KENDALA/PROBLEMATIKA
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Disusun oleh
KELOMPOK 8
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melindungi dan
memberkati kita semua. Sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik
mungkin.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
sekali dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga dalam proses pembutannya lebih baik lagikedepannya.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. RumusanMassalah ............................................................................... 2
C. TujuanPembahasan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
KESIMPULAN .................................................................................................. 14
DAFTARPUSTAKA ......................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
1
B. RumusanMasalah
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Problematika ProfesiGuru
a. Pengertian Problematika
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu
Problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan;
yang menimbulkan masalah; permasalahan; situasi yang dapat
didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, di atasi
atau disesuaikan.1Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
problematika mempunyai arti: masih menimbulkan masalah, hal yang
masih belum dapatdipecahkan permasalahan.
Uraian pendapat tentang problematika adalah berbagai persoalan-
persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang
datang dari individu (faktor internal) maupun dalam upaya pemberdayaan
SDM atau guru dalam dunia pendidikan.
b. Problematika ProfesiGuru
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yangberasal dari diri guru yang
bersangkutan dan problem yang berasal dari dalam diri guru lazim
disebut problem internal, sedangkan yangberasal dari luar disebut
problemeksternal.
1) Problem Internal
Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar
pada kompetensi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif
seperti penguasaan bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai
profesinya (kompetensi kepribadian) dan bidang perilakuseperti
3
keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa (kompetensi
pedagogik) dan lain-lain.2
a) Menguasai Bahan/Materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancangdan
menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan
faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari
guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar
harus cermat, baik dan sistematis. Rancangan atau persiapan
bahan ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah
pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar
dapat terarah dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang
dan menyiapkan bahan ajar disertai pula dengan gagasan/ide
dan perilaku guru yang kreatif, dengan memperhatikan
segenap hal yang terkandung dalam makna belajar peserta
didik.3
b) Mencintai Profesi Keguruan
Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru
dan adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang
baik, persoalan profesi guru di sekolah terus menarik untuk
dibicarakan, didiskusikan, dan menuntut untuk dipecahkan,
karena masih banyak guru yang punya anggapan bahwa
mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan
faktor dominandalam pendidikan formal pada umumnya karena
bagi siswa, guru sering dijadikan teladan dan tokoh panutan.
Untuk itu guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan
yang memadai dalam mengembangkan peserta didik secara utuh.
Peran guru adalah perilaku yang diharapkan (expected behavior)
oleh masyarakat dari seseorang karena statusyang
4
disandangnya. Status yang tinggi membuat seorang guru
mengharuskan tampilnya perilaku yang terhormat dari
penyandangnya.4 Dewasa ini masyarakat tetap memgharapkan
perilaku yang paling baik dan terhormat dari seorang guru.
c) Keterampilan Mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan
mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, di antaranya
yaitu 10 kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan
dasar bagi seorang guru. Adapun 10 kompetensi guru tersebut
menurut Depdikbud,5meliputi: (1)menguasai bahan,
(2)mengelola program belajar mengajar, (3)mengelola kelas,
(4)penggunaan media atau sumber, (5)mengelola interaksi
belajar mengajar, (6)menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran, (7)mengenal fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan (BP), (8)mengenal menyelenggarakan administrasi
sekolah (9)memahami prinsipprinsip, (10)menafsirkan hasil
penelitian pendidikanguru untuk keperluanpengajaran.
d) Menilai Hasil Belajar Siswa
Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahuitingkat
kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin
mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau
peserta didik yang telah dicapai. Evaluasi adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana
kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru
dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru
dengan memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan
tes tertulis dan teslisan.6
5
2) Problem Eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu
sendiri. Kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik
kelas dan karakteristik sekolah.7
a) Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar,
fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.
b) Karakteristik sekolah yang dimaksud misalnya disiplin sekolah,
perpustakaan yang ada di sekolah memberikan perasaan yang
nyaman, bersih, rapi dan teratur.
1) Mengabaikan Guru
Sebagai contoh adalah diintroduksinya pendekatan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) dalam proses belajar-mengajar. Keyakinan para
pengambil kebijaksanaan CBSA telah mendorong dikeluarkannya
penetapan keharusan guru untuk menggunakan pendekatan tersebut
6
dalam proses belajar mengajar. Barangkali keyakinan ini tidak hanya
bersifat teoritis, tetapi juga berdasarkan hasil-hasil penelitian.
Tersendat-sendatnya pelaksanaan CBSA dewasa ini merupakan
bukti bahwa setiap kebijaksanaan dibidang pendidikan apabila
pengajaran di kelas yang meninggalkan pandangan guru sebagai
orang yang paling tahu keadaan kelas cenderung mengalami
kegagalan sebab "pandangan guru" sangat diperlukan dalam setiap
usaha peningkatan kualitas hasilpendidikan.9
2) Mentalitas danVitalitas
Ada tiga kegiatan penting yang diperlukan oleh guru untuk bisa
meningkatkan kualitasnya sehingga bisa terus menanjak pangkatnya
sampai jenjang kepangkatan tertinggi.Pertama, para guru harus
memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi
dengan peserta didik. Kedua, akan lebih baik kalau apa yang
dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah yang dihadiri para
guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para
guru sendiri. Ketiga, guru harus membiasakan diri untuk
mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan, khususnya
lewat media cetak. Untuk itu tidak ada alternatif lain bagi guru
meningkatkan kemampuan dalam menulis laporanpenelitian.10
3) Peran PGRI
Sebagai suatu organisasi profesi guru yang memiliki anggota
lebih dari dua juta, PGRI secara moral mempunyai tanggung jawab
untuk mendorong dan memberikan agar para guru bisa melaksanakan
tiga kegiatan di atas.PGRI bisa memperbanyak pertemua-pertemuan
ilmiah, menerbitkan pedoman-pedoman penelitian yang dapat cepat
dicerna guru, menerbitkan jurnal-jurnal sebagai mediakomunikasi
7
ilmiah para anggota.Untuk itu, kiranya PGRI perlu lebih
meningkatkan kualiatas tubuhnyasendiri.11
2. Tantangan Profesi Guru
8
c. Penambahan jumlah guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar
mutu guru dikendalikan dan dijaga. Hal ini terjadi hampir pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan. Akibatnya, ada untuk anggapan seakan-
akan tidak ada relevansinya untuk berbicara tentang profesionalisme
guru di tengah mendesaknuya kebutuhan akan guru dalam jumlah
besar.13
d. PGRI sendiri cenderung bergerak di “ pertengahan” antara pemerintah
dan guru-guru. PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan
yang secara sistematis dan langsung berkaitan dengan profesionalisme
guru; misalnya melalui penerbitan profesional dan kegiatan ilmiah
lainnya. Kurangnya dana, langkanya tenaga profesional dan potensi
“pasar” untuk mengkonsumsi penerbitan profesional, menjadi sebab
sulitnya PGRI bergerak ke arah itu. Hal serupa juga berlaku dalam upaya
memperjuangkan nasib n-para guru. Diakui bahwa pada beberapa tahun
terakhir PGRI makin aktif menyuarakan aspirasi guru, namun secara
umum tidak berlebihan bila dikatakan bahwa PGRI masih harus berbuat
banyak untuk menjadi penyalur dan penyambung lidah para guru dalam
menyampaikan aspirasinya untuk perbaikanstatusnya.14
9
guru maupun dalam mempengaruhi opini publik tentang pendidikan dan
guru.15
10
peserta didik: frustasi, stress, depresi dan segala keputusasaan mental
generasi bangsaini.17
11
menerima saran dan kritik dari guru lain, bila pola pembelajaran yang
disampaikannya sama seperti yang kemarin.
Lebih jauh, keberanian seorang guru dalam berinovasi, serta merta akan
membentuk karakternya menjadi kreatif. Kemampuan dan kapasitasnya, baik
hard skill maupun soft skill, akan terasah dengan sendirinya. Kekreatifan
seorang guru, akan berdampak tidak hanya pada pola komunikasi
pembelajaran, tetapi juga akan membentuk suasana serta atmosfir
pembelajaran yang menyenangkan (enjoy learning). Pembelajaran yang
mampu mentransformasikan ilmu sekaligus mampu membetuk karakter
siswa yangmanusiawi.19
12
dari berbagai pihak, utamanya pemimpin lembaga pendidikan dan pemerintah
sebagai pembuat kebijakan.
Guru dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan berfungsi
sebagai mediator dalam penyampaian materi-materi yang diajarkan kepada
peserta didik, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh peserta didik dalam
kehidupan nyatanya, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
proses pembelajaran ini, untuk menjadi guru yang profesional, hendaknya
guru memiliki dua kategori, yaitu capability dan loyality, artinya guru itu
harus memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai
perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan,
yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-mata di dalam
kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Djamara, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 2005
Sujana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bndung: Sinar Baru Algesindo. 1998
15