Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MODEL PELAYANAN AKADEMIK YANG MENINGKATKAN


KEPUASAN BELAJAR PESERTA DIDIK.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kepemimpinan


Pembelajaran yang diampu oleh:

Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M. Pd.


Dr. Deni Kadarsah, M. Pd.

Disusun oleh:
Andini Rahma D. (1905650)
Boby Prayoga (1907878)
Fitriana Kusuma W (1909170)
Leni Anggraeni (1902251)
Novia Rizka K. (1907802)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN 5B


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan laporan observasi makalah yang berjudul “MODEL PELAYANAN
AKADEMIK YANG MENINGKATKAN KEPUASAN BELAJAR PESERTA
DIDIK.” ini selesai tepat pada waktunya. Dengan hadirnya makalah ini, diharapkan
dapat memberikan informasi dan pengetahuan wawasan bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa program studi Administrasi Pendidikan.
Sholawat dan Salam tetap tercurahkan limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Penyusun
menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak
dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M. Pd & Bapak Dr. Deni Kadarsah, M. Pd.
selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Sehingga,
penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang selanjutnya dapat disusun dengan lebih baik lagi.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca.

Bandung, 23 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 3
(PENDAHULUAN) ........................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
(PEMBAHASAN) ............................................................................................................. 5
A. Pengertian .............................................................................................................. 5
B. Tujuan .................................................................................................................... 6
C. Model Pelayanan Akademik yang meningkatkan kepuasan belajar peserta
didik................................................................................................................................ 7
D. Jenis Kegiatan Yang Terkait Dengan Layanan Akademik............................. 13
BAB III............................................................................................................................. 19
(PENUTUP) ..................................................................................................................... 19
1. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
2. Saran .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

ii
3

BAB I

(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang
Kepuasan belajar peserta didik merupakan suatu sikap positif
terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
karena adanya kesesuaian antara apa yang dibutuhkan dengan kenyataan
yang diterima. Banyak hal yang dapat menimbulkan ketidakpuasan siswa,
diantaranya adalah tidak sesuainya antara harapan siswa dengan kenyataan
yang dialaminya, perilaku personil sekolah yang kurang menyenangkan,
suasana dan kondisi fisik bangunan dan lingkungan sekolah yang tidak
menunjang untuk belajar, kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang tidak
menarik, dan prestasi siswa yang rendah. Atau layanan pendidikan yang
diterima siswa tidak memuaskan
Dewasa ini masih banyak kelemahan pelayanan publik termasuk
dalam dunia pendidikan sehingga belum memenuhi harapkan masyarakat.
Pemenuhan harapan masyarakat tersebut merupakan tujuan utama dari
fungsi pelayanan akademik yang harus selalu ditingkatkan, baik dari sisi
kuantitas maupun dari sisi kualitas. Lembaga pendidikan merupakan
organisasi public, agar dapat memberikan pelayanan akademik yang
berkualitas maka diperlukan adanya perubahan sumber daya yang dimiliki,
berupa perbaikan perangkat pelayanan dan memaksimalkan peran pelayan
yang ada. Langkah yang perlu ditempuh oleh lembaga pendidikan untuk
meningkatkan pelayanan tersebut adalah mengoptimalkan kemampuan
sumber daya manusianya serta peningkatan sarana dan prasarana yang
mendukung kelancaran pelayanan Pendidikan.
Tujuan layanan akademik ini adalah agar peserta didik memiliki
sikap, keterampilan, kesiapan dan kebiasaan belajar yang mandiri dalam
rangka mencapai standar kompetensi (SK) peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi. Manajemen layanan
4

akademik di sekolah ditetapkan dan diorganisasikan untuk mempermudah


atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan peserta
didik di sekolah. Manajemen layanan akademik adalah suatu proses
kegiatan yang memberikan pelayanan kebutuhan peserta didik untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai
secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa bentuk model-model layanan
tersebut yang dapat meningkatkan kepuasan belajar peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan-
permasalahan, yaitu :
1. Apa definisi dari layanan akademik?
2. Apa tujuan dari layanan akademik?
3. Apa saja model-model layanan akademik?
4. Bagaimana jenis kegiatan yang berkaitan dengan layanan akademik?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini:
1. Untuk mengetahui definisi layanan akademik
2. Untuk mengetahui tujuan layanan akademik
3. Untuk mengetahui model-model layanan akademik
4. Untuk mengetahui jenis kegiatan yang berkaitan dengan layanan
akademik
5. Untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan
Pembelajaran
5

BAB II

(PEMBAHASAN)

A. Pengertian
Layanan akademik adalah layanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan peserta didik dalam kegiatan belajar, meliputi kegiatan tatap
muka (pembelajaran di kelas), pengerjaan tugas terstruktur dari guru dan
belajar secara mandiri. Tujuan layanan ini adalah peserta didik memiliki
sikap, keterampilan, kesiapan dan kebiasaan belajar yang mandiri dalam
rangka mencapai standar kompetensi (SK) peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi. Layanan akademik ini
bersifat membantu guru dalam membentuk perilaku belajar peserta didik
yang relevan dengan tuntutan pembelajaran agar guru lebih efisien dan
efektif dalam menyelenggarakan pembelajaran. Di samping tercapainya
prestasi belajar yang tinggi, layanan ini bekerjasama dengan guru akan
membentuk perilaku belajar siswa yang mandiri sebagai mana tuntutan
masyarakat informasi di abad 21. Di samping itu, layanan akademik juga
membantu guru dalam mengadaptasi proses pembelajaran agar lebih sesuai
dengan karakterisistik peserta didik.
a) Guru sudah berusaha melakukan pembelajaran dengan mencurahkan
segenap kemampuannya, namun ditemukan beberapa kenyataan sebagai
berikut. Pertama, berdasarkan tujuan pembelajaran, ditemukan peserta
didik yang dapat mencapai prestasi belajar tinggi, prestasi rata-rata, dan
prestasi rendah. Kedua, berdasarkan kapasitas kecerdasan dan bakat
ditemukan kelompok peserta didik berprestasi lebih tinggi dari
kapasitasnya (over-achiever), berprestasi susuai dengan kapasitasnya
(estimated students) dan berprestasi tidak memuaskan atau di bawah
kemampuan yang seharusnya (underachiever). Ketiga, berdasarkan
waktu yang digunakan ditemukan peserta didik cepat yang sangat cepat
belajar (rapid learner), peserta didik normal, dan lambat (slow learner).
Keempat, berdasarkan kelompok sebagai bandingan ditemukan peserta
didik kelompok unggul (higher group), rata-rata (average), dan
kelompok rendah (lower group) (Syamsuddin, 2000 : 273-274).

Menurut Sutarto (1985) bahwa organisasi adalah sistem yang saling


berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk
6

mencapai tujuan tertentu. Menurut Herbert and Gullet bahwa yang


dimaksud dengan pengorganisasian merupakan proses yang mana
struktur suatu organisasi dibuat dan ditegakan. Proses ini meliputi
ketentuan dari kegiatan-kegiatan yang spesifik yang perlu untuk
menyelesaikan semua sasaran organisasi, pengelompokan kegiatan
tersebut berkaitan dengan susunan yang logis, dan tugas dari kelompok
kegiatan ini bagi suatu jabatan atau orang yang bertanggung jawab.
Barnard berpendapat bahwa organisasi adalah suatu sistem aktivitas
kooperatif antara dua orang atau lebih. Organisasi merupakan
pengelompokan orang-orang ke dalam aktivitas kerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan pengorganisasian
adalah aktivitas orang-orang dalam mengelompokan, menyusun dan
mengatur berbagai macam pekerjaan yang perlu diselenggarakan untuk
mencapai tujuan pendidikan dalam (Henry Fayol, 1974). Organisasi
merupakan penugasan orang-orang ke dalam fungsi pekerjaan yang
harus dilakukan agar terjadi aktivitas kerjasama dalam mencapai tujuan.
Sedangkan pengorganisasian merupakan penyusunan dan
pengelompokan bermacam-macam pekerjaan berdasarkan jenis
pekerjaan, urutan sifat dan fungsi pekerjaan, waktu dan kecepatan
(Griffin: 1959).

B. Tujuan
Layanan akademik bertujuan peserta didik memiliki sikap,
keterampilan, kesiapan dan kebiasaan belajar yang mandiri dalam rangka
mencapai standar kompetensi (SK) peserta didik melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi. Tujuan tersebut,
dirinci sebagai berikut.
a) Peserta didik memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek
belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul
dalam proses belajar yang dialaminya;
b) sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua
pelajaran, aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan;
c) motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat;
7

d) keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan


membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian;
e) keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas; dan
f) kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian (PMPTK,
2007 : 17).

C. Model Pelayanan Akademik yang meningkatkan kepuasan belajar


peserta didik
Manajemen layanan akademik di sekolah ditetapkan dan
diorganisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran,
serta dapat memenuhi kebutuhan peserta didik di sekolah. Manajemen
layanan akademik adalah suatu proses kegiatan yang memberikan
pelayanan kebutuhan peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran
agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien (Endang dan
Adiman, 2020:105). Terdapat beberapa bentuk model-model layanan
tersebut yaitu:
1. Model Layanan Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal merupakan kegiatan layanan yang diberikan
kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam satu rombongan belajar
dan dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru
bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik/konseli.
Metode bimbingan klasikal antara lain diskusi, bermain peran, dan
ekspositori. Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi layanan
dasar serta layanan peminatan dan perencanaan indivual pada
komponen program bimbingan dan konseling. Bimbingan klasikal
diberikan kepada semua peserta didik/konseli dan bersifat
pengembangan, pencegahan, dan pemeliharaan. Dalam pelaksanaan
bimbingan klasikal, guru bimbingan dan konseling atau konselor perlu
menyusun RPL dan laporan pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu,
layanan bimbingan klasikal dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa
karena layanan bimbingan klasikal ini banyak topik yang dapat dibahas
dengan tujuan yang berbeda-beda, salah satunya yaitu untuk
meningkatkan berpikir kritis siswa. Tujuan yang ingin dicapai ini, guru
Bimbingan dan dan Konseling tentunya memerlukan metode serta
materi khusus yang akan digunakan dikelas. Dalam kegiatan layanan
bimbingan klasikal juga bertujuan membantu peserta didik/konseli
dapat mencapai kemandirian dalam kehidupannya, perkembangan yang
utuh dan optimal dalam bidangpribadi, sosial, belajar, dan karir, serta
mencapai keselarasan antara pikiran, perasaan dan perilaku.
8

Adapun Langkah-Langkah yang dilakukan dalam bimbingan klasikal


yaitu :
a) Persiapan
1) Mengajukan jadwal masuk kelas 2 jam setiap kelas/minggu
untuk ditetapkan pimpinan sekolah sesuai kalender akademik
SMP.
2) Mempersiapkan topic materi bimbingan klasikal, yang
dirumuskanberdasarkan StandarKompetensi Kemandirian
Peserta Didik (SKKPD) (DitjenPMPTK,2007), masalah
yang dihadapi peserta didik/konseli yang diases
menggunakan AUM atau DCM, dan instrumen lain yang
relevan.
3) Menyusun rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal
dengan menggunakan sistematika sebagaimana disajikan
dalam format RPL.
4) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan
bimbingan klasikal yang akan diberikan
b) Pelaksanaan
1) Melaksanakan layanan bimbingan klasikal sesuai jadwal
dan materi yang telah dirancang.
2) Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan
bimbingan klasikal yang telah diberikan
3) Mencatat peristiwa dan atau hal-hal yang perlu perbaikan
dan atau tindak lanjut setelah layanan bimbingan klasikal
dilaksanakan
c) Evaluasi dan tindak lanjut
1) Melakukan evaluasi proses layanan bimbingan klasikal,
2) Melakukan evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal yang
telah diberikan.
2. Model layanan informasi dengan teknik symbolic model
Model layanan informasi adalah layanan informasi dengan
memanfaatkan teknik symbolic model untuk meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Asumsinya bahwa persoalan kemandirian
belajar siswa perlu untuk dikembangkan secara optimal dikarenakan
kemandirian belajar memiliki sumbangan besar terhadap keberhasilan
siswa dalam prestasinya dan dalam kehidupan yang sebenarnya dalam
masyarakat. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang
diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi
dilingkungan sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir
dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih
jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap
(Mulyaningtyas dan Purnomo, 2007). Kemandirian dalam belajar dapat
dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan siswa. Apabila siswa
memiliki kemandirian belajar yang baik, siswa mampu menyelesaikan
9

tugas-tugasnya dengan baik dan tepat waktu tanpa mencontek tugas dari
teman yang lain. Sedangkan siswa yang kemandirian belajarnya rendah,
tugas yang diberikan tidak bisa dikumpulkan tepat waktu. Jadi,
kemandirian belajar merupakan kemampuan seseorang (siswa) dalam
mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata, tanpa
bergantung dengan orang lain, dalam hal ini siswa mampu melakukan
belajar sendiri, dapat menentukan belajar yang efektif, dan mampu
melakukan belajar secara mandiri.
Pertimbangan memanfaatkan teknik symbolic model dalam layanan
informasi adalah teknik symbolic model dapat direalisasikan
berdasarkan prinsip psikologi tingkah laku. Symbolic model merupakan
salah satu teknik dengan melihatkan langsung model atau orang- orang
yang berhasil dibidangnya melalui tayangan video, film atau
dokumenter. Berdasarkan model yang diperlihatkan siswa bisa meniru
dan memodelling apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehri-hari untuk
memperoleh kemandirian belajar yang baik dan mendapatakan prestasi
yang maksimal. Layanan informasi dengan teknik symbolic model
dapat digunakan dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Dilakukan dalam suasana klasikal yang menyenangkan agar siswa lebih
nyaman dan rileks dalam memahami materi yang diberikan. Melalui
tahapan dalam layanan informasi, yaitu (1) tahap awal dan
Pembentukan (2) Tahap Kegiatan dan isi dan (3) Tahap Akhir dan
evaluasi. Kegiatan layanan informasi dengan memanfaatkan teknik
symbolic model untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa,
ditemukan bahwa prosedur pelaksanaan layanan peningkatan
kemandirian belajar siswa dengan model layanan informasi melalui
teknik symbolic model memberikan akses yang sama untuk masing-
masing siswa untuk terlibat dan aktif. Mulai dari tahap pembentukan
sampai pada tahap pengakhiran. Kondisi tersebut memungkinkan
terlaksanannya pelaksanaan pada tahapan kegiatan secara produktif
bagi peningkatan kemandirian belajar siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model layanan
informasi dengan teknik symbolic model efektif untuk meningkatkan
kemandirian belajar siswa, karena model tersebut menyediakan
lingkungan belajar yang diperlukan dalam mengembangkan
kemandirian belajar mereka. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Wedemeyer (dalam Rusman, 2012) menyebutkan bahwa peserta didik
yang memiliki kemandirian belajar adalah mempunyai tanggung jawab
dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan mengembangkan
kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Hal tersebut telah tercakup
dalam model layanan informasi dengan teknik symbolic model ini,
sehingga kondisi tersebut memungkinkan siswa dapat mengembangkan
semua aspek kemandirian belajar mereka secara alamiah dan bermakna
bagi kehidupan mereka. Pengalaman interaksi di dalam kelas di
manfaatkan dalam rangka memberikan pemhaman lebih kepada
10

masing-masing siswa untuk lebih dapat menggunakan kapasitasnya


secara lebih efektif dan lebih mendapatkan kesempatan untuk
mengetahui diri sendiri secara lebih baik melalui pengalaman interaksi
dalam layanan informasi dan melalui pemodelan yang bisa dijadikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari.
3. Model layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang
diberikan dalam suasana kelompok. Menurut Nurihsan (2006)
“bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok”. Sedangkan menurut Yusuf
(2006) bimbingan kelompok yaitu pemberian bantuan kepada siswa
melalui situasi kelompok. Masalah yang dibahas dalam bimbingan
kelompok adalah masalah yang dialami bersama dan tidak rahasia, baik
menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Gazda
(Prayitno dan Amti, 2004) mengemukakan bahwa “bimbingan
kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada
sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan
keputusan yang tepat”. Sedangkan menurut Mu’awanah dan Hidayah
(2009) “bimbingan kelompok merupakan sebuah kegiatan bimbingan
yang dikelola secara klasikal dengan memanfaatkan satuan/grup yang
dibentuk untuk keperluan administrasi dan peningkatan interaksi siswa
dari berbagai tingkatan kelas”. Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan
antara pemimpin kelompok (konselor) dengan anggota kelompok
(konseli/peserta didik) yang memanfaatkan dinamika kelompok yaitu
adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan
tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok
menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat
membantu individu sebagai anggota kelompok mencapai
perkembangan dalam hal pribadi, sosial, belajar, dan karir.
 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok, Suatu proses
layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus
dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran.
Menurut Prayitno (1995) bahwa “Tahap-tahap bimbingan
kelompok ada empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran”.
 Tahap Pembentukan, Tahap ini merupakan tahap pengenalan,
tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam
kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para
anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan
tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh
masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.
Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga
masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan
kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus
11

dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan


diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah
dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti
bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga
disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak
mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
 Tahap Peralihan, Tahap kedua merupakan “jembatan” antara
tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh
dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok
dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh
kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu
ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok
enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya,
yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin
kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
 Tahap Kegiatan, Tahap ini merupakan inti dari kegiatan
kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan
pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut
perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin
kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang
sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan
memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya
masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh
anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang
dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya
seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan
baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun
perasaan.
 Tahap Pengakhiran, Pada tahap pengakhiran bimbingan
kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali
kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai
oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-
hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus
melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara
penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri
kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan
kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Setelah
kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan
kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan
penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu
menerapkan hal-hal yang mereka pelajari dalam suasana
kelompok, pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
12

Dalam kegiatan bimbingan kelompok juga dapat membuat


anggotanya lebih menghargai pendapat orang lain, dan lebih berani
mengemukakan pendapatnya secara bertanggungjawab. Apa yang
disampaikan dalam bimbingan kelompok diharapkan lebih
mengena mengingat bentuk komunikasi yang dijalani bersifat multi
arah. Bimbingan kelompok dalam hal ini bertujuan untuk
membahas topik-topik mengenai cara mengembangkan self-esteem
siswa. Self-esteem adalah penilaian yang dilakukan oleh siswa
kepada dirinya dan orang lain secara positif maupun negatif. Self-
esteem perlu untuk dimiliki oleh setiap siswa. Karena Siswa dengan
self-esteem yang baik akan bisa menempatkan dirinya dengan
mudah dalam berbagai situasi karena merasa aman secara emosi.
Siswa dapat mengeluarkan pendapat dengan sangat mudah namun
tetap respek pada orang lain dan bebas dari rasa takut terhadap
pandangan orang lain sehingga siswa akan termotivasi untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Melalui dinamika kelompok
yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap yang
menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Selain
itu, bimbingan kelompok juga bertujuan untuk membantu individu
menemukan dirinya sendiri, mengarahkan diri, dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat untuk
memberikan kontribusi pada siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya terutama masalah yang berkaitan dengan self-
esteem, karena dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, siswa
sebagai anggota kelompok akan membahas secara bersama-sama
topik-topik masalah mengenai cara mengembangkan self-esteem
dan menciptakan dinamika kelompok. Setiap anggota kelompok
akan mempunyai kesempatan yang sama untuk melatih diri dalam
mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain,
membahas masalah yang dialaminya secara tuntas, saling bertukar
informasi, dan dapat memecahkan masalah secara bersama-sama
sehingga dapat mengembangkan self-esteemnya. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok
berpengaruh terhadap self-esteem siswa, karena dalam
pelaksanaannya siswa sebagai anggota kelompok mempunyai
kesempatan untuk melatih diri dalam mengemukakan pendapat,
saling menghargai dan menciptakan dinamika kelompok yang dapat
dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan self-esteemnya.
4. Layanan akselerasi bidang studi
Program ini diselenggarakan oleh sekolah untuk memfasilitasi
peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata agar bisa
mempergunakan kecerdasannya untuk mempercepat proses belajar di
13

sekolah. Artinya peserta didik dengan kecerdasan diatas rata-rata dapat


dengan cepat naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai
kemampuannya. Akselerasi sebagai model pelayanan, berarti bahwa
peserta didik meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada
kelas diatasnya. Sedangkan akselerasi sebagai model kurikulum, berarti
mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh peserta
didik saat itu. Melalui program akselerasi diharapkan dapat
mengakomodasi kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimiliki
oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai
kebutuhannya. Sekolah hendaknya bersungguh-sungguh dalam
menyelenggarakan program akselerasi, karena banyak hal yang harus
diperhatikan diantaranya kurikulum yang berbeda dengan kurikulum
kelas reguler. Kurikulum program akselerasi lebih padat karena waktu
tempuhnya pun lebih singkat.
5. Mentorship
Akselerasi tidak harus melayani lima belas orang siswa per sekolah
yang memenuhi syarat. Seandainya hanya ada satu orang siswa, sekolah
harus mampu melayani karena hal tersebut memang terkait dengan hak
asasi siswa sebagai individu. Model pelayanan ini dikenal dengan
mentorship atau yang dikenal self paced intruction.

D. Jenis Kegiatan Yang Terkait Dengan Layanan Akademik


1) Asesmen
Asesmen adalah proses penilian/penaksiran terhadap lingkungan
perkembangan dan perserta didik.
a) Asesmen terhadap lingkungan perkembangan peserta didik
Asesmen terhadap lingkungan perkembangan peserta didik adalah
proses penilaian/penaksiran terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik yang berada dalam
konteks lingkungan perkembangan mereka. Asesmen ini ditujukan
untuk memotret gambaran harapan dan kondisi lingkungan
perkembangan peserta didik. Hasil yang diharapkan adalah
gambaran tentang harapan dan kondisi objektif lingkungan
perkembangan mereka.
b) Asesmen terhadap peserta didik
Asesmen terhadap peserta didik adalah proses penilaian/penaksiran
terhadap perkembangan peserta didik. Asesmen ini ditujukan untuk
memotret gambaran perkembangan peserta didik. Hasil yang
diharapkan dari asesmen ini adalah gambaran tentang harapan dan
kondisi peserta didik.
2) Orientasi
Layanan orientasi adalah bantuan awal pembelajaran agar peserta
didik mengenal lingkungan, iklim, dan budaya Sekolah/Madrasah.
14

Melalui layanan orientasi peserta didik diharapkan mengenal


lingkungan, personel (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Dewan
Guru, Pegawai Tata usaha, Petugas Laboratorium, Petugas
Perpustakaan, Pengurus OSIS dan lain-lain), kegiatan, iklim, dan
budaya Sekolah/Madrasah di mana mereka belajar.
Pelaksanaan kegiatan layanan orientasi dapat dilakukan terutama
pada Masa Orientasi Studi (MOS) dengan cara sebagai berikut.
1) Ceramah tentang lingkungan, iklim, dan budaya
Sekolah/Madrasah kepada peserta didik baru sehingga mereka
mengenal lingkungan, personel (Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Dewan Guru, Pegawai Tata usaha, Petugas
Laboratorium, Petugas Perpustakaan, Pengurus OSIS dan lain-
lain), kegiatan, iklim, dan budaya Sekolah/Madrasah.
2) Studi wisata kampus, yakni proses mempelajari lingkungan
kampus.
3) Penugasan, yakni menugaskan peserta didik mengenal
lingkungan, iklim, dan budaya Sekolah/Madrasah kepada peserta
didik baru sehingga mereka mengenal lingkungan, personel
(Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Dewan Guru, Pegawai
Tata Usaha, Petugas Laboratorium, Petugas Perpustakaan,
Pengurus OSIS dan lain-lain), kegiatan, iklim, dan budaya
Sekolah/Madrasah. Misalnya menugaskan peserta didik meminta
tanda tangan minimal 5 guru, 5 petugas tata usaha dan 5 pengurus
OSIS.
3) Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan adalah proses memposisikan (menempatkan)
peserta didik sesuai dengan karakteristik dirinya (kemampuan
dasar, bakat, minat dan kepribadian), kebutuhan, dan tuntutan
lingkungan. Layanan penempatan mencakup pengelompokkan
dalam rombongan belajar, kelompok belajar, ekstra kurikuler,
penjurusan dan penempatan lainnya sesuai tuntutan yang ada.
Berikut ini adalah salah satu contoh langkah–langkah penjurusan
dan pemilihan studi lanjutan yang dapat digunakan untuk jenis
penempatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
a) Penjurusan, Langkah-langkah kegiatan pemilihan jurusan
ini adalah sebagai berikut.
 Peserta didik mengisi Form Usulan Pemilihan Jurusan.
 Guru Bimbingan dan Konseling merekap, membuat
rata-ratanya, dan menganalisis nilai mata pelajaran
utama masing-masing jurusan. Mata pelajaran utama
IPA adalah Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Mata pelajaran utama IPS adalah Sejarah, Geografi,
Ekonomi dan Sosiologi. Mata pelajaran utama Bahasa
15

adalah Sejarah, Bahasa Inggris, bahasa asing lain, dan


Sosiologi.
 Guru Bimbingan dan Konseling merekap hasil tes
psikologis, Usulan Jurusan dari data Hasil Psikotes, dan
menganalisisnya.
 Guru Bimbingan dan Konseling mengkombinasikan
nilai rata-rata mata pelajaran utama jurusan dengan hasil
tes psikologis dan usulan peserta didik.
 Guru Bimbingan dan Konseling mengkonsultasikan
baik secara kelompok maupun individual kepada orang
tua dan peserta didik juga wali kelas. Hasilnya
disampaikan kepada wali kelas. Selanjutnya wali kelas
menyampaikan kepada wakasek kurikulum
berkoordinasi dengan wakasek kesiswaan untuk
menyampaikan jumlah kelas IPA, IPS dan Bahasa
kepada Kepala Sekolah.
b) Pemilihan Studi Lanjutan, Kegiatan pemilihan studi
lanjutan diberikan kepada peserta didik kelas XII dalam
bentuk layanan informasi baik dilakukan secara klasikal,
kelompok, maupun individual. Materi yang disampaikan
antara lain meliputi :
 Jenjang pendidikan S 1 dan Diploma beserta
persyaratannya
 Berbagai Universitas / Politeknik beserta keunggulannya
masing-masing
 Berbagai Jurusan yang terkait dengan profesi tertentu.
 Analisis potensi, minat dan bakat diri sendiri
Peserta didik yang mengetahui informasi tentang hal-hal
tersebut di atas, diharapkan dapat melakukan evaluasi atas
potensi, minat dan bakatnya. Dari hasil evaluasi ini, peserta
didik dapat mengarahkan dirinya untuk memenuhi kriteria
Jurusan/Universitas yang akan diinginkannya.
4) Konsultasi Belajar
Konsultasi belajar merupakan layanan konsultasi dan konseling
individu yang diberikan kepada peserta didik agar lebih memahami dan
dapat belajar secara efektif sehingga mampu menguasai materi yang
diajarkan. Peserta didik diberi peluang konsultasi atau konseling secara
individual di luar jam pembelajaran pada hari sekolah.
5) Konseling
Konseling adalah proses interaksi terapetik antara guru bimbingan
dan konseling (konselor) dengan peserta didik dalam rangka
memfasilitasi peserta didik mampu mengembangkan diri, mencari
solusi terbaik dalam menjaga dan atau menyelesaikan diri dari
16

permasalahan. Konseling dapat dilakukan melalui hubungan yang


bersifat membantu (helping relationship) baik dalam proses interaksi
langsung (face to face interaction), melalui media (seperti sms, email,
buku, dll), atau melalui pengembangan lingkungan yang kondusif.
6) Latihan Keterampilan Belajar
Latihan keterampilan belajar adalah proses pembelajaran secara
langsung untuk membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang mendukung proses pembelajaran,
yaitu konsentrasi, keterampilan membaca, mencatat, menyimak,
mengemukakan pendapat, dan keterampilan bertanya.
7) Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pembelajaran Remedial
a) Diagnostik kesulitan belajar
Diagnostik kesulitan belajar adalah upaya untuk memahami jenis
dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami peserta didik (Abin Syamsuddin, 2000: 311).
Kesulitan belajar dapat terjadi baik karena kelemahan peserta didik
dalam memahami isi pembelajaran maupun karena masalah
psikologis. Kelemahan peserta didik dalam memahami isi
pembelajaran dapat terjadi baik pada lingkup mata pelajaran
maupun substansi tertentu dari salah satu mata pelajaran. Langkah-
langkah diagnostik kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
 Identifikasi kasus, yakni menandai peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
 Identifikasi masalah, yakni melokalisasi letak kesulitan
masalah. Pada mata pelajaran apa dan pada substansi mana
peserta didik mengalami kesulitan.
 Identifikasi faktor penyebab, yakni menandai jenis dan
karakteristik kesulitan dengan faktor penyebabnya.
 Prognosis, yakni mengambil kesimpulan dan keputusan serta
meramalkan kemungkinan penyembuhannya.
 Rekomendasi/referal, yakni membuat saran alternatif
pemecahannya.
b) Pembelajaran remedial
Pembelajaran remedial adalah upaya guru untuk
menciptakan suatu situasi yang dapat membantu peserta didik baik
individual maupun kelompok meningkatkan kemampuan dalam
menyesuaikan diri dan menguasai materi pembelajaran yang
sebelumnya tidak mencapai KKM. Pembelajaran remedial dapat
diberikan oleh guru mata pelajaran dengan pendekatan yang sesuai
berdasarkan pada hasil diagnostik yang telah dilakukan oleh guru
pembimbing (konselor).
Jika berdasarkan hasil diagnostik menunjukkan kesulitan
belajar peserta didik disebabkan oleh masalah psikologis maka
17

pembelajaran remedial dapat dilaksanakan setelah peserta didik


menyelesaikan masalah psikologisnya. Misalnya, jika kesulitan
belajar peserta didik terjadi karena ia tidak memiliki motivasi
belajar maka sebelum mengikuti pembelajaran remedial ia
seyogianya mengikuti konseling atau bantuan tertentu yang dapat
meningkatkan motivasi belajarnya. Setelah peserta didik tersebut
memiliki motivasi belajar yang tinggi baru dapat diperkenankan
mengikuti pembelajaran remedial. Bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar tetapi tidak mengalami masalah
psikologis dapat langsung mengikuti pembelajaran remedial
bersama guru bidang studi di mana peserta didik mengalami
kesulitan belajar. Langkah-langkah pembelajaran remedial adalah
sebagai berikut:
 Penelaahan kembali kasus sesuai rekomendasi/referal
berdasarkan diagnostik kesulitan belajar.
 Pilihan alternatif tindakan, yakni konseling dahulu jika peserta
didik mengalami masalah psikologis atau langsung
melaksanakan pembelajaran remedial jika peserta didik tidak
mengalami masalah psikologis.
 Pelaksanaan pembelajaran remedial oleh guru bidang studi baik
individual maupun kelompok.
 Pengukuran hasil belajar pada pembelajaran remedial.
 Evaluasi kesuluruhan proses pembelajaran remedial, terutama
jika peserta didik masih belum mencapai KKM. Lalu dilakukan
lagi re-evaluasi dan re-diagnostik sampai peserta didik benar-
benar mencapai KKM.
8) Pengembangan Motivasi Belajar
Latihan pengembangan motivasi belajar merupakan layanan bimbingan
untuk memfasilitasi peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Latihan pengembangan motivasi belajar sedikitnya dapat dilakukan
dengan teknik modeling dan latihan pengembangan motivasi belajar.
a) Teknik Modeling
Pengembangan motivasi belajar melalui teknik modeling ditujukan
untuk memberi contoh konkrit motivasi diri yang kuat mampu
membawa setiap orang berhasil menggapai cita-citanya. Tujuan
program ini adalah peserta didik mendengar langsung pengalaman
narasumbernya. Adapun narasumber pelatihan motivasi ini bisa
orang tua murid dari berbagai profesi, public figure, atau seseorang
yang profesional di bidangnya. Teknik penyajian materi adalah
ceramah, diskusi dan unjuk kerja (performance).
b) Latihan Pengembangan Motivasi Belajar
Pengembangan motivasi belajar melalui latihan ini ditujukan untuk
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri peserta didik.
18

Pelaksanaannya jika guru bimbingan dan konseling (konselor)


memiliki kemampuan dalam teknik ini maka kegiatan ini dapat
dilakukan oleh konselor, jika tidak maka pelaksanaannya melibatkan
pihak lain yang berkompeten pada bidang ini.
19

BAB III

(PENUTUP)

1. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:

 Layanan akademik adalah layanan bimbingan dan konseling yang


memandirikan peserta didik dalam kegiatan belajar, meliputi kegiatan
tatap muka (pembelajaran di kelas), pengerjaan tugas terstruktur dari
guru dan belajar secara mandiri. Tujuan layanan ini adalah peserta didik
memiliki sikap, keterampilan, kesiapan dan kebiasaan belajar yang
mandiri dalam rangka mencapai standar kompetensi (SK) peserta didik
melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi.
 Terdapat beberapa bentuk model-model layanan tersebut yaitu:
a. Model Layanan Bimbingan Klasikal
b. Model layanan informasi dengan teknik symbolic model
c. Model layanan bimbingan kelompok
d. Layanan akselerasi bidang studi
e. Mentorship

2. Saran

Dari uraian yang kami sajikan di atas kemungkinan besar masih terdapat
kekeliruan, oleh karena itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam makalah ini. ami juga sangat berharap agar Dosen Pembina kami
bapak Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M. Pd.dan Dr. Deni Kadarsah, M. Pd.
kiranya kiranya dapat mengoreksi kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada makalah ini dan kami berharap hal tersebut menjadi perbaikan yang
sifatnya positif dan membangun bagi kami. Penulis juga menyarankan agar
pembaca lebih mengkaji lagi materi dengan membaca sumber-sumber lain
seperti buku, jurnal, makalah, dan lainnya. Agar lebih memahami mengenai
model pelayanan akademik yang meningkatkan kepuasan belajar peserta
didik.
20

DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsuddin. (2000). Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran


Modul). Bandung : Rosda Karya.
Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur
Balitbang.
Dikti. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik
ABKIN (dalam proses finalisasi). Bandung: ABKIN
Herawati, Budi. S Endang dan Adiman. H. (2020). Tata Kelola Administrasi
Persekolahan. Jawa Timur: CV. Qiara Media
Lestari, Indah. Dkk. (2015). Pengembangan Model Layanan Informasi Dengan
Teknik Symbolic Model Dalam Membantu Mengembangkan Kemandirian
Belajar Anak Usia Sekolah Dasar Di Kecamatan Kota Kudus Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan
Konseling. 5(2), 32-44.
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in The
Elementary and Middle Schools. Madison : Brown & Benchmark
Nurpitasari, Emilia. Dkk. (2019). Blended Learning: Metode Layanan Bimbingan
Klasikal Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Di Abad 21. 174-179,
ISSN 2714-5972
Puluhulawa, Meiske. Dkk. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok Dan
Pengaruhnya Terhadap Self-Esteem Siswa. Jurnal Ilmiah. 301-310.

Anda mungkin juga menyukai