Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR


Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Keguruan
Dosen Pengampu : Wardani, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Anggun Fiona Fiolita
2. Anisa Salsabilla
3. Said Fadil

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KELAS B


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, makalah
ini dapat terselesaikan. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen pengajar tentang Keterampilan Dasar Mengajar..
Makalah ini masih belum sempurna karena terbatasnya kemampuan penulis dalam
pengetahuan baik secara teori maupun praktik. Dengan demikian, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan
penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna
tercapainya sebuah makalah yang baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap menyertai kita
sekalian, dengan harapan pula agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Metro, 9 April 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...................................................................................................... I

KATA PENGANTAR....................................................................................................II

DAFTAR ISI..................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Keterampilan Bertanya Dasar ..........................................................................3


B. Keterampilan Bertanya Lanjut .........................................................................5
C. Keterampilan Memberi Penguatan ...................................................................8
D. Keterampilan Mengadakan Variasi ................................................................10
E. Keterampilan Menjelaskan ..............................................................................15
F. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran .......................................19
G. Keterampilan Mengelola Kelas .......................................................................25
H. Keterampilan Guru Memimpin Diskusi Kelompok Kecil ............................30
I. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan .........................31

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................34
B. Saran...................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

II
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan umum mengajar sebagai bekal


utama dalam pelaksanan tugas profesional yang mengacu atau merujuk kepada konsep
pendekatan kompetensi dari LPTK (Lembaga pendidikan dan Tenaga Kependidikan)
(Alma, dkk., 2009: 22). Keterampilan-keterampilan ini mutlak perlu dikuasai oleh setiap
guru, terlepas dari bidang studi apapun yang diajarkan sebagai modal dasar dalam
mengajar. Keterampilan dasar mengajar sangat diperlukan, karena pembentukan
penampilan guru yang baik diperlukan keterampilan dasar. Keterampilan dasar adalah
keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru.
Keterampilan mengajar ini merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh setiap guru
dengan baik dan benar sehingga diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang
berkualitas dalam berbagai hal. 6 Keterampilan dasar mengajar (teaching Skill) adalah
kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional
behaviors) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efesien dan professional (As. Giloman,
1991). K eterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau
kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam
melaksanakan tugas mengajarnya. Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang
harus dikuasai oleh seorang tenaga pengajar, yaitu; 1. Menguasai materi atau bahan ajar
yang akan diajarkan (what to teach) 2. Menguasai metodologi atau cara untuk
membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk ke dalam
aspek how to teach yaitu bagaimana cara membelajarkan peserta didik. Keterampilan
dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru, karena
keterampilan dasar mengajar memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar
bukan hanya sekedar proses menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek yang
lebih luas seperti pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.1

1.2 Rumusan Masalah


1
“KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR.pdf,” t.t., 2.

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menemukan rumusan masalah yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan dasar pada guru?
2. Bagaimana keterampilan bertanya lanjut pada guru?
3. Bagaimana keterampilan memberi penguatan (Reinforcement) pada guru?
4. Bagaimana keterampilan guru dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran?
5. Bagaimana keterampilan guru dalam menjelaskan?
6. Bagaimana keterampilan guru membuka dan menutup pelajaran?
7. Bagaimana keterampilan guru dalam mengelola kelas?
8. Bagaimana keterampilan guru memimpin diskusi kelompok kecil?
9. Bagaimana keterampilan guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh dari rumusan masalah di atas, yaitu diantara adalah
sebagai berikut :
1. Unntuk mengetahui keterampilan dasar pada guru.
2. Untuk mengetahui keterampilan bertanya lanjut pada guru.
3. Untuk mengetahui keterampilan memberi penguatan (Reinforcement) pada guru.
4. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengadakan variasi dalam pembelajaran.
5. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam menjelaskan.
6. Untuk mengetahui keterampilan guru membuka dan menutup pelajaran.
7. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengelola kelas.
8. Untuk mengetahui keterampilan guru memimpin diskusi kelompok kecil
9. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengajar kelompok kecil dan
perorangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan Bertanya Dasar


Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi
pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang
dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban
(respon) dari peserta didik.2
- Tujuan keterampilan bertanya
1. Memotivasi peserta didik agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran
2. Melatih kemampuan mengutarakan pendapat
3. Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik
4. Melatih peserta didik berfikir divergen
5. Menumbuhkan kebiasaan menghargai pendapat orang lain.
6. Menumbuhkan sikap kreatif pada peserta didik
7. Mencapai tujuan pembelajaran

- Jenis-jenis pertanyaan
1. Pertanyaan langsung, yaitu pertanyaan ditujukan kepada salah satu peserta didik
2. Pertanyaan umum dan terbuka, yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh
kelas
3. Pertanyaan retorik, yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban
4. Pertanyaan factual, yaitu pertanyaan untuk menggali fakta dan informasi
5. Pertanyaan yang diarahkan kembali yaitu pertanyaan yang dikembalikan kepada
peserta didik atas pertanyaan peserta didik lain
6. Pertanyaan memimpin (leading Question) yaitu pertanyaan yang jawabannya
tersimpul dalam pertanyaan itu sendiri

- Prinsip-prinsip bertanya
1. Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja. Berikan waktu berfikir kepada
peserta didik.
2. Pertanyaan hendaknya singkat jelas dan disusun dengan katakata yang sederhana
2
“KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR.pdf,” 7.

3
3. Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada para peserta didik
4. Pertanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random.
5. Pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan peserta didi
6. Sebaiknya hindari pertanyaan retorika atau leading qustion

- Teknik-teknik dalam bertanya


1. Teknik menunggu
2. Teknik menguatkan kembali
3. Teknik menuntun dan menggali
4. Teknik mengacak

B. Keterampilan Bertanya Lanjut


Pertanyaan lanjutan adalah pertanyaan yang lebih mengutamakan usaha
pengembangan kemampuan berpikir siswa, memperbesar kesempatan partisifasi
mereka dan mendorong agar siswa berpikir kritis. Keterampilan bertanya lanjut
dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen keterampilan bertanya dasar.
Karena itu semua komponen bertanya dasar masih digunakan dan akan selalu
berkaitan dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut.
Pertanyaan lanjutan berfungsi untuk:
1. Mengembangkan kemampuan dalam menemukan, mengorganisasi dan menilai
informasi.
2. Membentuk perrtanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap
3. Mengembangkan ide dan mengemukakannya kepada kelompok Keterampilan
Dasar Mengajar 62 Dr. Hj. Helmiati, M.Ag
4. Memberi kesempatan untuk meraih hasil melebihi yang biasa dicapai

Adapun komponen-komponen bertanya lanjut adalah:

1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan Pertanyaan


yang diberikan guru dapat mengundang proses mental yang berbeda, ada yang
menuntut proses mental yang rendah dan ada pula yang menuntut proses mental
yang lebih tinggi. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif maksudnya adalah agar
pertanyaan yang diberikan oleh guru hendaknya dapat mengubah tingkat kognitif
siswa dalam menjawab suatu pertanyaan dari tingkat yang rendah ke tingkat

4
kognitif yang lebih tinggi. Misalnya dari tingkat kognitif yang rendah seperti
pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat Pertanyaan diberikan bertujuan untuk
mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah ke yang lebih
tinggi dan kompleks. Dalam memberikan urutan pertanyaan seorang guru harus
memberikannya secara logis dan terurut, misalnya pertama seorang guru
mengajukan pertanyaan pemahaman, setelah itu pertanyaan penerapan, analisis,
sintesis dan diakhiri dengan pertanyaan tingkat evaluasi.
3. Menggunakan pertanyaan pelacak Jika jawaban yang diberikan siswa dianggap
benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, maka
guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang
dikemukakan.

Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan oleh seorang guru.
1. Klarifikasi Jika ada salah satu siswa menjawab pertanyaan guru dengan
kalimat yang kurang tepat, maka guru memberikan pertanyaan pelacak yang
meminta siswa untuk menjelaskan atau mengungkapkannya dengan kata-kata
atau redaksi lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik atau menyuruh
siswa untuk mengulang jawabannya dengan kata atau kalimat yang lebih
lugas. Contoh pertanyaan: “Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa yang
kamu maksud?”
2. Meminta siswa memberikan alasan Guru dapat meminta siswa untuk
memberikan bukti yang penunjang kebenaran suatu pandangan yang
diberikan dalam menjawab pertanyaan. Contoh pertanyaan: “Mengapa kamu
mengatakan demikian?”
3. Meminta kesepakatan pandangan Guru memberikan kesempatan kepada
siswa-siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan serta
memberikan alasan terhadap suatu pandangan yang diungkapkan oleh
temannya, dengan maksud agar diperoleh pandangan yang benar dan dapat
diterima oleh semua pihak. Contoh pertanyaan: “Siapa yang setuju dengan
jawaban itu? Mengapa?”

5
4. Meminta ketepatan jawaban Jika jawaban siswa belum tepat, guru dapat
meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu agar diperoleh jawaban
yang tepat atau guru dapat menggunakan metode pemberian pertanyaan
dengan sistem bergilir.
5. Meminta jawaban yang lebih relevan Mengajukan pertanyaan yang
memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya atau mengemukakan
kembali jawabannya menjadi lebih relevan. Keterampilan Dasar Mengajar 64
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag f. Meminta contoh Jika ada jawaban dari siswa yang
kurang jelas maka guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau
contoh yang konkret. Contoh: “Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa
contoh dari jawabanmu?”
6. Meminta jawaban yang lebih kompleks Guru memberikan penjelasan agar
jawaban siswa menjadi lebih kompleks dan mampu menemukan ide-ide
penting lainnya. Contoh: dapatkah kamu memberikan penjelasan yang lebih
luas lagi dari ide yang dikatakan tadi?

Peningkatan terjadinya interaksi Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan
lebih bertanggung jawab atas kemajuan hasil belajar, guru hendaknya
mengurangi atau menghilangkan perannya sebagai penanya sentral. Untuk itu ada
dua cara yang dapat ditempuh. Pertama, guru mencegah pertanyaan dijawab
langsung oleh seorang siswa tetapi siswa diberi kesempatan singkat untuk
mendiskusikan jawabannya bersama teman terdekatnya. Kedua, jika siswa
mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab pertanyaan dari siswa
tersebut, tetapi melontarkan kembali pertanyaan tersebut untuk didiskusikan dan
dijawab oleh temannnya. Komponen ini akan dapat membantu siswa memberikan
komentar yang wajar dan mampu mengembangkan cara berpikir3

C. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)


Penguatan dapat berarti penghargaan. Pada umumnya penghargaan memberi
pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan
memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahanya. Sudah menjadi
fitrah manusia, bahwa ia ingin dihormati, dihargai, dipuji, dan disanjung-sanjung,
3
“Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.pdf,” t.t., 61.

6
tentu saja semuanya ini dalam batas-batas yang wajar. Penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penggunaan penguatan dalam kelas dapat
mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, minat dan
perhatian siswa terhadap pembelajaran, membangkitkan dan memelihara perilaku,
dan memelihara iklim belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara
optimal.
Keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang
perlu dipahami dan dikuasai, antara lain:
1. Penguatan verbal Penguatan verbal yaitu komentar yang berupa kata-kata pujian,
dukungan, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah
laku dan penampilan siswa. Penguatan jenis ini dapat berupa kata-kata dan
kalimat. Kata-kata, misalnya, benar, bagus, hebat, pintar, ya, tepat, dan lain-lain.
Misalnya “jawaban kamu benar!” “pendapatmu benar sekali”, “ya, bapak/ibu
sangat menghargai pandanganmu”, “pekerjaanmu baik sekali”, “seratus untuk
kamu” dan seterusnya.
2. Penguatan non-verbal
- Penguatan berupa mimik dan gerakan badan Penguatan ini berupa mimik dan
gerakan-gerakan badan (gesture) seperti ekspresi wajah yang manis dan
bangga, senyuman, kerlingan mata, anggukan kepala, acungan jempol, dan
tepukan tangan.
- Penguatan dengan cara mendekati Yaitu berupa mendekatnya guru kepada
siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pekerjaannya,
tingkah laku atau penampilan siswa.
- Penguatan dengan sentuhan Penguatan yang demikian dapat berupa menepuk-
nepuk bahu, atau pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat
tangan siswa yang menang pertandingan.
- Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan Yaitu dengan memberikan
tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang disenangi siswa.

7
- Penguatan berupa simbol atau benda Penguatan jenis ini dapat berupa
komentar tertulis pada buku siswa, kartu bergambar, bintang plastik, lencana,
dan hadiah berupa benda. Yang terakhir ini, sebaiknya tidak terlalu sering
digunakan, agar tidak terebentuk kebiasaan siswa yang selalu berharap
imbalan.

Prinsip Keterampilan Memberi Penguatan Dalam memberikan penguatan


harus diperhatikan prinsipprinsip berikut:

1. Hangat dan antusias. Hal ini diperlihatkan dalam gerakan, ekspresi wajah,
suara serta bahasa tubuh.
2. Sungguh-sungguh dan bermakna. Penguatan diberikan dengan serius dan
tidak hanya bersifat basabasi.
3. Menghindari respon dan komentar negatif jika siswa tidak mampu
menjawab pertanyaan sesuai harapan
4. Penguatan harus bervariasi, baik yang verbal maupun non verbal.
Penguatan tidak selalu dengan kata-kata yang sama, tetapi menyesuaikan
dengan kondisi dan kualitas jawaban siswa. Penguatan non verbal dapat
berupa anggukan, senyum, sentuhan, bahasa tubuh, dan gerakan tangan.
5. Sasaran penguatan harus jelas Penguatan harus jelas tujuannya kepada
siswa tertentu dengan menyebutkan namanya dan menuju pandangan ke
siswa tersebut.4

D. Keterampilan Mengadakan Variasi


Siswa akan menjadi sangat bosan jika guru selalu mengajar dengan cara yang
sama. Kejenuhan dapat membuat siswa tidak berminat, akibatnya tujuan
pembelajaran menjadi tidak tercapai. Variasi adalah keanekaan yang membuat
sesuatu tidak monoton. Variasai dapat berwujud perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan untuk memberi kesan yang unik dan
menarik perhatian siswa pada pembelajaran. Dengan demikian, keterampilan guru
dalam mengadakan variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Mengadakan variasi berarti melakukan tindakan yang beraneka ragam yang membuat

4
“Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.pdf,” 74.

8
sesuatu menjadi tidak monoton di dalam pembelajaran sehingga dapat
menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa, serta
membuat tingkat aktivitas siswa menjadi bertambah. Pendapat yang sama
dikemukakan Uzer Usman bahwa mengadakan variasi adalah suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa, sehingga dalam situasi belajar siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Di dalam proses belajar mengajar,
variasi ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam gaya mengajar guru, keragaman
media yang digunakan, dan perubahan dalam pola interaksi dan kegiatan siswa.
Variasi ini lebih bersifat proses daripada produk. Bila tujuan pembelajaran mencakup
domain (ranah) dengan berbagai jenjang penguasaan maka disarankan untuk
memakai berbagai jenis metode pada setiap penyajian apalagi bila tingkat
kemampuan siswanya sangat bervariasi.

Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi


1. Variasi dalam Gaya Mengajar Guru. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar
adalah tingkah laku, sikap, dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sementara menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya
atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam
menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa. Dari definisi pendapat para ahli
tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan
tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang
bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga siswa memiliki minat
belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Kenyataan bahwa ada siswa yang
kurang semangat belajar, atau tidak menyukai materi tertentu, yang ditunjukkan
dengan sikap acuh tak acuh siswa ketika guru sedang menjelaskan materi, bisa
jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang bervariasi, atau gaya mengajar
guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Konsekuensinya bidang studi yang
diampu guru tersebut menjadi tidak disenangi. Berikut cara yang dapat ditempuh
guru dalam memvariasikan gaya mengajar:
- Variasi suara (teacher voice) Variasi suara adalah perubahan suara dari keras
menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dan cepat menjadi lambat atau
sebaliknya. Suara guru hendaknya bervariasi pada saat menjelaskan materi
pelajaran baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru

9
senantiasa keras atau terlalu keras, akan sulit diterima oleh siswa karena
mereka menganggap gurunya sedang marah atau seorang yang kejam. Bila
sudah begitu, siswa diliputi oleh rasa cemas dan ketakutan selama proses
pembelajaran. Sebaliknya, bila suara guru terlalu lemah, akan terdengar tidak
jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa dalam kelas,
terutama yang duduk di bagian belakang. Bila sudah begitu siswa akan
mengabaikan gurunya dan kurang perhatian pada materi yang disampaikan.
Untuk itu guru perlu menggunakan variasi suara baik dari segi intonasi,
volume, nada dan kecepatan bicara yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi
dan kondisi. Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa
sekalipun. Guru dapat menggunakan bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal
penting, dan menggunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan
semangat. Uraian di atas menggambarkan betapa guru perlu memperhatikan
suaranya. Berbicara di depan kelas tidak dapat disamakan dengan orang yang
berpidato di depan massa dan orang yang membaca puisi, karena guru
berhadapan dengan siswa sebagai lawan bicara dan subjek didik. Karena itu,
guru perlu memilki kontak batin dalam interaksi edukatifnya dengan siswa.
- Pemusatan perhatian siswa (focusing) Perhatian siswa mestilah terpusat pada
hal-hal yang dianggap penting. Hal ini dapat dilakukan guru misalnya dengan
perkataan “ Perhatikan ini baik-baik!” atau “Nah, ini penting sekali” atau
“Perhatikan dengan baik, ini agak sukar dimengerti”.
- Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence) Adanya kesenyapan,
kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja saat guru
menjelaskan sesuatu merupakan cara yang tepat untuk menarik perhatian
siswa. Perubahan stimulus dari adannya suara kepada keadaan tenang atau
senyap, atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu dihentikan akan dapat
menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi. Misalnya, dalam
pembelajaran guru melakukan ceramah selama 5 menit kemudian melakukan
jeda (senyap) dengan berhenti sebentar sambil mengarahkan pandangannya ke
seluruh kelas atau pada siswa agar siswa terfokus ketika melihat tingkah guru
yang tiba-tiba berubah diam. Setelah itu, baru guru melanjutkan kembali
uraiannya.
- Mengadakan kontrak pandang dan gerak (eye contact and movement) Bila
guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya

10
pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswa-siswa untuk
menunjukkan adanya hubungan yang intim dan kontak dengan mereka.
- Gerakan badan dan mimik Variasi dalam gerakan kepala, gerakan badan dan
ekspresi wajah (mimik) adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi.
Gunanya untuk menarik perhatian dan memberikan kesan dan pendalaman
makna dari pesan lisan yang disampaikan.
- Pergantian posisi guru di dalam kelas (teacher’s movement) Pergantian posisi
guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa.
Guru perlu membiasakan bergerak bebas, tidak kikuk atau kaku, serta
menghindari tingkah laku negatif.

Tujuan dan Manfaat Mengadakan Variasi Tujuan dan manfaat variasi gaya
mengajar:

1. Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi dan


aktivitas pembelajaran.
2. Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi
siswa
3. Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan
yang bersifat rutinitas
4. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui
kegiatan investigasi dan eksplorasi. Dalam proses belajar mengajar di
kelas, tidak setiap siswa di dalam dirinya ada rasa ingin tahu dan motivasi
intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk memperhatikan penjelasan guru
dan terlibat dalam aktivitas belajar. Sebaliknya, ada siswa yang tidak atau
kurang memiliki motivasi dalam dirinya. Masalah inilah yang sering
dihadapi guru. Karena itu, motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan
dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disinilah peranan guru lebih dituntut
untuk dapat memotivasi siswa melakukan aktivitas belajar, antara lain
dengan mengadakan variasi dalam pembelajaran.
5. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
6. Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi
kemudahan belajar 7. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan

11
siswa pada berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan
berguna dalam berbagai tingkat kognitif.

Prinsip-prinsip Penggunaan Variasi Dalam menerapkan variasi pembelajaran


tidak hanya diperlukan keaneka-ragaman jenis-jenis stimulus pembelajaran yang
dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu
agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelaran secara efektif, maka
beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu:

1. Bertujuan Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajaran harus


memiliki tujuan yang terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan
diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu variasi stimulus juga harus memperhatikan kesesuaianya dengan sifat
materi, karakteristik siswa, latar belakang sosial budayanya, dan faktor
kemampuan guru untuk melaksanakannya. Sehingga setiap jenis variasi
yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan dengan situasi,
kondisi, dan tuntutan yang terjadi secara spontan pada saat tejadinya
pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose pembelajaran yang
sedang dilaksanakan.
2. Lancar dan berkesinambungan Setiap variasi yang dikembangkan dalam
pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari suatu bentuk
stimulus ke stimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan
stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus merupakan suatu
kesatuan yang utuh sehingga tidak merusak perhatian siswa dan tidak
menganggu proses belajar mengajar.
3. Wajar/tidak dibuat-buat Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-
buat sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan. Oleh karena itu setiap
jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan sebaiknya berjalan secara
wajar, alamiah dan terkait langsung dengan konteks pembelajaran yang
sedang dibahas.
4. Pengelola yang matang Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan
diterapkan dalam pembelajaran itu bersifat rumit dan kompleks,
membutuhkan beberapa tenaga atau personil. Penerapan variasi yang
seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola secara lebih matang

12
agar semuanya dapat berjalan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa
dan tidak menganggu proses belajar mengajar.5

E. Keterampilan Menjelaskan
Betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai suatu bahan pelajaran,
akan sia-sia saja apabila ia kurang atau tidak mampu menguasai keterampilan
menjelaskan bahan pelajaran yang dikuasainya. Demikian pula sebaliknya, kurang
lengkap bila guru hanya terampil menjelaskan pelajaran, tetapi tidak menguasai
bahan pelajaran yang diajarkan. Idealnya adalah seorang guru menguasai bahan
pelajaran yang diampunya dan mempunyai strategi dalam menjelaskan bahan
pelajaran itu secara efektif sehingga mudah dipahami siswa. Keterampilan
menjelaskan dapat diartikan sebagai penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematis, mengenai suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai
dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penekanan memberikan penjelasan
adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi. Berdasarkan pemikiran
tersebut, dapat disimpulkan bahwa menjelaskan pelajaran adalah keterampilan guru
dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa secara lisan yang
diorganisasikan secara terencana dan sistematis sehingga bahan pelajaran yang
disampaikan guru tersebut dengan mudah dipahami siswa.
Menjelaskan merupakan keterampilan inti yang harus dimiliki guru. Alasan
yang melatarbelakanginya adalah sebagai berikut:
1. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas didominasi guru.
2. Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Oleh karena itu efektivitas
pembicaraan perlu ditingkatkan.
3. Penjelasan yang diberikan guru sering tidak jelas bagi siswa, dan hanya
jelas bagi guru sendiri.
4. Tidak semua siswa dapat menggali sendiri informasi yang diperoleh dari
buku. Kenyataan ini menuntut guru untuk memberikan penjelasan kepada
siswa untuk hal-hal tertentu. Sumber informasi yang tersedia yang dapat
dimanfaatkan siswa sering sangat terbatas.
5. Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dan
memberikan penjelasan.

5
“Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.pdf,” 64.

13
Tujuan menjelaskan materi pelajaran adalah:

- Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta,


definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
- Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah
atau pertanyaan.
- Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
- Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran
dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam


memberikan suatu penjelasan, yaitu:

- Penjelasan dapat diberikan selama proses pembelajaran (baik di awal, di


tengah, maupun di akhir pembelajaran).
- Penjelasan harus menarik perhatian siswa.
- Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan siswa atau materi
yang sudah direncanakan.
- Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
bermakna bagi siswa.
- Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan
siswa.

Untuk dapat menjelaskan dengan baik bahan pelajaran yang diberikan,


guru sebaiknya memperhatikan petunjuk praktis keterampilan menjelaskan
sebagai berikut:

- Menggunakan bahasa secara baik dan benar.


- Menggunakan bahasa yang jelas, baik kata-kata maupun ungkapan.
- Suara terdengar sampai ke seluruh bagian kelas.
- Volume suara bervariasi, kadang--kadang tinggi, kadangkadang rendah
sesuai dengan suasana kelas dan materi yang dijelaskan.

14
- Menghindari kata-kata yang tidak perlu dan tidak memiliki arti sama
sekali misalnya: e…, em…, apa ini…, apa itu….
- Menghindari penggunaan kata “mungkin” yang salah pemakaian.
Misalnya harusnya pasti tetapi selalu dikatakan mungkin, sehingga karena
segala sesuatu selalu memakai kata “mungkin” maka yang diperoleh oleh
siswa adalah kemungkinan, bukan ke-pastian.
- Menjelaskan pengertian istilah-istilah asing dan baru secara tuntas,
sehingga tidak mengakibatkan adanya verbalisme di kalangan siswa.
- Meneliti pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, apakah sudah
dipahami dengan baik atau belum. Jika belum, hal-hal yang belum
dipahami perlu diulang.
- Memberi contoh nyata uraian materi sesuai dengan kehidupan sehari- hari
- Memberikan penjelasan dapat dilakukan secara deduktif maupun induktif
dan mengaitkan dengan generalisasi.
- Menggunakan multi media untuk pokok bahasan tertentu.
- Menggunakan bagan untuk menjelaskan hubungan dan hirarki.
- Menerima umpan balik dari siswa terhadap uraian yang disampaikan.
- Memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan contoh sesuai
dengan pengalamannya masing-masing.
- Memberikan penekanan pada bagian tertentu dari materi yang sedang
dijelaskan dengan isyarat lisan. Misalnya “Yang terpenting adalah”,
“Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “Perhatikan! yang ini agak sukar”.

Pada saat menjelaskan pelajaran, guru/calon guru tidak baik melakukan


hal-hal sebagai berikut:

- Menghadap papan tulis atau membelakangi siswa terlalu lama.


- Mondar-mandir di depan kelas ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke
belakang terlalu sering.
- Menerangkan dengan terus menerus sambil duduk di kursi guru.
- Mengosongkan papan tulis, tidak ada unsur visual yang dapat dilihat.
- Suara kurang keras, hanya terdengar oleh siswa yang berada di sekitar
guru, siswa yang duduk di belakang tidak dapat mendengar suara guru.

15
Kelima hukum tersebut dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan
esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect, Empathy,
Audible, Clarity, Humble). Reach berarti merengkuh atau meraih. Karena
kita berkeyakinan bahwa komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya
bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,
tanggapan, maupun respon positif dari siswa.6

F. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar
mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keterampilan membuka
pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan pengantar/pengarahan mengenai
materi yang akan dipelajari peserta didik sehingga peserta didik siap mental dan
tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan
keterampilan membantu peserta didik dalam menemukan konsep, prinsip, dalil,
hukum atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari. Pada dasarnya
keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan
dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan
mengakhiri suatu pelajaran.
Abimanyu (2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka pelajaran
adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental
dan menimbulkan perhatian peserta didik agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri
kegiatan inti pelajaran. Hal senada juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha
(2007) bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan peserta
didik untuk memasuki inti kegiatan (kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran
adalah kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas.
a. Membuka Pelajaran Komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan
membuka dan menutup pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran harus
memberikan pengantar atau pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada
peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya. Keterampilan
membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan

6
“Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.pdf,” 50.

16
mental dan menimbulkan perhatian peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran
semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada
awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran
itu. Untuk menyiapkan mental peserta didik terhadap hal-hal yang akan dipelajari,
guru dapat melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan
antara materi pelajaran yang telah dikuasai peserta didik dengan bahan baru yang
akan dipelajari.
Peserta didik yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah
mengetahui tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus
diperhatikan, mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan
mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran
tersebut. Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi peserta didik terhadap hal-hal
yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin
tahu, bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan
alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya.
Peserta didik yang perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam
melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan
yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi terhadap saran-saran guru. Inti dari kegiatan
keterampilan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik perhatian
peserta didik memotivasi memberi acuan tentang tujuan, pokok persoalan yang akan
dibahas, rencana kerja serta pembagian waktu, mengaitkan pelajaran yang telah
dipelajari dengan topik baru, menganggapi situasi baru. Wardani (1984)
mengemukakan bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid
agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan
minat dan perhatian peserta didik apa yang akan dibicarakan, dan membangkitkan
minat dan perhatian peserta didik apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi
bagi peserta didik agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap
kegiatan belajar.7 Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
7
“KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR.pdf,” 24.

17
 Keterampilan membuka pelajaran.

Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan guru pada awal pelajaran


untuk menciptakan suasana ‘siap mental’ dan menimbulkan perhatian peserta
didik agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari.

Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah
sebagai berikut :
1. Menarik perhatian peserta didik.
2. Memotivasi peserta didik.
3. Memberi acuan/struktur pelajaran dengan menujukkan tujuan atau
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang
akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu.
4. Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru
5. Menanggapi situasi kelas. Usaha menarik perhatian dan memotivasi
peserta didik, guru dapat menggunakan alat bantu seperti alat peraga/surat
kabar/gambar-gambar,dan kemudian guru dapat menceritakan kejadian
aktual, atau guru dapat memberi contoh atau perbandingan yang menarik.

Tetapi, hendaknya diperhatikan semua cara itu harus relevan dengan isi
dan indikator kompetensi hasil belajar yang akan dipelajari peserta didik.
Usaha untuk mengaitkan antara pelajaran baru dengan materi yang sudah
dikuasai peserta didik, guru hendaknya mengadakan apersepsi. Apersepsi
merupakan mata rantai penghubung antara pengetahuan siap peserta didik
yang telah dimiliki oleh peserta didik untuk digunakan sebagai batu loncatan
atau titik pangkal menjelaskan hal-hal baru atau materi baru yang akan
dipelajari peserta didik. Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses
dan hasil belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas proses
dapat dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar peserta didik,sehingga
didapatkan efisiensi belajar yang maksimal.

Tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:

1. Timbulnya perhatian dan motivasi peserta didik untuk menghadapi


tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan
2. Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan

18
3. Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-
pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian
dari mata pelajaran
4. Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah
dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum
dikenalnya
5. Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam
mempelajari pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilan dalam mengajar.

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:


1. Menarik perhatian peserta didik
2. Menimbulkan motivasi
3. Memberi acuan melalui berbagai usaha,
4. Membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan
dipelajari.

 Keterampilan Menutup Pelajaran

Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru


untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran
tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
apa yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian
peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum
kembali atau menyuruh peserta didik membuat ringkasan dan mengadakan
evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya
kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus
dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir
setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam
pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan
menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti
memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung
dengan penyampaian materi pelajaran. Komponen keterampilan menutup

19
pelajaran meliputi meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan
merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.

Menutup pelajaran (Closure), kegiatan yang dilakukan oleh guru


adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan interaksi edukatif.
Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik, mengetahui
tingkat pencapaian anak didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
interaksi edukasi. Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru
untuk mengkondisikan mental peserta didik agar siap dalam menerima
pelajaran. Dalam membuka pelajaran peserta didik harus mengetahui
tujuan yang akan dicapai dan langkah-langkah yang akan ditempuh.
Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan guru dalam
mengakhiri kegiatan inti pelajaran.

Dalam menutup pelajaran guru dapat menyimpulkan materi pelajaran,


mengetahui tingkat pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan
guna dalam proses belajar mengajar Usaha guru mengakhiri kegiatan
interaksi edukatif :

- Merangkum/membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas


- Mengkonsolidasikan perhatian anak didik pada hal-hal pokok oleh
pembelajaran yang bersangkutan
- Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari
sehingga merupakan suatu kebutuhan yang beerarti dalam memahami
materi yang baru dipelajari
- Memberi ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta
dipelajari kembali dirumah

Cara-cara yang digunakan oleh guru dalam menutup pelajaran antara lain:

- Review ( melihat / meninjau kembali )


- Guru meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu
telah dikuasai oleh peserta didik atau belum. Adapun cara meninjau
kembali adalah:
- Merangkum inti pelajaran.

20
- Meninjau kembali pelajaran yang telah diberikan dapat dilaksanakan
dengan merangkum inti pokok pelajaran. Guru dapat meminta peserta
didik membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tertulis. Rangkuman
ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok, dapat dilakukan oleh
guru, guru bersama peserta didik, atau guru menyuruh peserta didik
(disempurnakan oleh guru).
- Membuat ringkasan Dengan membuat ringkasan, peserta didik dapat
memantapkan penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang
telah dipelajari. Disamping itu, dengan ringkasan, peserta didik yang tidak
memiliki buku sumber telah memiliki bahan untuk dipelajari kembali.
Ringkasan dapat dibuat oleh guru, guru bersama peserta didik secara
kelompok, atau peserta didik sendiri secara individual.

Tujuan membuka dan menutup pelajaran adalah :

1. Untuk menimbulkan minat dan perhatian peserta didik terhadap


pelajaran yang akan dibicarakan.
2. Menyiapkan mental para peserta didik agar siap memasuki persoalan
yang akan dibicarakan
3. Memungkinkan peserta didik mengetahui tingkat keberhasilan dalam
pelajaran
4. Agar peserta didik mengetahui batas-batas tugasnya yang akan
dikerjakan.

G. Keterampilan Mengelola Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan
mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentif)
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran, dan bersifat represif keterampilan yang berkaitan dengan respon guru
terhadap gangguan peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

21
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan
mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai
hasil yang baik. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah :
- Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan kemampuannya secara optimal
- Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat
merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar
- Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila
terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dikurangi dan hindari
- Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik
- Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual
peserta didik dalam kelas.

Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam


menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk memperoleh
hasil yang diharapkan emampuan mengelola kelas harus dimiliki oleh setiap guru,
karena guru adalah pihak yang berhubungan secara langsung dengan peserta didik.
Guru harus mengetahui kondisi dan kekhususan masing-masing kelas, baik yang
menyangkut peserta didik maupun yang menyangkut lingkungan fisiknya.
Tindakan pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi
dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi sehingga pada gilirannya guru
dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Tindakan yang dapat
diambil oleh guru tersebut dapat berupa pencegahan, korektif atau tindakan,
kuratif atau penanggulangan disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu bagian dariketerampilan dasar
yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disebabkan oleh tugas guru di
dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta didik dengan
menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal tersebut

22
akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan sarana dan
prasarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila guru tidak mampu menyediakan
kondisi belajar yang maksimal maka proses belajar-mengajar akan berlangsung
secara tidak efektif, sehingga hasil dari proses belajar-mengajar juga tidak akan
optimal. Ketidakberhasilan tersebut dapat dikatakan sebagai akibat dari tidak
profesionalnya guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru tidak
kompeten atau tidak memiliki kompetensi profesional.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam bagian pengelolaan kelas antara


lain adalah :

- Penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian


kelas.
- Pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas peserta didik
- Penetapan norma kelompok yang produktif.

Dengan demikian, pengelolaan kelas bukan semata-mata bagaimana cara


mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya, tetapi juga
menyangkut bagaimana interaksi dan pribadipribadi di dalamnya. Pengelolaan
kelas lebih ditekankan pada bagaimana interaksi antar pribadi-pribadi di dalam
kelas. Interaksi di dalam kelas merupakan satu hal yang amat penting bagi
keberhasilan pembelajaran, karena kehidupan pribadi peserta didik seringkali
diwarnai oleh situasi kondisi interaksinya dengan guru dan juga dengan teman-
teman di kelasnya.

Teknik pembinaan disiplin kelas Disiplin kelas yang baik adalah pengendalian
dan pengarahan segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk
menciptakan dan memelihara suatu suasana belajar-mengajar yang efektif.
Tujuan yang ingin dicapai adalah perkembangan dan pertumbuhan secara
maksimal dari setiap peserta didik yang menjadi tanggung jawab sekolah yang
bersangkutan. Teknik pembinaan disiplin di antaranya adalah :

- Teknik “inner control”. Maksud teknik inner control adalah bahwa kontrol
perilaku berasal dari dalam diri peserta didik sendiri. Kepekaan akan disiplin
harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri peserta didik sendiri. Kesadaran

23
akan norma-norma, peraturanperaturan, tata tertib yang diterapkan akan
membuat peserta didik dapat mengendalikan dirinya sendiri.
- Teknik “External control”. Maksud dari external control adalah bahwa
pengendalian berasal dari luar diri peserta didik dan hal ini dapat berupa
bimbingan dan konseling. Pengendalian diri dapat juga berupa pengawasan
tetapi yang bersifat hukuman. Pemakaian teknik ini harus disesuaikan dengan
perkembangan peserta didik. Misalnya teknik inner control lebih sesuai untuk
peserta didik pendidikan menengah dan tinggi, sedangkan untuk peserta didik
pendidikan rendah lebih sesuai dengan teknik external control.
- Teknik “Cooperative control”. Maksud dari cooperative control adalah
kerjasama antara guru dan peserta didik. Teknik ini berangkat dari pendapat
bahwa disiplin kelas yang baik mengandung adanya kesadaran kerjasama guru
dan peserta didik secara harmonis, respektif, efektif, dan produktif. Oleh
karena itu, harus ada kerjasama antara guru dan peserta didik.

Berkaitan dengan upaya untuk mengelola kelas secara efektif, terdapat


beberapa hal yang harus dihindari oleh guru, yaitu:
- Campur tangan yang berlebihan, Komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang
diberikan secara mendadak pada waktu peserta didik sedang asyik
mengerjakan sesuatu akan menyebabkan kegiatan tersebut menjadi terputus
atau terganggu. Campur tangan tersebut perlu dihindari oleh guru, sehingga
kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas berjalan dengan efektif.
- Kelenyapan adalah suatu kondisi guru gagal melengkapi suatu instruksi,
penjelasan, petunjuk atau komentar secara jelas, atau juga bisa terjadi jika
guru diam terlalu lama dan peserta didik tidak memiliki kegiatan apaapa
sehingga pikiran peserta didik melantur dan tidak terkonsentrasi pada satu
hal. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar berjalan secara tidak
efektif, karena banyak waktu yang terbuang secara tidak berguna.
- Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan Kegiatan-kegiatan
di dalam kelas harus dimulai dan diakhiri dengan tepat. ketidaktepatan
dalam memulai dan atau mengakhiri kegiatan secara tidak tepat dapat
menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif, misalnya guru
tidak mengakhiri suatu kegiaan kemudian langsung memulai kegiatan baru
dan selanjutnya kembali pada kegiatan pertama, dan demikian seterusnya

24
secara berulangulang. Hal tersebut dapat menyebabkan perhatian peserta
didik menjadi tidak terfokus, guru juga tidak terfokus, sehingga kegiatan
belajar menjadi tidak lancar.
- Penyimpangan-penyimpangan dapat menyebabkan kegiatan belajar menjadi
tidak berjalan lancar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh guru yang terlalu
asyik dengan satu kegiatan atau bahan tertentu sehingga akhirnya menjadi
menyimpang dari pokok kegiatan atau dari pokok bahasan.
- Bertele-tele Apabila guru terlalu asyik dengan satu kegiatan atau satu bahan
tertentu, maka dapat menyebabkan tindakan bertele-tele. Misalnya guru
mengulangulang satu hal tertentu atau pokok bahasan tertentu,
memperpanjang keterangan tentang satu hal, mengubah teguran yang
sederhana kepada peserta didik menjadi ocehan yang panjang atau
penjelasan yang panjang lebar. Tindakan mengulang-ulang atau berteletele
dapat menyebabkan kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak efektif. 8

H. Keterampilan Guru Memimpin Diskusi Kelompok Kecil


Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagi pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa
menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang
memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan
berbahasa.9
Ada 6 (enam) keterampilan yang harus dimiliki guru terkait membimbing
diskusi kelompok kecil, yaitu:
1. Memusatkan perhatian Selama diskusi berlangsung dari awal sampai
akhir guru harus selalu berusaha memusatkan perhatian siswa pada
tujuan atau topik diskusi. Tidak tercapainya tujuan dapat disebabkan
oleh penyimpangan topik.

8
“KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR.pdf,” 40.
9
“Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.pdf,” 85.

25
2. Memperjelas masalah usulan pendapat Selama diskusi berlangsung,
sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas, hingga sukar
ditangkap oleh anggota kelompok. Untuk menghindari hal itu, guru
haruslah memperjelas penyampaian ide tersebut.
3. Menganalisis pandangan siswa Dalam diskusi sering terjadi perbedaan
pendapat di antara anggota kelompok. Guru diharapkan mampu
menganalisis alasan perbedaan tersebut.
4. Meningkatkan urunan siswa Berbagai cara dapat dilakukan untuk
meningkatkan urunan pikiran, yaitu: a. Mengajukan pertanyaan kunci
yang menantang siswa untuk berpikir karena pertanyaan tersebut
merupakan tantangan bagi ide atau kepercayaan. b. Memberikan
contoh baik verbal maupun non-verbal yang sesuai pada saat yang
tepat. c. Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang
mengundang perbedaan pendapat. d. Memberi dukungan terhadap
urunan siswa dengan jalan mendengarkan dengan penuh perhatian,
memberi komentar yang positif/mimik yang memberikan dorongan
serta sikap yang bersahabat. e. Memberi waktu yang cukup untuk
berpikir tanpa diganggu dengan komentar guru.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi Agar hasil diskusi dapat
dikatakan sebagai hasil kelompok dan agar setiap anggota kelompok
merasa terlibat mendapatkan kepuasan dalam diskusi tersebut,
kesempatan berpartisipasi perlu sebarkan. Dengan demikian guru perlu
memiliki keterampilan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi
para siswa dalam berpartisipasi.
6. Menutup diskusi Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru
adalah menutup diskusi.

I. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


Secara fisik bentuk pengajaran ini berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3
(tiga) dan 8 (delapan) orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih
akrab antara guru dan siswa dengan siswa. Ada empat komponen keterampilan yang

26
harus dimiliki oleh guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Keempat
keterampilan tersebut adalah mengadakan pendekatan secara pribadi,
mengorganisasikan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
Berikut uraian tentang cara bagaimana seharusnya guru melaksanakannya:
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi Agar potensi yang
ada dalam diri siswa dapat dikembangkan secara optimal untuk mencapai
tujuan pembelajaran, siswa perlu merasa yakin bahwa guru siap
mendengarkan segala pendapatnya dan akan membantunya. Siswa perlu
merasa benar-benar diperhatikan oleh guru.
2. Keterampilan mengorganisasi Dalam hal ini guru memerlukan
keterampilan untuk melakukan hal-hal berikut:
a. Memberikan orientasi umum, tentang tujuan tugas atau masalah yang
akan dipecahkan sebelum kelompok mengerjakan berbagai kegiatan
yang telah ditetapkan.
b. Memvariasikan kegiatan
c. Membentuk kelompok yang tepat
d. Membagi-bagikan perhatian
e. Mengakhiri kegiatan.
3. Keterampilan membimbing dan memudahkan pelajaran Keterampilan ini
memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi. Hal
ini dapat dicapai bila guru memiliki keterampilan berikut:
a. Memberikan penguatan yang sesuai dalam bentuk kuantitas dan
kualitas. Karena pada dasarnya penguatan merupakan dorongan yang
penting bagi siswa.
b. Mengembangkan supervisi proses awal yaitu yang mencakup sikap
tanggap guru terhadap siswa secara perorangan maupun keseluruhan
yang memungkinkan guru melihat atau mengetahui apakah segalanya
berjalan dengan baik.
4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Keterampilan ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kurikulum
terutama pengembangannya. Kegiatan belajar mengajar ini mencakup:

27
a. Membantu siswa menetapkan tujan pelajaran yang dapat dilakukan
dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik yang
mampu menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Merencanakan kegiatan belajar bersama siswa yang mencakup kriteria
keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu serta kondsi belajar.
c. Bertindak/berperan sebagai penasehat bagi siswa bila diperlukan. Hal
ini dapat dilakukan dengan berinteraksi aktif. d. Membantu siswa
menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Hal ini berbeda dari cara
penialaian tradisional yang pada umumnya dilakukan guru sendiri.
Membantu siswa menilai diri sendiri berarti memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperbaikinya, sekaligus pencerminan kerjasama
guru dalam situasi pendidikan yang manusiawi.10

10
“Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.pdf,” 82.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang guru harus memiliki kemampuan yang ditunjang dengan latar belakang
pendidikan yang tepat. Kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah
keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar ini wajib dimiliki oleh
setiap guru, sehingga seorang calon guru baru bisa dikatakan siap mengajar bila telah
menguasai dengan baik keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar
merupakan keterampilan umum mengajar sebagai bekal utama dalam pelaksanan
tugas profesional yang mengacu atau merujuk kepada konsep pendekatan kompetensi
dari LPTK (Lembaga pendidikan dan Tenaga Kependidikan).
Keterampilan dasar mengajar sangat diperlukan, karena pembentukan penampilan
guru yang baik diperlukan keterampilan dasar. Keterampilan dasar adalah
keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai
guru. Keterampilan mengajar ini merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh
setiap guru dengan baik dan benar sehingga diharapkan dapat menghasilkan peserta
didik yang berkualitas dalam berbagai hal.

B. Saran
Dalam era globalisasi ini, peningkatan sumber daya manusia pada lingkungan
pendidikan semakin berkembang sesuai dengan kemajuan IPTEK. Tidak sedikit guru
yang masih kurang memiliki kemampuan dasar mengajar yang baik dan tertinggal .
Oleh karena itu, diharapkan untuk para tenaga pendidik agar lebih ditingkatkan dan
mempelajari tentang bagaimana menjadi guru yang menarik dan dapat menyalurkan
ilmu dengan baik kepada murid melalui keterampilan dasar mengajar.

29
Daftar Pustaka

Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa, E. .2008. Menjadi Guru Profesional . Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Prosen Belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algensindo.Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching Disertai dengan Pedoman


Pengalaman Lapangan. Jakarta : Rajawali Pers.

Darmadi, Hamid. 2012. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia.

Hasibuan, JJ.1988. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran


Mikro. Jakarta: Detak.

Gelgel, N., 1997. Komponen-komponen Keterampilan Bertanya Lanjut. Singaraja.


Universitas Pendidikan Ganesha.

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Pengenalan dan Pelaksanaan Lengkap Micro


Teaching
& Team Teaching. Yogyakarta: DIVA Press, 2011.

Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman


Lapangan. Jakarta, PT Raja Grafindo

30

Anda mungkin juga menyukai