupas diatas kedepan dalam memasuki abad baru era
globalisasi yang semakin meluas dan untuk memenuhi harapan-harapan yang ada akan
profesionalitas konselor, maka perlu dilakukan suatu arahan kedepan yang tepat dan
sesuai dengan pengembangan kinerja konselor. Oleh sebab itu agar tetap terjaga
keprofesionalannya dan sesuai dengan perubahan yang ada Gibson (2010:61-64)
menjelaskan beberapa arahan perubahan yang perlu dilakukan untuk menjapai harapan
profesi kedepan yaitu,

13
1. Peningkatan standart bagi penyimpangan konselor
2. Meningkatkan perhatian kepada bidang-bidang khusus
3. Menikatkanya penggunaan teknologi
4. Peningkatan fokus kepada hasil-hasil empiris
5. Pembaharuan teori-teori tradisional profesi
6. Pembaruan atensi dan perluasan parameter konseling karier
7. Meningkatkan perhatian pada komunitas publik dan aktivitas sosial yang sifatnya
politis
8. Meningkatkan perhatian kepada relevansi program
9. Meningkatkannya kepekaan dan aktifitas multi-budaya
10. Globalisasi profesionalitas yang semakin meningkat
11. Peningkatan dramatis konseling online.

14
BAB III

ANALISIS
A. Analisis Teoritis

Sebagai salah satu Sekolah Menengah butu program layanan khusus BK. Seperti
kebanyakan persepsi yang ada, seringkali siswa masih menganggap, bahwa BK merupakan
tempat untuk mendisiplinkan dan terkesan menakutkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
perbaikan dalam manajemen pelaksanaan layanan khusus BK di sekolah-sekolah. Selama
ini kepala sekolah dan seluruh personel yang terlibat, terus berusaha untuk meningkatkan
fungsi manajemennya sehingga program kerja BK yang telah disusun sebelumnya dapat
tercapai. Selain itu siswa-siswa dapat merubah pandangan mereka tentang BK dan
memanfaatkan layanan BK yang ada di sekolah. Dalam hal ini adalah terkait dengan
peranan dan tugas konselor dalam menjalankan fungsinya di dalam pendidikan atau
sekolah. Oleh sebab itu, melihat pengertian dan tujuan dari bimbingan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir,
melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku.

B. Analisis Praktis

Dari sudut pandang praktis kamu mengidentifikasikan, Layanan khusus BK ini mempunyai
peran tersendiri dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Selain itu,
pelaksanaan layanan khusus BK tidak lepas dari peranan kepala sekolah, koordinasi antara
guru pembimbing dengan guru bidang studi, pegawai/staf, orang tua siswa, instansi yang
terkait dan masyarakat. Kebutuhan akan bimbingan merupakan hal tidak terbatas pada
masa anak dan remaja saja, karena manusia dilahirkan di dunia membutuhkan bimbingan
dan arahan agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Dan sudah
dijelaskan bahwa ekspektasi kinerja konselor pada jenjang pendidikan sekolah menengah
telah ada sejak lama dan diatur dengan sangat jelas dalam perundang-undangan. Dikatakan
bahwa peranan konselor disini diharapkan sebagai salah satu komponen student suport
service.

15
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Melalui analisis yang telah dilakukan pada materi layanan BK di Pendidikan
menengah dan tinggi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan layanan khusus BK memiliki
peran yang penting dalam membantu perkembangan serta kesejahteraan siswa.
Akan tetapi, dalam konteks tugas konselor dan ekspetasi kinerja konselor tidak sama
dengan kinerja guru, walaupun keduanya merupakan pendidik yang terdapat dalam Pasal
1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional N0.20 tahun 2003. Perbedaan yang
paling dominan adalah dimana konselor tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai
konteks layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, sedangkan guru
menggunakan materi pembelajaran sebagai koneks layanan pembelajaran yang mendidik.
Ekspetasi kinerja konselor juga dibedakan atas jenjang Pendidikan yang dilayani pada
Pendidikan formal, mulai dari Tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, sampai pada Perguruan Tinggi yang masing-masing memiliki kebutuhannya
tersendiri.
Dalam membantu perkembangan siswa atau peserta didik untuk mencapai pribadi
yang utuh, produktif, dan berguna bagi manusia lain, merupakan tugas utama dari seorang
pendidik, termasuk didalamnya merupakan tugas seorang konselor sekolah. Konselor
mampu bekerja sama dengan rekan kerja, unsur-unsur sekolah lainnya, tenaga professional
lainnya, serta orang tua dalam menangani siswa, dan mampu mengevaluasi program
bimbingan dan konseling sehingga memperoleh umpan balik yang mendukung
pengembangan kearah yang lebih baik sehingga menjadi manusia yang tahu keberadaan
dan tujuan hidupnya.

B. Saran

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kami ingin mengusulkan beberapa saran untuk
meningkatkan efektivitas pelayanan BK di pendidikan menengah. Yaitu dengan diperlukan
upaya yang lebih intensif dalam meningkatkan pemahaman tentang peran penting BK
dalam pengembangan individu. Hal ini dapat dilakukan dengan kolaborasi atau bekerja
sama dengan rekan kerja, unsur-unsur sekolah lainnya, tenaga professional lainnya, serta
orang tua dalam menangani siswa, dan mampu mengevaluasi program bimbingan dan
konseling sehingga memperoleh umpan balik yang mendukung pengembangan kearah
yang lebih baik sehingga menjadi manusia yang tahu keberadaan dan tujuan hidupnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
F.Nora. L. (2015). MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 5, MARET
2012: 479-486
2007. Penataan Pedidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling
Dalam Jalur Pendidikan Formal. DEPDIKNAS
Gibson, RL & Mitchell, M.H. 2010 . Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung
: PT. REMAJA ROSDAKARYA
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arjanto, Paul. 2011. Ekspektasi Kinerja Konselor Tidak Sama Dengan Guru.(online)
http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/konteks-tugas Konselor.html/

17

Anda mungkin juga menyukai