Anda di halaman 1dari 17

PROFESI KEGURUAN

“Tantangan dan Problematika Pengembangan Profesionalisme Guru”

Makalah Ini Dibuat dengan Tujuan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi
Keguruan

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Eda Lolo Allo, S.Pd., M.Pd.

OLEH :

IRENE RANTE TODING 1913041003


MUSYAWIRUL HAKIM 1913041021
MUTIARA 200105500001
RIZA RAHMA 200105502009
ANDI ANDINI 200105502015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Profesi Keguruan mengenai
“Tantangan dan Problematika Pengembangan Profesionalisme Guru serta
Upaya Pemecahannya”. Penulis berharap melalui makalah ini kita dapat
termotivasi untuk meningkatkkan kemampuan dalam berbagai hal.
Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Dan
akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
seluruh pembaca pada umumnya.

Makassar, 7 April 2022

Kelompok 7

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. II


DAFTAR ISI ........................................................................................................... III
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... IV
A. Latar Belakang ........................................................................................ IV
B. Rumusan Masalah ................................................................................... IV
C. Tujuan ..................................................................................................... IV
BAB II .......................................................................................................................V
PEMBAHASAN .......................................................................................................V
A. Tantangan dan Problematika Pengembangan Profesionalisme Guru .......V
B. Profesionalisme Guru di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi ...... IX
C. Upaya Pemecahannya ...........................................................................XIII
BAB III .................................................................................................................. XV
PENUTUP .............................................................................................................. XV
A. Kesimpulan ............................................................................................ XV
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... XVI

III
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tugas utama seorang guru cukup kompleks dan berat, karena itu untuk
menjamin tingkat keberhasilan dalam menjalankan tugas utamanya guru harus
berkualitas dan mempunyai kompetensi yang memadai. Tugas yang diemban
guru adalah mencapai efektivitas pembelajaran yang memuaskan, yang
meliputi beberapa dimensi manajemen pengajaran, antara lain: tugas-tugas
ajar, manajemen perilaku, manajemen waktu dan perlengkapan. Secara
keseluruhan, keberhasilan tugas mengajar perlu didukung oleh seperangkat
kompetensi dasar yang selanjutnya digunakan untuk merancang strategi
pengembangan pendidikan.
Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pribadi seorang guru tidaklah
mudah, karena hal tersebut memerlukan proses yang cukup panjang dan biaya
yang cukup banyak. Disamping itu, diperlukan pula penyadaran akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai panggilan profesi yang harus terus dibina agar
supaya apa yang menjadi harapan dan cita cita dari masyarakat terhadap hasil
pembelajarannya yang dilakukan bersama muridnya dapat tercapai, sehingga
tercipta kualitas dan mutu output yang bisa dipertanggung jawabkan secara
intelektual, memiliki keterampilan yang tinggi dan memiliki akhlaqul karimah
yang mapan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa tantangan dan problematika profesionalisme guru?
b. Bagaimana profesionalisme guru di era informasi dan komunikasi?
c. Bagaimana cara pemecahannya?

C. Tujuan
a. Untuk memahami tantangan dan problematika profesionalisme guru.
b. Untuk memahami profesionalisme guru di era informasi dan komunikasi.
c. Untuk memahami cara pemecahannya

IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tantangan dan Problematika Pengembangan Profesionalisme Guru
1. Problematika profesi guru
Istilah problematika berasal dari bahasa inggris yaitu problematic
yang artinya persoalan atau masalah sedangkan dalam Bahasa Indonesia,
problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan
masalah; permasalahan; situasi yang dapat didefenisikan sebagai suatu
kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), problematika mempunyai arti: masih
menimbulkan masalah, hal yang masih belum dapat dipecahkan
permasalahan.
Problematika profesionalisme guru disebabkan oleh kurangnya
kesadaran guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta tanggung
jawab keguruannya secara vertikal maupun horizontal dan munculnya sikap
malas dan tidak disiplin waktu dalam bekerja yang mengarah pada
lemahnya etos kerja.
Menurut Wibowo (2015:19) Secara umum problem yang dialami oleh
para guru dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yang
berasal dari luar diri guru yang bersangkutan dan problem yang berasal
dari dalam diri guru lazim disebut problem internal, sedangkan yang berasal
dari luar disebut problem eksternal.

a) Problem internal
Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada
kompetensi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti
penguasaan bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai profesinya
(kompetensi kepribadian) dan bidang perilaku seperti keterampilan
mengajar, menilai hasil belajar siswa (kompetensi pedagogis) dan lain-
lain

1) Menguasai bahan/materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan menyiapkan
bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya.
V
Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka
rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan
sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/materi pelajaran
berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga
proses belajar mengajar dapat terarah dan efektif. Namun hendaknya
dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar disertai pula dengan
gagasan ide dan perilaku guru yang kreatif, dengan memperhatikan
segenap hal yang terkandung dalam makna belajar peserta
didik (Wibowo, 2015: 19-20).
2) Mencintai profesi keguruan
Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru dan
adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang baik,
persoalan profesi guru di sekolah terus menarik untuk dibicarakan,
didiskusikan, dan menuntut untuk dipecahkan, karena masih banyak
guru yang punya anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan
sambilan, padahal guru merupakan faktor dominan dalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan
teladan dan tokoh panutan. Untuk itu guru seyogyanya memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan
peserta didik secara utuh. Peran guru adalah perilaku yang diharapkan
(expected behavior) oleh masyarakat dari seseorang karena status
yang disandangnya. Status yang tinggi membuat seorang guru
mengharuskan tampilnya perilaku yang terhormat dari
penyandangnya (Wibowo, 2015: 20).
3) Keterampilan mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar
proses pembelajaran dapat tercapai, di antaranya yaitu 10 kompetensi
guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru.
Adapun 10 kompetensi guru tersebut menurut Depdikbud, meliputi:
1) menguasai bahan, 2) mengelola program belajar mengajar, 3)
mengelola kelas, 4) penggunaan media atau sumber, 5) mengelola
interaksi belajar mengajar, 6) menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran, 7) mengenal fungsi layanan bimbingan dan
VI
penyuluhan (BP), 8) mengenal menyelenggarakan administrasi
sekolah 9) memahami prinsipprinsip 10) menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guru untuk keperluan pengajaran (Wibowo, 2015: 21).
4) Menilai hasil belajar siswa
Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan
yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh
mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah
dicapai. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 20) evaluasi adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh
mana kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru
dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan
memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis
dan tes lisan (Wibowo, 2015: 21-22).
b) Problem eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu
sendiri. Kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan
karakteristik sekolah.
• Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas
dan sumber belajar yang tersedia.
• Karakteristik sekolah yang dimaksud misalnya disiplin sekolah,
perpustakaan yang ada di sekolah memberikan perasaan yang
nyaman, bersih, rapi dan teratur.
Dalam konteks pertimbangan faktor eksternal, terutama yang
menyangkut lingkungan kerja, secara rinci dikemukakan oleh M. Arifin
bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu:

1. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan.


2. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim.
3. Pemahaman sikap dan pengertian di kalangan pekerja.
4. Sikap jujur dan dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud
dalam kenyataan.
5. Penghargaan terhadap hasrat dan kebutuhan yang berprestasi (Need
for Achievement).
6. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti
VII
tempat olah raga, masjid dan rekreasi.
2. Tantangan profesi guru
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang
dihadapi oleh profesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan
kewibaannya di mata masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Supriadi,
(1999: 104-106) sebagai berikut:
a) Berkenaan dengan definisi profesi keguruan, masih ada kekurangjelasan
tentang definisi keguruan, bidang garapannya yang khas, dan tingkat
keahlian yang dituntut dari pemegang profesi ini. Profesi keguruan
berbeda misalnya dengan profesi kedokteran yang bidang tugas
dantingkat keahlian yang dituntutnya profesi telah begitu jelas serta di
rinci sedemikian rupa
b) Kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah profesi keguruan menunjukan
bahwa desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru, maka
profesi ini tidak cukup terlindungi dari terjadinya “gangguan” dari luar.
Di masa lalu bahkan hingga dewasa ini, ada kesan bahwa siapapun
boleh berdiri di muka kelas untuk mengajar tanpa memperdulikan latar
belakang dan tingkat pendidikannya. Di zaman kemerdekaan, asal
seseorang bisa menulis, membaca, dan berhitung dan mau
membagikan kemauannya kepada orang lain, dapat langsung berdiri di
muka kelas. Sekalipun hal tersebut sekarang, pengaruh dari masa lalu
itu masih terasa hingga sekarang. Di samping itu, kualifikasi
pendidikan guru kita amat beragam, mulai hanya lulusan SLTP
hingga S-3. Dapat dibayangkan betapa sulitnya menarik suatu generalisasi
utuh tentang tingkat profesionalisme guru. Sekali lagi, bandingkan misalnya
dengan profesi kedokteran yang anggotanya hanya terdiri atas dokter dengan
kualifikasi pendidikan yang jelas dan seragam.
c) Penambahan jumlah guru secara besar-besaran membuat sulitnya
standar mutu guru dikendalikan dan dijaga. Hal ini terjadi hampir pada
setiap jenjang dan jenis Pendidikan. Akibatnya, ada untuk anggapan
seakan-akan tidak ada relevansinya untuk berbicara tentang
profesionalisme guru di tengah mendesaknya kebutuhan akan guru
dalam jumlah besar.

VIII
d) PGRI sendiri cenderung bergerak di “ pertengahan” antara pemerintah
dan guru-guru. PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan
yang secara sistematis dan langsung berkaitan dengan profesionalisme
guru; misalnya melalui penerbitan profesional dan kegiatan ilmiah
lainnya. Kurangnya dana, langkanya tenaga profesional dan potensi
“pasar” untuk mengkonsumsi penerbitan profesional, menjadi sebab
sulitnya PGRI bergerak ke arah itu. Hal serupa juga berlaku dalam
upaya memperjuangkan nasib para guru. Diakui bahwa pada beberapa
tahun terakhir PGRI makin aktif menyuarakan aspirasi guru, namun
secara umum tidak berlebihan bila dikatakan bahwa PGRI masih harus
berbuat banyak untuk menjadi penyalur dan penyambung lidah para
guru dalam menyampaikan aspirasinya untuk perbaikan statusnya.

B. Profesionalisme Guru di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi


Untuk menghadapi perubahan yang yang disebabkan oleh kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, ada beberapa cara pemanfaatan teknologi
informasi dalam mendukung profesionalisme guru, yaitu sebagai berikut:
1. Pemanfaatan komputer oleh guru
a) Komputer sebagai pengolahan data
Komputer sebagai pengolahan data ialah guru memanfaatkan komputer
untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi berupa data materi
pembelajaran, e-book, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), program
tahunan (Prota), program semester (Prosem), rencana rencana guru, absensi
siswa, dan nilai siswa (Kartilawati, 2014: 157).
b) Komputer sebagai media pembelajaran
Menurut Kartilawati (2014: 160-161). Pemanfaatan teknologi komputer
telah banyak memberi kontribusi terhadap proses pembelajaran salah
satunya dengan penerapan pembelajaran berbasis komputer. Penggunaan
computer dalam pembelajaran memungkinkannya berlangsungnya proses
pembelajaran secara individual (individual learning) dengan menumbuhkan
kemandirian dalam proses belajar, sehingga siswa akan mengalami proses
yang jauh lebih bermakna dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional. Manfaat komputer untuk tujuan Pendidikan yaitu:
• Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lambat menerima pelajaran
IX
karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara
yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar
delam menjalankan intruksi seperti yang diinginkan program yang
digunakan.
• Komputer dapat merangsang siswa untku mengerjakan latihan, melakukan
kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersediahnya animasi grafik,
warna, dan musik yang dapat menambaha realisme.
• Kendali berada ditangan siswa, sehingga tingkat pembelajarn siswa dapat
disesuaikan dengan tingkat penguasaanya. Dengan kata lain, komputer
dapat interaksi dengan siswa secara individual misalnya dengan bertanya
dan menilai jawaban.
• Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan program
pembelajaran, memberikan kesempatan lebih baik untk pembelajaran
secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.
• Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan peralatan lain seperti CD
interaktif, video, dan lain-lain dengan program pengendali dari komputer.
2. Pemanfaatan internet oleh guru
a) Internet sebagai sumber belajar atau informasi

Menurut Kartilawati (2014: 162), Peranan internet dalam organisasi


sangat menguntungkan karena kemampuannya dalam mengelolah data
dengan jumlah yang sangat besar. Teknologi informasi sudah menjadi
jaringan komputer terbesar di dunia, yang dapat berfungsi dengan baik
jika didukung oleh perangkat komputer dengan perangkat lunak yang
baik, dan dengan guru yang terlatih baik. Menggunakan internet dengan
segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses
berbagai informasi untuk pendidikan yang secara langsung dapat
meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilan dalam belajar.
Karena internet merupakan sumber data utama dan pengetahuan.
Melalui teknologi ini kita dapat melakukan di antaranya untuk:
• Penelusuran dan pencarian bahan pustaka
• Membangun kecerdasan buatan untuk memodelkan sebuah
rencana pembelajaran
• Memberikan kemudahan untuk mengakses apa yang disebut
X
dengan virtual classroom ataupun virtual university
• Pemasaran dan promosi hasil karya penelitian
b) Internet sebagai sarana komunikasi dan berbagai informasi
Guru dapat memanfaatkan fasilitas internet untuk berkomunikasi dan
berinteraksi jarah jauh dengan sesama guru, siswa, dan orang tua siswa.
Guru hendaknya untuk selalu berkomunikasi guna mendapat manfaat
dari fasilitas tersebut, misalnya guru dapat berbagi informasi mengenai
profesi guru kepada sesama guru begitu juga sebaliknya. Guru dapat
juga menjalin silaturahim kepada orang tua siswa agar mendapat
informasi mengenai anaknya atau tentang permasalahan yang dihadapi
oleh siswa (Kartilawati, 2014: 157).
Dengan memanfaatkan teknologi atau media guru mengharapkn agar
kemampuan indera siswa bisa memudahkan secara maksimal sampai hasil
belajar siswa mengalami peningkatan. Salah satu yang menjadi keunggulan
penggunaan media bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu media
yang menggabungkan dengan beberapa unsur media seperti teks, animasi,
maupun gambar. Media presentasi bisa menggabungkan atau bisa
mengkoordinir semua unsur tersebut. Pengaplikasian teknologi informasi dan
intenet pada kegiatan belajar diharapkan bisa merangsang siswa agar lebih
mandiri dalam belajar sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki.
Peningkatan produktivitas, kreativitas dan kemandirian siswa menjadi sangat
tinggi dan berkembang dengan adanya pengimplementasian TIK dan internet
sebagai sistem baru dalam proses belajar mengajar. Penggunaan teknologi
informasi komunikasi dan internet sebagai system dalam proses belajar
mengajar cukup bermanfaat bagi pendidik dan peserta didik dalam
berinteraksi. Pendidik bisa menyampaikan pesan pada peserta didik dimana
saja dan kapan saja dengan memanfaat e-mail. Sedangkan peserta bisa
menggunakan e-mail sebagai media konsultasi tanpa dibatasi waktu dan
tempat. (Qoshwa, 2020: 9-11).
Menurut Qoshwa (2020: 13) ada beberapa faktor kendala yang
menghambat profesionalisme guru dalam mengimplementasikan teknologi
diantaranya:
• Keterbatasan pada tenaga operasional guna bisa mengaplikasikan

XI
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan belajar
mengajar. Pegawai eksklusif dibutuhkan untuk mengurus dan mengatur
multimedia pembelajaran, sebab pada dasarnya tidak setiap pendidik bisa
mengaplikasikan multimedia dalam pemebelajaran. Situasi ini termasuk
permasalahan baru yang akan sulit untuk memecahkannya. Penyebabnya
karena keterbatasan tenaga operasional untuk perencanaan, pengawasan
dan pengoperasian waktu pendidik ingin menggunakan multimedia dalam
pembelajaran.
• Kurangnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan berbagai
macam fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang sudah disediakan
dari pihak lembaga madrasah. Faktor usia juga menjadi pengaruh pada
problem ini serta kemampuan guru tersebut, adakalanya faktor usia
pendidik yang tua kesusahan dalam menyesuaikan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi membuat guru sulit dalam mengimplementasikan
perangkat media untuk mendukung materi yang disampaikan. Seharusnya
seorang pendidik mampu mengimplementasikan teknologi informasi dan
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Keadaan ini harus selalu dilaksanakan
supaya kualitas proses, hasil dan prestasi dalam pembelajaran lebih baik, sehingga
pada saatnya bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan madrasah
baik dari tenaga guru maupun peserta didik sebagai hasil dari proses
pembelajaran.
• Problem teknis, dimana listrik padam secara spontanitas serta kurang
stabillnya wifi wireless. Rencana guru mata pelajaran pada kegiatan belajar
mengajar dalam mengimplementasikan teknologi informasi dan
komunikasi sering terganggu karena kondisi ini, meskipun semua
lingkungan madrasah sudah tersambung dengan hostpot tetapi tidak bisa
tersambung internet.
• Hambatan selanjutnya yang dialami dalam pengimplementasian teknologi
informasi dan komunikasi yaitu pendidik menjadi terbebani karena dalam
pembelajaran diharus dapat menggunkan multimedia, yang sudah menjadi
tuntutan dalam profesional guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan model metode pembelajaran. Sebelum mengajar dengan
memanfaatkan multimedia, guru harus sudah mencobanya sehingga saat

XII
mengajar pendidik tidak canggung serta terlihat sudah berpengalaman,
terbiasa dan mampu mengaplikasikannya, agar dalam menggunakan media
pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar pendidik membutuhkan
waktu untuk mempersiapkan tenaga dan semua yang diperlukan.
• Problem anggaran dana, anggaran dana menjadi kendala dalam
pengimplementasian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
pembelajaran untuk meningkatkan professionalisme pendidik pada
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam mengimplementasikan
teknologi informasi komunikasi (TIK).

C. Upaya Pemecahannya
Untuk mengatasi problematika pendidikan yang berkaitan dengan
profesionalisme guru diperlukan kerja sama antara dunia pendidikan dengan
instansi-instansi lain, mengintegrasikan seluruh sumber informasi yang ada di
masyarakat ke dalam kegiatan belajar mengajar, penanaman tanggung jawab
yang tinggi terhadap tugas yang diembannya dan pembudayaan akhlaqul
karimah dalam setiap perbuatan kesehariannya serta diperlukan kerja sama dari
berbagai pihak, utamanya pemimpin lembaga pendidikan dan pemerintah
sebagai pembuat kebijakan.
Menurut Wibowo (2015:108-109), Upaya-upaya yang harus dilakukan
lembaga untuk mengatasi problematika profesi guru sebagaimana
dikemukakan di atas adalah: Pertama, meluruskan paradigma guru dan menata
ulang berbagai aspek pendidikan yang selama ini dilakukan. Aspek-aspek
pendidikan seperti dasar pendidikan, tujuan, kurikulum, metode dan
pendekatan yang digunakan, sarana dan prasarana yang tersedia, lingkungan,
evaluasi dan sebagainya perlu ditinjau ulang. Mengingat gurulah yang berada
paling depan dalam kegiatan pendidikan, maka guru harus memiliki kesadaran
dan tanggung jawab akan tugas dan profesi yang diembannya.
Kedua, dalam diri guru harus ditanamkan sikap tanggung jawab yang
tinggi terhadap tugas yang diembannya dan guru harus memiliki sikap-sikap
sebagai manusia yang berfikir rasional (multi dimentional), bersikap dinamis,
kreatif, inovatif, berorientasi pada produktivitas, profesional, berwawasan
luas, berpikir jauh ke depan, menghargai waktu dan selalu berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan media
XIII
pembelajaran yang berbasis teknologi dan informasi (TI).
Ketiga, dalam rangka penyiapan profesionalisme guru yang mampu
mengangkat kompetensi guru diperlukan kerja sama dari berbagai pihak,
utamanya pemimpin lembaga pendidikan sebagai pembuat kebijakan di
sekolah. Dalam hal ini, pemimpin lembaga pendidikan hendaknya memiliki
pandangan ke depan (visioner) terhadap lembaga Pendidikan yang
dipimpinnya, sehingga ia akan termotivasi untuk selalu meningkatkan kinerja
stafnya (termasuk guru) menuju kepada profesionalitas yang tinggi dalam
rangka menyiapkan mutu lulusannya.
Keempat, di samping itu untuk meningkatkan profesionalisme guru,
pemimpin hendaknya memiliki strategi yang efektif dan efisien dalam
mewujudkan guru yang profesional tersebut, sehingga visi misi dan target
pendidikan yang berlangsung dalam lembaga yang dipimpinnya dapat tercapai,
apakah dengan memberikan reward berupa peluang guru untuk studi belajar ke
jenjang yang lebih tinggi, supervisi secara berkala, membuka kesempatan
untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan Latihan (diklat), penataran-
penataran/MGMP, pelatihan tentang jurnalistik untuk memberi wawasan
kepada guru untuk bisa menulis karya ilmiah dan dalam jangka panjang akan
mengadakan studi banding untuk membangun keterampilan guru dalam KBM.

XIV
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Problematika pengembangan profesional guru yang dapat dilihat dari


kurangnya minat guru untuk meneliti, guru sekarang masih banyak yang belum
sejahtera, kurang kreativitas guru dalam membuat alat peraga dan media
pembelajaran.
Untuk mengatasi problematika dan tantangan tersebut, diperlukan kerja
sama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti,
mendapatkan income tambahan dari profesionalnya, dan menyulut guru untuk
kreatif dalam mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua
dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.
Tuntutan dan harapan masyarakat yang harus meningkat dan berubah
membuat guru semakin ditantang. Tantangan serta berbagai persoalan
kegagalan dunia pendidikan, sosok guru adalah pihak yang paling tertuduh.
Sosok guru merupakan orang yang dimintai pertanggung jawabannya. Maka
perbaikan dan evaluasi pada kemampuan seorang guru seolah menjadi hal logis
untuk dilakukan pertama kali dalam memecahkan persoalan dunia
pendidikan.

XV
DAFTAR PUSTAKA

Kartilawati. & Mawaddatan Warohmah. 2014. Profesionalisme Guru Pendidikan


Agama Islam di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi. TA`DIB. XIX(01).

Qoshwa, Ghoyatul. & Evi Fatimatur Rusydiah. 2020. Profesionalisme guru dalam
implementasi teknologi di madrasah Aliyah bustanul ulum glagah lamongan.
JURNAL TARBAWI STAI FITRAH. 9(1).

Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Yogyakarta:


Adicita Karya Nusa.

Wibowo, Catur Hari. (2015). Problematika Profesi dan solusinya bagi pengkatan
kualitas Pendidikan. Jurnal Surakarta.

XVI

Anda mungkin juga menyukai